Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI INTERNASIONAL I

POLITIK EKONOMI DALAM KEBIJAKAN PERDAGANGAN


INTERNASIONAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional I Kelas AC

Dosen Pengampu:

Putu Mahardika Adi Saputra, S.E., M.Si., M.A., Ph.D

Disusun oleh:

Adinda Putri Nuraini 195020101111033

Thania Noermanisa 195020107111033

EKONOMI PEMBANGUNAN

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
Politik ekonomi dalam kebijakan perdangan internasional mempelajari alasan
pemerintah tidak dapat sepenuhnya mendasarkan kebijakannya semata-mata
berdasarkan perhitungan biaya manfaat saja. Untuk memahami kebijakan perdagangan
suatu negara yaitu dengan mengetahui alasan-alasan yang membuat pemerintah tidak
melakukan campur tangan dalam perdagangan atau disebut perdagangan bebas.
A. KASUS PERGADANGAN BEBAS
Sangat sedikit negara yang melakukan perdagangan yang benar-benar bebas.
Sejak zaman Adam Smith, para ekonom memandang perdagangan bebas merupakan
jenis kebijakan perdangan yang ideal. Model teoritis tentang perdagangan menjelaskan
bahwa perdagangan bebas akan menghindarkan terjadinya kerugian efisiensi yang
seringkali diakibatkan oleh adanya proteksi. Banyak ekonom yang meyakini bahwa
perdagangan bebas mampu menciptakan keuntungan tambahan atau keuntungan yang
diperoleh dari penghapusan distorsi produksi dan konsumsi.
a. Perdagangan Bebas dan Efisiensi
Kasus efisiensi bagi perdagangan bebas merupakan kebalikan dari analisis
biaya manfaat dari tarif. Dalam hal ini, negara kecil tidak mampu mempengaruhi
harga ekspor dunia. Tarif menyebabkan kerugian bagi perekonomian yang terjadi
karena adanya distorsi terhadap rangsangan ekonomi baik kepada produsen yang
disebut distorsi produksi maupun kepada konsumen yang disebut distorsi konsumsi.
Sebaliknya, perdagangan bebas akan menghilangkan distorsi-distorsi tersebut
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan perekonomian.

a b

S1 S2 D2
D1
Kurva tersebut menunjukkan kasus efisiensi untuk perdagangan bebas.
Garis vertikal menunjukkan harga (P), dan garis horizontal menunjukkan kuantitas
(Q). Titik hijau merupakan titik keseimbangan permintaan dan penawaran dunia.
Ketika aktivitas perdagangan tidak dikenakan tarif, maka harga yang ditetapkan
sebesar World price, penawaran atau produksi berada di titik S1, dan permintaan atau
konsumsi berada di titik D1. Sehingga ada aktivitas perdagangan sebesar D 1 – S1.
Namun ketika aktivitas perdagangan dikenakan tariff, maka harga meningkat sebesar
World price plus tariff, penawaran berada di titik S2 dan permintaan berada di titik
D2. Artinya setelah ada tarif maka penawaran akan meningkat dan permintaan akan
menurun. Maka jumlah kuantitas barang yang diperdagangkan sebesar D 2 – S2, lebih
sedikit daripada ketika tidak ada tarif (D1 – S1)
Pembatasan perdagangan atau tarif menyebabkan distorsi produksi sebesar
segitiga a. Distorsi produksi terjadi karena adanya tarif akan meningkatkan harga.
Peningkatan harga menyebabkan penawaran akan meningkat dari S 1 ke S2. Begitu
pula disisi konsumen, pembatasan perdagangan atau tarif akan menyebabkan distorsi
konsumsi sebesar segitiga b. Peningkatan harga akibat adanya tarif akan mengurangi
permintaan dari D1 ke D2.

b. Keuntungan Tambahan dari Perdagangan Bebas


Para ekonom menyarankan negara negara kecil dan berkembang untuk
melakukan perdagangan bebas. Dengan melakukan perdagangan bebas, negara kecil
dan berkembang dapat meningkatkan keuntungan tambahan yang tidak
diperhitungkan dalam analisis biaya manfaat konvensional. Tambahan keuntungan
yang pertama yaitu terkait skala ekonomi (Economic of scale), dimana biaya
produksi menurun seiring meningkatnya jumlah kuantitas barang yang diproduksi
oleh negara tersebut. Hal ini dikarenakan adanya tarif membatasi keuntungan dari
skala ekonomi eksternal dan menghambat konsentrasi industri. Selain itu, tarif juga
mengurangi daya saing dan potensi meningkatkan laba karena tarif cenderung
membuat banyak perusahaan terjebak dalam pola produksi yang tidak efisien.
Tambahan keuntungan yang kedua yaitu perdagangan bebas dapat
memberikan insentif kepada pengusaha agar dapat melakukan ekspor dan bersaing
dengan impor. Perdagangan bebas menciptakan lebih banyak peluang untuk belajar
dan melakukan berbagai macam inovasi yang disediakan oleh pemerintah.
Tambahan keuntungan yang ketiga yaitu, perdagangan bebas membuat
perusahaan yang memiliki produktivitas lebih tinggi terlibat dalam kegiatan ekspor.
Sedangkan perusahaan yang memiliki produktivitas yang kurang akan tetap berada di
pasar domestik. Oleh karena itu, perdagangan bebas membuat perekonomian secara
keseluruhan lebih efisien dengan menggeser bauran industri ke arah perusahaan
dengan produktivitas yang lebih tinggi.

c. Rent-Seeking
Selain dengan pengadaan tarif, pembatasan impor dapat dilakukan dengan
pemberlakuan kuota impor. Dalam pemberlakuan kuota impor, biaya terkadang
diperbesar dengan proses yang dikenal sebagai rent-seeking. Jika Pemerintah ingin
memberlakukan kuota impor, pemerintah harus mengeluarkan izin impor. Hal ini
membuat economic rent akan bertambah kepada siapapun yang menerima izin.
Economic rent atau rente ekonomi adalah perbedaan antara pembayaran atau harga
yang diperoleh dari penggunaan sumber daya dengan biaya perunit input yang
digunakan untuk merubah sumber daya menjadi suatu komoditas. Dengan kata lain,
economic rent merupakan setiap manfaat yang diterima untuk setiap input yang tidak
diproduksi, misal tanah dan paten. Dalam upaya peningkatan izin impor, terkadang
perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar.

d. Argumen Politik bagi Perdagangan Bebas


Argumen politik bagi perdagangan bebas (political argument for free trade)
menunjukkan bahwa perdagangan bebas merupakan kebijakan yang cukup baik.
Tarif dan subsidi ekspor yang selektif dapat meningkatkan kesejahteraan nasional.
Namun intervensi pemerintah dalam penerapan kebijakan perdagangan seringkali
ditunggangi oleh kelompok-kelompok yang berusaha menyalahgunakan kebijakan
pemerintah, dan meredistribusi pendapatan ke sektor politik untuk melayani
kepentingannya sendiri. Tiga argumen politik bagi perdagangan bebas:
1. Biaya atau kerugian akibat adanya penyimpangan dari perdagangan bebas besar ;
2. Terdapat keuntungan lain dari perdagangan bebas yang meningkatkan biaya atau
potensi kerugian dari kebijakan proteksionis ;
3. Setiap upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyimpangan dari perdagangan
bebas selalu dilaksanakan melalui proses politik.
B. ARGUMEN ATAU ALASAN MENCAPAI KEMAKMURAN MELALUI
FREE TRADE
Sebagian besar tarif, kuota impor, dan kebijakan perdagangan lainnya
dilakukan untuk melindungi pendapatan dari kelompok tertentu. Penyimpangan dari
perdagangan bebas akan mengurangi kesejahteraan nasional. Oleh karena itu terdapat
beberapa landasan teoritis yang menyebutkan bahwa kebijakan perdagangan terkadang
dapat meningkatkan kesejahteraan suatu negara secara keseluruhan.
a. Argumen Nilai Tukar Perdagangan dengan Pengenaan Tarif
Pada negara-negara besar yang mampu mempengaruhi harga para eksportir
asing, pengenaan tarif dapat menurunkan harga impor. Sehingga tarif dapat
menciptakan keuntungan dari nilai tukar perdagangan (terms of trade). Keuntungan
yang diperoleh harus dibandingkan dengan kerugian dari pengenaan tarif yang
berupa distorsi produksi dan konsumsi. Namun terkadang keuntungan nilai tukar
perdagangan (terms of trade) dari tarif lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan.

Kurva tersebut menunjukkan hubungan tingkat tarif dengan kesejahteraan


nasional. Garis vertikal menunjukkan kesejahteraan nasional dan garis horizontal
menunjukkan tingkat tarif. Kurva tersebut menunjukkan bahwa pada suatu tingkatan
tarif, keuntungan nilai tukar perdagangan akan lebih besar dari biayanya. Pada
tingkat tarif t0, kesejahteraan nasional mencapai titik optimum. Artinya kesejahteraan
nasional yang dirasakan ketika tarif ditetapkan sebesar t0 lebih tinggi daripada tingkat
kesejahteraan ketika dalam kondisi perdagangan bebas (tarif = 0). Namun ketika
tingkat tarif terus meningkat, biaya-biaya akan mulai meningkat lebih cepat daripada
peningkatan keuntungan. Sehingga kesejahteraan nasional akan menurun dan
membuat bentuk kurva juga mulai menurun.
Ketika tingkat tarif yang ditetapkan sebesar tp, kesejahteraan nasional akan
lebih rendah daripada kesejahteraan nasional dalam kondisi perdagangan bebas (tarif
= 0). Namun ketika tarif terus meningkat melebihi tp, kenaikan tarif tersebut tidak
akan menimbulkan pengaruh bagi kesejahteraan nasional karena mungkin tidak ada
lagi bentuk perdagangan. Sehingga bentuk kurva mendatar. Dengan demikian, pada
titik 1 ketika tingkat tarif sebesar t0, kesejahteraan nasional mencapai tingkat
maksimum. Maka t0 merupakan tingkat tarif optimum. Tingkat tarif optimum selalu
positif, akan tetapi selalu lebih rendah dari tingkat tarif prohibitif atau tp. Tarif
Optimum merupakan tingkat tarif yang dapat memaksimalkan keuntungan netto yang
berasal dari peningkatan nilai tukar perdagangan sehingga dapat menutup kerugian
yang diakibatkan oleh berkurangnya volume perdagangan. Pengenaan tarif akan
meningkatkan terms of trade dan kesejahteraan hingga titik tertentu, namun akan
mengurangi volume perdagangan. Semakin tinggi tarif yang dikenakan, semakin
tinggi pula kerugian yang timbul, karena tarif yang tinggi dapat mematikan
perdagangan internasional.
Argumen nilai tukar perdagangan dengan pengenaan tarif ini memiliki
beberapa kelemahan. Mayoritas negara kecil hanya memiliki sedikit kemampuan
untuk mempengaruhi harga dunia baik harga impor maupun harga ekspor. Sehingga
argumen ini tidak begitu penting bagi negara-negara kecil. Sedangkan bagi negara
besar, argumen ini menjelaskan bahwa keuntungan yang diperoleh suatu negara akan
menyebabkan kerugian pada negara lain (zero sum game). Negara-negara besar dapat
melakukan hal ini hingga batas tertentu. Tetapi dikarenakan adanya tindakan balas-
membalas, pada gilirannya siklus balas-membalas akan merusak upaya-upaya
koordinasi kebijakan perdagangan internasional.

b. Argumen Kegagalan Pasar Domestik yang Menolak Perdagangan Bebas


Selain nilai tukar perdagangan, perdagangan bebas bertumpu pada analisis
biaya manfaat menggunakan konsep surplus produsen dan surplus konsumen.
Namun banyak ekonom yang menyatakan bahwa konsep dasar tersebut khususnya
konsep surplus produsen tidak cocok untuk mengukur biaya manfaat. Contoh
masalah yang merupakan argumen dari kegagalan pasar domestik (domestic market
failures) antara lain : adanya kemungkinan bahwa tenaga kerja yang digunakan di
suatu sektor tidak dimanfaatkan sepenuhnya (unemployed or underemployed),
adanya ketidaksempurnaan pasar modal dan pasar tenaga kerja yang menghalangi
pergerakan faktor produksi tersebut ke sektor-sektor tertentu yang menghasilkan
imbalan yang relatif lebih tinggi, dan adanya kemungkinan kelebihan teknologi dari
sektor industri baru yang inovatif.
Misal produksi barang di suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan
dan manfaat yang besar. Namun perusahaan tersebut tidak mampu memanfaatkan
keuntungan yang diperoleh secara penuh. Sehingga perusahaan tersebut tidak dapat
memperhitungkan keputusan mengenai jumlah barang yang harus diproduksi.
Artinya, terdapat manfaat sosial marginal (marginal social benefit) akibat adanya
produksi tambahan yang tidak tercakup dalam perhitungan surplus produsen.

Kurva tersebut menunjukkan argumen kegagalan pasar domestik yang


menolak perdagangan bebas. Panel (a) menunjukkan analisis biaya manfaat
konvensional dari pemberlakuan tarif pada sebuah negara kecil atau negara yang
tidak mengalami dampak nilai tukar. Panel (b) menunjukkan keuntungan marginal
dari produksi yang tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus produsen.
Sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga (P), dan sumbu horizontal menunjukkan
kuantitas (Q). Tanpa adanya tarif, tingkat harga berada di titik Pw, penawaran atau
produksi berada di titik S1 dan permintaan atau konsumsi berada dititik D 1.
Pengenaan tarif meningkatkan harga domestik dari Pw ke Pw + t. Peningkatan harga
menyebabkan peningkatan produksi. Sehingga penawaran meningkat dari S 1 ke S2
yang menyebabkan adanya distorsi produksi seperti yang ditunjukkan oleh segitiga
a. Peningkatan harga juga menurunkan permintaan atau konsumsi dari D 1 ke D2
yang menimbulkan distorsi konsumsi seperti yang ditunjukkan oleh segitiga b.
Panel b menunjukkan bahwa pengenaan tarif lebih menguntungkan dari
perdagangan bebas. Peningkatan produksi meningkatkan keuntungan sosial sebesar
area c yaitu dibawah kurva marginal social benefit dari S1 ke S2. Oleh karena itu,
Jika tarif yang dikenakan cukup kecil, luas area c akan selalu lebih luas daripada area
a + b. Dengan demikian, tarif optimum mampu memaksimalkan kesejahteraan dan
membuat tingkat kesejahteraan lebih tinggi dari pada saat perdagangan bebas (t=0).
Argumen kegagalan pasar domestik yang menolak perdagangan bebas
merupakan perkembangan dari konsep theory of the second best. Theory of the
second best menyebutkan bahwa hands-off policy (kebijakan ketika pemerintah sama
sekali tidak melakukan intervensi dan semua kegiatan ekonomi diserahkan kepada
mekanisme pasar) diperlukan oleh suatu pasar asalkan faktor-faktor lain dapat
bekerja dengan baik dan bebas dari segala macam kegagalan. Jika tidak, perlu
dilakukan intervensi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
mengimbangi konsekuensi dari kegagalan pasar. Misal pasar tenaga kerja tidak
berfungsi dan gagal menyediakan lapangan kerja, maka pemerintah akan
memberlakukan suatu kebijakan perdagangan tertentu misalnya pemberian subsidi
pemerintah bagi industri padat karya. Dengan demikian, intervensi pemerintah yang
bertentangan dengan nilai perdagangan bebas biasa disebut second best.

c. Argumen Kegagalan Pasar


Kegagalan pasar sangat terlihat di negara kecil dan berkembang. Misalnya
masalah pengangguran dan perbedaan upah yang sangat terlihat antara tingkat upah
di desa dengan tingkat upah di kota. Sedangkan di negara maju, ketidaksempurnaan
pasar tidak begitu terlihat meskipun sebenarnya masih ada bentuk kegagalan pasar.
Misalnya ketidakmampuan perusahaan yang inovatif untuk memperoleh keuntungan
maksimum dari inovasi yang mereka miliki.
Terdapat dua argumen dalam perdagangan bebas. Pertama, argumen yang
mengatakan bahwa kegagalan pasar domestik harus dikoreksi dengan kebijakan
domestik. Yang kedua, argumen yang mengatakan bahwa para ekonom tidak dapat
mendiagnosa kegagalan pasar dengan baik untuk menentukan kebijakan yang tepat.
Setiap kegagalan pasar akan lebih baik jika diatasi secepat mungkin, karena
kebijakan yang bersifat tidak langsung seringkali menyebabkan distorsi insentif
ekonomis dari pasar-pasar lain di dalam perekonomian. Dengan demikian kebijakan
perdagangan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan pasar domestik merupakan
kebijakan second best bukan kebijakan first best. Menurut teori politik, jika
kegagalan pasar tidak terlalu parah, perdagangan bebas merupakan kebijakan yang
tepat meskipun teori ekonomi tidak membenarkan adanya perdagangan bebas.

C. DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN


INTERNASIONAL
Politik dari kebijakan perdagangan yang aktual menunjukkan bahwa
kesejahteraan nasional keseluruhan sebenarnya tidak ada. Yang ada hanyalah keinginan
individual yang tidak bisa sepenuhnya terpenuhi oleh kebijakan pemerintah. Sehingga
diasumsikan bahwa pemerintah merupakan pihak yang lebih mengupayakan
maksimalisasi keberhasilan politik daripada kesejahteraan nasional.
a. Persaingan Pemilihan (Electoral Competition)
Model persaingan antar partai politik dalam memperlihatkan preferensi
pemilih tercermin pada kebijakan perdagangan aktual. Misalkan ada dua partai
politik yang bersaing, masing-masing partai politik akan berjanji kepada masyarakat
yang merupakan pemilik suara bahwa mereka akan melakukan apa saja yang
diinginkan oleh masyarakat jika mereka menang dalam pemilu. Ketika hal itu terjadi
di negara yang mengekspor produk dengan skill intensif dan mengimpor produk
labor intensif, masyarakat yang berpendidikan akan menghendaki tarif perdagangan
yang rendah. Namun masyarakat yang kurang berpendidikan akan menuntut tarif
perdagangan yang tinggi untuk melindungi lapangan kerja mereka dari persaingan
produk impor. Dikarenakan ada dua kelompok yang memiliki keinginan yang
berbeda, setiap partai politik akan mencari jalan tengah yang dapat menarik minat
rata-rata pemilik suara (median voters).
Kurva tersebut menunjukkan pemilik suara yang dikelompokkan
berdasarkan preferensi mereka mengenai tingkatan tarif yang ditunjukkan oleh kurva
dukungan politik yang menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Garis vertikal
menunjukkan tingkat tarif yang diinginkan, garis horizontal menunjukkan jumlah
pemilik suara. tm menunjukkan tingkat tarif yang diinginkan oleh rata-rata pemilik
suara. Misalkan partai politik A menjanjikan tingkat tarif berada di titik tA (titik yang
lebih tinggi dari tm), dan partai politik B menjanjikan tingkat tarif di titik tB (titik yang
lebih tinggi dari tm namun lebih rendah dari tA). Berdasarkan asumsi tersebut, partai
yang akan menang adalah partai politik B, karena tingkat tarif yang ditetapkan (tB)
lebih mendekati preferensi tingkat tarif rata-rata pemilih suara (tm). Oleh karena itu,
setiap partai politik akan berusaha untuk menetapkan tarif mendekati preferensi
tingkat tarif rata-rata pemilih suara (tm).
Model Electoral Competition menggambarkan bagaimana keputusan
keputusan politik dibuat di dunia nyata. Menurut model ini, kebijakan yang akan
dipilih atau diunggulkan secara politik adalah kebijakan yang menguntungkan
banyak pihak meskipun harus merugikan sedikit pihak. Namun pada kenyataannya,
partai yang berkuasa di pemerintahan lebih sering menetapkan kebijakan
perdagangan yang menguntungkan sedikit pihak dan merugikan banyak pihak.

b. Aksi Kolektif
Menurut ekonom Mancur Olson, kegiatan politik atas nama suatu kelompok
merupakan bentuk barang publik. Artinya, manfaat dari kegiatan tersebut tidak hanya
dinikmati oleh individu yang melakukan kegiatan, namun juga akan dinikmati oleh
seluruh anggota kelompok. Misal, beberapa orang menulis surat penuntutan
penurunan tarif terhadap barang impor. Ketika banyak orang yang mendukung
keinginan tersebut, maka tuntutan tersebut akan diwujudkan. Namun, penurunan tarif
terhadap barang impor akan dinikmati oleh semua konsumen barang impor,
sekalipun mereka tidak mengetahui adanya surat permintaan penurunan tarif impor.
Oleh karena itu, aksi kolektif atau collective action merupakan suatu
tindakan yang menyangkut kepentingan langsung suatu kelompok, meskipun belum
tentu keinginan tersebut merupakan kepentingan dari setiap anggota kelompok. Aksi
kolektif akan lebih mudah dilakukan dalam kelompok yang relatif kecil, karena
masing-masing anggota akan memperoleh bagian keuntungan yang cukup besar jika
kebijakan yang mereka inginkan terlaksana dan terorganisir dengan baik.

c. Perumusan Model Proses Politik


Para ekonom menggunakan logika aksi kolektif untuk menjelaskan
kebijakan perdaganan. Tetapi, logika aksi kolektif kurang bisa menjelaskan langkah
yang ditempuh kelompok kepentingan dalam mempengaruhi kebijakan. Akhirnya,
berkembanglah model proses politik yang disederhanakan. Model ekonomi politik
terbaru tentang kebijakan perdagangan diibaratkan seperti lelang, dimana kelompok
kepentingan “membeli” kebijakan dengan menawarkan kontribusi tertentu kepada
politisi. Politisi tidak akan mengabaikan kesejahteraan secara keseluruhan, tetapi
politisi bisa menurunkan kesejahteraan pemilih dengan imbalan dana kampanye yang
lebih besar. Oleh karena itu, kelompok kepentingan bisa memperoleh kebijakan yang
menguntungkan dengan mengorbankan kepentingan publik secara keseluruhan.

d. Siapa yang Mendapatkan Proteksi?


Di negara berkembang, sektor yang paling sering dilindungi adalah sektor
manufaktur melalui kebijakan industrialisasi substitusi impor. Di negara maju
proteksionisme mencakup sektor pertanian dan industri pakaian.
1. Pertanian (Agriculture)
Pada perekonomian modern, petani di Amerika Serikat tidak banyak. Sektor
pertanian hanya menyerap 2 juta pekerja dari 130 juta. Meskipun demikian, para
petani biasanya terhimpun dalam kelompok yang terorganisir dengan baik dan
berpengaruh secara politik sehingga mereka berhasil mendapatkan proteksi.
2. Industri Pakaian (Clothing)
Industri pakaian terbagi menjadi dua, yaitu industri tekstil (textiles) dan
industri pakaian jadi (apparel industry). Kedua industri ini, terutama inudstri pakaian
jadi memperoleh proteksi besar-besaran dalam bentuk tarif dan kuota impor yang
dikelola oleh MFA (Multi-Fiber Arrangement). Terdapat dua sifat yang menonjol
dari industri pakaian jadi, yaitu padat karya (labor-intensive) dan tekonologi yang
digunakan relatif sederhana. Akibatnya, industri pakaian jadi menjadi keunggulan
komparatif di negara yang berupah rendah
D. NEGOSIASI INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Tendapat pendapat yang menyatakan bahwa sulit untuk menrancang kebijakan
perdaganan yang bisa meningkatkan kesejahteraan nasional. Kebijakan perdagangan
seringkali didominasi oleh kelompok kepentingan tertentu. Pada pertengahan tahun
1930-1980 Amerika Serikat dan negara maju lainnya menghapus tarif dan beberapa
hambatan perdaganan lainnya secara bertahap. Dengan adanya penghapusan tarif dan
hambatan lainnya membantu meningkatkan integrasi internasional. Penghapusan tarif
secara politik tersebut bisa terjadi melalui negosiasi internasional (international
negotiations) dimana pemerintah sepakat untuk mengurangi tarif bersama.
a. Manfaat Negosiasi
Dua alasan menurunkan tarif sebagai kesepakatan bersama lebih mudah
dibandingkan melakukannya sebagai kebijakan sepihak (unilateral) yaitu : Pertama,
kesepakatan bersama mendukung perdaganan yang lebih bebas. Kedua, membantu
pemerintah dalam menghindari perang dagang (trade wars).

Pada tabel di atas diasumsikan terdapat dua negara, yaitu Amerika Serikat
dan Jepang. Kedua negara tersebut hanya memiliki dua pilihan kebijakan yaitu
perdaganan bebas (free trade) atau proteksi (protection). Asumsi pertama,
pemerintah setiap negara akan memilih kebijakan proteksi. Asumsi kedua, meskipun
pemerintah bertindak secara sepihak dalam memilih kebijakan proteksi akan lebih
baik jika kedua negara tersebut memilih perdagangan bebas. Keadaan tersebut
dinamakan “prisoner’s dilemma”. Ketika pemerintah kedua negara memilih
kebijakan proteksi, maka akan terjadi perang dagang dan kedua negara tersebut akan
sama-sama merugi seperti yang ditunjukan pada kolom kanan bawah.
b. Perjanjian Perdagangan Internasional : Sejarah Singkat
Pada tahun 1930 pemerintah Amerika Serikat memberlakukan tarif smoot-
hawley (Smoot-Hawley Act). Tingkat tarif meningkat tajam dan perdaganan Amerika
mengalami penurunan drastis. Akhirnya, pemerintah Amerika Serikat memutuskan
untuk menurunkan tarif, tetapi hal ini ditentang oleh para anggota kongres. Solusi
dari masalah tersebut adalah negosiasi tarif bilateral. Namun negosiasi bilateral ini
tidak memberikan keuntungan penuh dalam lingkup koordinasi internasional. Maka,
terjadi peralihan dari negosiasi bilateral menuju perundingan multilateral.
Multilateral dimulai saat berakhirnya perang dunia II dan berlangsung
dibawah naungan General Aggreement on Tariffs and Trade (GATT). Pada tahun
1995 didirikannya organisasi formal, yaitu World Trade Organization (WTO).
Analogi mekanisme merupakan salah satu cara untuk berpikir mengenai pendekatan
GATT-WTO yang dimana satu dengan yang lainnya saling terikat. Selain mengikat
tarif, GATT-WTO juga mencegah intervensi non-tarif dalam perdaganan.
Terdapat delapan putaran perdaganan (trade round), lima putaran
perdagangan berupa negosiasi bilateral “parallel” dimana setiap negara melakukan
negosiasi secara berpasangan dengan sejumlah negara sekaligus. Perjanjian
perdaganan multilateral keenam diselesaikan pada tahun 1967 dikenal sebagai
Putaran Kennedy (Kennedy Round). Putaran Tokyo (Tokyo Round) diselesaikan pada
tahun 1979. Kedelapan, Putraran Uruguay (Uruguay Round) diselesaikan pada 1994.

c. Putaran Uruguay
Putaran Uruguay dilaksanakan pada tahun 1986 di Punta del Este, Uruguay.
Putaran ini dijadwalkan berakhir pada tahun 1990 tetapi tidak terlaksanakan karena
mengalami politik yang serius. Pada akhir tahun 1993, para negosiator menyepakati
sebuah dokumen dan ditandatangani di Marrakesh, Morocco, yang intinya berisikan
dua hal, yaitu liberalisme perdaganan dan reformasi administratif.

d. Liberalisasi Perdagangan
Sama seperti negosiasi GATT sebelumnya, putaran uruguay juga memotong
tarif di seluruh dunia. Namun, terdapat hal yang lebih penting dibandingkan
pengurangan tarif, yaitu meliberalisasikan dua sektor penting yang terdiri dari
pertanian dan industri pakaian. Produk pertanian dunia terdistorsi sehingga ketika
putaran uruguay dimulai. Amerika Serikat ingin menciptakan perdaganan bebas di
sektor pertanian, sehingga negara yang melindungi petaninya dengan kuota impor
harus mengganti kuota tersebut dengan tarif yang tidak boleh dinaikkan lagi di masa
mendatang. Perdaganan dunia di sektor industri pakaian juga terdistorsi oleh Multi
Fiber Aranggement(MFA). Maka, putaran uruguay perlahan-lahan menghapus MFA.

e. Reformasi Administrasi : Dari GATT ke WTO


Pada tahun 1955 WTO menggantikan sekretariat yang mengelola GATT.
Terdapat perbedaan antara GATT dan WTO, GATT merupakan perjanjian sementara
sedangkan WTO adalah organisasi internasional. GATT hanya berlaku untuk
perdaganan barang, sedangkan WTO mencangkup aturan tentang perdaganan jasa
yang terangkum dalam perjanjian umum perdaganan jasa (GATS).
Aspek baru yang paling penting dari WTO dikenal sebagai prosedur
penyelesaian penyelisihan (Dispute Settlement Understanding, DSU). Sebelum
adanya WTO, pengadilan internasional membutuhkan waktu yang lama dan ketika
keputusan telah dikeluarkan, tidak ada hasilnya. Sedangkan WTO memiliki prosedur
yang lebih formal dan efektif. Ketika WTO menerima laporan pelanggaran dari suatu
negara, dan WTO menyimpulkan bahwa negara terlapor melanggar aturan, tetapi
negara tersebut menolak untuk mengubah kebijakannya, WTO akan memberikan hak
kepada pelapor untuk membalas negara tersebut tanpa melanggar aturan WTO.

f. Manfaat dan Biaya


Biaya yang ditimbulkan oleh Putaran Uruguay akan sangat dirasakan oleh
kelompok terpusat yang terorganisir dengan baik, sedangkan manfaatnya akan
tersebar ke kalangan yang lebih luas. Kemajuan dibidang pertanian akan merugikan
kelompok kecil tetapi bermanfaat bagi negara yang memiliki harga produk pertanian
yang jauh di atas harga dunia. Begitu pula dengan liberalisasi di sektor pakaian.
Kerugian akan dirasakan oleh perusahaan dan pekerja. Namun manfaat itu tersebar
ke kalangan yang lebih luas, sehingga manfaat yang diperoleh tidak terlalu terasa.

E. DOHA DISAPPOINTMENT
Putaran kesembilan ini dimulai pada tahun 2001 di Teluk Persia, Doha. Sama
seperti putaran yang sebelumnya, putaran ini ditandai dengan negosiasi yang sulit. Serta
untuk pertama kalinya putaran negosiasi perdaganan gagal tanpa adanya kesepakatan.
Tabel tersebut menunjukkan perkiraan World Bank dimana kesejahteraan
diperoleh dari ”full liberalization”. Di dunia modern, barang-barang pertanian
menyumbang kurang dari 10 persen dari total perdaganan internasional. Tetapi, menurut
estimasi world bank, liberalisasi perdaganan sektor pertanian akan menghasilkan 63
persen dari keuntungan total perdaganan bebas dunia, dan keuntungan ini sangat sulit
untuk dicapai, karena petani di negara kaya akan lebih efektif dalam mendapatkan
keuntungan dari proses politik.
a. Perjanjian Perdagangan Preferensial
Beberapa kelompok negara membentuk perjanjian perdaganan prefensial
(prefential trading agreement). Secara umum, dua atau lebih negara bisa melakukan
perjanjian perdaganan prefensial dengan dua cara. Pertama, dengan membentuk
kawasan perdaganan bebas (free trade area). Kedua membentuk kesatuan pabean
(customs union), dengan sengaja menyamakan kebijakan tarifnya kepihak mana saja.
Misalnya, terdapat tiga negara, yakni Amerika Serikat sebagai produsen
gandum dengan biaya rendah $4, Inggris sebagai produsen gandum dengan biaya
tinggi $8, dan Perancis berada di tengah-tengah $6. Pertama, diasumsikan jika tarif di
Inggris meningkat sebesar $5 maka harga impor gandum dari Amerika Serikat
menjadi $9, dan Perancis menjadi $11. Sehingga konsumen Inggris akan membeli
gandum domestik seharga $8. Ketika tarif terhadap Perancis dihapus, impor gandum
Perancis akan menggantikan produk Inggris. Dalam analisis pengaturan perdaganan
prefensi, kasus ini disebut sebagai kasus penciptaan perdaganan (trade creation).
Kedua, disumsukan tarif Inggris terhadap produk impor turun menjadi $3.
Maka Inggris akan membeli gandum dari Amerika Serikat seharga $7. Jika terbentuk
kesatuan pabean, konsumen Inggris akan membeli gandum Perancis dengan harga $6
dan tidak lagi membeli dari Amerika Serikat. Dalam analisis pengaturan perdaganan
prefensi, kasus ini disebut kasus pengalihan perdagangan (trade diversion).
DAFTAR PUSTAKA

Paul L. Krugman, M. O. (2004). Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Edisi Kelima.
Terjemahan Dr. Faishal H. Basri, S.E., M.Sc. Gramedia.

Paul R. Krugman, M. O. (2012). International Economics Theory & Policy Ninth Edition. Pearson
Edication International.

Anda mungkin juga menyukai