Kelembagaan itu bersifat dinamis, yang mana seiring berjalannya waktu akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan kelembagaan memiliki dua dimensi, yaitu:
A. Transformasi Permanen
Menurut North (1995), ada 5 proposisi untuk mendefinisikan karakterisktik dasar dari
perubahan kelembagaan, antara lain:
Hira dan Hira (2000) berpendapat bahwa ada dua faktor utama untuk memahami dinamika
perubahan kelembagaan itu sendiri, antara lain:
Empat hal yang meliputi individu atau kelompok yang berusaha mengubah
kesepakatan kelembagaan atau lingkungan kelembagaan yang dapat dipertimbangkan
sebagai sumber perubahan menurut Davis/North (1971), yaitu:
Di sisi lain, Scott dalam Challen (2000) membagi empat fase/model dimana
perubahan kelembagaan dalam konteks historis, antara lain:
1. Spontan dan tidak berlanjut oleh revolusi dan penaklukan;
2. Perubahan spontan dan incremental dari pemanfaatan tradisi dan perilaku umum
3. Perubahan incremental oleh proses pengadilan dan evolusi undang-undang umum
4. Perubahan incremental yang dilakukan oleh imperialis, birokrasi, atau politik.
Pada level makro ada lima isu penting yang sering dibahas yakni: pengendalian
inflasi, pengurangan defisit anggaran, stabilisasi nilai tukar mata uang, perdagangan
internasional, dan peningkatan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan di level mikro: liberisasi harga, privatisasi, pengembangan pasar modal,
penciptaan system hukum untuk menegakkan hak kepemilikan, dan mempromosikan
kompetisi (Yeager, 1999).
Untuk bisa mencapai focus perubahan pada masa transisi dalam sebuah
kelembagaan dibuatlah target, variabel kunci, Tindakan pada berbagai level, dan jenis
kelembagaan yang dibutuhkan, sehingga sekaligus variabel-variabel tersebut bisa
digunakan sebagai parameter seperti pada table di bawah ini. Table di bawah merupakan
hasil pemikiran dari Diehl, 1998).