Anda di halaman 1dari 5

TEORI PERUBAHAN KELEMBAGAAN

Kelembagaan itu bersifat dinamis, yang mana seiring berjalannya waktu akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan kelembagaan memiliki dua dimensi, yaitu:

 Perubahan konfigurasi antarpelaku ekonomilah yang memicu terjadinya perubahan


kelembagaan
 Perubahan kelembagaan sengaja dibuat untuk mengatur kegiatan ekonomi.

A. Transformasi Permanen

Perubahan kelembagaan artinya terjadinya perubahan prinsip regulasi dan


organisasi perilaku dan pola-pola interaksi. Perubahan kelembagaan juga dapat
didefinisikan sebagai proses yang continue dan tujuannya untuk memperbaiki kualitas
interaksi ekonomi antar pelakunya.

Apabila perubahan kelembagaan dianggap sebagai proses transformasi yang permanen


maka perubahan kelembagaan bisa menjadi faktor pengaruh utama terhadap perubahan
struktur dalam system sosial tertentu. sebab perubahan kelembagaan dianggap memiliki
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi aspek-aspek kehidupan sosial, hukum, ekonomi,
politik, dll.

Menurut North (1995), ada 5 proposisi untuk mendefinisikan karakterisktik dasar dari
perubahan kelembagaan, antara lain:

1. Interaksi kelembagaan dan organisasi yang terjadi secara terus-menerus di dalam


setting ekonomi kelangkaan, dan kemudian diperkuat oleh kompetisi, merupakan
kunci terjadinya perubahan kelembagaan.
2. Kompetisi akan membuat organisasi menginvestasikan keterampilan dan
pengetahuan untuk bertahan hidup.
3. Kerangka kelembagaan mendikte jenis keterampilan dan pengetahuan yang
dianggap memiliki hasil maksimum (maximum pay-off).
4. Persepsi berasal dari konstruksi/bangunan mental para pemain/pelaku (mental
constructs of players).
5. Cakupan ekonomi, komplementaritas, dan eksternalitas jaringan matriks
kelembagaan menciptakan perubahan kelembagaan yang meningkat dan memiliki
jalur ketergantungan (path dependent).

Hira dan Hira (2000) berpendapat bahwa ada dua faktor utama untuk memahami dinamika
perubahan kelembagaan itu sendiri, antara lain:

1. Perubahan kelembagaan sebagai hubungan simbiotik (symbiotic relationship) antara


kelembagaan dan organisasi yang mengelilingi di sekitar struktur intensif yang
disediakan oleh kelembagaan.
2. Perubahan kelembagaan sebagai proses umpan balik (feedback process) di mana
individu merasa dan bereaksi terhadap perubahan berbagai kesempatan.

B. Perubahan Kelembagaan dan Kelompok Kepentingan

Empat hal yang meliputi individu atau kelompok yang berusaha mengubah
kesepakatan kelembagaan atau lingkungan kelembagaan yang dapat dipertimbangkan
sebagai sumber perubahan menurut Davis/North (1971), yaitu:

1. Perubahan harga relatif dalam jangka panjang bisa mendorong ke peningkatan


aktivitas ekonomi tertentu atau membuat aktivitas ekonomi baru.
2. Kesempatan teknologi baru bisa menciptakan pendapatan yang potensial, yang
hanya dapat ditangkap jika kelembagaan ekonomi yang sedang berjalan dapat
diubah.
3. Kesempatan dalam mencari rente (rent-seeking) dapat memicu kelompok
kepentingan melakukan perubahan kelembagaan guna menyesuaikan sewa dan
redistribusi pendapatan sesuai keinginannya.
4. Perubahan dalam sikap kolektif bisa juga menyebabkan perubahan kelembagaan.

Di sisi lain, Scott dalam Challen (2000) membagi empat fase/model dimana
perubahan kelembagaan dalam konteks historis, antara lain:
1. Spontan dan tidak berlanjut oleh revolusi dan penaklukan;
2. Perubahan spontan dan incremental dari pemanfaatan tradisi dan perilaku umum
3. Perubahan incremental oleh proses pengadilan dan evolusi undang-undang umum
4. Perubahan incremental yang dilakukan oleh imperialis, birokrasi, atau politik.

Model perubahan kelembagaan dapat dideskripsikan sebagai proses interaksi antara


dua entitas: ‘wirausahawan ekonomi’ dan ‘wirausahawan politik’. Wirausahawan ekonomi
dan politik didefinisikan dalam pengertian yang luas sebagai kelas orang-orang atau
kelompok bersama yang memiliki level berbeda dalam hierarki kelembagaan.

Williamson mendeskripsikan adanya hierarki dalam level kelembagaan yang bisa


direntang dari mulai keterlekatan (embeddedness) sosial bilateral di antara perusahaan.
Makin tinggi aturan di dalam hierarki ini, maka kian lambat perubahan akan terjadi. Di
samping itu, ada dua tipe perubahan kelembagaan. Pertama, perubahan kelembagaan
terinduksi. Kedua, perubahan kelembagaan dipaksakan.

C. Alat Ukur dan Variabel Perubahan Kelembagaan

Dalam rangka perubahan kelembagaan yang formal, diperlukan sesuatu yang


disebut sebagai ‘alat ukur’ dan variable-variabel yang terfokus untuk tujuan kemudahan
bagi setiap pembuat kebijakan menetapkan atau menentukan jenis kelembagaan atau jenis
perubahan kelembagaan seperti apa yang memang dibutuhkan sesuai dengan situasinya.

Di negara-negara yang sedang melakukan proses transisi atau reformasi ekonomi,


biasanya ada variabel-variabel mikro dan makro untuk dijadikan alat ukur atau indikator
untuk menilai keberhasilan kinerja perekonomiannya.
Jadi untuk mencapai keberhasilan dari perupahan kelembagaan yang hendak
dilakukan, perlu dibuat terlebih dahulu detail rancangan tindakan-tindakan apa saja yang
akan dilakukan dalam rangka perunahan kelembagaan tersebut, output yang ingin
dihasilkan (sasaran/target dilakukannya perubahan), lalu diperkirakan dampak-dampak
(negative dan positifnya) yang akan timbul dari sisi-sisi yang berbeda. Misalkan dari sisi
masyarakat akan bagaimana dampaknya? Sebaliknya untuk entitas-entitas penguasa
bagaimana dampaknya? Nah untuk itu, peran alat ukur snagatlah diperlukan, mulai dari
pertimbangan tentang kelembagaan seprti apa yang dibutuhkan berkaitan dengan
situasinya sampai untuk menilai atau mengukur seberapa berhasilkah perubahan
kebijakan yang diterapkan pada kelembagaan tersebut.

Pada level makro ada lima isu penting yang sering dibahas yakni: pengendalian
inflasi, pengurangan defisit anggaran, stabilisasi nilai tukar mata uang, perdagangan
internasional, dan peningkatan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan di level mikro: liberisasi harga, privatisasi, pengembangan pasar modal,
penciptaan system hukum untuk menegakkan hak kepemilikan, dan mempromosikan
kompetisi (Yeager, 1999).

Untuk bisa mencapai focus perubahan pada masa transisi dalam sebuah
kelembagaan dibuatlah target, variabel kunci, Tindakan pada berbagai level, dan jenis
kelembagaan yang dibutuhkan, sehingga sekaligus variabel-variabel tersebut bisa
digunakan sebagai parameter seperti pada table di bawah ini. Table di bawah merupakan
hasil pemikiran dari Diehl, 1998).

D. Organisasi, Pembelajaran, dan Perubahan Kelembagaan

Dalam konteks ekonomi, perubahan kelembagaan selalu dikaitkan dengan atribut


keuntungan yang bakal dinikmati oleh pelaku yang terlibat di dalamnya. Nah perubahan
kelembagaan memiliki keuntungan bagi masyarakat hanya jika biaya-biaya yang muncul
akibat perlindungan hak-hak lebih kecil ketimbang penerimaan dari alokasi sumber daya
yang lebih baik. Apabila biaya yang muncul terlalu tinggi, mungkin diperlukan langkah
untuk mendesain kelembagaan non pasar dalam rangka mencapai alokasi sumber daya
lebih efisien. Salah satu kelembagaan nonpasar datang dari pemerintah/negara. Dalam
posisi ini pemerintah mengintroduksi kebijakan yang bisa memengaruhi aktivitas ekonomi.
Pada kasus di sektor pertanian, misalnya, persoalan yang umum dijumpai adalah
keengganan petani untuk mengambil resiko apabila dihadapkan dengan
penggunaan/perubahan teknologi. Pemerintah dapat mengubah sikap tersebut dengan
mengeluarkan kebijakan, misalnya, penjaminan risiko sehingga petani mau mengambil
kesempatan untuk mengadopsi teknologi baru. Bila jalur ini berhasil, maka proses
perubahan kelembagaan akan terjadi.

Dalam praktiknya, kegiatan transaksiekonomi akan selalu memakai satu di antara


dua instrumen berikut: pasar atau organisasi. Menurut Coase, pasar dan organisasi
merupakan dua tipe ideal koordinasi dalam proses transaksi pertukaran. Pasar yang ideal
dikarakteristikan oleh fakta bahwa hukum harga sebagai ‘kecukupan statistik’ bagi sumber
pengambilan keputusan individu. Sebaliknya, organisasi yang ideal dicirikan sebagai
keseluruhan bentuk koordinasi transaksi yang tidak menggunakan instrumen harga untuk
mengomunikasikan informal di antara pelaku-pelaku transaksi.

Perubahan kelembagaan bisa dipetakan dalam dua tahapan, yaitu: peningkatan


pendapatan (increasing return) dan pasar tidak sempurna (imperfect market) yang
mengakibatkan tingginya biaya transaksi.

Anda mungkin juga menyukai