Anda di halaman 1dari 12

TEORI INSTITUSIONAL

Novi Handayani
12030117420077

A. Pengertian
Teori institusional atau biasa di sebut teori kelembagaan merupakan teori yang mendasari
terbentuknya organisasi karena tekanan lingkungan institusional yang menyebabkan
terjadinya institusionalisasi Menurut North (1991) dalam Arsyad (2010), institusi atau
institusional adalah aturan – aturan (constraints) yang diciptakan oleh manusia untuk
mengatur dan membentuk interaksi politik, sosial dan ekonomi. aturan tersebut terdiri
dari aturan formal dan aturan informal serta proses penegakan aturan tersebut
(enforcement). Secara bersama – sama aturan tersebut menentukan struktur insentif bagi
masyarakat, khususnya perekonomian. Dan hal itu diciptakan manusia untuk membuat
tatanan (order) yang baik.
Prinsip dasar teori ini adalah bahwa kelangsungan hidup organisasi membutuhkan
organisasi tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial dari perilaku
yang dapat diterima.
B. Sejarah Teori Institusional
Sejak ribuan tahun yang lalu para filosof yunani telah menyadari bahwa institusi yang
satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Abad 19-an Max weber mencoba mengkaji
birokrasi dan institusi secara sistematis.yang dalam hal ini adalah Negara. kemudian
Madzab institusionalis AS berkembang sejak tahun 1880an dipengaruhi oleh madzab
institusionalis Jerman dan pemikiran–pemikiran Thorten Zveblen (1899) tentang
pemikiran ekonomi institutionalnya
Saat itu banyak penelitian Institusionalisme baru mengkaji pengaruh besar institusi
terhadap perilaku manusia melalui aturan dan norma yang dibangun oleh institusi.
Berkaitan dengan pengaruh individu terhadap perilaku manusia, ada dua anggapan
yaitu:
1. Menyebabkan individu berusaha memaksimalkan manfaat aturan dalam institusi,
2. Perilaku sekedar menjalankan tugas sesuai aturan.
Institusionalisme memperkaya dengan menambahkan aspek kognitif, yaitu bahwa
individu dalam institusi berperilaku tertentu bukan karena takut pada hukuman atau
karena sudah menjadi kewajiban (duty), melainkan karena konsepsi individu tersebut
mengenai norma-norma soaial dan tatanan nilai yang ada.
David Easton memberi kerangka “makro” dominan tempat berlangsungnya proses
pembuatan keputusan, pada 1950-an dan 1960-an, sementara Phillip Selznick juga
berperan penting dalam menetapkan agenda analisis “mikro” dari segi perspektif
fungsionalis tentang bagaimana institusi “sesungguhnya bekerja di dalam, yang berbeda
dengan struktur sebagai rationale “luar” formalnya. Di sisi luar “outside”, kehidupan
organisasional tampaknya merupakan alat seperti mesin yang rasional. Kerangka analisis
institusional dapat dispesifikasikan ke dalam 3 kerangka, yaitu:
1. Institusionalisme sosiologi
2. Institusionalisme ekonomi,
3. Institusionalisme politik
Pada dekade 1980-an, pembahasan tentang institusi atau kelembagaan mulai
berkembang dalam ilmu ekonomi, hal tersebut dikarenakan sudah semakin banyak
ekonom yang menyadari bahwa kegagalan pembangunan ekonomi pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan institusi. Perkembangan tentang kajian peranan institusi di
dalam pembangunan ekonomi tersebut melahirkan suatu cabang baru ilmu ekonomi yang
dikenal dengan ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics)
C. Bentuk-Bentuk Teori Institusional
Secara umum organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar
mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian di institusionalkan / dianggap sah dan
diterima sebagai cara berpikir ala organisasi tersebut. Dalam teori institutional ada 2
bentukan institusional yang terjadi yakni :
1. Isomorphis / Isomorfisma mengacu pada proses menghambat yang memaksa
satu unit dalam populasi menyerupai unit lain dalam menghadapi setiap kondisi
lingkungan yang sama isomorphis di bagi menjadi 3 macam yakni :
1) Coersif Isomorphis yang menunjukkan bahwa organisasi mengambil
beberapa bentuk atau melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena
tekanan-tekanan negara dan organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas/
proses penyesuaian menuju kesamaan dengan “pemaksaan.” Tekanan
datang dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan
resmi datang dari peraturan pemerintah agar bisa diakui. Dalam coersif
isomorphis Maggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995),
mengidentifikasikan beberapa penyesuaian organisasi pada teori
institusional antara lain:
 Penyesuaian Kategorial terjadi ketika aturan-aturan institusional
mengarahkan organisasi membentuk struktur mereka. Konvensi-
konvensi tersebut kemudian ia akan menghasilkan struktur yang
homogen.
 Penyesuaian Struktural Disebabkan oleh peraturan pemerintah,
ketidakpastian lingkungan, atau mencari legitimasi. Perusahaan akan
mengadopsi struktur organisasi yang spesifik (biasanya dengan
menyewa seseorang dari perusahaan yang sukses atau menyewa
konsultan).
 Penyesuaian Prosedural Disamping struktur, organisasi biasanya
terpengaruh untuk melakukan sesuatu dalam beberapa cara pula.
Kadangkala penyesuaian atau adopsi adalah hasil dari ketidakpastian
atau paksaan (coersive), dan pemaknaan normatif. Sehingga perlu
dalam perubahan prosedur sebagai prosedur standar pada program
TQM (Total Quality Management), PERT Chart (Program Evaluation
Review Techniques) dalam mencapai standar prosedur pengoperasian,
dua kelompok utama yang membutuhkan prosedur adalah pemerintah
dan kelompok profesional (DiMaqqio dan Powell, 1983). Para
pengacara menjadi perantara bagi keduanya dan menguasai sebagian
prosedur keorganisasian.
 Penyesuaian Personil Organisasi modern memiliki berbagai aturan
spesialisasi disertai dengan sertifikat profesional (khususnya pada
organisasi di Barat). Penyesuaian terhadap aturan-aturan institusi
biasanya perlu untuk menyewa atau menggunakan personil yang
spesifik. Kebutuhan lisensi atau akreditasi biasanya harus memenuhi
presentasi (%) kualifikasi personil dalam posisi kunci. Sertifikat
sangat penting sebagai sumber legitimasi. Kebutuhan pendidikan
selalu meningkat sesuai bagian dari posisi kerja walaupun tidak jelas
hubungan antara tujuan pendidikan dengan produktifitas. Hal ini
terlihat jelas pada benda institusional ketimbang ketrampilan tehnis
yang berbasis pada efektivitas. Memiliki secarik sertifikat atau pekerja
berpendidikan merupakan signal bagi lingkungan bahwa seseorang
merupakan pekerja modern, perusahaan yang bertanggung jawab
menggunakan kriteria rasional dalam menyeleksi dan mempromosikan
personilnya.
2) Mimetik Isomorphis, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang
lain/ Organisasi sering menyalin praktek organisasi lain untuk keunggulan
kompetitif dan untuk mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan
kekuatan yang mendorong imitasi. Ada empat isu yang dibahas pada
isomorphisme mimetik yaitu:
 Peningkatan Isomorphism Mengungkapkan definisi peningkatan
isomorphisme institusional adalah peningkatan homogenitas antara
negara-negara di Amerika Serikat, yang mengindikasikan peningkatan
homogenisasi pada negara sebagai refleksi proses institusionalisasi
berupa penyesuaian dan rasionalisasi.
 Late Adoption. Tolbert dan Zuckler (1983) menggunakan sebuah
kasus untuk menjelaskan secara institusional analisis mereka
mengenai pengadopsian secara historis dari peraturan sipil sebagai
bagian dari reformasi administrasi kependudukan di Amerika Serikat.
Mereka mengemukakan bahwa pengadopsian awal dari praktek-
praktek tersebut oleh beberapa kota merupakan suatu upaya rasional
untuk mengatasi masalah. Pengadopsian selanjutnya oleh kota lain
merupakan suatu respons terhadap apa yang telah menjadi norma
institusional yang menentukan praktek-praktek legitimasi. Tolbert dan
Zuckler (1983) melihat perubahan struktur sebagai orientasi terhadap
keefektifan internal untuk pengadopsian awal, tetapi tidak terhadap
penyesuaian institusional selanjutnya. Ia hanya berupa adopsi nilai-
nilai dan norma-norma.
 Teori institusional sebagai sebuah tradisi Teori institusional
sebagai sebuah tradisi dijelaskan oleh Eisenhardt (1998) dari
pengamatannya terhadap sistem pembayaran yang berbeda-beda yang
digunakan pada toko-toko retail. Alasan mengapa toko-toko retail atau
grosir membayar dengan cara yang berbeda adalah karena sejak awal
toko-toko tesebut sudah menerapkan cara-cara demikian atau sudah
menjadi tradisi.
3) Mimicry. Fleigstein (1985) menawarkan sebuah analisis secara sosiologis
mengenai penyebab pengadopsian struktur yang bersifat multidivisi oleh
sebuah koorporasi. Fleigstein (1985) kemudian menemukan bukti bahwa
perusahaan lebih suka mengadopsi struktur multidivisional sebagaimana
telah mereka temukan dari perusahaan lain dalam industri yang sama yang
telah melakukannya. Hal ini diidentifikasikannya sebagai efek mimetik.
Fleigstein juga mencatat bahwa perusahaan akan mendivisionalisasikan
strukturnya apabila pesaing-pesaing merubah strukturnya pula. Bila pesaing
mengadopsi struktur yang layak, dan mereka mencapai performansi
organisasi yang secara relatif superior dibanding perusahaan yang sudah dan
belum mendivisionalisasikan strukturnya maka akan terjadi apa yang
disebut sebagai efek mimesis
4) Normatif Isomorphis, karena adanya tuntutan profesional. Tekanan dari
norma-norma kelompok untuk mengadopsi praktek-praktek institusional
tertentu. Kelompok-kelompok tertentu tersebut dengan pelatihan tertentu
akan cenderung mengadopsi praktik yang sama dan ketidakpatuhan dapat
mengakibatkan sanksi yang dikenakan oleh kelompok tersebut. Normatif
muncul di bidang tertentu atau sesuatu yang tepat bagi organisasi berasal
dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di bidang
tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normatif itu.
Ketika profesionalisme meningkat maka meningkat juga tekanan normatif
itu.
2. Loose-Coupling/Decoupling
loose-coupling yaitu teori institusional mengambil tempatnya sebagai sistem
terbuka. Loose-coupling, menjelaskan organisasi sebagai sistem terbuka agak
berbeda dengan pandangan konvensional teori organisasi yang melihat
pengoperasian organisasi sebagai inti pembahasan. Pengoperasian lewat
pengendalian terhadap hirarki manajemen atau tugas manajemen dalam
penjelasan teori institusional bukanlah variabel utama, tetapi lingkungan
institusionallah yang lebih menentukan lewat penjelasan idiologi, norma, dan
nilai-nilai pada masyarakat sebagai variabel utama penjelasan teori organisasi
sebagai sebuah sistem terbuka. Hal ini dijelaskan oleh argumen Meyer dan Scott
(1983, dalam Donaldson, 1995), pada penilitian mereka terhadap sekolah di
Amerika Serikat yang membuktikan adanya loose-coupling pada organisasi
karena tekanan lingkungan institusional,
D. Ekonomi institusional
Ekonomi institusional secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu
ekonomi yang berisi pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang
atau suatu pihak sangat dipengaruhi oleh institusi tertentu. Institusi sendiri dalam hal ini
memiliki arti yang cukup luas dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan
main” dalam suatu kelompok masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal,
yang sengaja disusun untuk membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada
dalam kelompok masyarakat tersebut. Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi,
hukum perundangan dll; sementara institusi informal dapat berupa konvensi, tren,
budaya, dsb. Dengan demikian institusi di sini tidak sama dengan organisasi. Mazhab
Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan atau mazhab
ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah
semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan
keuntungan (maximizing profit behaviour). Istilah “ekonomi institusional” (institutional
economics) pertama kali diperkenalkan oleh Walton Hamilton pada tahun 1919. Namun
tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab
institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan
John R. Commons. Menurut Rodrik (2003) dalam Arsyad (2010), ada empat fungsi
institusi dalam kaitannya dengan mendukung kinerja perekonomian, yaitu:
1. Menciptakan pasar (market creating) yaitu institusi yang melindungi hak
kepemilikan dan menjamin pelaksanaan kontrak.
2. Mengatur pasar (market regulating) yaitu institusi yang bertugas mengatasi
kegagalan pasar yakni institusi yang mengatur masalah eksternalitas, skala
ekonomi (economies of scale) dan ketidaksempurnaan informasi untuk
menurunkan biaya transaksi (misalnya: lembaga – lembaga yang mengatur
telekomunikasi, transportasi dan jasa – jasa keuangan).
3. Menjaga stabilitas (market stabilizing) yaitu institusi yang menjaga agar tingkat
inflasi rendah, meminimumkan ketidakstabilan makroekonomi dan
mengendalikan krisis keuangan (misalnya: bank sentral, sistem devisa, otoritas
moneter dan fiskal).
4. Melegitimasi pasar (market legitimizing) yaitu institusi yang memberikan
perlindungan sosial dan asuransi, termasuk mengatur redistribusi dan mengelola
konflik (misalnya: sistem pensiun, asuransi untuk pengangguran dan dana – dana
sosial lainnya).
Negara – negara dengan institusi yang baik lebih mampu mengalokasikan sumber daya
secara lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa bekerja lebih baik. Institusi yang
kuat juga akan melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat dan kredibel, sehingga berbagai
bentuk kegagalan pasar bisa teratasi. Sebaliknya, institusi yang buruk hanya akan menjadi
sebuah beban yang akan senantiasa menghalangi perekonomian untuk bisa bekerja
dengan baik. Kebijakan yang dilahirkan oleh sebuah institusi yang buruk juga berpotensi
besar mengalami kegagalan di tataran kebijakan (policy failure). Hal tersebut tentu saja
akan semakin memperburuk kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan pasar.
E. Fase Ekonomi Institusional
Dalam perkembangannya institusional ekonomi terbagi menjadi 2 fase yakni
A) Teori Institutional Lama
Ekonomi Institusional Lama ini dibangun dan berkembang di kawasan Amerika
Utara, para tokohnya antara lain: Veblen, Commons, Mitchell dan Clarence Ayres.
Ekonomi Institusional Lama ini muncul sebagai kritik terhadap aliran neoklasik. Para
tokoh Ekonomi Institusional Lama mengkritik keras aliran neoklasik karena:
1. Neoklasik mengabaikan institusi dan oleh karena itu mengabaikan relevansi
dan arti penting dari kendala – kendala non anggaran (non-budgetary
constraints).
2. Penekanan yang berlebihan kepada rasionalitas pengambilan keputusan
(rational-maximizing self-seeking behaviour of individuals).
3. Konsentrasi yang berlebihan terhadap keseimbangan (equilibrium) serta
bersifat statis.
4. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku
adalah pengulangan atau kebiasaan (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad,
2010).
B) Teori Institutional Baru
Ekonomi Institusional Baru mencoba untuk menawarkan ekonomi lengkap dengan
teori dan institusinya (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010). Ekonomi
Institusional Baru menekankan pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan
landasan analisis ekonomi neoklasik. Beberapa asumsi ekonomi neoklasik masih
digunakan, tetapi asumsi tentang rasionalitas dan adanya informasi sempurna
(sehingga tidak ada biaya transaksi) ditentang oleh Ekonomi Institusional Baru.
Menurut Ekonomi Institusional Baru, institusi digunakan sebagai pendorong
bekerjanya sistem pasar.
Arti penting dari Ekonomi Institusional Baru adalah:
1. Ekonomi Institusional Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun di
atas landasan ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Institusional Baru mampu
menjawab bahkan mengungkapkan permasalahan yang selama ini tidak
mampu dijawab oleh ekonomi neoklasik. salah satu permasalahan tersebut
adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai sebuah organisasi administratif
dan keuangan. Ekonomi Institusional Baru merupakan sebuah paradigma
baru di dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau bahkan menelaah ilmu
ekonomi.
2. Ekonomi Institusional Baru begitu penting dan bermakna di dalam konteks
kebijakan ekonomi sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi Institusional Baru
berhasil mematahkan dominasi superioritas mekanisme pasar. Ekonomi
Institusional Baru telah memposisikan dirinya sebagai pembangun teori
institusional non-pasar (non-market institutions). Ekonomi Institusional Baru
telah mengeksplorasi faktor – faktor non-ekonomi, seperti hak kepemilikan,
hukum kontrak dan lain sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi
kegagalan pasar (market failure). Menurut Ekonomi Institusional Baru,
adanya informasi yang tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena free-
riders di dalam barang barang publik dinilai sebagai sumber utama
kegagalan pasar, sehingga kehadiran institusi non-pasar mutlak diperlukan.
3. Ketika studi – studi pembangunan memerlukan satu landasan teoritis,
Ekonomi Institusional Baru mampu memberikan solusinya.
Ada beberapa macam aliran teori institusional baru
1. Institusionalism Normative
Merupakan asal usul institusionalisme dibidang sosiologi, oleh karena itu
sering disebut juga sociological institusionalism. Istilah normatif berasal
dari sudut pandang peneliti yang menganggap ada norma atau standar
perilaku (logic of appripriateness) yang menentukan kewajaran bertindak
para aktor dalam institusi. Para aktor tidak bisa seenaknya bertindak
memaksimalkan utility function dia, atau berperilaku kalkulatif seperti
pandangan aliran pilihan rasional(rational choice theory) karena para aktor
tersebut terikat tatanan nilai yang ada yang menentukan apakah tindakan para
aktor tersebut bisa diterima (acceptable) didalam lingkup institusi tersebut.
Institusionalisme normatif menekankan pada konteks budaya dimana
organisasi menjalankan fungsinya serta tata nilai yang memberi inspirasi para
aktor. Institusionalism normative menggambarkan organisasi sebagai sebagai
system of belief. Para aktor lebih berfungsi sebagai anggota asosiasi profesi
atau corp daripada mahluk kalkulatif dan selalu memaskimalkan kepuasan
pribadinya. Para individu terikat pada oleh nilai-nilai umum dan akan
menentukan tingkat kecenderungan mereka untuk berubah tetapi juga
kapasitas organisasi untuk berproduksi.
2. Rational choice institusionalism
Dalam Rational choice institusionalism Ada dua sudut pandang yang lazim
dianut dalam melihat institusi. Yang pertama melihat institusi sebagai kendala
yang bersifat eksogenus, yaitu institusi merupakan kumpulan aturan yang
mengatur perilaku individu didalam organisasi dan masing –masing individu
tidak memiliki daya untuk merubahnya.Sudut pandang kedua melihat aturan
dalam institusi diciptakan sendiri(bisa dirubah-rubah) oleh para pemain
didalamnya.dalam sudut pandang ini institusi merupakan cara ekuilibirium
dalam melakukan sesuatu.Untuk memahami institusi dengan baik kita harus
memahami interaksi antar individu, dimana individu bersifat kalkulatif dan
berhadapan dengan game theory. Arti kalkulatif yaitu pilihan tindakan yang
dilakukan individu aktor adalah dalam rangka mengoptimalkan kepuasan
individu tersebut.Aliran Institusionalisme Keputusan Rasional berusaha
menggabungkan metode berpikir dalam paham individualisme dengan
institusional. Fokus riset dalam aliran ini adalah bagaimana merancang
institusi sebagai instrumen untuk membatasi efek negatif perilaku individu
yang cenderung memaksimalkan kepuasan pribadinya.
3. Historical institusionalism
Aliran ini mengakui pentingnya sejarah perkembangan institusi.Jalur yang
dipilih (path dependencey) pada tahap awal perkembangan institusi
memainkan peranan penting pada kehidupan kemudian. Institusi dianggap
memiliki agenda inhern berdasarkan pola perkembangan yang baik yang
bersifat formal.; Suatu jalur cenderung stabil walaupun bisa berubah jika
terjadi critical juncture. Aliran historical dan rasional sebenarnya ada aspek
yang overlap. Misalnya keduanya sama-sama mengakui pentingnya institusi
untuk politik karena institusi mengatur perilaku politik., yang agak
mengejutkan bahwa perbedaan keduanya apakah manusia itu rasional atau
tidak. Perbedaan pokok antara keduanya misalnya dalam ilmu politik adalah
bahwa aliran historis lebih tertarik mengamati dan menjelaskan dampak
politik yang riil dan specifik.
4. Institusionalis economic
Institusionalis economic memusatkan kajiannya untuk memahami peranan
institusi buatan manusia dalam mempengaruhi perilaku ekonomi.. Aliran ini
sekarang berkembang menjadi new institutional economic yang memusatkan
perhatiannya mempelajari peranan institusi untuk mengurangi transaction
cost.,tokoh –tokoh ini antara lain Thorstein Veblen, John R Commons, John
R Commons dalam artikelnya Institutional Economic (1931) menyatakan
bahwa ekonomi adalah jejaring hubungan antar manusia yang memiliki
kepentingan , yang didalamnya ada monopoli, perusahan besar, perselisihan
buruh, dan fluktuasi siklus bisnis.
5. Constructivis institusionalism
Kelahiran Constructivis institusionalism didasari oleh keinginan untuk
memahami dan menjelaskan institusional equilibirium-sama halnya dengan
Rational choice institusionalism namun untuk alasan yang berbeda yang
mengandalkan institusional equilibirium. Asal usul Constructivis
institusionalism bisa ditelusuri lewat institusional historis, khususnya dari
para Constructivis institusionalism mengenai kelemahan metodologi
institutional historis yang terlalu menekankan pada institusional genesis
dalam melihat perubahan institusional maupun institutional historis yang
dianggap sebagai kombinasi pendekatan kalkulus Rational choice
institusionalism dengan social institusionalism.
Beberapa filosof pendukung Constructivism antara lain : Lau Tsu (6 abad
SM), Budha (tahun 560-477 SM), Heraklitus (tahun 540-475 SM), Immanuel
Kant(1724-1804) dan Hans Vaihinger (1852-1933). Tahun 1876 Vaihinger
mengatakan bahwa tujuan utama pikiran kita bukanlah untuk
menggambarkan realita tetapi untuk memberi navigasi dalam kehidupan
nyata.Lima tema dasar dalam penyebaran Constructivism yaitu :
1) Active agency,
2) Order,
3) Self,
4) Social symbolic relatedness,
5) Lifespan development.
Constructivism merasuki banyak bidang, dan yang paling menonjol adalah
bidang ilmu sosial (Social Constructivism) yang dipelopori oleh Lev
Vegotsky yang menyatakan bahwa bahasa dan skema konseptual yang
ditransfer melalui bahasa merupakan fenomena sosial. Oleh sebab itu struktur
kognitif manusia disusun lewat mekanisme sosial. Bidang lain yang dirasuki
adalah Constructivist intitutionalist. Perubahan institutionalism terjadi pada
perubahan hubungan antara aktor dengan konteks dimana mereka berada:
seperti lingkungan institutional, institutionalized subject, institutional, dan
architect.

Anda mungkin juga menyukai