Anda di halaman 1dari 9

EKONOMI KELEMBAGAAN

Pemaknaan Ekonomi Kelembagaan

Oleh:

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Udayana

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ekonomi kelembagaan , Manig mendefinisikan kelembagaan sebagai regulasi yang stabil dan
prinsip-prinsip atau aturan-aturan organisasi yang mengelola proses interaksi antar orang-orang. Di luar
latar belakang dalam hal ini, sesungguhnya apabila hendak menjelaskan ilmu ekonomi kelembagaan ,
kesulitan terbesar adalah pada saat mendefinisikan kata kelembagaan itu sendiri., kadang-kadang untuk
mudahnyam kelembagaan diberi predikat sebagai kerangka hukum atau hak-hak alamiah. Pada saat yang
lain, kelembagaan dimengerti sebagai apapun yang bernilai tambah atau kritik terhadap ekonomi klasik.
Bahkan kelembagaan juga di maknai sebagai apapun yang berhubungan dengan perilaku ekonomi. Secara
definitif kelembagaan bisa pula dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umumditerima oleh
anggota-anggota kelompok sosial untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang bisa di
awasi sendiri maupun di monitori oleh otoritas luar.
Disini harus dibedakan antara kelembagaan dan organisasi yaitu jika kelembagaan adalah seperangkat
aturan, regulasi, dan mekanisme penegakan maka organisasi adalah individu atau kelompok yang
berkumpul bersama untuk mencapai sebuah tujuan.
Dalam ekonomi kelembagaan ini New Institutional Economics (NIE) keberadaannyamenjadi penting
setidaknya karena di dasarkan pada tiga alasan. Yang pertama teori ini berangkat dari teori-teori dari luar
kerangka neoklasik. Kedua pada dekade 1990-an banyak kebijakan ekonomi yang dijalankan di negara
berkembang tidak suskses akibat kegagalan pasar. Dan yang ketiga adalah teori ini berpotensi besar bisa
menghubungkan dengan banyak faktor lain dalam teori kotemporer.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud perilaku dan nilai nilai fundamental manusia ?
b. Apa solusi pragmatis dan evolusi sistem sosial ?
c. Apa yang di maksud kelembagaan baru?
d. Apa saja cabang cabang ekonomi kelembagaan baru ?
e. Apa implikasi dari pemaknaan ekonomi kelembagaan ?
1.3 Tujuan penulisan
a. Mengetahui perilaku dan nilai nilai fundamental manusia
b. Mengetahui solusi pragmatis dan evolusi sistem sosial
c. Mengetahui kelembagaan baru
d. Mengetahui cabang cabang ekonomi kelembagaan baru
e. Mengetahui implikasi pemaknaan ekonomi kelembagaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku dan Nilai nilai Fundamental Manusia

Dalam kajian historis, akar dari teoi kelembagaan sendisesungguhnya sudah dimulai sejak lama,
terutama ahli kelembagaan dari tradisi AS (American Institutonal Tradition), seperti Thorstein Veblen, Wesley
Mitchell, John R. Commons dan Clarence Ayres. Di samping itu, ada juga varian lain yang melekat pada
ekonom klasik semisal Adam Smith dan John Stuart Mill ; Karl Max dan aliran Marxian lainya; Mazhab Austria
seperti Menger, Von Wieser dan Hayek ; Schumpeter; dan tokoh Neoklasik khusus nya Marshall. Tradisi yang
pertama (American Institutionalist Tradition) kemudian dikenal sebagai “Ilmu Ekonomi Lama” (Old
Institutionalist Economics). “New Institutionalist Economics (NIE) diambil dari Oliver Williamson(1975),
biasanya NIE juga disebut “Mathematic Institutional Economics”. “Theoretical Institutional e”, “Modern
Institutional Economics” dan “Neo-institutional Economics”.

Ekonomi kelembagaan lama sebagian besar bersumber dari dua proyek penelitian, yakni penelitian
pertama yang dipelopori oleh Thorstein Veblen (yang kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh Clarence
Ayres) dan penelitian kedua di pandu oleh John R. Commons. Veblen memusatkan perhatianya peda dikotomi
antara bisnis dan aspek industrial dalam perekonomian yang selanjutnya fokus kajian ini pengembangan
dikotomi antara kelembagaan dan teknologi. Sedangkan Commons lebih berkonsentrasi kepada hukum, hak
kepemilikan (property rights), dan organisasi yang memiliki implikasi terhadap kekuatan ekonomi, transaksi
ekonomi dan distribusi pendapatan. Kelembagaan dilihat sebagai pencapaian dari proses formal dan informal
dari resolusi konflik. Jika konflik tersebut bermuara kepada penciptaan (perubahan) kelembagaan yang memiliki
“nilai yang masuk akal” atau menghasilkan “irama kerja yang saling menguntungkan” atau maka bisa dikatakan
proses tersebut ‘telah berhasil’ demikian sebaliknya.

Kelembagaan juga dimaknai sebagai apa pun yang berhubungan dengan “perilaku ekonomi”. Lebih
rumit lagi, apa pun berupaya untuk menghadapkan hal hal yang di ‘dinamis’ dengan ‘statis’ ‘proses dengan
komoditas’, kegiatan dengan perasaan,tindakan kolektif dengan tindakan individu, manajemen dengan
keseimbangan, dan pengawasan dengan kebebasan dilihat sebagai ekonomi kelembagaan. Namun, seperti yang
dikonsepkan oleh Bardhan, kelembagaan akan lebih akurat bila di definisikan sebagai aturan aturan sosial,
kesepakatan dan elemen lain dari struktur kerangka kerja interaksi sosial. Secara definitif, kelembagaanbisa pula
dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum di terima oleh anggota anggota kelompok sosial, untuk
perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang bisa diawasi sendiri maupun di monitor oleh otoritas luar.
Manig mencatat bahwa kelembagaan mereflesikaan sistem nilai dan norma dalam masyarakat. Nort memaknai
kelembagaan sebagi aturan aturan yang membatasi perilaku menyimpang manusia untuk membangunstruktur
interaksi politik, ekonomi dan sosial. Dalam konteks ini kelembagaan memiliki tiga komponen, yakni aturan
formal,aturan informal, dan mekanisme penegakan. Aturan formal meliputi konstitusi, statua,hukum dan seluruh
regulasi pemerintah lainya. Aturan formal membentuk sistem politik, sistem ekonomi,dan sistem keamanan.
Aturan informal meliputi pengalaman, nilai nilai tradisional,agama dan seluruh faktor yang mempengaruhi
bentuk persepsi subyektif individu tentang dunia dimana mereka hidup. Pada aras ini, pendefinisian
kelembagaan bisa dipilah dalam dua klasifikasi. Pertama, bila berkaitan dengan proses maka kelembagaan
merujuk kepada upaya untuk mendesain pola interaksi antar perilaku ekonomi sehingga mereka bisa melakukan
kegiatan transaksi. Kedua, jika berhubungan dengan tujuan makan kelembagaan berkonsentrasi untuk
menciptakan efisiensi ekonomi berdasaran struktur kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial antar perilaku nya.

Sebagai abstraksi, Challen (2000:13-14) mengungkapkan beberapa karakteristik umum dari


kelembagaan yakni :

1. Kelembagaan secara sosial diorganisasi dan didukung, yang biasanya kelembagaan membedakan setiap
rintangan rintangan atas perilaku manusia, misalnya halangan biologis dan rintangan fisik
2. Kelembagaan adalah aturan aturan formal dan konvensi informal serta tata perilaku
3. Kelembagaan secara perlahan lahan berubah atas kegiatan kegiatan yang telah dipandu maupun di
halangi
4. Kelembagaan juga mengatur larangan larangan dan persyaratan persyaratan

Definisi dari ekonomi kelembagaan justru memfokuskan kepada studi mengenai struktur dan fungsi dari sistem
hubungan manusia atau buday yang secara eksplisit mencangkup perilaku dan keinginan individu, dengan
mempertimbangkan perilaku kelompok dan tujuan tujuan umum masyarakat. Konteks sektor industri,
kelembagaan merupakan seperangkat aturan aturan yang mempengaruhi bagaimana perusahaan mengorganisasi
untu produksi dan menyediakan barang/jasa maupun berinteraksi deng perilaku ekonomi lain. Praktik industri
standar adalah kepemilikan yang krusial dari struktur industri yang merefleksikan pelaksanaan keputusan
keputusan yang dibuat oleh perusahaan individu.

2.2 Solusi Pragmatis dan Evolusi Sistem Sosial

Ekonomi konvensional berkonsentrasi untuk menyelesaikan persoalan persoalan praktis, maka


ekonomi kelembagaan tidak tertarik kepada penjelasan atas seluruh fenomena ekonomi. Ekonomi kelembagaan
hanya peduli kepada penyelesaian persoalan ekonomi yang spesifik sehingga dapat menghasilkan perbaikan
yang signifikan. Pendekatan ekonomi kelembagaan mencoba untuk memberi pertimbangan terhadap seluruh
aspek dari masalah tersebut seperti : ekonomi,sosial, psikologi, sejarah,hukum,politik,administrasi dan bahkan
teknik. Ekonomi kelembagaan mencangkup dua arus hubungan antara ekonomi dan kelembagaan. Bila
dipandang kelembagaan sekarang tidak efisien, misalnya gagal mencapai pertumbuhan ekonomi maupun
ekonomi maupun kedap dalam membagi kesejahterahan antar pelakunya, maka hasrat untuk mengubah
kelembagaan dipastikan akan terjadi. Melalui ilustrasi tersebut bisa disimpulkan bahwa antara ekonomi dan
kelembagaan memiliki hubungan resiprokal. Chang juga memberikan penjelasan bahwa pembangunan ekonomi
bisa mengubah kelembagaan melalui beberapa pintu berikut. Pertama, peningkatan kesejahterahan akibat
pertumbuhan ekonomi menciptakan permintaan terhadap kelembagaan yang lebih bermutu, misalnya
permintaan terhadap kelembagaan politikj yang lebih transparan dan akuntabel. Kedua, kesejahterahan lebih
baik juga memicu terwujudnya kelembagaan menjadi lebih terjangkau. Menurut Witte, ekonomi kelembagaan
tidak memfokuskan kepada apa yang disebut oleh beberapa ahli ekonomi sebagai ‘motif motif ekonomi’ , yakni
konsentrasi untuk memeroleh pendapatan,motif laba, tau memaksimalkan sesuatu yang memiliki nilai material.
Sedangkan mengambil kesimpulan, ekonomi kelembagaan secara umum memilih pendekatan pendekatan
induktif daripada deduktif. Semua atau sebagian besar dari ekonom kelembagaan adalah pragmatis, mempelajari
fakta bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk menyelesaikan masalah masalah dan membuat
kehidupan menjadi lebih baik. Faktanya, menurut Kapp ekonomi kelembagaan selalu bertujuan untuk
menciptkan representasi yang menyeluruh dari proses ekonomi, baik di dalam muapun bagian dari sistem sosial
yang kompleks dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

Pendeknya, ciri ekonomi kelembagaan bisa ditansai dari tiga karakteristik berikut :

1. Adanya kritik umum terhadap anggaran awal dan elemen normatif yang tersembunyi dari analisi
ekonomi tradisional
2. Pandangan umum proses ekonomi sebagai sebuah sistem terbuka dan sebagai bagian dari jaringan
sosio-kulturalsebuah hubungan
3. Penerimaan umum atau prinsip ‘aliran sebab akibat’sebagai hipotesis utama untuk menjelaskan
dinamika proses ekonomi, termasuk proses keterbelakangandan pembangunan

Jika di komparasikan antara ekonomi kelembagaan dan ekonomi neoklasikmaka keduanya meyakini bahwa
esensi dari ilmu ekonomi adalah bagaimana menghasilkan atau mendistribusikan barang dan jasa yang sangat
terbatas. Keduanya juga mengasumsikan kemampuan manusia untuk mengelola hal itu, serta percaya pada
sistem dan mekanisme insentif dan disintensif. Ekonomi kelembagaan dan ekonomi neoklasik percaya terhadap
prinsip prinsip kegunaan yang makin lama makin berkurang. Baik ekonomi kelembagaan maupun ekonomi
neoklasik merasa yakin akan kemampuanya untuk mengatasi kompetisi pasar tidak sempurna. Ekonomi
neoklasik jelas sangat peduli terhadap perubahan atau konsekuensi yang terjadi akibat perubahan kegunaan
kepuasan individu.

Samuel menyimpulkan delapan aspek dari ekonomi kelembagaan :

1. Ekonomi kelembagaan cenderung menekankan kepada proses evolusioner melalui penolakan nya
terhadap teori ekonomi klasik yang percaya terhadap mekanisme penyesuaian otomatis lewat
perubahan perubahan dalam sistem harga
2. Ahli hali kelembagaan menolak pandangan neoklasikmengenai pasar bebas dan pasar yanga efisien.
Mereka mengutamakan pandangan tentang eksistensi kelembagaan yang mengadaikan adanay tindakan
kolektif dari individu individu di dalam masyarakat. Mereka juga berargumentasi bahwa sistem pasar
itu sendiri merupakan hasil dari perbedaan kelembagaan yang telah eksis dalam kurun waktu tertentu
3. Ide penting yang dibuat oleh ekonom kelembagaan adalah bahwa faktor teknologi tidaklah ‘given’.
Teknolgi merupakan proses perubahan yang berkesinambungan dan hal itu menyebabkan perubahan
yang penting pula. Dengan pandangan itu,teknologi bisa menentukan ketersediaan dan keterjangkauan
sumber daya fisik
4. Ahli kelembagaan mengampanyekan yang menyatakan bahwa sumber daya dialokasikan melalui
struktur kelembagaan yang bermacam macam dan dalam beragam hubungan kekuasaan yang hidup di
masyarakat.
5. Menurut Samuels ‘kelembagaan merupakan nilai yang tidak melihat harga harga relatif, namun nilai
kepentingan terhadap kelembagaan , struktur sosial dan perilaku
6. Kultur dan kekuasaan menentukan cara bagaimana individu berperilaku
7. Samuel berpandangan bahwa ahli ekonomi kelembagaan lebih pluralistik atau demokratis dalam
orientasinya.
8. Akhirnya , ekonomi kelembagaan melihat ekonomi merupakan cara pandang yang menyeluruh dan
mecoba untuk menjelaskan aktivitas ekonomi dalan perspektif multidispliner

2.3 Ekonomi kelembagaan baru

Ekonomi kelembagaan baru tersebut di kembangkan oleh penulis yang berbeda beda yang lebih kurang
bdi mulai dari kerja kerja mereka pada dekade 1930-an. Mengembangkan gagasan tentang organisasi ekonomi
untuk mengimbangi gagasan intelektual kebijakan kompetisi dan regulasi industri Amerika Serikat pada dekade
1960-an, yang menganggap semua itu bisa dicapai oleh kebebasan ekonomi dan kewirausahaan. Dalam
pendekatan NIE (New Instutuional Economic), kehadiran informasi yang tidak sempurna, eksternalitas produksi
dan barang barang publik diindenfikasAi sebagai sumber terpenting terjadinya kegagalan pasar. Kegagalan
kelembagaan tersebut merujuk kepada struktur kontrak dan hukum, serta regulasi dari penegakan pihak ketiga
yang lemah, padahal semua itu harus di perkuat untuk dapat menjalankan transaksi pasar.

Dalam satu cara pandang , fungsi pasar yang berjalan dengan baik merupakan kumpulan dari
kelembagaan yang meregulasi beberapa hal berikut :

1. Apa yang dapat diperdagangkan . negara melarang transaksi/jua/beli darah atau organ manusia, tidak
berbicara mengenai manusia itu sendiri
2. Siapa yangdapat melakukan perdagangan
3. Apa aturan untuk menyelenggarakan perdagan yang adil
4. Berapa banyak variasi harga diperkenankan

Selanjutnya, bekerjanya pasar dipengaruhi oleh sifat dan efektifitas dari kelembagaan nonpasar yang
mengitarinya

1. Kelembagaan negara menyiapkan koordinasi masyarakat


2. Hak hak kepemilikan nonpasar
3. Aturan aturan umum
4. Perusahaan perusahaan bisnis dan asosiasi mereka
5. Aturan aturan tata kelola interaksi antara sektor pemerintah dan swasta

Pendekatan kuantitatif tersebut biasanya suatu generalisasi diambil atau pilihan pilihan kebijakan yang tepat
dapat di buat. Perbedaan OIE dan NIE adalah bhawa pendekatan yang pertama sangat memfokuskan kajianya
mengenai ‘kebiasaan’. Bagi para ahli OIE, kebiasaan/perilaku dianggap sebagai faktor krusial yang akan
menentukan formasi dan sustenance kelembagaan. NIE lebih memberikan perhatian kepada kendala yang
menghalangi proses penciptaan pengondisian kelembagaan dan utamanya memfokuskan kepada pentingnya
kelembagaan sebagai kerangka interaksi individu. Pada akhirnya NIE membangun gagasan bahwa kelembagaan
dan organisasi berupaya mencapai efisiensi, meminimalisasikan biaya menyeluruh .
2.4 Cabang cabang Ekonomi Kelembagaan Baru

NIE beroperasi pada dua level yakni Lingkungan kelembagaan dan kesepakatan kelembagaan.
Seperangkat struktur aturan politik,sosial, dan legal yang memapankan kegiatan produksi, pertukaran dan
distribusi. Institutional arrangement merupakan kesepakatan antara unit ekonomi unit ekonomi untuik
mengelola dan mencari jalan agar hubungan antar unit tersebut bisa berlangsung, baik lewat cara kerja sama
maupun kompetisi. Menurut Williamson,melalui pasar , pasar bayangan, maupun model kontrak yang memakai
hierarki. Jadi fokusnya adalah transaksi individu dan pertanyaan berkaitan dengan bentuk organisasi. NIE adalah
pengembangan dari ekonomi neoklasik yang memasukan peran biaya transaksi dalam pertukaran dan juga
mengambil kelembagaan sebagai rintangan kritis dalam upaya memeroleh kinerja ekonomi. Secara eksplisit
cabang cabang ilmu ekonomi kelembagaan itu ingin menunjukan bahwa fenomena ekonomi tidak dapat dilihat
hanya dari perspektif ekonomi semata, tetapi harus ditangani secara lebih luas. Ekonomi kelembagaan melihat
transaksi sebagai kejadian sosial yang berdimensi luas. Secara lebih spesifik, perilaku manusia dalam semua
kegiatansebetulnya ditukan oleh dua hal yakni keuntungan ekonomi dan penerimaan sosial.

2.5 Implikasi Pemaknaan Ekonomi Kelembagaan

Dilihat dari makna ekonomi kelembagaan sendiri yang sebenarnya adalah bagaimana aturan main atau
rule of the games dari sebuah perusahaan (lembaga) untuk memajukan perusahaan tersebut yang nantinya akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara, contoh penerapan atau implikasinya adalah pada
penerapan kontrak kerja perusahaan roti yang mengatur tentang jumlah hari cuti yang dapat diambil dalam
setahun oleh para tenaga kerja adalah sebanyak 15 hari dan cuti melahirkan untuk pegawai perempuan maksimal
45 hari. Dimisalkan dalam setahun perusahaan tersebut dapat memproduksi 12.000 buah dengan omset sekitar
Rp 35.000.000,00 sampai Rp 50.000.000,00 dengan pegawai yang berjumlah 100 orang dengan komposisi 37
orang pegawai laki-laki dan sisanya pegawai perempuan, bekerja semua dalam setahun. Namun jika ada yang
melanggar kontrak tersebut, misalnya dengan mengambil cuti sebanyak 20 kali dalam setahun, tentu perusahaan
roti tersebut akan dirugikan yang tentu saja omset yang didapatkan akan turun. Hal ini dikarenakan kemampuan
produksi dari tenaga kerja yang ada kurang untuk mencapai target perusahaan. Jika omset dari perusahaan
tersebut turun, maka pajak yang akan dibayarkan perusahaan tersebut kepada pemerintah akan ikut turun, yang
berarti pertumbuhan ekonomi negara akan terpengaruh. Apalagi jika perusahaan tersebut menguasai pangsa
pasar di beberapa wilayah di kota-kota besar. Karena melanggar kontrak kerja yang ada atau dengan kata lain
tidak mengikuti ‘aturan main’ perusahaan, maka perusahaan dapat memberikan sanksi kepada pegawai tersebut
bisa dengan surat peringatan ataupun pemecatan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Dari contoh di atas maka akan diketahui betapa pentingnya mematuhi aturan yang ada dalam suatu perusahaan.
Selain karena merugikan perusahaan tersebut, hal itu juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara
tersebut.
BAB III

PENTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia telah melalui banyak cerita dalam kehidupan perekonomainnya. Cerita tersebut ada
yang baik dan ada pula yang tidak baik, menggembirakan dan menyedikan, mengecewakan, juga
kadang memuaskan semua pihak. Namun cerita yang menghiasi dunia perekonomian Indonesia
cenderung terlihat suram dan notabenenya meyedihkan. Entah karena kebijakan yang diambil
pemerintah dalam mengatur perekonomian ataupun karena alasan-alasan serta faktor-faktor lain yang
menyebabkan kekecewaan dan rasa ketidakpuasan dalam bangsa ini. Indonesia telah mengalami
perjalanan panjang dan menyesakkan dalam karir perekonomiannya. Puncaknya pada krisis yang
melanda negara-negara Asia yang melumpuhkan perekonomian bahkan hampir mematikan
perekonomian negara-negara Asia. Indonesia salah satunya. Setelah megalami krisis seharusnya
Indonesia banyak belajar dari apa yang telah dialaminya. Sepertinya sagat sulit untuk negara ini bagkit
dan kembali menata perekonomian yang nyaris ujung tanduk. Namun Indonesia terus berusaha dan
menunjukkan usaha yang keras dalam menata dan membawa perkonomian negara ini ke arah yang
lebih baik. Banyak sistem-sistem baru yang diterapkan oleh Indonesia, banyak pula teori-teori barat
yang diadopsi oleh Indonesia untuk diterapkan sebagai bentuk usaha membawa perekonomian
Indonesia ke arah yang lebih baik. Salah satu ilmu atau teori ekonomi yang ada di Indonesia adalah
mengenai ekonomi kelembagaan. Ekonomi kelembagaan membahas masalah ekonomi dalam ranah
hubungan ekonomi dan kehidupan sosial serta hubungannya dengan kepemilikan seseorang atau
propherty right. Ekonomi kelembagaan di Indonesia berhubunga dengan pembangunan berkelanjutan.
Namun pengertian pembangunan di Indonesia dewasa ini telah mengalami penyimpangan dari
pengertian normatif. Kini pembangunan ekonomi berkelanjutan, tidak lagi mementingkan korelasi
keharmonisan antar aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Terutama faktor lingkungan. Pembangunan
ekonomi berkelanjutan kini hanya memperioritaskan kemajuan, tidak lagi mempedulikan apa dampak
yang ditimbulkan dari pembanguan tersebut. Bahkan kerusakan yang disisakan oleh usaha
pembangunan yang dilakukan. Menyisakan dampak buruk bagi generasi setelah kita. Apakah dampak
yang ditimbulkan oleh ekonomi berkelanjutan dan pembangunan yang dilakukan di Indonesia sebagai
usaha memajukan perekonomian Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai