Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

TEORI ORGANISASI

Disusun oleh :

Lana Aristya BBA 118 119

Dosen Mata Kuliah : Rita Yuanita Toendan, SE., M.Si

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2020
EVOLUSI TEORI ORGANISASI DAN ADMINISTRASI

Tanggal pengerjaan : 4 Oktober 2020

1. TEORI ORGANISASI DAN ADMINISTRASI

Pengertian teori
Teori merupakan suatu konsep dasar yang menjelaskan hubungan sistematis suatu
fenomena dengan cara merinci suatu hubungan sebab – akibat yang terjadi. Di
kehidupan sehari-hari istilah teori sering dihubungkan dengan praktik, teori kadang-
kadang tidak mudah dipahami karena sifatnya cenderung abstrak. Memahami
pemikiran secara abstrak barangkali bukan tugas yang mudah. Namun, sesuatu yang
sulit bukan berarti tidak berguna. Seorang ahli mengatakan, tidak ada yang lebih
praktis daripada teori yang bermanfaat, artinya, dengan menguasai suatu teori secara
baik seseorang akan lebih mudah menangani hal-hal praktis yang berkaitan dengan
ilmu dilapangan. Dibelakang setiap teori terdapat asumsi-asumsi yang membentuk
sudut pandang suatu teori biasanya asumsi tersebut berpola objektif dan subjektif.
Maksudnya, realita secara objektif dapat diukur, dinilai, dan diperbandingkan, dengan
satu sama lain. Sedangkan pola subjektif mengasumsikan lebih kepada perorangan
yang dapat berfikir berbeda-beda pada suatu objek yang sama.

Pengertian organisasi

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karateristik
utama organisasi dapat diringkas sebagai 3P yaitu :

1. Purpose
2. People
3. Plan

Sesuatu tidak disebut organisasi bila tidak memiliki tujuan (purpose), anggota
(people), dan rencana (plan). Perbedaan dalam memdefinisikan organisasi sangat
bergantung pada sudut pandang jika kita melihat organisasi sebagi sistem sosial, maka
kita akan mendefinisikannya terkait dengan sesuatu yang lebih besar, yaitu
masyarakat.

1. Pengertian Administrasi 
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kebijaksanaan untuk mencapai tujuan 

Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi : catat-mencatat, surat-
menyurat, pembukuan ringan ketik-mengetikm agenda dan sebagainya yang bersifat
teknis ketatausahaan.
Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau
lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara
berdaya guna dan berhasil guna. 

Pengertian Teori Organisasi dan Administrasi


Teori organisasi dan administrasi adalah suatu konsep yang menjelaskan tentang
struktur atau susunan dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam lingkup sebab akibat
yang berhubungan.

Perbedaan antara Administrasi dan Manejemen 


Manajemen menurut para ahli :
Thomas H Nelson : 
Ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk
menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan
menguntungkan.
James A.F Stoner :
Proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya (usaha-
usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Administrasi menurut para ahli :


Menurut Ulbert : 
Administrasi secara sempit didefinisikan sebagain penyusunan dan pencatatan data
dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud
menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperoleh kembali baik
sebagian maupun menyeluruh. Pengertian administrasi secara sempit ini lebih dikenal
dengan istilah Tata Usaha.
Menurut WH Evans :
Administrasi adalah fungsi yang menyangkut manajemen dan pengarahan semua
tahap operasi perusahaan mengenai pengolahan bahan keterangan, komunikasi, dan
ingatan organisasi.

2. PERSFEKTIF KLASIK
Teori-teori organisasi klasik adalah teori-teori yang berrkembang di akhir abad
ke-18 pada periode yang disebut revolusi industri,berdasarkan pengamatan yang ada
perkembangan teori organisasi tidak lepas dari faktor lingkungan yang meliputi aspek
teknologi,sistem publik,sistem sosial,sistem budaya,demografi.terutama yang paleng
mndasar disni adalah teknologi.
Organisasi pekerjaan pabrik mencerminkan pembagian tugas secara
fungsional dan hierarkis,di mana setidak-tidaknya terdapat tiga jenjang.
Pertama,pemilik pabrik  atau diwakili oleh seorang administrator.kedua mandor atau
supervisi,ketiga lapisan pekerja atau buruh. Selain itu barangkali terdapat fungsi-
fungsi tambahan seperti teknisi yang bertugas merawat dan mereparasi mesin yang
rusak,bagian distribusi,bagian pemasaran,dan bagian pembukuan. Inilah protipe
organisasi modern.
Menurut  Hatch (1997:27) pada periode klasik terdapat dua kelompok besar
ahli pemikir organisasi. Pertama, pemalikir-pemikir aliran sosiologis yang mencoba
memprekdisikan dan menganalisis perubahan struktur organisasi dan peran-peran di
dalamnya serta implikasinyaterhadap dunia sosial yang lebih luas.disini kita bisa
bertemu  antara lain dengan nama-nama seperti Emile Durkheim, Mark Weber,Karl
Mark. Kedua, pemikir-pemikir aliran administrasi manajemen yang lebih
menitikberatkan pada masalah-masalah praktis yang dihadapi pengelolah organisasi
pabrik dalam menjalankan tugasnya,disini diantaranya lain terdapat Fredirick
Taylor,Henry Fayol,dan Chester Barnad.Hodkingson(1978: 9_10)  menurut
Hodkingson menggambarkan bahwa para pemikir periode klasik(khususnya fayol dan
taylor) menciptakan situasin yang tidak menguntungkan pada aspek manusia dalam
organisasi. Pemikiran mereka dianggap lebih menekankan pada sistem organisasi
yang efesien dan efektif,sehingga mengabaikan faktor manusia. Para pekerja lebihb
diasumsiakan sebagai faktor produksi atau alat organisasi belaka,menurut kelompok
pemikir yang disebut aliran humansis, pekerja biasanya  mengalami dehumanisasi
hal ini menimbulkan reaksi balik berupa pemikiran-pemikiran yang menekankan
aspek manusia dalam organisasi. Tokohnya adalah Elton Mayo,dan Chris Argyris.
Kelompok ini terutama diilhami oleh howtrone studies,yaitu serangkain penilitian
yang menekankan pentingnya faktor manusia terhadap pencapaian efesiensi dan
efektifitas.

 Adam Smith (1776), ahli Ekonomi-Politik, Skotlandia


Teori organisasi sumbangan terpenting Adam Smith adalah pengamatan dan
analisis nya tentang efisiensi organisasi melaui konsep pembagian kerja.
Dalam bukunya Wealth of nations menggambarkan dan menganalisis teknik
produksi pada sebuah pabrik pembujat peniti. Pemahaman terhadap
pembagian kerja atau spesialisasi ini meletakkan dasar pertama dari organisasi
dalam pengertian modern.

 Karl Mark (1867), ahli Filsafat dan Ekonomi, Inggris


 Tokoh ini barang kali tidak kalah populer karena pemikirannya
menginspirasikan perlawanan kaum pekerja dan belakangan menjadi salah
satu dasar ideologi bagi terbentuknya partai-partai komunis yang berkuasa
lama di Uni Soviet dan Cina. Bagi Mark, organisasi tidak lain adalah sarana
untuk mengontrol pekerja. Melalui analisisnya yang rinci terhadap sistem
ekonomi kapitalis, berkesimpulan bahwa kepentingan kelas pemilik modal dan
kepentingan kelas pekerja adalah antagonistik, dalam arti secara inheren
secara berlawanan.

 Emile Durkheim (1867), Ahli Sosiologi, Prancis


Pemikiran Durkheim adalah perluasan dari gagasan adam smith.ia
mengembangkan gagasan division of labaour tidak semata-mata menjelaskan
organisasi-organisasi di bidang industri,melainkan mencangkup pula
organisasi-organisasi sosial pada umumya. Pembedaan penting antara aspek
formal dan informal dalam organisasi, dimana para anggota memiliki
kebutuhan – kebutuhan sosial yang biasanya tersalurkan lewat aspek informal.

 Frederick Taylor (1911), Ahli Management, AS


Gagasan terpenting Taylor adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah dalam
melakukan pekerjaan dan mengontrol pekerja,jadi Taylor menggunakan
metode induktif yaitu,menciptakan prinsip umum dari pengamatan terhadap
kasus-kasus khusus. Pemikiran ini terutama dituangkannya dalam Principle of
Sciensific Management. Salah satu gagasannya yang cukup berbekas hingga
sekarang dalam praktik organisasi adalah sistem penggajian performance
based yaitu menjadikan upah atau gaji sebagai salah satu cara mengontrol agar
para pekerja mematuhi manual atau instruksi yang telah disusun.

 Henry Fayol (1919), Ahli administrasi, Insinyur, Direktur, Prancis


Berlawanan dengan taylor yang menggunakan metode induktif,maka henry
fayol menggunakan metode deduktif,namun tujuan mereka sama,yaitu
bagaimana menyusun organisasi dan memberi perhatian terhadap motivasi
pegawai/pekerja. Fayol menyusun analisis rasional mengenai taksonomi
fungsi-fungsi dan struktur organisasi, yang secara sederhana dapat disusun
dengan Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Record –
Keeping, Budgeting ). Pada fase selanjutnya kompleksitas organisasi pabrik
meningkat dikarenakan proses produksi yang makin kompleks, jenis industri
yang berkembang bukan hanya industri tekstil, melainkan juga industri
pengolahan bahan pakaian dan makanan,permesinan,bahn kimia.organisasi
pabrik pun menjadi jauh lebih kompleks, di mana muncul organisasi yang
menekan pada kontrol.

 Max Weber (1924), Ahli Sosiologi, Jerman


Weber mendasarkan pemikiran birokrasinya pada konsep otoritas normal yang
impersonal, objektif, dan rasional. Birokrasi semacam ini dijalankan dengan
aturan – aturan dan prosedur baku, melalui bentuk-bentuk kontrol legalistik.
Pengaruhnya terhadap teori organisasi terutama adalah para aspek organisasi
publik. Weber sebenarnya tidak menganggap birokrasi idealnya itu seperti
mesin yang dingin dan tidak manusiawi, weber mengajukan konsep
rasionalitas substantif yang menurutnya sangat penting untuk mencegah
manusia terjebak dalam mesin ciptaannya sendiri.

 Chester Barnard (1938), Ahli Manajemen, AS


Barnard sebagai tokoh neohumanis mengajukan kritik terhadap kecenderungan tidak
manusiawi dalam organisasi-organisasi rasional yang terlalu menekan efisien dan
efektivitas. Salah satu tugas kunci seorang administrator atau eksekutif menurut
Barnard mengelola aspek informal sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan
sistem sosial yang kooperatif dalam organisasi. Tugas-tugas yang telah terdiferensiasi
perlu diintegrasikan kembali lewat upaya mengomunikasikan berbagai tujuan
organisasi dan memberi perhatian terhadap motivasi pengaruh/pekerja. Pengaruh
pemikiran ini adalah memberi dasar-dasar yang lebih praktis, terutama bagi
administrasi dan manajemen dalam mengelola aspek manusia dalam organisasi.

3. PERSPEKTIF MODERN

Prespektif klasik sebagaimana dapat kita cermati dari pemikiran para tokoh-tokohnya
terbagi menjadi dua aliran besar,yaitu aliran yang menekankan pencapaiana efisiensi
dan efektivitas organisasi (aliran scientific)dan aliran yang tuntutan kebutuhan sosial
dan psikologi manusia (aliran humanis).Teori organisasi di sini berhadapan dengan
suatu masalah klasik besar secara efisien dan efekif tetapi pada suatu ketika juga
dapat”meperbudak”manusia yang menciptakanya.setiap tikoh berusaha
menyumbangkan gagasanya,baik dengan menekankan pada konsep organisasi yang
efisiensi dan efektif maupun kritik tentang dampak-dampaknya terhadap manusia.
Jadi di satu sisi teori-teori organisasi prespektif modern adalah kelanjutan dari
pemikiran-pemikiran era klasik.Namun dilihat dari sisi yang lain,mereka berbeda
inpirasi utama mereka adalah keteraturan dan cara kerja alam(nature),khususnya dari
aspek biogis sementara itu pemikir-pemikir klasik umum terinpirasi oleh aspek fisika.
Dari sisi ilmu fisika pemikiran newton melihat bahwa alam semesta dapat
diasumsikan sebuah mesin seidak terjperti jam rasaksa yang bekerja melalui prinsip-
prinsip keteraturan tertentu sehinggah tidak terjadi kekacauan atau tabrakan satu sama
lain. Gagasan keteraturan ini di kembangkan oleh pemikir-pemikir klasik dengan
metafora organisasi sebagai mesin yang harus bekerja secara efektif dan efesien.
Sebaiknya para pemikir era modern mengamati keteraturan lain yang di anggap lebih
dinamis yaitu keteraturan makhluk hidup atau dunia hayati. Mereka menamaknya
keteraturan organik.luwdig von bertalanffy.seorang ahli biofisiologi
jerman,mengambil konsep organisasi yang di kembangkan ahli-ahli biologi untuk di
terapkan pada semua jenis sistem secara umum gagasanya ini dituangkan dalam
bukunya general sytem theory yang terbit dalam bahasa inggris pada tahun
1968.Namun gagasan telah ia kembangkan kira-kira pada akhir 1940-an inilah dasar
pemikiran prespektif modern.
Dalam perspektif modern ada beberapa teori-teori dan model dasar organisasi yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh penting pada masa teori perspektif ada, yaitu:
a.       Teori sistem umum
Teori ini disusun Bertalanffy dibangun berdasarkan premis-premis dasar berikut
(Littlejhon, 1996):
1. Kesatuan dan interdependensi, yaitu di dalam sebuah sistem berlaku bahwa
keseluruhan adalah lebih daripada penjumlahan bagian-bagiannya, karena
masing-masing bagian saling berhubungan secara interdependen.
2. Hierarki, yaitu sebuah sistem yang selalu terdiri dari tingkatan-tingkatan yang
makin tinggi kompleksitasnya. Sistem yang lebih besar disebut supra-sistem,
sedangkan sistem yang lebih kecil disebut sub-sistem.
3. Pengaturan dari (self-regulation) dan kontrol, yaitu sistem yang selalu
berorientasi pada tujuan dan sistem yang mengatur perilakunya untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
4. Hubungan timbal-balik dengan lingkungan, yaitu sistem yang terbuka yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya secara timbal-balik entah berupa pertukaran
materi dan energi dalam bentuk input-output.
5. Keseimbangan, yaitu sistem yang disebut juga kondisi homeostatis atau
kemampuan untuk mempertahankan kestabilan.
6. Kemampuan perubahan dan penyesuaian diri, yaitu sebuah paradoks dari sistem
adalah bahwa untuk bertahan sebuah sistem harus mempertahankan
keseimbangan serta berubah dan memiliki daya adaptasi terhadap dinamika
lingkungan.
7. Equafinality, yaitu tujuan sebuah sistem yang selalu bersifat ekuifinalitas yang
artinya suatu keadaan final tertentu bisa dicapai dengan berbagai cara dari titik
berangkat yang berbeda-beda sesuai dengan beragamnya kondisi lingkungan.

b.      Hierarki Sistem Boulding


Hierarki sistem boulding ini disadari oleh kontributor utama dalam teori sistem umum
lainnya, yaitu Kenneth Boulding, seorang ahli ekonomi Amerika.

Level Karakteristik Contoh


Framework 1.        Label dan Anatomi, geografi,
terminologi daftar, indeks, katalog
2.        Klasifikasi
Clockwork 1.      Bersifat siklus Tata surya, mesin
2.      Simpel dan sederhana (jam atau
gerakan yang reguler mainan anak-anak),
atau diatur permintaan-
3.      Ekuilibrium penawaran ekonomi
atau keadaan
seimbang
Control 1.      Mengontrol diri Termostat,
sendiri homeostatis, pilot
2.      Umpan bali otomatis
3.      Aliran informasi
Open 1.      Memelihara diri Sel
sendiri
2.      Pengolahan
material
3.      Input energi
4.      Reproduksi
Genetika 1.      Devision of Tanaman
labour
2.      Deferensiasi dan
interdependensi
3.      Memiliki blue-
print
Binatang 1.      Mobilitas Anjing, kucing, ikan,
2.      Self-aware serangga
3.      Spesialisasi
indra sensorik
4.      Sistem syaraf
sangat kompleks
5.      Struktur
pengetahuan atau
ingatan
Manusia 1.      Kesadaran diri Manusia
2.      Kemampuan
berbuat, menyerap,
dan menafsirkan
simbol
3.      Kesadaran
waktu
Organisasi sosial 1.      Sistem nilai Bisnis, pemerintah
2.      Makna
Transendental 1.      “inescapable Metafisika, estetika
unknowable”

c.       Model Dasar Oraganisasi Sebagai Sistem Terbuka


Dalam perspektif modern, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
memproses input-input menjadi output-output untuk dikonsumsi atau dinikmati oleh
lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Mary Jo Hatch.
d.      Teori Sistem Lunak dan Berpikir Sistem
Sepanjang dasawarsa 1950an dan 60-an dikembangkan berbagai disiplin baru yang
ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam manajemen dengan
menggunakan teori sistem, yang antara lain adalah teknik sistem, analisis sistem, dan
manajemen sistemik (Checkland, 1981: 123). Kelemahan dari aplikasi teori sistem
tahap awal ini adalah pendifinisian masalah yang kaku dan tidak memperhitungkan
kompleksitas pengelolaan organisasi sehari-hari. Selain itu, konsep sistem yang
dijadikan dasar umumnya adalah sistem tertutup yang tidak berinteraksi dengan
lingkungan.
Ketidakpuasan terhadap pendekatan sistem generasi pertama ini melahirkan kelompok
kedua dalam teori sistem, yang disebut teori sistem lunak. Para ilmuan mencoba
mempertimbangkan solusi yang tidak semata-mata pemecah masalah yang bersifat
optimalisasi teknis-ekonomis. Artinya, efisiensi dan efektivitas tidak menjadi satu-
satunya pertimbangan dalam kelompok sistem lunak. Kelompok kedua ini melakukan
pergeseran titik berat:
“...dari optimasi pada pembelajaran, dari saran pemecahan masalah pada pemahaman,
dari perencanaan pada ‘proses perencanaan’, dari reduksionisme pada holisme, dan
seterusnya” (Pruzan, 1988).
Dalam kelompok ini tercakup didalamnya metode-metode baru seperti sistem
dinamis, metodologi sistem lunak, dan pemetaan kognitif. Kelompok ini mulai
berkembang pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Melalui pendekatan yang lunak ini, pendekatan sistem kemudian memberi sumbangan
praktis besar dalam teori organisasi mutakhir di tahun 1990-an, yaitu melalui gagasan
berpikir sistem. Konsep ini terutama merupakan salah satu dasar pentingnya
pembelajaran dalam organisasi, atau disebut juga pembelajaran oraganisasional.
Menurut Senge (1990: 73), berpikir sistem adalah suatu disiplin yang melihat sesuatu
secara keseluruhan, di mana dengan kerangka ini kita diajak untuk melihat hal-hal
yang ada tidak secara terpisah, malainkan hubungan-hubungan antar-berbagai hal
tersebut. Kita diminta untuk melihat pada pola-pola perubahan, bukan ‘gambar-
gambar sekilas’ yang bersifat statis. Senge menekankan bahwa berpikir sistem
merupakan aspek paling mendasar dari perubahan paradigma organisasi dewasa ini.
Dalam model yang ia beri nama fifth dicipline, yang merupakan dasar-dasar untuk
membangun suatu pembelajaran organisasi, ia menempatkan berpikir sistem sebagai
disiplin kelima, sekaligus dasar bagi keempat disiplin lainnya.

POST MODERN

Kecenderungan pemikir-pemikir post-modern adalah membalikkan asumsi-asumsi


dasar dari pemikir-pemikir sebelumnya. Hal yang paling mendasar tentunya adalah
“keteraturan”. Namun, dalam post-modern sengaja mengabaikan konsep keteraturan
itu, termasuk dalam teori organisasi. Tujuannya adalah memperlihatkan realitas yang
lebih kompleks, di mana kebenaran yang satu bisa bersanding dengan kebenaran yang
lain meskipun keduanya tidak sama.
Ada asumsi-asumsi yang hendak “dibongkar” oleh pendekatan post-modern, kendati
dengan catatan bahwa proyek post-modernisme itu sendiri belum bisa dikatakan
selesai atau memberikan hasil yang diharapkan :
1. Kemajuan atau pertumbuhan adalah sesuatu yang tanpa batas. Baik pendekatan
klasik maupun modern pada dasarnya tidak mengasumsikan adanya batas-batas
tertentu bagi perkembangan organisasi.
2. Kebenaran adalah universal, sehingga rancangan yang berlaku pada satu kasus
dapat diterapkan pada kasus lain. Ini melahirkan apa yang disebut dengan grand-
design atau grand-narrative (narasi besar).
3. Kebutuhan dan hasrast manusia pada dasarnya sama dan dapat diobjektivikasi.
Kriteria-kriteria mengenai benar-salah, baik-buruk, indah-jelek, dan lain-lain
dianggap inheren dalam diri setiap manusia.
4. Hierarki dna ketidakseimbangan kekuasaan (power) dalam organisasi adalah
ilmiah. Demokratisasi dapat dilakukan dengan memberi pilihan pada suara
terbanyak. Dalam banyak hal (apalagi bagi kita yang berada di negara
berkembangan) belum bisa diduga seperti apa kondisi dan penyesuaian-
penyesuaian yang dilakukan organisasi terhadap kondisi pascaindustri tersebut.
Berikut beberapa ciri yang dapat diidentifikasikan mulai sekarang adalah:
1. Penciptaan pengetahuan (knowledge creation) dan penggunaan informasi makin
penting. Bell meramalkan jumlah pekerja sektor manufaktur berkurang,
sememntara sektor jasa meningkat. Utamanya adalah kaum profesional dan
teknisi. Oleh karena itu, periode ini dapat disebut abad informasi.
2. Batas-batas antara organisasi dan lingkunagn cenderung semakin susah untuk
dipertahankan. Organisasi-organisasi yang ada cenderung membentuk joint-
venture, aliansi strategis, dan virtual organizations.
3. Batas-batas antara unit-unit atau departemen dalam sutu organisasi juga
cenderungmakin kabur. Pendekatan yang lebih umum digunakan adalah
kolaborasi dalam tim-tim ad hoc yang bersifat lintas bidang dan lintas disiplin,
sedemikian rupa untuk memacu learning dan mengikuti cepatnya perubahan.
4. Kehidupan dalam organisasi ditandai oleh ketidakpastian yang makin besar,
kontradiksi, dan paradoks. Ini berlawanan dengan tipikal organisasi era industri
yang stabil, rutin, dan terikat pada tradisi.
Jika dibatasi pada organisasi bisnis, perubahan yang terjadi dalam masyarakat
pascaindustri ada dalam tiga hal penting berikut:
1.      Sistem produksi, harus menyesuaikan dengan perubahan-perubahan selera pasar
yang berlangsung cepat. Perusahaan harus makin sensitif terhadap kebutuhan
pelanggan dan menggunakan tekni-teknik baru untuk menstimulasi konsumsi.
2.      Pasar domestik tidak memadai, harus ada internasionalisasi mamasuki pasar-
pasar baru di luar negeri.
3.      Inovasi manjadi sangat penting, di mana riset dan pengembangan tidak jarang
akan sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan perusahaan.
Dengan latar belakang perubahan-perubahan masyarakat pasca-industri tersebut, dapat
dipahami bahwa proyek pemikiran post-modernisme itu sendiri merupakan antisipasi
terhadap pola pikir masyarakat yang secara radikal telah berubah. Empat asumsi yang
dikemukakan tersebut menjelaskan beberapa hal dari sudut pandang post-modernis
1.      Kemajuan dan perubahan bukan suatu inheren dalam masyarakat.
2.      Tidak ada kebenaran universal. Realitas adalah apa yang dikonstruksikan.
3.      Keragaman adalah dasar dari kehidupan dan identitas personal setiap manusia.
4.      Permasalahan demokratisasi dalam organisasi tidak sekadar menerapkan
prosedur-prosedur pengambilan keputusan yang demokratis. Pemberdayaan justru
perlu dilakukan terhadap anggota-anggota yang tidak bersuara.
Dalam bahasa post-modern, kolase atau kepingan-kepingan yang direkat menjadi satu
merupakan gambaran dari teori organisasi pasca-modern. Dalam pendekatan
fragmentaris post-modern kita tidak diharapkan untuk mengafirmasi teori. Juga tidak
pula membangun teori, melainkan bersikap kritis terhadap asumsi-asumsi yang
barangkali melatarbelakangi sebuah teori, dan tanpa sadar menjauhkan kita dari
melihat motif atau “tema besar” yang sedang dikembangkan didalamnya. Dikap
dogmatis terhadap kebenaran agak sulit dipertahankan dalam konteks subjektivisme
perspektif post-modenisme. Tentu saja tidak setiap waktu kita dapat menerapkan
pendangan-pandangan semacam ini. Dalam banyak hal, pemikiran-pemikiran klasik
dan modern pun barangkali masih sangat berguna. Akan tetapi, melalui pemahaman
terhadap perspektif post-modern ini, setidak-tidaknya kita telah diajari untuk bersikap
“demokratis” terhadap teori dan pemikiran, termasuk di sini teori-teori organisasi dan
administrasi.

4. METAPORA DALAM TEORI ORGANISASI

Metafora adalah perumpamaan atau permisalan, dimana kita mengambil suatu objek
sebagai sarana untuk menjelaskan objek lain. Penjelasan mengenai metafora-metafora
teori organisasi sekedar tambahn untuk memahami teori organisasi, dan tidak
dimaksudkan untuk membatasi. Tidak pula ingin menunjukkan mana diantara
metafora-metafora itu yang paling benar.

 ORGANISASI ADALAH MESIN


Metafora tertua dalam teori organisasi yang diibaratkan “mesin birokrasi”. Tugas
administrator dan manajemen adalah menyusun desain terbaik dan
mengimplementasikannya sedemikian rupa sehingga mesin organisasi berjalan secara
efisien dan efektif. Dalam banyak hal metafora ini cukup berguna, setidaknya untuk
langkah awal dalam menciptakan organisasi yang baik. Satu-satunya peringatan
kepada pemakai metafora ini bahwa “komponen-komponen” tersebut pada dasarnya
adalah manusia. Cara memperlakukan sebuah mesin yang komponen-komponennya
terdiri dari manusia barangkali tidak bisa disamakan dengan mesin dalam arti
sebenarnya. Jika aspek etik dan moral seperti ini diperhatikan, maka analogi
organisasi sebagai mesin agaknya tidak banyak persoalan. Pengelola organisasi disini
dibayangkan seperti insinyur atau montir.

 ORGANISASI ADALAH ORGANISME


Banyak kebudayaan yang mengibaratkan masyarakatnya sebagai organisme makhluk
hidup. Nabi Muhammad sebagai contoh, pernah mengatakan persaudaraan umat islam
itu seharusnya ibarat sau tubuh, kalau yang satu sakit maka yang lain akan sakit. Ini
adalah metafora organisme. Namun, dalam teori organisasi analogi organisasi sebagai
“tubuh biologis” adalah metafora dari pendekatan modern yaitu teori sistem. Fungsi-
fungsi biologis menunjukkan bahwa setiap makhluk hidup bergantung pada
lingkungannya, demikian pula organisasi. Organisasi memperoleh sumber daya
seperti bahan mentah, tenaga kerja, modal, pengetahuan dari lingkungannya.
 ORGANISASI ADALAH KULTUR
Organisasi-organisasi yang telah berusia lama, atau organisasi yang sangat khas
karakteristiknya, kita akan menemukan berbagai unsur kebudayaan. Di dalamnya ada
adat dan tradisi, cerita-cerita dan mitos, simbol-simbol, artefak dan tokoh-tokoh
tertentu yang dipandang mewakili nilai-nilai. Administrator atau manajer barangkali
biasa diibaratkan sebagai tetua-tetua adat atau agen-agen kultural yang bertugas
menjaga dan meneruskan tradisi.

 ORGANISASI ADALAH KOLASE


Kolase semacam karya seni, biasanya dibuat dari kepingan-kepingan benda yang
ditempel satu sama lain, sehingga membentuk citra tersendiri yang sama sekali baru
atau mengandung gagasan artistik tertentu. Perspektif post-modern mengibaratkan
teori organisasi sebagai semacam kolase yaitu kepingan-kepingan dari berbagai sudut
pandang, dan disajikan untuk maksud atau tujuan tertentu. Tentu saja, umumnya
mereka ingin mengkritisi dan “membongkar” secara personal asumsi-asumsi dasar
yang masih membayangi persepsi tentang organisasi. Administrator dan manajer
mungkin diibaratkan seniman yang menyusun dan mengolah berbagai informasi dan
teori, untuk kemudian menyusunnya secara artistik dalam menggambarkan situasi
yang paradoks dan kontradiktif.

5. POSISI ADMINISTRASI PADA SETIAP ALIRAN PEMIKIRAN

 PERIODE KLASIK
Hubungan antara administrasi dan teori organisasi pada masa klasik sangat dekat,
dimana posisi administrasi terutama memberikan bahan-bahan kajian untuk diangkat
ke level teoritis ketika para ahli menyusun teori-teori tentang organisasi dan
administrasi. Disamping itu, seperti telah dielaborasi di depan bahwa konseptualisasi
organisasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Mengingat aspek yang terakhir ini
pada berkembangnya era klasik kondisinya relatif stabil, sehingga kelangsungan hidup
dan pertumbuhan organisasi sangat ditentukan oleh kepiawaian kepemimpinan
menangani masalah internalnya. Fokus utama organisasi adalah bagaimana proses
internal dapat berjalan secara efisien, sehingga efisien merupakan kriteria
keberhasilan utama. Dengan karakteristik operasional perusahaan yang demikian,
maka kinerja organisasi dapat dijelaskan secara baik oleh konsep-konsep ekonomi,
manajemen, dan teknologi.

 PERIODE MODERN
Pada periode modern, terjadi hubungan yang terbalik. Teori organisasi justru
memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap pengembangan ilmu administrasi.
Teori sistem memberikan peluang berkembangnya studi-studi administrasi
komparatif, yang menurut Fred W. Riggs (1962) ditandai oleh tiga fase, yaitu (1)
pergeseran dari studi-studi normatif pada studi-studi empiris, (2) kemudian di dalam
studi-studi empiris terjadi lagi pergeseran dari pendekatan idiografis pada pendekatan
nomothetic yang bersifat generalisasi (3) munculnya pendekatan yang lebih luas lagi
yaitu pendekatan ecological. Selain itu, terdapat studi pengaruh “karakter nasional”
terhadap administrasi, yaitu The Bureaucratic Phenomenon yang membahas dua
organisasi publik di Prancis. Pada era ini peran administrasi terasa lebih dominan
karena dengan berkembangnya teori sistem maka hubungan organisasi dengan
lingkungan sangat erat. Stabilitas lingkungan pada era ini juga dipertanyakan,
sehingga bila mengacu pada konsepnya Hodgkinson, di era modern peran administrasi
makin dominan dibandingkan dengan manajemen.

 PERIODE POST-MODERN
Teori organisasi pada masa post-modern telah berkembang lebih matang sehingga
berjalan secara timbal-balik dengan ilmu administrasi. Pengaruh dari analisis
sosiologis masyarakat pasca-industri dan perkembangan kajian-kajian post-
modernisme terlihat dalam ilmu administrasi berupa kecenderungan untuk mengkaji
ulang birokrasi serta mengembangkan model-model pemerintahan yang lebih efektif
dan efisien dengan meminjam gagasan-gagasan dari organisasi bisnis.

Anda mungkin juga menyukai