NPM : 1916011005
Matkul : Pengembangan SDM dan Pengorganisasian
b. Teori Neo-klasik
Teori neo-klasik secara prinsip timbul sebagai reaksi terhadap teori klasik, tetapi pada
kenyataannya teori neo-klasik tetap mempergunakan dan tidak mengabaikan prinsip-
prinsip yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik. Teori neo-klasik menitik beratkan
pada pemikiran tentang pentingnya aspek psikologis dan sosial manusia (karyawan)
sebagai individu maupun kelompok kerja. Teori neo-klasik mengintroduksikan ilmu-
ilmu perilaku dalam studi organisasi. Meskipun demikian, teori neo-klasik tidak
menolak asas - asas yang dikemukakan oleh teori klasik, tetapi teori neo-klasik
melakukan modifikasi sebagai konsekuensi dari pandangannya tentang aspek manusia
dalam organisasi, terutama perilaku manusia dan pengaruh kelompok informal didalam
organisasi. Teori neo-klasik meskipun memberikan sumbangan bagi perkembangan
teori organisasi, tetapi pada kenyatanannya tidak mengantarkan lahirnya teori baru
untuk menggantikan teori klasik yang ada sebelumnya. Teori neo-klasik hanya
memusatkan perhatiannya pada modifikasi, tetapi tidak melakukan transformasi yang
penting.
c. Teori Modern
Perkembangan teori sistem sebagai teori organisasi modern yang dikenal dengan teori
sistem umum atau "General System Theory" yang dikembangkan oleh Ludwig von
Bertalanffy dan Kenneth Boulding. Pada prinsipnya, "General System Theory"
menggunakan sistem sebagai dasar pemahamannya terhadap fenomena organisasi dan
tidak hanya memahami bagaimana organisasi berfungsi, tetapi juga memahami
bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, organisasi
tersusun dari suatu himpunan komponen atau bagian yang terintegrasi dan masing-
masing melakukan tugas atau fungsinya secara khusus. Selain itu, organisasi sebagai
suatu sistem juga berada dalam suatu lingkungan yang lebih luas. Terhadap lingkungan
yang lebih luas ini, setiap organisasi selalu melakukan interaksi sehingga terdapat
hubungan dan saling pengaruh antara organisasi dengan lingkungannya.
d. Teori Contingency
Tokoh utama yang memberikan dorongan besar bagi perkembangan teori organisasi
pada pendekatan atau teori Contingency adalah Joan Woodward. Teori Contingency
dibangun atas dasar kaidah - kaidah yang dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori
Contingency melihat teori organisasi sudah seharusnya berlandaskan pada konsep
sistem yang terbuka (open system concept). Inti dari Teori Contingency inipada
dasarnya terletak pada pandangannya dalam melihat hubungan antar organisasi dan
hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, hubungan antara
satu organisasi dengan lainnya maupun dengan lingkungannya secara keseluruhan,
sangat tergantung pada situasi (depens on the situations). Teori Contingency ini
menolak prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para ahli teori klasik dan
menggantinya dengan pandangan yang lebih adaptif dalam memahami organisasi.
Lokakarya Mini.
Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD )
Rembuk Desa
2. Pelaksanaan
langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan adalah :
Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penaggulangan
masalah,
Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang
tersedia di masyarakat,
Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam penanggulangan masalah.
3. Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam melakukan penilaian ada 2 cara, yaitu :
a. Penilaian Selama Kegiatan Berlangsung
Disebut juga Penilaian Formatif = Monitoring. Dilakukan untuk melihat
apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai dengan
perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun, Sehingga dapat
diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
b. Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan.
Disebut juga Penilaian Sumatif = Penilaian Akhir Program. Dilakukan setelah
melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Dapat diketahui
apakah tujuan / target telah tercapai atau belum.
4. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan, dan dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Perluasan Kuantitatif yaitu : perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang
dilakukan, baik pada wilayah setempat maupun wilayah lainnya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Perluasan Kualitatif yaitu : perluasan dengan dengan meningkatkan mutu atau
kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dari masyarakat yang dilayani..