Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizki Gustiani Meirlyana

NPM : 1916011005
Matkul : Pengembangan SDM dan Pengorganisasian

1. Sebutkan Teori teori pengorganisasian masyarakat


Teori organisasi adalah suatu konsepsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau
pendekatan tentang pemecahan permasalahan, ataupun segala sesuatu yang memerlukan
pemecahan dan pengambilan keputusan, sehingga organisasi dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang telah disepakati dan ditetapkan. Beberapa teori organisasi yang penting
adalah:
a. Teori Organisasi Klasik
Teori ini biasa disebut dengan “Teori Tradisional” atau disebut juga “Teori Mesin”.
Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Definisi Organisasi menurut Teori Klasik:
Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan,
peranan-peranan, kegiatankegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain apabila orang
bekerja sama. Teori organisasi klasik memiliki asumsi bahwa organisasi selalu
memiliki susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun pencapaian
efisiensi. sejarah mencatat ada tiga nama yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan teori organisasi klasik, dimana akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Max Weber dan Tipe Ideal Birokrasi
Max Weber dianggap sebagai "Bapak Teori Organisasi" atau "the father of
organization teori", dengan tradisi sosiologinya . Konsep Weber tentang birokrasi
sangat berbeda dengan pandangan umum yang melihat sisi negatip dari birokrasi,
misalnya sebagai sumber ketidak efisienan, berbelit-belit dan sarang penyalah
gunaan kekuasaan. Weber mengkonsepsikan birokrasi sebagai tipe ideal. Tipe ideal
birokrasi sebagaimana dikemukakan oleh Weber memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
 Peraturan atau aturan yang ada di dalam birokrasi sangat jelas dan tegas
sekali.
 Terdapat ruang lingkup kompetensi yang jelas.
 Sumber dari otoritas atau kewenangan adalah ketrampilan teknis,
kompetensi dan keahlian (expertise).
 Para pelaksana atau staf administrasi secara tegas dipisahkan dari para
pemilik modal atau alat produksi.
 Prinsip hirarkhi menunjukkan bahwa tiap-tiap bagian yang lebih rendah
posisinya, selalu berada di bawah perintah dan selalu di bawah pengawasan
dari posisi yang lebih tinggi
 Tindakan-tindakan, keputusan-keputusan dan aturan-aturan semuanya
diadministrasikan dan diarsipkan secara tertulis.

Weber berpandangan, jika suatu organisasi memiliki dasar-dasar berupa prinsip-


prinsip sebagaimana dikemukakannya di atas, maka organisasi itu akan dapat
mengatasi ketidakefisienan dan ketidak-praktisan yang sangat tipikal ditemukan
pada banyak organisasi pada masa itu.

2) Taylor dan Manajemen Ilmiah


Di Amerika Serikat, perkembangan teori organisasi dirintis oleh Frederick W
Taylor (1856-1915). Adapun inti dari pemikiran Taylor adalah gagasan mengenai
terdapatnya satu cara terbaik untuk melaksanakan pekerjaan. Pemikiran Taylor ini
mengkombinasikan sejumlah kecenderungan dalam pemikiran manajemen.
Pertama, gagasan bahwa pekerjaan dapat dianalisa secara ilmiah. Kedua, studi
tentang waktu dan kegiatan yang detail akan dapat menunjukkan cara yang terbaik
dalam melakukan suatu pekerjaan. Ketiga, standardisasi menjadi langkah yang
penting menuju proses mekanisasi, suatu gagasan philosofis yang menunjuk pada
sistem hubungan manusia dengan mesin dalam dunia kerja. Sumbangan lain yang
penting dari Taylor dengan manajemen ilmiahnya adalah pemikirannya tentang
pemisahan rencana kegiatan dari pelaksanaan kegiatan. Untuk mendapatkan hasil
yang efisien, fungsi organisasi perlu dibagi dalam beberapa spesialisasi yang
berlainan.

3) Fayol dan Prinsip-Prinsip Administrasi


Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan
fungsional kegiatan administrasi. Menurut Fayol kegiatan administrasi dapat
dipecah secara fungsional dalam lima fungsi, yaitu:
 Planning atau perencanaan.
 Organizing atau pengorganisasian.
 Command atau perintah.
 Coordination atau koordinasi.
 Control atau pengawasan.

b. Teori Neo-klasik
Teori neo-klasik secara prinsip timbul sebagai reaksi terhadap teori klasik, tetapi pada
kenyataannya teori neo-klasik tetap mempergunakan dan tidak mengabaikan prinsip-
prinsip yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik. Teori neo-klasik menitik beratkan
pada pemikiran tentang pentingnya aspek psikologis dan sosial manusia (karyawan)
sebagai individu maupun kelompok kerja. Teori neo-klasik mengintroduksikan ilmu-
ilmu perilaku dalam studi organisasi. Meskipun demikian, teori neo-klasik tidak
menolak asas - asas yang dikemukakan oleh teori klasik, tetapi teori neo-klasik
melakukan modifikasi sebagai konsekuensi dari pandangannya tentang aspek manusia
dalam organisasi, terutama perilaku manusia dan pengaruh kelompok informal didalam
organisasi. Teori neo-klasik meskipun memberikan sumbangan bagi perkembangan
teori organisasi, tetapi pada kenyatanannya tidak mengantarkan lahirnya teori baru
untuk menggantikan teori klasik yang ada sebelumnya. Teori neo-klasik hanya
memusatkan perhatiannya pada modifikasi, tetapi tidak melakukan transformasi yang
penting.

c. Teori Modern
Perkembangan teori sistem sebagai teori organisasi modern yang dikenal dengan teori
sistem umum atau "General System Theory" yang dikembangkan oleh Ludwig von
Bertalanffy dan Kenneth Boulding. Pada prinsipnya, "General System Theory"
menggunakan sistem sebagai dasar pemahamannya terhadap fenomena organisasi dan
tidak hanya memahami bagaimana organisasi berfungsi, tetapi juga memahami
bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, organisasi
tersusun dari suatu himpunan komponen atau bagian yang terintegrasi dan masing-
masing melakukan tugas atau fungsinya secara khusus. Selain itu, organisasi sebagai
suatu sistem juga berada dalam suatu lingkungan yang lebih luas. Terhadap lingkungan
yang lebih luas ini, setiap organisasi selalu melakukan interaksi sehingga terdapat
hubungan dan saling pengaruh antara organisasi dengan lingkungannya.

d. Teori Contingency
Tokoh utama yang memberikan dorongan besar bagi perkembangan teori organisasi
pada pendekatan atau teori Contingency adalah Joan Woodward. Teori Contingency
dibangun atas dasar kaidah - kaidah yang dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori
Contingency melihat teori organisasi sudah seharusnya berlandaskan pada konsep
sistem yang terbuka (open system concept). Inti dari Teori Contingency inipada
dasarnya terletak pada pandangannya dalam melihat hubungan antar organisasi dan
hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, hubungan antara
satu organisasi dengan lainnya maupun dengan lingkungannya secara keseluruhan,
sangat tergantung pada situasi (depens on the situations). Teori Contingency ini
menolak prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para ahli teori klasik dan
menggantinya dengan pandangan yang lebih adaptif dalam memahami organisasi.

2. Sebutkan langkah langkah pengembangan dan pengorganisasian masyarakat


1) Menurut “Adi Sasongko ( 1978 )”, langkah – langkah yang harus ditempuh dalam
Pengorganisasian Masyarakat adalah :
1. Persiapan sosial
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak masyarakat untuk berpartisipasi atau
berperan sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan
hingga pengembangan program. Kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih
ditekankan kepada persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif
dan program yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Pengenalan Masyarakat
Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah – tengah masyarakat dengan
hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaimana
adanya, tanpa disertai prasangka sambil menyampaikan maksud dan tujuan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan melalui Jalur
Formal yaitu dengan melalui sistem pemerintahan setempat seperti Pamong
Desa atau Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur Informal misalnya
wawancara dengan tokoh masyarakat, seperti Guru, Pemuka Agama, dan tokoh
pemuda.
b. Pengenalan Masalah.
Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal
masalah yang memang benar - benar menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk
dapat mengenal masalah yang ada di masyarakat secara menyeluruh, maka
diperlukan interaksi dan interelasi dengan masyarakat setempat secara
mendalam. Dalam tahap ini mungkin akan banyak ditemukan masalah dalam
masyarakat, oleh karena itu harus disusun skala prioritas penanggulangan
masalah.
c. Penyadaran Masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :
 Menyadari masalah - masalah yang mereka hadapi
 Secara sadar berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah
yang dihadapi,
 Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan sesuai
dengan potensi dan sumber daya yang ada.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka, diperlukan


suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka Menyadarkan
Masyarakat adalah :

 Lokakarya Mini.
 Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD )
 Rembuk Desa

2. Pelaksanaan
langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan adalah :
 Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
 Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penaggulangan
masalah,
 Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang
tersedia di masyarakat,
 Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam penanggulangan masalah.

3. Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam melakukan penilaian ada 2 cara, yaitu :
a. Penilaian Selama Kegiatan Berlangsung
Disebut juga Penilaian Formatif = Monitoring. Dilakukan untuk melihat
apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai dengan
perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun, Sehingga dapat
diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
b. Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan.
Disebut juga Penilaian Sumatif = Penilaian Akhir Program. Dilakukan setelah
melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Dapat diketahui
apakah tujuan / target telah tercapai atau belum.

4. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan, dan dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Perluasan Kuantitatif yaitu : perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang
dilakukan, baik pada wilayah setempat maupun wilayah lainnya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Perluasan Kualitatif yaitu : perluasan dengan dengan meningkatkan mutu atau
kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dari masyarakat yang dilayani..

3. Sebutkan actor, target, dan sasaran pengorganisasian masyarakat


Actor dalam kegiatan pengorganisasian masyarakat adalah pemerintah, lembaga non
formal, dan juga masyarakat itu sendiri. Pemerintah dan juga lembaga non formal berfungsi
sebagai organizer yang akan membantu masyarakat mengatasi masalah masalah yang ada.
sedangkan masyarakat adalah target dan sasaran dalam kegiatan pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat. Target utama dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang berperikemanusiaan (civil
society). dan sasaran dalam pengorganisasian masyarakat adalah masyarakat itu sendiri.
Masyarakat berperan sebagai subjek dan juga objek dalam kegiatan pengorganisasian
masyarakat. Sebagai subjek masyarakat akan ikut serta dalam kegiatan pengorganisasian
mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi, sedangkan sebagai objek masyarakat
adalah sasaran dari kegiatan pengorganisasian masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai