Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena

berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas untuk membuat

makalah tentang Teori Organisas

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak

yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini. Khususnya dosen

mata pelajaran Teori Organisasi yang telah membimbing kami.

Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya

bagi kami sendiri sebagai penyusun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran

dari para pembaca agar dapat memperbaiki kesalahan dan membuat tugas yang

akan datang menjadi lebih baik. Aamiin.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang

menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka

mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan,

usia, jenis kelamin yang heterogen yang dibawa kedalam suatu organisasi

sehingga tidak seperti mesin, uang dan material, yang sifatnya pasif dan dapat

dikuasai dan diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan

organisasi. Sumber daya manusia baik yang menduduki posisi pimpinan

maupun anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi atau

instansi baik pemerintah maupun swasta. Hal ini karena berhasil tidaknya

suatu organisasi atau instansi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor manusia

selaku pelaksana pekerjaan.

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu

terwujudnya efektivitas kerja yang positif, ada banyak cara untuk

mewujudkannya. Beberapa diantaranya dengan menerapkan gaya

kepemimpinan yang baik dengan dibarengi pembentukan struktur organisasi

yang jelas. Kepemimpinan sering didefinisikan sebagai proses membuat orang

lain terinspirasi untuk bekerja keras dalam menyelenggarakan tugas-tugas

penting (Schermerhorn, 1999). Tetapi  pengertian tersebut sering dikaitkan

dengan dasar-dasar bagi kepemimpinan yang efektif, yakni  mendasarkannya


pada cara seorang pemimpin atau manajer menggunakan power untuk

mempengaruhi perilaku orang lain. Power merupakan kemampuan untuk

mempengaruhi orang-orang lain melakukan sesuatu seperti yang diinginkan

oleh seseorang yang menghendakinya (Kanter, 1979). Karena itulah seringkali

kepemimpinan atau leadership didefiniskan sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Robbins,

1998). Dalam tulisan ini kepemimpinan lebih difokuskan pada kepemimpinan

manajerial dalam organisasi.

    Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang

dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu

untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Heidjrachman dan Suad Husnan,

2002:224). Struktur organisasi banyak sekali macamnya, mulai dari yang

bersifat tradisional sampai modern. Penerapannya sendiri dapat berbeda-beda

dan banyak faktor yang menentukan, antara lain: besar kecilnya perusahaan,

luas sempitnya jaringan usaha, jumlah karyawan, tujuan perusahaan dan

sebagainya. Beragamnya sistem struktur organisasi tersebut dimungkinkan

bahwa suatu perusahaan A cocok menggunakan sistem struktur organisasi B,

tetapi perusahaan C atau yang lain belum tentu cocok menggunakan sistem

struktur organisasi B.  Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya

selalu menggunakan struktur organisasi sebagai wadah segala kegiatannya,

tetapi untuk penerapan sistem struktur organisasinya tergantung dari kondisi

perusahaan yang bersangkutan. Hal ini merupakan suatu masalah bagi setiap

perusahaan dalam menerapkan struktur organisasi mana yang cocok sehingga


untuk itu setiap perusahaan membutuhkan waktu dan pengamatan (analisis)

yang khusus dalam memilih sistem struktur organisasi yang tepat dan sesuai.

B.    Rumusan Masalah

1.     Apakah yang dimaksud organisasi dan kepemimpinan?

2.     Bagaimanakah struktur organisasi?

3.     Bagaimanakah teori-teori organisasi dan kepemimpinan?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui definisi organisasi dan kepemimpinan.

2.     Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi itu.

3.     Untuk mengetahui  teori-teori organisasi dan kepemimpinan.


BAB II

PEMBAHASAN

A.       Pengertian Organisasi

1.      Menurut Ernest Dale,

Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan,

pengembangan, dan pemeliharaan suatu  struktur atau pola hubunngan

kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.

2.      Menurut Cyril Soffer,

Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi

peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana

pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian

digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.

B.      Teori-teori Organisasi

1.      Teori Organisasi Klasik

Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga

“teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19).  Dalam teori ini

organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-

tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural

yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori ini organisasi

digambarkan seperti toet piano dimana masing-masing nada mempunyai

spesialisasi, dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu
yang indah begitu juga dengan organisasi.  Dikatakan teori mesin karena

organisasi ini menganggab manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap

saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.

2.      Teori Organisasi Neoklasik

Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan

manusiawi (The Human Relation Movement). Teori neoklasik

dikembangkan atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan

pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu

maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan teori

neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan

di Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg. Percobaan-percobaan

ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan

perkembangan teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi

teori neoklasik. Pada akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan

bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat

berpengaruh pada operasi organisasi.

3.      Teori Organisasi Modern

Teori modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada

organisasi. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai

satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya

mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang

berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi

merupakan sistem terbuka. Teori modern dikembangkan tahun 1950,


dalam banyak hal yang mendalam teori modern dengan klasik berbeda,

perbedaan tersebut diantaranya :      

Teori Klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi

organisasi, membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertikal. Teori

Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan menjadikan

pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh, lebih dinamis dan lebih

banyak variabel yang dipertimbangkan.

Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai

disiplin ilmu pengetahuan. Teori modern melihat bahwa semua unsur

organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di

dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem

tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi

organisasi merupakan sistem terbuka. Interaksi dinamis antar proses,

bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun dengan organisasi lain

dan dengan lingkungan.

Suatu organisasi merupakan suatu proses yang tersusun para

individu saling mempengaruhi untuk berbagai tujuan. Dalam Pendekatan

Modern menyatakan bahwa yang dimiliki saat ini bukan teori mengenai

organisasi tetapi way of thinking atau cara berfikir mengenai organisasi,

cara melihat dan menganalisis secara lebih tepat dan mendalam, yang

dilakukan melalui keteraturan atau regularitas perilaku organisasi, yang

hanya berlaku untuk suatu lingkungan atau kondisi tertentu.


C.       Struktur Organisasi

Berdasarkan pola hubungan kerja dan aktivitas, wewenang serta

tanggungjawab, maka bentuk-bentuk organisasi dibedakan sebagai berikut

1.      Struktur Organisasi Lini

Organisasi bentuk garis di ciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur

organisasi ini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada

bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan

secara langsung di tujukan kepada ataan yang memberi perintah.

Umumnya organisasi yang memakai struktur ini adalah organisasi yang

masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi kerjanya masih

sederhana

Ciri-Ciri:

Kesatuan perintah terjamin; Pembagian kerja jelas dan mudah

dilaksanakan;

Organisasi tergantung pada satu pimpinan

2.      Struktur Organisasi Fungsional

Struktur organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. Struktur

ini berawal dari konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan

yang jelas dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah

kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubunganya dengan fungsi atasan

tersebut. Setiap pegawai mempunyai pengawas lebih dari satu orang

atasan yang berberda-beda.

Ciri-Ciri Struktur organisasi fungsional :


a.       Tidak menjamin adanya kesatuan perintah

b.      Keahlian para pengawas dan pegawai berkembang menuju

spesialisasi

c.       Penghematan waktu dapat dilakukan karena mengerjakan pekerjaan

yang sama

3.      Struktur Oranisasi Garis dan Staf

Struktur organisasi ini merupakan struktur organisasi gabungan

yang di kembangkan oleh Harrington Emerson. Struktur ini umumnya di

gunakan oleh organisasi yang besar, daerah kerja luas, bidang tugas yang

beraneka ragam dan jumlah bawahan yang banyak sehingga pimpinan

tidak bisa bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan staf. Staf

adalorang ahli dalam  bidang  tertentu  yang  bertugas  memberi  nasihat

dan  saran   kepada

pimpinan dalam organisasi tersebut.

4.      Struktur Organisasi Fungsional dan Staf

Struktur organisasi ini merupakan gabungan dari bermacam-macam

struktur organisasi.dengan memakai sistem gabungan ini  di mungkinkan

memilih, yang menguntungkan di pakai yang merugikan di tinggalkan

D.       Konsep Kepemimpinan

1.      Pengertian Kepemimpinan


a.       Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi

mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur

yang sama.

b.      Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat

didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk

mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai

tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu

dan organisasi.

c.       Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using

power to influence the thoughts and actions of others in such a way

that achieve high performance”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa

implikasi, antara lain :

a.       Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para

karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan

harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin.

Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak

akan ada pimpinan.

b.      Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan

kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya

untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat

menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda

untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.


c.       Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri

(integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),

pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan

keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang

lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain

(communication) dalam membangun organisasi.

2.      Teori Kepemimpinan

Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai

timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang

lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya pemimpin, paling

tidak, ada tiga di antaranya yang menonjol yaitu sebagai berikut :

a.       Teori Genetic

Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and

not made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang

pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat

pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada

suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu.

Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

b.      Teori Sosial

Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”,

make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :

“Leaders are made and not born“. Penganut-penganut teori ini


berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin

apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

c.       Teori Ekologis

Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori

sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang

hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu

lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana

kemudian dikembang-kan melalui pendidikan yang teratur dan

pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk

mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah

dimilikinya itu.  Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua

teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling

baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan

yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat

mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.

3.      Tipe Kepemimpinan

a.       Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya

tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan

pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik

dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan


kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya

sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik

memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada

pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan

pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

b.      Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan

yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:

1)      Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang

tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan

2)      Mereka bersikap terlalu melindungi

3)      Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengambil keputusan sendiri

4)      Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk berinisiatif

5)      Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan

kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan

imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap

maha tahu dan maha benar.

c.       Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe

kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan

militeristik adalah:
1)      Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras

dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana

2)      Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan

3)      Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan

tanda-tanda kebesaran yang berlebihan

4)      Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya

5)      Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan

dari bawahannya

6)      Komunikasi hanya berlangsung searah.

d.      Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:

1)      Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang

harus dipatuhi

2)      Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal

3)      Berambisi untuk merajai situasi

4)      Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri

5)      Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang

rencana dan tindakan yang akan dilakukan

6)      Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan

atas pertimbangan pribadi

7)      Adanya sikap eksklusivisme

8)      Selalu ingin berkuasa secara absolute

9)      Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku
10)  Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka

patuh.

e.       Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia

membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.

Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan

kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan

oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol,

tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak

bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi

kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara

penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu

organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

f.       Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat

yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan

hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan

penghidupan kembali sikap nasionalisme.

g.      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.

Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan


administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika

modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem

administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe

kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu

teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial

ditengah masyarakat.

h.      Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan

penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan

kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak

terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif

dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai

potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti

bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan

bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap

anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan

Adanya gaya kepemimpinan maupun struktur organisasi memiliki

tujuan yang sama yaitu membentuk efektivitas kerja yang positif. Efektivitas

kerja merupakan derajat pencapaian tujuan suatu organisasi berdasarkan

aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Efektivitas kerja dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain gaya kepemimpinan, komunikasi intern, tata ruang

kantor, motivasi kerja, struktur organisasi dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang perlu diatur dan

dikembangkan sedemikian rupa dan terus dijaga agar organisasi tetap utuh

dan tidak keluar jalur dari tujuan yang sudah ditetapkan. Perbedaan gaya

kepemimpinan otomatis mempengaruhi keberhasilan dari pelaksanaan kerja

dari seluruh proses organisasi. Oleh karena itu dengan semakin

berkembangnya teori tentang gaya kepemimpinan diharapkan dapat membuat

organisasi lebih efektif dan efisien.

B.        Saran

Keberlangsungan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh pemimpin

dari organisasi tersebut. Dari pembahasan diatas, penulis mempunyai

beberapa saran yaitu :

1.      Pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan seperti apa

yang cocok dengan struktur organisasi yang dianut.


2.      Pemimpin harus mengetahui dan beradaptasi terhadap perbedaan

karakter dari setiap bawahan dalam organisasi yang dipimpinnya

sehingga organisasi berjalan dengan baik.

3.      Pemimpin harus dapat menjadi risk taker yang cepat tanggap apabila

terdapat masalah-masalah dalam organisasi baik yang disebabkan

lingkungan internal maupun eksternal.


DAFTAR PUSTAKA

1.         Asep Suryana, 2010. Kepemimpinan Dalam Pendidikan

2.        Garry, Yukl. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Terjemahan. Jusuf Udaya

3.         Gibson,  2003. Organisasi : Perilaku, Struktur Dan Proses. Jakarta.

4.  Ndraha, Taliziduhu, 2003, Budaya Organisasi, Ed 2,  PT. Rineka Cipta,

Jakarta

5.     Robbins, SP, 1996. Perilaku Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi. Ed

Indonesia,  PT. Prenhallindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai