Anda di halaman 1dari 10

RESUME

LOGIKA

Disusun

O L E H

SAEPUL BAHRI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) DARUSSALIMIN NW

PRAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

2017

PEMBAHASAN
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek materialnya adalah


berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang
filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

 Dasar-dasar Logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa
kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh
isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni
hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).

 Sejarah Logika

Masa Yunani Kuno. Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf
Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita
isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam
semesta.

Abad pertengahan dan logika modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,


Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas
1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:


 Petrus Hispanus (1210 - 1278)
 Roger Bacon (1214-1292)
 Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
 William Ocham (1295 - 1349)

 Logika sebagai matematika murni

Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah


logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode
ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika
simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus
(130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika
dengan Logika sebagai matematika murni

Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah


logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode
ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika
simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus
(130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika
dengan menerapkan metode geometri.menerapkan metode geometri.

 Kegunaan logika

1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara


rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam
dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.

 TERM

Term merupakan pernyataan tentang sesuatu yang terdiri dari kalimat-kalimat


tertentu. Sehinggga Term berfungsi sebagai bingkai dari suatu pengertian hingga
dapat melambangkan suatu pemikiran atau ide.

 KATEGORI

Salah satu fungsi logika adalah untu meluruskan pengertian yang diperoleh dan
dipergunukan manusia dalam mewujudkan pikirannnya. Agar pengertian tersebut
sesuai dengan hakekatnya

 DEFINISI

Kata definisi berasal dari bahasa latin, yakni definitio, kata dasarnya finis;
batas. Dari segi istilah definisi adalah pengertian yang konprehensif tentang suatu
istilah yang mencakup semua unsure yang ada pada istilah tersebut. Karena itulah,
mendefinisikan sesuatu berarti menerangkan dengan rumusan yang singkat, padat dan
jelas, serta tepat mengenai apa sebenarnya sesuatu itu, sehingga dapat dibedakan
dengan jelas dengan sesuatu yang lain
 PUTUSAN

Putusan adalah pernyataan yang berisi pengakuan atau pengingkaran hubungan


suatu subyek dengan predikat, yang mungkin benar atau mungkin salah. Untuk
menguji kebenaran dan ketepatan suatu putusan dengan empat pertanyaan: 1. Apa
pokok pernyataan yang diajukan? 2. Atas dasar apa pernyataan itu diajukan? 3. Apa
kaitan antara alasan yang mendasarinya dengan pernyataan yang diajukan? 4. Apakah
pernyataan itu benar? Apakah pasti? Atau hanya mungkin benar? Atau sangat
mungkin tidak benar?

Filsafat ilmu dan logika ada suatu hubungan filsafat dan logika yang tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya memiliki dataran yang mendasar dalam berfikir,
sehingga dapat menghasilkan suatu kebenaran yang bersifat spesifik dan konkrit. Dari
sini logika akan mempunyai fungsi sebagai:

1. Bagi pengetahuan filsafat ilmu merupakan ilmu yang harus dikuasai terlebih
dahulu.
2. Dapat menambah daya berfikir abstrak
3. Berfikir logis dan kritis
4. Berfikir kreatif, potensial dan akademis dan lain-lain
Dapat membimbing daya pemikiran dan penalaran kita tersesat oleh sesuatu
pola berfikir yang berdasarkan otoritas.

Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas logika tradisional dan logika
modern. Logika tradisional adalah logika Aristiteles,dan Logika modern tumbuh dan
dimulai pada abad VIII. Mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang
berlain dengan sistem logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus
menemukan metode baru logika yang disebut Ars magna

Bila dilihat dari obyeknya dikenal sebagai logika formal dan logika material.
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda, yakni cara
berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khuvsus ke umum. Cara pertama
disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-
dasar persesuaian (tidk adanya pertetangan) dalam pemikiran dengan
mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berfikir benar.

HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DAN PENELITIAN


Filsafat ilmu membahas tiga komponen dasar berkaitan dengan penelitian
yaitu: ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

A. Ontologi
Obyek pembahasan ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada pada
dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah
ontologi ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi
membahas tetantang yang ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal.

B. Epistimolgi
Epistimologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memperoleh
kebenaan ilmu pengetahuan. Bagaimana tata cara memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan ini dipengaruhi oleh ontologi yang dipilihnya.

C. Aksiologi
Aksiologi adalah pembahasan tentang bentuk ilmu yang dihasilkan dari
penelitian. Inipun dipengaruhi oleh ontologi yang digunakan. Ontologi yang
memahami sesuatu itu tunggal penelitiannya jenis kuantitatif, maka ilmu yang
dibentuknya disebut nomotetik dan bebas nilai (value).

HUBUNG FILSAFAT ILMU, LOGIKA DAN PENELITIAN


Antara filsafat ilmu, logika dan penelitian memiliki hubungan yang sinergi.
Filsafat ilmu yang membahas tentang ontologi, epistimologi dan aksiologi dikaitkan
dengan logika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan,
kebenaran dan tingkat kepastian sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas,
dapat dikelompokkan menjadi dua aliran filsafat ilmu yaitu empirisme dan
rasionalisme/realisme.
Adapun berfikir rasionalisme/realisme baru berpijak pada berfikir positivisme
paradigma kuantitatif. Berfikir positivistik adalah bersifat spesifik berpikir tentang
empiri yang teramati, yang teratur, dan dapat dieliminasi serta di manupulasikan dari
satuan besarnya. Sedangkan positivisme logik menolak ethik transendental yang
berada dikawasan metafisik. Para penganut neo-Kantian dikenal sebagai epistimologi
positivistik yang menolak segala bentuk ethik transenden. Salah satu prinsip utama
dalam positivisme adalah penerapan prinsip variabilitas terhadap sesuatu sebagai
benar.
Sedangkan kebenaran empirik logik memunculkan logika phenomologik.
Phenomologik Hussert telah berkembang menjasdi pemacu timbulnya paradigma
kualitatif yang sejak tahun 1970-1990 mendesak paradigma kuantitatif yang telah
mendominasi filsafat ilmu sejak abad XVIII.

PENELITIAN KUANTITATIF vs KUALITATIF


Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sebaliknya penelitian kuantitatif
melibatkan pengukuran tingkat suatu ciri. Dengan kata lain penelitian kuantitatif
melibatkan diri pada perhitungan atau logika atau kuantitas, sedangkan penelitian
kualitatif menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau
jumlah.
Menurut Simon bahwa segala sesuatu terjadi berdasarkan hukum-hukum yang
dapat dibuktikan dengan observasi dan percobaan. Selanjutnya menurut Simon bahwa
penjelasan suatu masyarakat secara ilmiah dapat ditentukan dengan mengemukkan
hukum perubahan histories atas dasar induksi sebagai postulat.
Penggunaan kata positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita
selidiki, dapat kita pelajari hanyalah berdasarkan fakta-fakta, yang berdasarkan data-
data yang nyata, yaitu yang mereka namakan positif. Apa yang kita ketahui itu
hanyalah yang tampak saja, di luar itu kita tidak perlu mengetahuinya, dan tidak perlu
untuk diketahui. Positivisme membatasi penyelidikan / studinya hanya kepada bidang
gejala-gejala saja.

PERBEDAAN PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN PENELITIAN


KUALITATIF
Teknik yang digunakan

1. Kreteria kualitas

2. Sumber teori

3. Pertanyaan tentang kausalitas

4. Tipe pengetahuan yang digunakan

5. Pendirian

6. Maksud

7. Instrumen

8. Waktu untuk mengumpulkan data dan aturan analisis

9. Desain

10. Gaya

11. Latar

12. Perlakuan

13. Satuan kajian


14. Unsur-unsur kontekstual

Untuk dapat menghubungkan paradigma dengan data empiris, maka dengan


menggunakan perspektif teoritik tertentu, kita bisa mengenal pola piker yang
digunakan dalam menyusun proposisi dan pola hubungan antar konsep dalam
fenomena yang dihadapi. Dari pola piker dan pola hubungan antar konsep inilah, bisa
ditentukan data (variable).
Proses penggabungan pendekatan dan metode disusun menurut beberapa factor.
Yang pertama, menyangkut arti penting yang diberikan kepad amasing-masing
pendekatan dalam keseluruhan proyek. Kedua, menyangkut urutan waktu, jangka
waktu untuk mana kedua metode ditempuh secara simultan.
14 KARAKTERISTIK DISAIN KUALITATIF

1. Latar alamiah

2. Manusia sebagai alat (instrument)

3 Metode Kualitatif

4. Analisis Data Secara Induktif

5: teori dari dasar (Grounded theory)

6. Deskriptif

7. lebih mementingkan proses dari pada hasil

8. adanya batas yang ditentukan fokus

9. Adanya kreteri khusus untuk keabsahan data

10. Desain yang bersifat sementara

11. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama


Dalam tahapan riset yang dikemukakan oleh Bogdan dengan disentesiskan
dengan uraian dari sumber lain.
1. Tahap pralapangan.

a. Menyusun Rancangan Penelitian


Rancangan suatu penelitian kualitatif biasanya dinmakan Usulan Penelitian,
paling tidak berisi: latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian ,
kajian kepustakaan yang menghasilkan, pemilihan lapangan penelitian,
penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan
data, rancangan prosedur analisi data, rancangan perlengkapan, rancangan
pengecekan kebenaran data

b. Memilih lapangan penlitian.


Cara terbaik yang perlu diperhatikan dalam penentuan lapangan penelitian
ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif; pergilah dan jajakilah
lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang
berada di lapangan.
c. Mengurus perizinan.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan.

e. Memilih dan memanfaatkan informan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

g. Persoalan etika penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan.

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri


b. Memasuki lapangan.

Anda mungkin juga menyukai