Disusun Oleh:
Leni Tresnawati (2210060015)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Karakteristik
Dimensi Analisis Budaya, Kualitas Masyarakat " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Organisasi Pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Teori Organisasi Dan Karakteristik Sistem
Organisasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tahukah Anda, bahwa alam semesta ini tercipta sebagai suatu sistem organisasi yang
yang sangat besar dan sangat teratur. Kerapian sistem kehidupan dapat kita ketahui mulai
dari tingkat keseimbangan yang besar hingga pada tingkat keseimbangan yang sekecil-
kecilnya. Rupanya melalui hal ini Tuhan mengajarkan kita untuk membuat tatanan
organisasi yang baik kepada manusia. Tuhan tahu bahwa, manusia kelak akan hidup dalam
perkembangan yang sangat pesat sehingga membutuhkan teori organisasi yang baik. Ketika
manusia sudah semakin maju dan banyak hal yang harus diurus, tentu kebutuhan pokoknya
dalah organisasi yang baik. Peradaban manapun membutuhkan keteraturan, tidak bisa acak
dan kacau. Kekacauan adalah kerusakan, itu berarti sistem yang tidak berjalan dengan
semestinya. Dalam dunia yang semakin komplek, kebutuhan akan organisasi semakin
menetukan kemajuan. Banyaknya tantangan baru yang muncul dengan semakin luasnya
instrumen kehidupan, memberi manusia dorongan untuk mengelola segala sesuatunya
dengan suatu sisitem yang baik, maka teori organisasi pun mengalami pertumbuhannya dari
masa ke masa. Oleh sebab itu, mari kita pelajari tentang evolusi teori organisasi berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas maka masalah yang dirumuskan adalah
1. Apa Yang dimaksud dengan Teori Organisasi ?
2. Bagaimana karakteristik sistem organisasi ?
3. Apa saja aspek yang mempengaruhi perubahan organisasi?
4. Bagaimana teori organisasi dan karakteristik sistem organisasi dalam pandangan
islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori organisasi
2. Untuk mengetahui karakteristik sistem organisasi
3. Untuk mengetahui Apa saja aspek yang mempengaruhi perubahan organisasi
4. Untuk mengetahui teori organisasi dan karakteristik sistem organisasi dalam
pandangan islam
BAB II
Pembahasan
A. Teori Organisasi
Teori organisasi merupakan sejumlah pemikiran dan konsep yang menjelaskan atau
memperkirakan bagaimana organisasi/kelompok dan individu di dalamnya “berperilaku”,
dalam berbagai jenis struktur dan kondisi tertentu (Shafritz & Ott dalam Levy, 2009). Dari
definisi tersebut, organisasi seperti juga manusia memiliki perilaku yang bisa diamati dengan
baik oleh orang di dalamnya maupun oleh pihak luar.
Ahli manajemen dan organisasi menyatakan teori organisasi berakar dan telah ada
sejak zaman purbakala atau abad pertengahan. Namun studi formal tentang teori organisasi
baru dilakukan ketika pabrik-pabrik mulai dikenal di Inggris Raya (Shafritz & Ott dalam
Levy, 2009). Terdapat berbagai jenis teori organisasi dari berbagai literatur dan sumber
pustaka. Penulis mengutip karya Scott dalam Legaard (2010) yang membagi teori organisasi
ke dalam tiga level analisis, yaitu:
1) Level sosial-psikologis, yakni teori organisasi yang berfokus pada hubungan individu
dan antar personal/individu dalam organisasi. Pada kelompok teori ini, ahli organisasi
berupaya menjelaskan bagaimana orang-orang di dalam organisasi tersebut saling
berhubungan untuk mencapai tujuan masing-masing.
2) Level struktural, yakni teori organisasi yang berfokus pada organisasi secara umum dan
subdivisi dari organisasi seperti departemen, tim, dan sebagainya. Pada kelompok teori ini,
ahli organisasi menjelaskan bagaimana antar unit dalam organisasi (departemen, bagian,
seksi, dll) saling berkaitan untuk mencapai tujuan masing-masing unit tersebut.
3) Level makro, yakni teori organisasi yang berfokus pada peran organisasi dalam
hubungannya dengan organisasi dan komunitas lainnya. Pada level ini, ahli organisasi
berupaya menjelaskan hubungan antar organisasi untuk mencapai tujuan masing-masing.
Sementara Legaard sendiri membagi teori organisasi ke dalam tiga perspektif yang
merupakan wilayah utama yang menjadi pusat studinya (Legaard, 2010), yaitu:
a. Teori organisasi yang berfokus pada kinerja dalam menjalankan tugas dan struktur;
TEORI ORGANISASI
1. Teori Klasik
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”.
Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah
lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk
mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas.
Dalam teori ini organisasi digambarkan seperti toet piano dimana masing-masing
nada mempunyai spesialisasi (do.. re.. mi.. fa.. so.. la.. si..) dimana apabila tiap nada
dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi. Dikatakan teori
mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat
bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada empat
kondisi pokok: Kekuasaan, Saling melayani, Doktrin, Disiplin. Yang dijadikan tiang dasar
penting dalam organisasi formal adalah:
a. Pembagian kerja (untuk koordinasi)
b. Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
c. Struktur (hubungan antar kegiatan)
d. Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
Teori Klasik berkembang dalam 3 Aliran:
1) Teori Birokrasi
Teori Birokrasi dipelopori oleh Max Webber (seorang sosiolog asal Jerman yang
melakukan studi tentang organisasi antara tahun 1800-1900). Webber memiliki pandangan
yang berbeda dibanding Taylor dan Fayol. Ia memasukkan perspektif sosial dan psikologis
untuk memahami tentang organisasi. Menurut Webber untuk memahami organisasi dan
strukturnya dapat dicari menggunakan konteks historis, dan ia mengembangkan norma-
norma yang seharusnya dijalankan oleh suatu birokrasi (yang direfleksikan sebagai
“pegawai publik”) antara lain: a) pegawai publik sebaiknya bertindak seolah-olah dirinya
adalah pemilik birokrasi (kantor) dan tetap menjalankan tugas secara birokratis; dan b)
birokrasi sebaiknya terdiri dari pegawai publik profesional yang netral sehingga struktur
organisasi dapat berfungsi dengan lancar dan seefektif mungkin.
Sehingga menurut Weber, Birokrasi adalah sebuah struktur administrasi tertentu
yang bekerja berdasarkan otoritas yang beorientasi legal dan peran (Scott dalam Legaard,
2010), dengan ciri-ciri antara lain:
1. Terdapat pembagian kerja di antara anggota organisasi
a. Setiap pekerjaan pada organisasi birokrasi merupakan posisi khusus dengan tugas dan
tanggung jawab tertentu. Pandangan ini disebut dengan division of labor. Pandangan ini
memungkinkan organisasi untuk memaksimalkan kemampuan anggotanya yang
spesifik sesuai dengan pekerjaan atau tugas dipercayakan kepadanya. Namun terdapat
kelemahan yang dihadapi yaitu terdapat kesulitan dalam mengkoordinasikan berbagai
tugas yang dijalankan oleh masing-masing pekerja, termasuk memastikan produk yang
dihasilkan oleh organisasi tersebut;
b. Struktur pada organisasi birokrasi cenderung berbentuk piramida (top-down pyramidal
organizational) dengan satu orang berada di puncak, lihat gambar 2. Pada setiap level
organisasi, pekerja melapor kepada orang yang berada di atasnya dalam rantai komando.
Level
Menejer
atas
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Taylor, Henri Fayol mengembangkan pendekatan
lain yang bersifat rasional yang fokusnya berlawananan dengan scientific management. Karakteristik
dari teori administratif Fayol antara lain:
4. Terdapat kejelasan dan keseimbangan antara delegasi, wewenang, dan tanggung jawab
(chain of command). Delegasi merupakan pembagian tugas/wewenang pimpinan kepada
bawahannya dengan memperhatikan ketentuan dan tujuan organisasi. Wewenang
merupakan hak prerogatif seseorang untuk memerintah, mengarahkan, dan bertindak
sesuai dengan tujuan organisasi, sedangkan tanggung jawab merupakan kewajiban
anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya.
5. Terdapat kesatuan arah (unity of direction). Artinya seluruh kemampuan, pikiran,
keahlian, waktu, dan kegiatan anggota organisasi ditujukan untuk mencapai satu sasaran
yaitu mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan efisien.
6. Terdapat kesatuan komando (unity of command). Pengertian kesatuan komando adalah
terjaminnya kerjasama anggota organisasi, dengan memusatkan pengendalian pada
manajemen tingkat atas. Dengan demikian, seorang bawahan hanya memiliki satu atasan.
7. Terdapat rentang pengawasan/kekuasaan (span of control). Pengertian rentang
pengawasan adalah sebarapa banyak bawahan/orang yang sesuai berada di bawah sebuah
posisi/jabatan. Span of control dijalankan untuk menjamin efektifitas dan kesinambungan
sebuah organisasi. Namun perlu dipahami bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam mengendalikan orang-orang yang ada dalam lingkaran
kekuasaannya untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik. Akibat dari span of control
dan tujuan organisasi untuk mencapai tujuan secara bersama-sama maka terdapat konsep
sentralisasi dan desentralisasi. Bila pengambilan keputusan seluruhnya diserahkan
kepada manajemen tingkat atas, maka hal ini disebut dengan sentralisasi. Bila
pengambilan keputusan sebagian diserahkan kepada manajer tingkat bawah, maka
disebut dengan desentralisasi.
8. Terdapat tingkatan pekerja (employment hierarchies). Hirarki pekerja merupakan tata
hubungan formal antara atasan dan bawahan, serta jaringan peranan yang diinginkan
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian
pendelegasian tugas/pekerjaan dilakukan sesuai dengan “tangga” jabatan. Sebuah hirarki
jabatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) hampir selalu membentuk piramida; b)
terbag-bagi ke dalam satu seri tingkatan horisontal; dan c) secara keseluruhan tetap ada
sepanjang masa organisasi tersebut beroperasi/berdiri.
9. Terdapat koordinasi. Dalam organisasi, semua kegiatan untuk mencapai tujuan harus
dikoordinasikan antara satu anggota dengan anggota lain. Dengan demikian, asas dalam
koordinasi adalah kerjasama dan kesatuan untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi
koordinasi dijalankan untuk mencegah hal-hal sebagai berikut: konflik/kontradiksi,
persaingan tidak sehat, pemborosan, kekosongan waktu dan ruang, serta perbedaan
pendekatan dalam pelaksanaan.
3) Teori Manajemen Ilmiah
Teori ini lahir pada awal abad 20, dikembangkan oleh Frederick W. Taylor.
Karakteristik dari aliran ini adalah:
1. Ide dasar scientific management adalah proses yang sistematis dibutuhkan untuk
meningkatkan efisiensi produksi yang diperoleh melalui analisis ilmiah dan berbagai
percobaan.
2. Taylor meyakini bahwa ouput yang maksimal dari suatu proses dapat dihasilkan
dengan input yang minimal (energi, sumberdaya).
3. Titik awal pemikiran Taylor adalah proses kerja individu yang akan bergabung dalam
suatu sistem proses.
2. Teori Neoklasik
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan “Teori
Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori
merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada “pentingnya aspek
psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”.
Hugo Munsterberg Salah tokoh neoklasik pencetus “Psikologi Industri”. Hugo
menulis sebuah buku “Psychology and Industrial Effeciency” tahun 1913. Buku tersebut
merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti dari pandangan Hugo
adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu dalam organisasi dan
mengingatkan adannya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi.
Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di
Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori
oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan Elton Mayo seorang riset
dari Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah dan
Kondisi kerja karyawan dipandang sebagai factor penting peningkatan produktifitas. Dalam
pembagian kerja Neoklasik memandang perlunya:
a. Partisipasi
b. Perluasan kerja
c. Manajemen bottom_up
3. Teori Modern
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya
yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori “Analisa Sistem” atau
“Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan neoklasik. Teori Organisasi
Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling
bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan system tertutup yang berkaitan
dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang
berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Berdasarkan teori organisasi yang telah dibeberkan di atas, kiranya ada sedikit
kesulitan untuk menentukan teori organisasi mana yang banyak dipakai di Indonesia.
Namun, secara kasat mana dapat penulis simpulkan bahwa organisasi-organisasi di
Indonesia saat ini banyak dipengaruhi oleh teori organisasi modern.
Itulah sekelumit gambaran mengenai perkembangan atau lebih tepatnya evolusi teori
organisasi yang terjadi mulai dari awal hingga keberadaannya saat ini. Untuk mencapai
kesejahteraan bersama antara karyawan dan perusahaan dan organisasi, maka teori-teori
tersebut bisa diaplikasikan. Semoga tulisan ini bisa menambah pemahaman Anda mengenai
teori-teori organisasi
D. TEORI ORGANISASI DALAM ISLAM
Tujuan dan visi organisasi yang baik adalah yang memiliki dimensi duniawi maupun
ukhrawi. Yaitu Iman, Ilmu, Amal dan harus selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Nilai nilai
Islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisas nilai, nilai tersebut adalah:
Ibadah, Profesional, Kualitas, Prestasi, Perbaikan. Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa
yang membedakan definisi secara umum dan secara Islam adalah, setiap aktifitas
manajemen, keputusan, langkah harus selalu sesuai dengan prinsip prinsip ajaran Islam yang
bersumber pada Alquran, Hadist/sunnah serta ijtihad mayoritas ulama. Banyak kita jumpai
teori-teori yang kita gunakan pada saat selama ini menggunkan teori dari barat yang
cenderung mengabaikan nilai-nilai Islam. Misalnya semua kegiatan manajemen hanya
difokuskan pada nilai profit dan eksistensi organisasi (walaupun itu penting) terkadang
meninggalkan konsep ketuhanan yang akan berimbas kepada nilai kemanusian
(Humanisme). Integrasi antara keilmuan Islam dengan keilmuan secara umum mutlak untuk
segera diimplementasikan, karena perpaduan kedua hal tersebut akan bisa berimbas kegiatan
pengelolaan yang lebih baik untuk organisasi dakwah.
Allah SWT telah mengingatkan umat manusia agar segala pekerjaan yang akan
dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan saling bekerja sama agar bisa
terbangun sistem kerja yang kokoh dan tidak goyah oleh berbagai macam rintangan yang
akan dihadapi, laksana bangunan yang tersusun dengan kokoh dan rapi. Dalam surah Ash-
Shaf ayat 4, Allah Swt. memberikan gambaran sebagai berikut:
Artinya: ''Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang (berjuang) dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.'' (Ash-Shaff: 4 )
Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari sekian banyak anggotanya yang
sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur. Sedangkan kata
marshushun berarti berdempet dan tersusun dengan rapi. Yang dimaksud ayat ini adalah
tentang pentingnya kekompakan barisan, kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan kerja sama
dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu.
Maksud dari shaff disitu menurut Al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah
barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan. Dalam sebuah
hadits diterangkan:
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan
dilakukan dengan “tepat, terarah dan tuntas”. Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan
teratur dan terarah, maka hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik,
proses juga dilakukan secara terarah dan teratur atau itqan.
Menurut Al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah manusia seyogyanya tetap pada
tempatnya dan tidak bergoyah dari tempat tersebut. Di samping itu, dalam ayat tersebut
banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat tersebut adalah barisan dalam perang. Maka
ayat tersebut mengindikasikan adanya tujuan dari barisan perang yaitu berupaya untuk
melaksanakan kewajiban yaitu jihad di jalan allah dan memperoleh kemenangan.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Di era globalisasi ini organisasi dituntut untuk menerus mempersiapkan dirinya
mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Pengalaman yang dialami
berbagai organisasi di Negara maju menunjukkan bahwa hanya organisasi yang secara
konsisten terus meningkatkan dirinya pengembangan organisasi yang dapat bertahan.
Pengembangan organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan kemampuan
organisasi dalam kondisis dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah, sehingga dapat
mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi. Oleh
karena itu dibutuhkan perkembangan organisasi untuk mempertahankan kehidupan
organisasi dalam mengahadapi persaingan organisasi masa depan yang tidak mementingkan
eksistensi dari masing-masing organisasi.
Organisasi dalam pandangan Islam membutuhkan kerjasama dan komitmen, Suatu
pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka hasilnya juga akan baik. Maka
dalam suatu organisasi yang baik, proses juga dilakukan secara terarah dan teratur, seperti
yang diterangkan dalam Al Qur’an Surah Ash-Shaf ayat 4.
Daftar Pustaka
Adam, Indrawijaya, (1983). Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Sinar Baru:
Bandung.
Ade Heryana, SST, MKM. Organisasi dan Teori Organisasi