Anda di halaman 1dari 26

MANUSIA, POTENSI PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Hadis Manajemen Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Zulli Umri Siregar, M. Ag

Disusun Oleh:

Leni Tresnawati 2210060015

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
BAB I
MANUSIA, POTENSI PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN

A. MANUSIA
Pada kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa dipisahkan dengan Pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu proses alamiah bahkan dari sejak manusia tersebut dilahirkan. Dapat
dikatakan pula bahwa pendidikan merupakan bagian dari hidup, karena tanpa disadari setiap hari
manusia melakukan proses pendidikan. Pedidikan yang dilalui manusia beraneka ragam, karena
pendidikan tidak hanya dapat dipelajari di bangku sekolah, melainkan juga dapat dipelajari dalam
kehidupan berupa pengalaman-pengalaman yang dialami manusia. Alam dan lingkungan yang
bersinggungan langsung dengan manusia juga dapat memberikan pendidikan yang penting. Dari
interaksi manusia dengan alam dan lingkungan, dapat memberikan pengalaman-pengalaman
berharga yang dapat dipelajari manusia untuk berkembang, karena manusia merupakan mahkluk
yang memilki daya pengetahuan yang tinggi. Sehingga disetiap lini kehidupan manusia merupakan
proses pencarian pengetahuan dan penerapan apa yang tengah diketahuinya.

Al-Qur’an menjelaskan, manusia adalah makhluk yang mulia diantara semua ciptaan
Allah. Malaikatpun bersujud kepada manusia sebagai wujud penghormatan karena kemuliaanya.
Kemuliaan manusia sangat banyak, Allah selalu menyebutkan kemuliaan manusia dengan
keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki. Diantaranya adalah manusia merupakan khalifah yang
mana memilki tugas untuk mengatur, merawat dan menjaga bumi ini supaya tetep baik. (Suharto,
2016: 30). Tugas yang diberikan kepada manusia begitu berat, karena itulah Allah memberikan
potensi kepada manusia untuk dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan. Potensi yang ada
pada manusia tersebut dapat mendorong manusia kepada dua hal, yaitu kepada kebaikan dan
keburukan, karena manusia memiliki hasrat untuk melakukan kebaikan dan keburukan, maka perlu
adanya pendidikan untuk selalu mengarahkan manusia keperbuatan-perbuatan yang baik.
Pendidikan Islam memberikan solusi, yaitu dengan mendidik manusia sesuai dengan fitrah dan
potensi yang ada pada dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia terdapat fitrah yang mendasar
yaitu fitrah menerima agama tauhid Allah. Jadi pada dasarnya, ketika manusia dilahirkan di dunia
ini, Allah memberikan potensi dasar atau fitrah itu tadi, berupa mentauhidkannya atau potensi
untuk menerima kebenaran bahwa tuhan yang layak disembah itu hanyalah Allah semata.
Perihal manusia ternyata dapat berpaling kepada Allah, atau bahkan banyak yang
bermaksiat kepada-Nya, hal itu dikarenakan pendidikan yang diberikan kepadanya tidak dapat
meminimalisir potensi-potensi hawa nafsu buruk yang ada pada dirinya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi manusia sehingga lupa akan fitrah dasarnya bisa dari pendidikan yang diberikan
orang tua kurang tepat. Dapat juga karena pengaruh lingkungan sekolah, interaksi antara teman
dengan teman yang lain dapat memberikan dampak buruk apabila teman-teman yang berbaur
dengan nya memiliki perilaku buruk. Kemudian bisa karena lingkungan masyarakat yang tidak
sehat dapat menjadi faktor hilangnya fitrah tauhid manusia (As-Sahim, 2002: 9). Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, Islam menawarkan pendidikan yang menjamin manusia tetap teguh dalam
fitrahnya, karena pendidikan Islam menekankan pengembangan potensi dasar manusia, yaitu
mentauhidkan Allah. Mengenai hal tersebut Rasulullah SAW telah memulai pendidikan berbasis
Islam, yaitu dengan memberikan pemaham agama yang baik kepada anak, terutama pemahaman
akidah.

Permasalahan pada masa modern ini, anak-anak banyak yang kehilangan fitrahnya karena
di sebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti pergaulan bebas. Di masyarakat banyak sekali kasus
di mana seorang anak yang didik dengan baik oleh orang tua dan sekolahnya, tapi memiliki
perilaku yang buruk ketika bersama temantemannya. Sedangkan kasus yang lain, dimana seorang
anak tidak didik dengan baik oleh orang tua dan sekolah, tapi memiliki akhlak yang baik ketika
bersama temantemannya. Hal demikian disebabkan perkembangan potensi manusia itu ditentukan
oleh lingkungannya, bagaimana orang tua mendidik dan bagaimana lingkungan dapat
mempengaruhinya. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya
pendidikan dari orang tua. Karena berawal dari pendidikan dari kedua orang tuanyalah, seorang
manusia dapat terus berpegang dengan fitrahnya, ataupun sebaliknya. Peran orang tua dalam
pendidikan anaknya sangatlah penting, dari mengajarkan kepada anaknya fitrah keagamaannya,
orang tua juga memiliki peran penting untuk mengembangkan potensi-potensi anaknya yang lain.
Seperti pada hadist berikut :

‫ كل مولود يولدعلى الفطرة فابواه‬: ‫ قال رسوالهلل صلى هللا عليو وسلم‬: ‫عن ابي ىريرة رضي هللا عنو قال‬
(‫يهودانو او ينص رانو او يمجسنو )رواه البخارى ومسلم‬
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: setiap anak yang lahir
itu suci, orang tuanyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi.(HR.
Bukhari dan Muslim)

Dari segi penjelasan maknanya, hadis tersebut menerangkan bahwa manusia itu terlahir
dalam keadaan fitrah, fitrah pada hadis tersebut dimaknai dengan fitrah untuk dapat menerima
kebenaran bahwa Allah adalah tuhannya. Dalam hadis tersebut, Rasulullah tidak menyebutkan kata
yusallim karena pada hakikatnya manusia itu terlahir dalam keadaan Islam. Sebab manusia
kehilangan fitrah keagamaannya itu dikarenakan didikan dari kedua orang tuanya dan lingkungan
yang membentuknya. Hadis tersebut membahas mengenai potensi manusia dalam segi keagamaan,
atau mengacu pada ketauhidan. Pandangan yang memperkuat dari penjelasan ini sepertinya karena
adanya perjanjian azali antara manusia dengan Allah pada masa usia janin. Ketika ruh ditiupkan
terjadi dialog khusus yang direkam dalam Alquran sebagai perjanjian azali manusia dan Tuhan.
Apakah aku ini Tuhan mu, janin menjawab, betul kami bersaksi atas diri kami. Peristiwa ini dapat
dilihat di dalam Alquran surat Al A’raf 172

َ ‫ع ٰلْٓى ا َ ْنفُ ِس ِه ْۚ ْم اَلَسْتُ ِب َر ِب ُك ْۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى‬


َ ‫ش ِهدْنَا ۛاَ ْن تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالق ِٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا‬
‫ع ْن‬ ُ ‫َواِذْ ا َ َخذَ َربُّكَ مِ ْۢ ْن بَنِ ْْٓي ٰادَ َم مِ ْن‬
َ ‫ظ ُه ْو ِر ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوا َ ْش َهدَهُ ْم‬
َ‫ٰهذَا ٰغ ِف ِليْن‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam
keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan Kami), Kami
bersaksi,” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan)”

Kesaksian manusia atas tuhannya bahwa dia bersaksi atas dirinya menerima Allah sebagai
tuhannya. Namun dalam perkembangannya kemudian manusia banyak yang ingkar. Dihari kiamat
banyak yang lupa akan kesaksian dan perjanjian azali ini. Iman dapat berubah sesuai dengan
kondisi dan pergaulannya. Sedang ibnu Mas’ud mengutip hadis nabi bahwa seseorang pada
akhirnya ditentukan oleh pergaulan. Jika beramal dan mengikuti amaliyah ahli surga dia akan
masuk surga sebaliknya jika beramaliyah dengan ahli neraka dia akan masuk neraka
Kaitan antara hadis setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah dengan pendidikan adalah
dalam hadis tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa setiap anak yang lahir itu membawa potensi.
Potensi-potensi itu tidak akan bermanfaat apabila tidak dikembangkan melalui pendidikan.
Pendidikan sangat penting dalam pengembangan potensi anak. Pendidikan anak dalam
pengembangan potensinya tidak hanya dilakukan di sekolah saja, melainkan pendidikan harus
selalu diterapkan dalam kehidupan seharihari. Rasulullah mengajarkan kepada setiap orang tua
untuk mendidik anaknya dengan baik, sesuai dengan apa yang telah dituntunkan dalam al-Qur’an
dan AsSunnah. Kesimpulan dari uraian di atas mengenai apa saja potensi pendidikan manusia akan
diuraikan sebagai berikut:

1. Potensi Ketauhidan : Manusia pertama kali terlahir di dunia telah memiliki fitrah yaitu
potensi menyakini dan menerima kebenaran tauhid Allah. setiap manusia terlahir dalam
keadaan muslim. Potensi Islam dalam diri manusia telah Allah tanamkan sejak manusia
dalam keadaan bayi. Faktanya, setiap manusia, dalam hatinya kecilnya percaya bahwa di
dunia ini ada Dzat yang maha menciptakan seluruh alam semesta ini, dan Dzat itu tidak
memerlukan pertolongan makhluk lain untuk dapat menciptakan alam semesta yang ada.
Setiap manusia pasti meyakini bahwa hanya ada satu tuhan yang menguasai seluruh jagat
raya ini. Sekalipun manusia tersebut tidak beragama Islam atau bahkan mengaku ateis,
namun dalam hati kecilnya pasti ada keyakinan bahwa Allah itu hanyalah satu. Keyakinan
dalam membenarkan bahwa Allah itu esa merupakan potensi atau fitrah yang telah
ditanamkan oleh Allah. Potensi tauhid dalam diri manusia telah tertanam, selanjutnya
bagaimana lingkungan dari orang tua, keluarga dan sekolah untuk dapat mengembangkan
potensi tersebut.

2. Potensi Keahlian atau Bakat : Manusia merupakan makhluk paling mulia di antara makhluk
Allah yang lain, dalam diri manusia selain terdapat potensi ketauhidan, manusia juga
memiliki potensi keahlian atau bakat. Bakat adalah suatu kealian manusia dimana manusia
sangat menguasai suatu hal dan bahkan akan menjadi ciri khas dan suatu keistimewaan
bagi yang memilikinya. Bakat seseorang dapat muncul bisa karena gen, kebiasaan yang
diajarkan oleh orang tua dan lingkungan, atau bisa juga karena menggemari suatu hal.
Bakat manusia akan muncul bila sering dilatih dandikembangkan. Seperti halnya seseorang
yang memiliki bakat bermain basket, bakat tersebut menurun berdasarkan keturunan atau
karena faktor genetik. Namun, kemampuan bermain basket tersebut tidak pernah dilatih
dan bahkan disepelekan, maka bakan itu tidak akan berkembang. Lain halnya dengan
seseorang yang berbakat bermain basket hasil dari kesukaan sehingga sering dilatih setiap
hari, maka bakat berdasarkan genetik tersebut akan kalah dengan orang yang selalu
berlatih.

3. Potensi Berpikir: Manusia merupakan makhluk yang berakal, akal maksudnya memiliki
daya berfikir dan analisis dalam meniali sesuatu. Ketika manusia dihadapkan pada
masalah-masalah atau suatu keadaan tertentu pola pemikiranlah yang bekerja pada waktu
itu. Potensi berfikkir manusia dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dialami
sehari-hari. Potensi berfikir yang dimiliki manusia juga dapat membantu mengembangkan
kemaslahatan umat. Seperti perkembangan teknologi dan lain sebagainya. Perkembangan
pemikiran manusia ditentukan oleh perkembangan masyarakat yang ada disekitarnya.
Dapat juga dikarenakan kegemaran membaca atau mempelajari seusatu yang baru, maka
ketika informasiinformasi diterima, akan membentuk pola pemikirannya. Hal demikian
bukan berarti manusia mengikuti apa yang dibaca, akan tetapi ketiak manusia mendapat
kan informasi suatu. Akalnya mulai menganalisis info tersebut. Sama halnya, ketika
manusia mendapatkan masalah maka daya berfikir yang dimilikinya akan membantunya
dalam memecahkan masalah.

Tidak hanya memberikan pendidikan tentang ketauhidan dan potensi-potensi ilmu yang
lain, orang tua juga memilki peran dalam menjaga pergaulan anaknya, sehingga anak tersebut tidak
mudah terpengaruh dengan lingkungan baru yang tidak sehat, dalam kata lain, orang tua harus
dapat membentuk karakter Islami dalam diri anak. Sehingga dimanapun anak itu berada, dalam
lingkungan apapun itu, fitrah dalam dirinya tidak akan hilang.

B. POTENSI PENDIDIKAN
Kehidupan manusia tidak lepas dari proses pendidikan, dari manusia bayi sampai dewasa
kehidupan yang menyertainya tidak lepas dari belajar dan mengajarkan kepada orang lain. Oleh
itulah pendidikan diartikan pada dua pengertian. Pengertian pertama, pendidikan dalam arti luas
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendidikan seumur hidup dan pendidikan alam.
Dalam Alquran disebutkan jelas bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa.

َ‫ال ْف ِٕـدَة َ ۙ لَ َعلَّ هك ْم ت َ ْش هك هر ْون‬


َ ْ ‫ار َو‬
َ ‫ص‬ َ ْ ‫شيْـًٔا َّو َج َع َل لَ هك هم الس َّْم َع َو‬
َ ‫ال ْب‬ ‫ّللاه ا َ ْخ َر َج هك ْم ِّم ْن به ه‬
َ َ‫ط ْو ِّن ا ه َّمهٰ تِّ هك ْم َل تَ ْعلَ هم ْون‬ ٰ ‫َو‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (An Nahl
; 78)

Pada ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke
dunia dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayangNya, manusia dibekali dengan
atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang
sebelumnya tidak pernah diketahui. Atribut-atribut tersebut ialah berupa tiga unsur penting dalam
proses pembelajaran bagi manusia, yakni: pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran. Dalam
ayat 78 Surat An Nahl ini dijelaskan bahwa indera pendengaran disebutkan pertama
oleh Allah swt, sebab pendengaran adalah unsur utama yang pertama kali dipergunakan oleh orang
yang akan belajar untuk memahami segala sesuatu. Menurut sebuah teori penemuan modern bayi
yang masih dalam kandungan bisa menangkap pesan yang disampaikan dari luar dan ia sangat
peka. Para ahli yang menyarankan agar anak berkembang dengan kecerdasan yang tinggi dan
kehalusan budi, hendaknya selama di dalam kandungan ia sering diperdengarkan musik klasik dan
irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam hendaknya bayi yang ada
dalam kandungan sang ibu sering diperdengarkan ayat- ayat suci al-Qur’an, kalimah-kalimah
thayyibah. Karena diyakini bahwa sang bayi dapat menangkap pesan melalui pendengaran itu.

Dalam proses memahami dan mempelajari segala sesuatu, manusia akan dapat
menangkapnya dengan indera pendengaran, yang diperkuat dengan penglihatan dan akhirnya
disimpan dalam hati sebagai ilmu pengetahuan. Setelah manusia menyadari bahwa ketika lahir
tidak satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah swt yang telah memberikan
indera pendengaran, penglihatan dan hati / akal pikiran, manusia bisa mengetahui segala sesuatu
dalam hidupnya. Kesadaran tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat
besar kepada Allah swt yang telah berkuasa memberikan semuanya. Oleh karena itu, pada akhir
ayat ini Allah swt menegaskan bahwa semua diberikan kepada manusia agar mereka mau
bersyukur kepada-Nya. Rasa syukur itu kemudian harus diwujudkan dengan pengakuan,
ketundukan, ketaatan, kepatuhan yang dapat diekspresikan dalam bentuk keimanan dan
direalisasikan dalam beribadah kepada-Nya. Dialah Allah swt. Zat yang Maha Pencipta, Zat Yang
Maha Pemurah, Zat Yang Maha Kuasa, dan Zat Yang Maha Besar. Dengan potensi ini manusia
dapat berpengetahuan. Allah berfirman dalam, Ar Rum 30 : 54

َ َ‫ش ْيبَةً ۚ يَ ْخلُ ُق َما ي‬


‫شا ٓ ُء ۖ َوه َُو‬ َ ٍ‫ض ْعفٍ قُ هوة ً ث ُ هم َجعَ َل ِم ۢن بَ ْع ِد قُ هوة‬
َ ‫ض ْعفًا َو‬ َ ‫ٱَّللُ ٱلهذِى َخلَقَ ُكم ِمن‬
َ ‫ض ْعفٍ ث ُ هم َجعَ َل ِم ۢن بَ ْع ِد‬ ‫ه‬
ُ ‫ْٱلعَ ِلي ُم ْٱلقَد‬
‫ِير‬

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

Potensi manusia, yang paling luar biasa adalah hati. Dalam tulisan As-Sayeed Shaykh
Nurjan Mirahmadi “ Soun dan Silence in islamic Spirituality” dijelaskan bahwa hati manusia
memiliki 5 bagian sebagai spiritual energi, or maqams (spiritual stations), dalam jiwa manusia.
Kelima bagian tersebut adalah : Qalb (Eksternal Structure of the Heart”), Sirr (“ Secret”), Sirr as
Sirr (“Secret of the secret”), Khafa (“Hidden”) dan Akhafa (“Most Hidden”)

Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. Potensi merupakan
daya pemikiran dan pengetahuan manusia. Di dalam al-Quran ada tiga kata yang digunakan untuk
menunjuk kepada manusia, kata yang digunakan adalah bashar, insan atau nas dan bani adam.
Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini
akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya
sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari
bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Secara umum, macam-
macam potensi manusia terdiri dari (1) Potensi fisik, merupakan organ fisik manusia yang dapat
digunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. (2)
Potensi mental intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada
otak manusia (terutama otak belahan kiri). (3) Potensi sosial emosional (emotional quotient),
merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kanan). (4)
Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada
bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya
mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). (5) Potensi ketangguhan (adversity quotient),
merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. Potensi-potensi tersebut,
pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang belum terwujud secara optimal. Oleh karena
itu, dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan, tentu saja manusia mesti
memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang untuk berusaha meraih keinginannya.
Tanpa ambisi, orang hanya akan merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada
keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik.

Pendidikan seumur hidup artinya adalah setiap perjalanan manusia itu adalah pendidikan.
Setiap hari kehidupan manusia bersentuhan dengan berbagai masalah dan berbagai urusan yang
akhirnya menimbulkan pengalaman yang berharga bagi seseorang itu sendiri. Oleh karenanya
banyak yang mengatakan bahwa pengalaman pribadi adalah guru yang berharga, karena dengan
pengalaman itulah manusia dapat belajar dan mengajarkannya kepada orang lain, dengan adanya
pengalamanpengalaman yang manusia pelajari seumur hidupnya, dapat membentuk pola
pemikirannya.

Sedangkan pendidikan alam adalah pada hakikatnya manusia mempelajari alam sekitar.
Setiap hari manusia mempelajari benda-benda, lingkungan bahkan masyarakat yang ada
disekitarnya. Dari interaksi manusia dengan berbagai macam benda dan masyarakat, memberikan
pelajaran hidup yang nantinya akan mendorong manusia untuk berfikir, sehingga munculah pola
pemikiran pada diri manusia karena interaksi tersebut.

Pengertian kedua adalah pendidikan dengan arti yang sempit. Pendidikan ini identik
dengan pendidikan formal atau sekolah, di mana pendidikan dapat diselenggarakan oleh lembaga
sembagai tepat belajar mengajar. Pada pendiidkan formal ini, potensi manusia dibentuk sesuai
dengan jenjang pendidikan dan minat yang dimiliki manusia tersebut. Pada pendidikan formal
yang dilakukan di sekolah, interaksi guru dan teman-teman sangat mempengaruhi pola pemikiran
anak. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan pengaruh yang positif, seperti membuat visi misi
yang bertujuan untuk mendidik anak-anak sehingga memiliki kemampuan yang unggul tidak
hanya dalam ilmu pengetahuan melainkan juga moral. (Soyomukti, 2016: 22)

Pembahasan menganai pendidikan tidak lepas dengan pembahasan manusia, karena


manusia adalah objek utama dalam pendidika tersebut. Manusia merupakan makhluk yang
sempurna diantara makhluk yang lainnya. Karena dalam diri manusia terdapat daya pengetahuan
yang mana tidak dimiliki oleh makhluk lain. Banyak ilmuan yang mendefinisikan arti dari manusia
salah satunya adalah al-Attas, beliau mengatakan bahwa manusia adalah binatang rasiaonal,
maksudnya manusia memiliki daya untuk memahami makna-makna yang mana tidak dapat
dipahami oleh makhluk lain, manusia juga dapat merumuskan sesuatu menjadi ilmu, perumusan
itu tidak dilakukan dengan asal-asalan melainkan dengan penelitian dan pengamatan. Daya
pemikiran itulah yang membentuk rasional manusia. (Suharto, 2016: 66)

Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran secara sadar yang dilakukan oleh pendidik
terhadap peserta didik. Tujuan dilakukannya pendidikan ini untuk mendidik tingkah laku manusia,
menambah pengetahuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Manusia merupkan makhluk yang
memiliki daya berfikir dan daya pengetahuan. Maka suatu pendidikan wajib diberikan kepada
manusia. Mendidik manusia harus menggunakan metode-metode yang tepat sehingga ilmu dapat
tersampaikan dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Pendidikan yang tepat tersebut dapat
menggembangkan potensi manusia yang sudah tertanam dalam dirinya. potensi manusia
merupakan suatu karakter atau keahliah yang sudah tertanam dalam diri manusia. potensi ini tidak
hanya berupa potensi pengetahuan, bakat dan agama. Namun, semua potensi telah ada dalam diri
manusia masing-masing. (Taher, 2013: 35)

1. Potensi Dasar Manusia Potensi manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis nabi,
telah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Potensi yang tertanam pada diri manusia salah
satunya adalah potensi keagamaan. Pada dasarnya manusia memiliki dasar keagamaan tauhid,
yaitu mengesakan Allah SWT tanpa menyekutukannya. Potensi keagamaan ini apabila dibina
dan didik dengan baik oleh kedua orang tuanya, niscaya akan menjadi manusia yang taat
kepada Allah, menjadia manusia yang ahli ibadah dan sholih. Sebaliknya apabila potensi
untuk mentauhidkan Allah tersebut tidak didik dengan baik, maka manusia itu tumbuh
menjadi orang yang tidak mengenal tuhannya, sekalipun potensi tersebut sudah ada dalam
dirinya.Potensi yang Allah tanamkan dalam diri manusia tidak hanya potensi keagamaan,
akan tetapi potensi semuanya, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang
memiliki daya pengetahuan dan daya berfikir, maka segala ilmu yang diajarkan akan dapat
diterima oleh akalnya. Pengetahuan tersebut dapat mengembangkan potensi yang tertanam
dalam diri manusia.
2. Orang Tua Pendidik Utama Pembentuk Potensi Anak, Orang tua merupakan pendidik
pertama yang bersentuhan langsung dengan anak, melalui didikan orang tualah, masa depan
anak ditentukan. Oleh sebab itu orang tua menjadi pendidik pertama yang penting bagi anak,
maka sudah sewajibnya bagi orang tua untuk mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya.

3. Lingkungan Pembentuk Potensi Anak, Lingkungan menjadi faktor kedua pembentukan


potensi pada manusia. Pada lingkungan manusia bersentuhan secara langung, bahkan setiap
hari manusia dikungkung dalam sebuah lingkungan, sehingga mau tidak mau lingkungna
menjadi faktor terbentuknya potensi pada manusia. Lingkungan disini ada bermacam-macam,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Beberapa hal tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut ini:

a. Lingkungan Keluarga

Dalam lingkungan keluarga meliputi ayah ibu, kakak adek, paman bibi, nenek kakek dan
lain sebagainya. pada lingkungan inilah, pertama kali potensi manusia dikembangkan,
dari mulai melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan potensi-potensi lainya. Pada
lingkungan keluarga ini, sangat penting untuk memberikan atau mendidik dengan sesuatu
yang baik.
b. Lingkungan Sekolah

Lingkungna sekolah merupakan lingkungna yang sangat komplek akan berbagai potensi
yang akan di timbulkan. Pada lingkungan sekolah sangat meungkikan pembentukan
potensi yang baik pada anak akan tetapi juga dapat menjadi faktor pembentuk potensi
yang buruk, hal ini dikarenakan adanya teman-teman yang mana memilki latar belakanga
yang berbeda-beda.
c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan


kehidupan manusia sehari-hari. Dalam lingkungan masyarakat inilah manusia berbaur
untuk saling berinteraksi satu sama lain. Adanya interaksi yang ditimbulkan akan memicu
adanya potensi yang dikembangkan dalam interaksi tersebut. oleh karenanya, lingkungan
masyarakat merupakan faktor terakhir terbentuknya potensi dalam diri manusia.
C. MANAJEMEN
Manajemen adalah proses kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sehingga tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Manajemen diperlukan agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan
efektif dan efisien. Efektif adalah mengerjakan pekerjaan yang benar. Sedangkan efisien adalah
mengerjakan pekerjaan dengan benar. Keluarga dapat diibaratkan suatu organisasi. Dengan tujuan
organisasi mendidik anak secara efektif dan efisien.
Jika dilacak dari pesan tradisi islam ada istilah mengatur, menulis, dan berbuat baik pada
segala hal. Misalkan terkait manajemen dalam pengertian mengatur dapat dilihat dalam hadis
musnad Ahmad Nomor 11985 juga redaksi yang sama pada hadis shohih Bukhori nomor 4189

‫علَ ْي ِّه‬
َ ‫ّللاه‬ َ ‫َت هم ْستَ ْقبِّلَةَ ْال َمس ِّْج ِّد فَ َكانَ النَّبِّي‬
َّ ‫صلَّى‬ ْ ‫اري بِّ ْال َمدِّينَ ِّة َم ًال َو َكانَ أ َ َحبَّ أ َ ْم َوا ِّل ِّه إِّلَ ْي ِّه بَي هْر َحا هء َوكَان‬ َ ‫ط ْل َحةَ أ َ ْكث َ َر أَ ْن‬
ِّ ‫ص‬ َ ‫َكانَ أَبهو‬
‫ت‬ ْ ‫طيِّب قَا َل أَنَس فَلَ َّما نَزَ َل‬ َ ‫سلَّ َم يَدْ هخله َها َويَ ْش َربه مِّ ْن َماء فِّي َها‬ َ ‫َو‬
{ َ‫} لَ ْن تَنَالهوا ْال ِّب َّر َحتَّى ت ه ْن ِّفقهوا مِّ َّما تهحِّ بون‬
‫ّللا َيقهو هل‬
َ َّ ‫ّللا ِّإ َّن‬
ِّ َّ ‫سو َل‬ ‫ط ْل َحةَ َيا َر ه‬ َ ‫قَا َل أَبهو‬
{ َ‫} لَ ْن تَنَالهوا ْال ِّب َّر َحتَّى ت ه ْن ِّفقهوا مِّ َّما تهحِّ بون‬
َّ َ‫ْث أَ َراك‬
‫ّللاه فَقَا َل‬ ‫ّللا َحي ه‬
ِّ َّ ‫سو َل‬ ِّ َّ َ‫ع َّز َو َج َّل أَ ْر هجو بِّ َّرهَا َوذه ْخ َرهَا ِّع ْند‬
َ َ‫ّللا ف‬
‫ض ْع َها يَا َر ه‬ ِّ َّ ِّ ‫صدَقَة‬
َ ‫لِل‬ َ ‫ي بَي هْر َحا هء َوإِّنَّ َها‬ َّ َ‫َوإِّ َّن أ َ َحبَّ أَ ْم َوالِّي إِّل‬
َ‫ط ْل َحة‬
َ ‫سمِّ ْعته َوأَنَا أَ َرى أ َ ْن تَجْ عَلَ َها فِّي ْاْل َ ْق َربِّينَ فَقَا َل أَبهو‬
َ ْ‫سلَّ َم بَخ ذَلِّكَ َمال َرابِّح ذَاكَ َمال َرابِّح َوقَد‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللاه‬ َ ‫النَّبِّي‬
‫ع ِّم ِّه‬ ِّ ‫ط ْل َح َة فِّي أَ َق‬
َ ‫اربِّ ِّه َوبَنِّي‬ َ ‫س َم َها أَبهو‬
َ َ‫ّللا قَا َل فَق‬
ِّ َّ ‫سو َل‬‫أ َ ْفعَ هل يَا َر ه‬

Telah menceritakan kepada kami Rauh bin Ubadah[1] berkata, telah menceritakan kepada
kami Malik[2] dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah[3] ia mendengar Anas bin
Malik[4] berkata; Abu Thalhah adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya. Dan harta yang
paling ia sukai dari harta miliknya adalah bairuha` (kebun) yang berhadapan dengan masjid. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam biasa memasukinya untuk minum airnya yang jernih segar. Anas
berkata; ketika turun ayat: (Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna)
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai). (QS. Ali'Imran 92), Maka Abu
Thalhah berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah berfirman: (Kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang
kamu cintai), dan harta yang paling aku sukai adalah kebun Bairuha`, maka ia sekarang kuniatkan
sebagai sedekah bagi Allah 'azza wajalla. Dan aku mengharap kebaikan dan simpanannya di sisi
Allah. Wahai Rasulullah, sekarang aturlah ia sesukamu." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pun bersabda: "Amboi, itu adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang
menguntungkan! Aku telah mendengar, namun aku melihat sepertinya lebih baik itu engkau
sedekahkan untuk kerabat-kerabatmu." Lalu Abu Thalhah berkata; "Wahai Rasulullah, aku akan
melakukannya." Anas berkata; Maka Abu Thalhah pun membagi-bagikan kepada kerabat dan
anak-anak pamannya."
Berbuat baik dalam mengatur. Yaitu mengatur pembagian harta sedekah. Terutama pada
terjemah teks “Dan aku mengharap kebaikan dan simpanannya disisi Allah. Wahai Rasulullah,
sekarang aturlah ia sesukamu. “Maka Nabi shallahu alaihi wasallam pun bersabda: : "Amboi, itu
adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Dalam redaksi yang
hampir berdekatan terdapat dalam karya imam Malik al Muwatho nomor 206.
Manajemen pada dasarnya juga menulis segala apa yang dilakukan dan melakukan apa
yang ditulis. jika manajemen identik dengan aktifitas dokumentasi, pencatatan dan semisalnya
yang lebih tertuju pada ketertiban agenda kegiatan. Maka hadist nabi ini patut menjadi perhatian.
Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan jarinya yang menunjuk ke mulut beliau lalu
bersabda, “Tulisah. Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, tidak ada yang ke luar
darinya (mulut ini) melainkan kebenaran.” (HR. Abu Dawud, kitab Ilmu)
Redaksi dari hadis tulislah, catatlah, dokumentasikan pada setiap aktivitas dapat dimaknai bagian
dari pesan terkait manajemen. Perintah ini sejalan dengan apa yang dipesankan Allah dalam Al
Baqarah ayat 182
ْٓ
ْ‫ّٰللاُ فَ ْليَ ْكت ُ ْۚب‬
‫علَّ َمهُ ه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ْ ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْو ْۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم كَات ِْۢبٌ بِ ْالعَدْ ِۖ ِل َو َال يَأ‬
َ ُ ‫ب كَاتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت‬ َ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا اِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ا ِٰلى ا َ َج ٍل ُّم‬
‫ض ِع ْيفًا ا َ ْو َال يَ ْستَطِ ْي ُع ا َ ْن يُّمِ َّل ه َُو‬ َ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق‬
َ ‫س ِف ْي ًها ا َ ْو‬ َ ‫ي‬ ْ ‫شيْـًٔ ْۗا فَا ِْن َكانَ الَّ ِذ‬ َ ُ‫َس مِ ْنه‬ ْ ‫ّٰللا َربَّهٗ َو َال يَ ْبخ‬
َ‫ق ه‬ ِ َّ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَت‬
َ ‫ي‬ ْ ‫َو ْليُ ْم ِل ِل الَّ ِذ‬
ِ ‫ش َه َۤدَاءِ ا َ ْن ت‬
‫َض َّل اِحْ ٰدى ُه َما‬ ُّ ‫ض ْونَ مِ نَ ال‬ َ ‫فَ ْلي ُْمل ِْل َو ِليُّهٗ ِب ْال َعدْ ْۗ ِل َوا ْست َ ْش ِهد ُْوا‬
َ ‫ش ِه ْيدَي ِْن مِ ْن ِر َجا ِل ُك ْۚ ْم فَا ِْن لَّ ْم َي ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َرا َ ٰت ِن مِ َّم ْن ت َْر‬
ْٓ
‫ّٰللا َواَ ْق َو ُم‬ ُ ‫س‬
ِ ‫ط ِع ْندَ ه‬ َ ‫ص ِغي ًْرا ا َ ْو َك ِبي ًْرا ا ِٰلى ا َ َجل ِْۗه ٰذ ِل ُك ْم اَ ْق‬
َ ُ‫ش َه َۤدَا ُء اِذَا َما دُع ُْوا ْۗ َو َال تَسْـَٔ ُم ْْٓوا ا َ ْن ت َ ْكتُب ُْوه‬ ُّ ‫ب ال‬ َ ْ ‫فَتُذَك َِر اِ ْح ٰدى ُه َما ْاالُ ْخ ٰر ْۗى َو َال َيأ‬
‫ض َۤا َّر‬َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح ا َ َّال ت َ ْكتُب ُْوه َْۗا َوا َ ْش ِهد ُْْٓوا اِذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم ِۖ َو َال ي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫اض َرة ً ت ُ ِدي ُْر ْونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
ِ ‫ارة ً َح‬ َ ‫ش َهادَةِ َواَدْ ٰن ْٓى ا َ َّال ت َْرت َاب ُْْٓوا ا َِّالْٓ ا َ ْن ت َ ُك ْونَ تِ َج‬
َّ ‫لِل‬
‫ع ِل ْي ٌم‬َ ٍ‫ش ْيء‬َ ‫ّٰللاُ بِ ُك ِل‬ ‫ّٰللاُ ْۗ َو ه‬ َ ‫س ْو ْۢ ٌق بِ ُك ْم ْۗ َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللا ْۗ َويُعَ ِل ُم ُك ُم ه‬ ُ ُ‫ش ِه ْيدٌ ەْۗ َوا ِْن ت َ ْفعَلُ ْوا فَ ِانَّهٗ ف‬
َ ‫كَاتِبٌ َّو َال‬
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang
berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia
mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah
(keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya
dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada
(saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara
orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan
janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya.
Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga
saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang
berkualitas. Untuk itu penting memperhatikan proses atau system penggelolaan. Kegiatan
pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk mencapai proses belajar dan mengajar
dengan baik secara kurikulum yang meliputi administrasi, metode penyampaian, sistem evaluasi,
sistem kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan, program ketenagaan
dan lain-lain. Sebagai proses mencapai tujuan yang relevan, efektif dan efisien maka perlu
membentuk organisasi human engineering
BAB II

KESIMPULAN

1. Potensi pendidikan manusia merupakan suatu kemampuan manusia dalam proses pengajaran
dan pembelajaran untuk dapat mendewasakan kemampuannya. Potensi-potensi pendidikan
manusia diantaranya adalah:
1) Potensi tauhid, yaitu potensi manusia dalam menerima kebenaran bahwa tuhan itu
esa.
2) Potensi Keahlian atau Bakat, yaitu potensi manusia dalam mengembakan keahlian
pada suatu bidang kemudia menguasainya.
3) Potensi Berfikir, yaitu potensi manusia dalam menggunakan akal pemikirannya
untuk memecahkan segala masalah yang sedang
dialami.

2. Pendidikan pembentuk potensi manusia ada tiga bagian, yaitu, potensi dasar yang dimiliki
manusia, didikan orang tua, serta yang terakhir adalah lingkungan.
1) Potensi dasar, yaitu potensi dasar telah Allah tanamkan sejak manusia itu
dilahirkan, potensi itu berupa potensi ketauhidan. Dimana manusia memiliki
potensi berfikir dan mencari kebenaran bahwa Allah adalah tuhannya. Potensi dasar
pada manusia ini dikembangkan oleh kedua orangtuanya dan lingkungan yang
bersentuhan langsung dengan dirinya. Pendidikan potensi tersebut harus
dikembangkan dengan baik oleh orang tua dan lingkungan. Agar generasi yang
diciptakan dari pendidikan tersebut adalah orang-orang yang berkualitas dan
berakidah baik.
2) Potensi pendidikan dari orang tua, yaitu orang tua sebagai pendidika pertama
pendidikan buah hatinya. Mulai daripendidikan akidah, akhlak, serta ilmu
pengetahuan. Orang tua juga menjadi pendidik paling utama dalam pengembangan
potensi anak, karena bersama orangtualah, anak banyak berinteraksi, serta orang
tua memiliki kewajiban dalam pengembangan potensi anaknya.
3) Potensi pendidikan yang dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antara lingkungan
dengan anak, dapat mempengaruhi pola pemikiran anak tersebut. Oleh karena
sangat penting untuk memberikan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan anak.

3. Manajemen memungkinkan kegiatan menjadi tertib. Karena melibatkan perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Dimana pada masing-
masing bidang digunakan ilmu pengetahuan maupun keahlian secara berurutan. Suatu
pekerjaan apabila dilakukan dengan berurutan dan terarah, tuntas, tepat maka hasilnya juga
akan baik. Perkembangan manusia dan potensi pendidikan yang dimiliki manusia penting
diberi sentuhan manajemen agar efektif. Manajemen menjadi fungsi engeenering mengawal
tumbuh kembang secara optimal
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

As-Sahim, Muhammad bin Abdullah. 2002. 15 Kesalahan Fatal Mendidik Anak (Cara Islam
Memperbaikinya). Abu Shafiyah (penj). Yogyakarta: Media Hidayah.

Gutama, dkk. (2005). Mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini yang Holistik. Seminar dan
Lokakarya Nasional 2005 Pendidikan Anak Usia Dini, kampus UGM 14-16 Nopember
2005

Maimunah Hasan. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Diva Press.

Soyomukti, Nuraini. 2016. Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis,
Sosiolis, Hingga Post Modern. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Suharto, Toto. 2016. Filsafat Pendidikan Islam (Menguatkan Epistimologi Islam dalam
Pendidikan). Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Sulhan, 2020. Hadis Manajemen Pendidikan. Bandung: Aksara Satu

Taher, Thahroni. 2013. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Pertanyaan Untuk Tulisan Manusia, Potensi Pendidikan dan Manajemen

1. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi fitrah manusia yang telah dibawa sejak lahir?
a. Faktor Keluarga saja
b. Faktor yang mencakup keluarga, lingkungan dan manusia itu sendiri
c. Faktor lingkungan saja

Jawab : b. Faktor yang mencakup keluarga, lingkungan dan manusia itu sendiri
1. Potensi Dasar Manusia Potensi manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis
nabi, telah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Potensi yang tertanam pada diri manusia
salah satunya adalah potensi keagamaan. Pada dasarnya manusia memiliki dasar keagamaan
tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT tanpa menyekutukannya. Potensi keagamaan ini apabila
dibina dan didik dengan baik oleh kedua orang tuanya, niscaya akan menjadi manusia yang
taat kepada Allah, menjadia manusia yang ahli ibadah dan sholih. Sebaliknya apabila potensi
untuk 18 mentauhidkan Allah tersebut tidak didik dengan baik, maka manusia itu tumbuh
menjadi orang yang tidak mengenal tuhannya, sekalipun potensi tersebut sudah ada dalam
dirinya. Potensi yang Allah tanamkan dalam diri manusia tidak hanya potensi keagamaan,
akan tetapi potensi semuanya, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang
memiliki daya pengetahuan dan daya berfikir, maka segala ilmu yang diajarkan akan dapat
diterima oleh akalnya. Pengetahuan tersebut dapat mengembangkan potensi yang tertanam
dalam diri manusia.
2. Orang Tua Pendidik Utama Pembentuk Potensi Anak Orang tua merupakan pendidik
pertama yang bersentuhan langsung dengan anak, melalui didikan orang tualah, masa depan
anak ditentukan. Oleh sebab itu orang tua menjadi pendidik pertama yang penting bagi anak,
maka sudah sewajibnya bagi orang tua untuk mendidik anaknya dengan sebaikbaiknya.
3. Lingkungan Pembentuk Potensi Anak Lingkungan menjadi faktor kedua pembentukan
potensi pada manusia. Pada lingkungan manusia bersentuhan secara langung, bahkan setiap
hari manusia dikungkung dalam sebuah lingkungan, sehingga mau tidak mau lingkungna
menjadi faktor terbentuknya potensi pada manusia. Lingkungan disini ada bermacam-macam,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, 19 lingkungan masyarakat. Beberapa hal
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut ini:
a. Lingkungan Keluarga Dalam lingkungan keluarga meliputi ayah ibu, kakak adek, paman
bibi, nenek kakek dan lain sebagainya. pada lingkungan inilah, pertama kali potensi manusia
dikembangkan, dari mulai melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan potensi-potensi lainya.
Pada lingkungan keluarga ini, sangat penting untuk memberikan atau mendidik dengan
sesuatu yang baik.
b. Lingkungan Sekolah Lingkungna sekolah merupakan lingkungna yang sangat komplek
akan berbagai potensi yang akan di timbulkan. Pada lingkungan sekolah sangat meungkikan
pembentukan potensi yang baik pada anak akan tetapi juga dapat menjadi faktor pembentuk
potensi yang buruk, hal ini dikarenakan adanya teman-teman yang mana memilki latar
belakanga yang berbeda-beda.
c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam lingkungan masyarakat inilah
manusia berbaur untuk saling berinteraksi satu sama lain. Adanya interaksi yang ditimbulkan
akan memicu adanya potensi yang dikembangkan dalam interaksi tersebut. oleh karenanya,
lingkungan 20 masyarakat merupakan faktor terakhir terbentuknya potensi dalam diri
manusia.

2. Bagaimana peran pendidikan Islam yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah-Nya kaitannya
dengan pendidikan anak berkarakter Islam?
a. Tidak berkaitan sama sekali.
b. Pendidikan islam yang diajarkan Allah dan Rasul Nya bersifat universal sehingga dapat
dijadikan pedoman sampai kapanpun.
c. Ajaran Rosulullah hanya relevan pada saat rosul masih ada di dunia.

Jawab: Pendidikan islam yang diajarkan Allah dan Rasul Nya bersifat universal sehingga
dapat dijadikan pedoman sampai kapanpun.
Secara epistemologi keilmuan, konsepsi dasar pendidikan Islam berpijak pada pendidikan
seumur hidup. Pendidikan Islam tidak dipilah-pilah secara dikotomis. Baik antara pendidikan
formal dengan non formal, atau pendidikan agama dengan umum maupun memilah-milah
antara aspek logika, etika maupun estetika. Karena agama Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan. Rasulullah SAW sebagai mu’allim mendidik ummatnya dengan kepribadian yang
luhur dan ajaran yang ia ajarkan terhindar dari kesia-siaan, apa yang beliau ajarkan senantiasa
selaras dengan akhlaq yang beliau tampilkan. Hal ini dapat menerangkan kepada para peserta
didiknya bahwa ilmu yang telah diajarkan tidak akan sia-sia karena perlu pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari yang akan membawanya pada keberhasilan ummat. Rasulullah
memiliki tujuan yang sangat mulia yakni membebaskan umatnya dari kesulitan dan
penderitaan hidup sebagaimana termaktub dalam QS. At-Taubah 128
Artinya :” Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Dalam menyampaikan ajaran (proses belajar mengajar), Rasulullah memiliki beberapa
metode untuk mencapainya. Menurut Abdul Fattah Abu Ghuddah, ada 40 metode yang
dilakukan Nabi SAW, yaitu
1. Metode modeling dan etika mulia (keteladanan)
2. Metode pengajaran graduasi (pentahapan sesuai tingkatan)
3. Metode situasional dan kondisional
4. Metode selektif dan proporsional
5. Metode interaktif dialogis (tanya jawab)
6. Metode pertanyaan (berpikir logis dan rasional)
7. Metode pertanyaan untuk menyelami kecerdasan dan pemahaman
8. Metode analogi
9. Metode tasybih (membuat persamaan antara beberapa hal yang berbeda)
10. Metode menulis (menggambar)
11. Metode bahasa lisan dan isyarat (anggota tubuh)
12. Metode demonstrasi dengan alat peraga
13. Metode pre tes
14. Metode jawaban proporsional
15. Metode jawaban secara panjang lebar
16. Metode menjawab diluar konteks dan tema
17. Metode pengulangan pertanyaan
18. Metode menggunakan metode jawaban orang lain
19. Metode pertanyaan dan pujian
20. Metode membenarkan kasus dengan sikap diam
21. Metode memilih momentum kondusif
22. Metode humor
23. Metode meyakinkan dengan cara bersumpah
24. Metode mengulang-ulang materi
25. Metode mengubah posisi, dan mengulang pertanyaan
26. Metode membangkitkan perhatian dengan mengulangi penjelasan dan menunda jawaban
27. Metode membangkitkan perhatian dengan memegang tangan peserta didik
28. Metode membangkitkan kuriositas dengan membiarkan sesuatu tetap tidak jelas
29. Metode penjelasan secara global dan detail
30. Metode penyebutan bilangan secara global
31. Metode nasehat dan peringatan
32. Metode motivasi dan ultimatum
33. Metode cerita
34. Metode memberikan kata pengantar
35. Metode bahasa isyarat
36. Metode konsistensi dan prioritas tehadap pendidikan perempuan
37. Metode menampakkan kemarahan
38. Metode media teks
39. Metode menggunakan bahasa asing
40. Metode menampilkan kepribadian luhur
Dari metode-metode tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah SAW
melakukan pendidikan yang berhubungan langsung dengan peserta didik. Komunikasi yang
terbangun antara pendidik dan yang dididik sangatlah erat sehingga motivasi yang dimiliki
peserta didik untuk mengamalkan ilmu lebih besar jika dibandingkan dengan pengajaran yang
tidak dibekali kedekatan psikologis antara guru dan murid.

3. Bagaimana pengaruh keluarga terhadap perilaku moral anak?


a. Sangat Berpengaruh
b. b. Tidak terlalu berpengaruh
c. c. Sama sekali tidak ada relevansi

Jawab : A. Sangat Berpengaruh


Anak merupakan investasi masa depan yang harus dikembangkan secara optimal. Penelitian
membuktikan bahwa sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100 miliyar sel
otak. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi
dan didayagunakan (Gutama,dkk., 2005: 3). Stimulasi untuk perkembangan selsel otak ini
dapat diberikan salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini sangatlah
penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Berdasarkan hal-hal tersebut
maka jelaslah bahwa pendidikan sejak usia dini sanggatlah penting. Di era globalisasi seperti
sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan mudah mendapat informasi dari
luar melalui media apapun. Yang pernting diingat bahwa tidak semua informaasi yang
diperoleh Diklus, Volume 14, Nomor 1, Maret 2010 77 anak dari luar merupakan informasi
yang baik dan tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang sering kita lihat sekarang ini di
media masa sering diberitakan tentang perkelaihan, tawuran dan tindakantindakan lain yang
tidak sesuai dengan nilai moral yang ada. Kualitas watak anak sejak kecil akan mewarnai
watak seseorang di kemudian hari. Anak yang dibesarkan dalam suasana yang curiga
mencurigai misalnya, ketika dewasa akan mengalami kesulitan untuk mempercayai orang
lain. Bila di masa kecilnya anak sering dipukuli, besar kemungkinan ketika besar akanmenjadi
pendendam. Demikian pula jika di masa kecil anak sering diejek, maka kelaka akan sulit
menghargai orang. Atas dasar pertimbangan hal di atas, maka bagi anak perlu dibekali
pengetahuan tentang nilai moral yang baik. Dengan diberikannya pendidikan nilai dan moral
sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu
membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kegidupan
sehari-harinya. Anakanak diharapkan akan lebih mudah menyaring perbuatan mana yang
perlu diikuti dan perbuatan mana yang harus dihindari. Pendidikan anak dilakukan pada tiga
lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukkan prestasi
belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan, serta aspirasi
anak untuk belajar samapai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga.
(Maemunah Hasan, 2009:20). Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
anak, sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan
pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam keluarga orang
tua dapat memberikan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak. Keluarga merupakan
tempat yang efektif untuk membelajarkan nilai moral kepada anak.

4. Bagaimana peran keluarga terhadap pembentukan karakter anak?


a. Peran keluarga hanya sebatas memenuhi kebutuhan jasmani
b. Peran keluarga hanya sebatas pendidikan akademik
c. Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak dengan memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, akademik dan spiritual anak

Jawab: C. Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak dengan memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani, akademik dan spiritual anak.
Keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama dan utama dalam sejarah hidup sang
anak yang menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter manusia itu sendiri.
Untuk menciptakan karakter yang kuat dan jiwa baik pada anak di dalam keluarga,
diperlukan terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan dinamis, hal tersebut dapat
tercipta jika terbangun koordinasi dan komunikasi dua arah yang kuat antaraorangtua
dan anak. Keluarga tanpa kekerasan adalah salah satu solusi efektif untuk membuat
seorang anak merasa nyaman, damai, tentram di rumah, namun yang terjadi belakangan
ini para orangtua cenderung mendidik anak-anak mereka dengan emosi tinggi, kurang
perhatian bahkan menelantarkan mereka. Banyak orang tua yang menghabiskan waktunya
untuk berbagai urusan di luar rumah, rutinitas kantor, janji dengan relasi atau mitra
bisnis, aktivitas organisasi dan lainnya seakan menjadi pembenar untuk mengabaikan
keluarga, sehingga anak merasa terabaikan. Ada juga orang tua yang merasa cukup
memberikan perhatian kepada anak dengan menuruti segala keinginan mereka dengan
memenuhi kebutuhan materi tetapi soal pendidikan, terutama akhlak mulia, kasih
sayang, cenderung dinomorduakan. Hasilnya anak akan memililiki sifat yang tidak
menyenangkan. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan membentuk kepribadian anak
yang baik, perkembangan kepribadian anak dapat dikendalikan dan dibentuk dengan
bimbingan dan bantuan, terutama keluarga karena keluarga tempat pendidikan pertama
kali bagi anak. Jadi kita tidak boleh menyalahkan faktor bawaan atau lingkungan
yang buruk yang menyebabkan kepribadian seseorang itu buruk, Peran Keluarga dalam
Membangun Karakter Anak sangat jelas sekali dalam hal watak atau kepribadian dari
anak yang dibina dalam keluarga sakinah dengan anak yang dibinadengan kekerasan.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi dan keberhasilan dari anak tersebut.
Oleh karena itu sudah sepatutnyalah orang tua menyadari hal ini dan mengetahui
bagaimana cara mendidik anak dan menciptakan keluarga sakinah yang nantinya
sangat menunjang keberhasilan

5. Mengapa dalam proses pendidikan anak diperlukan Manajemen?


a. Agar pendidikan anak berjalan dengan tertib, terarah, efektif dan efisien.
b. Agar anak menjadi penurut
c. Agar pendidikan anak sesuai dengan ambisi orangtuanya

Jawab : Agar pendidikan anak berjalan dengan tertib, terarah, efektif dan efisien.

Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anaknya.
Sejak seorang anak lahi, ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru
perangai ibunya, ibu merupakan orang yang pertama dikenal anak, yang mula-mula menjadi
temannya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukatif. Pengaruh
ayah terhadap anaknya besar pula, dimata anaknya ia seorang yang tinggi dan terpadu diantara
orang-orang yang dikenalnya, ayah merupakan penolong utama lebih-lebih sebagai tulang
punggung penghidupan bagi keluarganya.

Hal ini menunjukkan ciri-ciri dari watak rasa tanggung jawab setiap orang tua atas penghidupan
anak-anak mereka untuk masa kini dan masa mendatang. Karenanya tidaklah diragukan bahwa
tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua, hal itu adalah merupakan
fitrah yang telah dikodratkan oleh Allah pada setiap orang tua sekaligus merupakan amanah
yang dibebankan pada mereka.

Mengingat pentingnya pendidikan keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga
bukan hanya sebagai persekutuan terkecil, melainkan lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup
manusia yang memberikan peluang pada para anggotanya untuk hidup celaka dan bahagia di
dunia dan akhirat. Pertama-tama yang diperintahkan Allah kepada Nabi saw dalam mengajarkan
agama itu mula-mula pada keluarganya, baru kemudian pada masyarakat luas. Sebagaimana
firman Allah swt dalam surat As-Suara:214, sebagai berikut:

‫وأنذر عشيرتك األقربين‬ .ci

“Dan berikanlah peringatan kepada kerabatmu yang dekat”. (Zakiah Daradjat, 1992:87)

Oleh karena itulah, pendidikan agama hendaknya ditanamkan sejak di keluarga, sebab
pendidikan di lingkungan keluarga merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan
selanjutnya. Sebagaimana menurut Zakiah Daradjat, (1992:48) bahwa pada umumnya agama
seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak kecil
terutama dalam keluarga. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara
orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Tetapi interaksi ini berjalan tanpa
rencana tertulis, orang tua sering tidak mempunyai rencana yang jelas dan rinci kemana
anaknya akan diarahkan, dengan cara apa mereka akan dididik, dan apa isi pendidikannya.
Orang tua umumnya mempunyai harapan tertentu pada anaknya agar menjadi orang saleh,
sehat, pandai dan sebagainya, tetapi bagaimana rincian sifat-sifat tersebut bagi mereka tidak
jelas juga mereka tidak tahu apa yang harus diberikan dan bagaimana memberikannya agar
anaknya memiliki sifat-sifat tersebut. Interaksi pendidikan antara orang tua dan anak juga
tidak disadari, dalam kehidupan keluarga interaksi dapat terjadi setiap saat setiap kali orang
tua bertemu, berdialog, bergaul dengan anaknya pada saat itu banyak perilaku spontan yang
diberikan pada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan mendidik besar
sekali orang tua menjadi pendidik juga tanpa dipersiapkan secara formal, mereka menjadi
pendidik karena statusnya sebagai orang tua, meskipun mungkin saja sebenarnya mereka
belum siap untuk melaksanakan tugas tersebut karena sifat-sifatnya yang formal, tidak
mempunyai rancangan yang konkrit.
Berdasarkan analisa di atas, dalam hal ini bagaimana usaha pendidik agama di keluarga
itu harus diselenggarakan sehingga menghantarkan anak menjadi manusia yang berilmu dan
berakhlak mulia. Maka menyelenggarakan pendidikan agama di keluarga tidak mungkin dapat
dilakukan secara asal-asalan, tetapi perlu dilaksanakan secar professional oleh orang tua
dengan perencanaan yang matang, pengorbanan yang tepat, pelaksanaan yang efektif serta
pengawasan dan evaluasi yang berhasil guna. Atas dasar itulah, maka makin penting arti
pengelolaan atau manajemen yang lebih teratur, lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa
berkembang maju atau boleh dikatakan tidak ada suatu usaha yang tidak mempergunakan
manajemen. Pada hakekatnya manajemen adalah usaha manusia yang paling baik dalam
mencapai hidupnya, dengan manajemen itu manusia mempergunakan waktu, tenaga, akal, dan
modalnya secara paling baik dan efektif untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan (SP.
Hasibuan, 1995:90). Disamping itu, pelaksanaan pendidikan agama di keluarga yang
mempunyai skope kegiatan begitu kompleks hanya akan dapat berjalan secara efektif
bilamana dilakukan oleh tenaga-tenaga yang secara kualitatif mampu melaksanakan tugasnya.
Dengan kata lain, proses pendidikan agama di keluarga yang cukup luas hanya dapat berjalan
dengan lancer dan berhasil baik bilamana tersedia tenaga-tenaga palaksana yang cukup serta
masing-masing memiliki kemampuan dan keahlian yang diperlukan. Selain itu adanya tenaga
yang cukup berkemampuan tadi, barulah efektif setelah mereka (ayah dan ibu) diorganisir dan
dikombinasikan sedemikian rupa dengan faktor-faktor lain yang diperlukan sebab bilamana
tidak, maka hasil pendidikan akan timbulnya kesimpang siuran dalam mendidik anaknya jika
hanya didasarkan pada naluri (instink) orang tua saja. Demikian pula faktor lain seperti
fasilitas dan sebagian perlu dihimpun serta diatur penggunaannya sesuai dengan keperluan
dalam rangka penerapan tujuan pendidikan agama di keluarga.

Anda mungkin juga menyukai