Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

KEBERAGAMAN ASPEK PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK DAN


IMPLIKASINYA DALAM PROSES PEMBELAJARANNYA

Disusun Oleh

RAHMAT HIDAYAT
NIM. 2020010012

Dosen Pembimbing
Dr. Rehani, M.Ag
Dr. Afnibar, M.Pd, Kons
Dr. Wanda Fitri, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
2021 M / 1442 H

0
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan
secara umum disebabkan oleh dua factor, yakni factor bawaan dan factor
lingkungan. Factor bawaan merupakan factor biologis yang diturunkan
melalui pewaris genetic oleh orang tua. Factor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan individual diantaranya sstatus social ekonomi orang tua,
budaya, dan urutan kelahiran. Perbedaan-perbedaan yang tampak diantaranya
adalah perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan,
perbedaan kepribadian, serta perbedaan gaya belajar, perbedaan tersebut
sedikit banyak berpengaruh terhadap proses-proses pembelajaran.
Perbedaan individu diantara anak didik merupakan hal yang tidak
mungkin dihindari, karena hamper tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh
manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana individu berbeda akan
mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari
berbagai unsur perbedaan tersebut. Setiap orang, apakah ia seorang anak atau
seorang dewasa, dan apakah ia berada didalam suatu kelompok atau seorang
diri, ia disebut individu. Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai
orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang
berkaitan dengan orang perseorangan.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang yang lain.
Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka
“perbedaan” dalam “perbedaan individu” menurut landgren menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Dilingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan individual anak didik cukup
banyak, yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik sebagai
individu.1 Suharsimi arikunto melihat kepribadian anak didik itu mencakup
aspek jasmani, agama, intelektual, social, etika, dan estetika.

1
Landgren S. & Olsson KA, “Oral Mechanoreceptor”, dalam S. Grillner B. Lindblom,
J.F. Lubker & A. Persson (eds.), Speech Motor Control, (Oxford: Pergamon Press, 1980), h. 578

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keberagaman peserta didik ?
2. Apa saja Perbedaan yang terdapat pada diri peserta didik ?
3. Bagaimana karakteristik individu dan implikasinya terhadap pendidikan ?
4. Bagaimana implikasinya keberagaman peserta didik dalam proses
pembelajarannya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian keberagaman peserta didik
2. Mengetahui Perbedaan yang terdapat pada diri peserta didik
3. Mengetahui implikasi karakteristik individu terhadap pendidikan
4. Mengetahui implikasinya keberagaman peserta didik dalam proses
pembelajarannya

2
PEMBAHASAN

A. Keberagaman Peserta Didik


Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki banyak
kelebihan dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, disampping juga
memiliki banyak keterbatasan. Pandangan tersebut merupakan pandangan
yang universal, karena pada hakikatnya manusia tetap memiliki keragaman.
Keragaman tersebut merupakan potensi/kekuatan yang dapat dikembangkan
melalui upaya pendidikan.
Keberagaman menurut Banks adalah sebuah jenis yang alami pada
manusia dan siswa pada umumnya selalu berbeda siswa satu dengan yang lain
dalam hal tertentu. Setiap peserta didik memiliki keragaman yang berbeda-
beda, mulai dari perbedaan individu dari segi psikis maupun fisik.

B. Perbedaan Individu Peserta Didik


Setiap anak adalah unik. Ketika kita memperhatikan anak-anak didalam
ruang kelas, kita akan melihat perbedaan individual yang sangat banyak.
Bahkan anak-anak dengan latar belakang usia hampir sama, akan
memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen, minat dan sikap yang
sangat beragam.
Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang
besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal dengan
individual psychology, atau differential psychology, yang memberikan
perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Ini
didasarkan atas kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada dua orang yang persis
sama. Bahkan anak kembar sekali pun masih ditemukan adanya beberapa
dimensi perbedaan di antara keduanya.2
Dalam tinjauan psikologis Islam, perbedaan individual tersebut
dipandang sebagai realitas kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah
untuk dijadikan bukti kebesaran dan kesempurnaan ciptaan-Nya. Ketika

2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 51

3
menjelaskan tentang proses penciptaan, dalam surah al-Mu’minun ayat 12-14,
Allah telah memberi isyarat akan perbedaan individual ini.
َٰ ُ ‫سنَ ِمن‬
١٣ ‫ين‬ ٖ ‫ ث ُ َّم َج َع ۡل َٰ َنهُ نُ ۡطفَ ٗة فِي قَ َر ٖار َّم ِك‬١٢ ‫ين‬ٖ ‫سلَلَ ٖة ِمن ِط‬ ِ ۡ ‫َولَ َق ۡد َخلَ ۡقنَا‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬
َ َٰ ‫س ۡونَا ۡٱل ِع‬
‫ظ َم لَ ۡح ٗما‬ َ َٰ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظ ٗما فَ َك‬ ۡ ‫ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل ُم‬ َ َ‫ث ُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱل ُّن ۡطفَة‬
ۡ ‫علَقَ ٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل َعلَقَةَ ُم‬
١٤ َ‫س ُن ۡٱل َٰ َخ ِلقِين‬ ۡ
َ ‫ٱَّللُ أ َ ۡح‬
َّ َ‫ارك‬ َ ‫ث ُ َّم أَنشَأ َٰ َنهُ خ َۡلقًا َءاخ َۚ ََر فَتَ َب‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) daii tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik". (QS. Al-Mu’minuun [23]: 12-14)
Kata-kata “makhluk (bentuk) lain” (khalqanakhar) yang terkandung
dalam ayat di atas mengindikasikan betapa manusia sebagai makhluk individu
memiliki ciri-ciri khas, yang berbeda satu sama lain. Sejak zaman Nabi Adam,
manusia pertama ciptaan Allah, hingga saat ini tidak ditemukan seorang yang
memiliki bentuk persis sama, meskipun masih dalam keturunan yang satu.
Jadi, setiap manusia, apakah ia berada dalam suatu kelompok ataukah seorang
diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai
perseorangan atau persona. Sebagai orang perorangan, individu memiliki sifat-
sifat atau karakteristik yang menjadikannya berbeda dengan individu lainnya.
Perbedaan inilah yang disebut dengan perbedaan individual (individual
differences).3
Ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik individual ini dapat berupa
karakteristik bawaan sejak lahir dan dapat pula berupa karakteristik yang
diperoleh dari hasil pengaruh lingkungan. Seorang bayi yang baru lahir
misalnya, merupakan hasil perpaduan dari dua garis keturunan, keturunan
ayah dan keturunan ibu. Sejak masa konsepsi awal di dalam kandungan ibu,
secara berkesinambungan ia dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor

3
Nursyamsi, Psikologi Pendidikan, (Padang: Baitul Hikmah Press, 2003), h. 78

4
lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsang tersebut, baik
secara terpisah ataupun secara bersama-sama dengan perangsang lain,
mempengaruhi perkembangan potensi-potensi biologis, yang pada gilirannya
menjelma menjadi suatu pola tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang
menjadi individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
Secara umum, perbedaan individual dapat atas dua, yaitu perbedaan
secara vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal adalah
perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi badan,
berat badan, bentuk muka, warna kulit, besar, kekuatan, dan sebagainya.4
Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 22 tentang perbedaan tersebut
sebagai berikut.

ُ َ‫ٱخ ِت َٰل‬
‫ف أ َ ۡل ِس َن ِت ُك ۡم َوأ َ ۡل َٰ َو ِن ُك َۡۚم‬ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
ۡ ‫ض َو‬ َّ ‫َو ِم ۡن َءا َٰ َي ِتِۦه خ َۡل ُق ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
٢٢ َ‫ت ِل ۡل َٰعَ ِل ِمين‬ ٖ ‫إِ َّن فِي َٰذَلِكَ َۡل ٓ َٰ َي‬
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (
QS. Ar-Rum (30) : 22 )
Tim Kemenag RI menafsirkan ayat ini bahwa perbedaan warna kulit
merupakan kajian yang hanya dapat diketahui melalui ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itu pemahaman terhadap perbedaan fisik manusia perlu dipelajari oleh-
oleh orang yang berilmu pengetahuan, termasuk para guru.5
Sedangkan perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam
aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi,
temperamen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek
perbedaan individual peserta didik tersebut.
1. Perbedaan fisik-motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya terbatas pada aspek-
aspek yang teramati oleh pancaindra, seperti: bentuk atau tinggi badan,

4
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), h.
35
5
Tim Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an, Juz VII, (Jakarta: Kemenag RI, 2010), h.
484

5
warna kulit, warna mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau
keringat, melainkan juga mencakup aspek-aspek fisik yang tidak dapat
diamati melalui pencaindra, tetapi hanya dapat diketahui setelah diadakan
pengukuran, seperti usia, kekuatan badan atau kecepatan lari, golongan
darah, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.
Aspek fisik lain dapat dilihat dari kecakapan motorik, yaitu
kemampuan melakukan koordinasi kerja sistem saraf motorik yang
menimbulkan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan secara
tepat, sesuai antara rangsangan dan responssnya. Dalam hal ini, akan
ditemui ada anak yang cekatan dan terampil, tetapi ada pula anak yang
lamban dalam mereaksi sesuatu.
Perbedaan aspek fisik juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik,
seperti kesehatan mata dan telinga yang berkaitan langsung dengan
penerimaan materi pelajaran di kelas. Dalam hal kesehatan mata misalnya,
akan ditemui adanya peserta didik yang mengalami gangguan penglihatan,
seperti: rabun jauh, rabun dekat, rabun malam,buta wama, dan sebagainya.
Sedangkan dalam hal kesehatan telinga, akan ditemui adanya peserta didik
yang mengalami penyumbatan pada saluran liang telinga, ketegangan pada
gendang telinga, terganggunya tulang-tulang pendengaran, dan
sebagainya.6
2. Perbedaan inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional dan menghadaoi lingkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional, oleh
sebab itu intelegensi tidak bisa diamati secara langsung. Melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu.7

6
Desmita, Op.Cit., h. 53
7
Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), h. 46-47

6
Dalam proses pendidikan di sekolah, inteligensi diyakini sebagai
unsur penting yang sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Namun inteligensi merupakan salah satu aspek perbedaan individual yang
perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang berlainan.
Ada anak yang memiliki inteligensi tinggi, sedang dan rendah. Untuk
mengetahui tinggi rendahnya inteligensi peserta didik, para ahli telah
mengembangkan instrumen yang dikenal dengan "tes inteligensi”, yang
kemudian lebih populer dengan istilah Intelligence Quotient, disingkat IQ.
Berdasarkan hasil tes inteligensiini, peserta didik dapat diklasifikasikan
sebagai:
a. Anak genius IQ di atas 140
b. Anak pintar 110-140
c. Anak normal 90-110
d. Anak kurang pintar 70-90
e. Anak debil 50-70
f. Anak dungu 30-50
g. Anak idiot IQ di bawah 30

Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase orang


yang genius dan idiot sangat kecil, dan yang terbanyak adalah anak
normal. Genius adalah sifat pembawaan luar biasa yang dimiliki
seseorang, sehingga ia mampu mengatasi kecerdasan orang-orang biasa
dalam bentuk pemikiran dan hasil karya. Sedangkan idiot atau pandir
adalah penderita lemah otak, yang hanya memiliki kemampuan berpikir
setingkat dengan kecerdasan anak yang berumur tiga tahun .
Dengan adanya perbedaan individual dalam aspek inteligensi ini,
maka guru di sekolah akan mendapati anak dengan kecerdasan yang luar
biasa, anak yang mampu memecahkan masalah dengan cepat, mampu
berpikir abstrak dan kreatif. Sebaliknya, guru juga akan menghadapi anak-
anak yang kurang cerdas, sangat lambat dan bahkan hampir tidak mampu
mengatasi suatu masalah yang mudah sekalipun.

7
3. Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat
penting dalam proses belajar di sekolah. Kemampuan berbahasa adalah
kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk
ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis dan sistematis.
Kemampuan berbahasa anak berbeda-beda, ada anak yang dapat berbicara
dengan lancar, singkat dan jelas, tetapi ada pula anak yang gagap,
berbicara berbelit-belit dan tidak jelas.
Perbedaan individual dalam perkembangan dan kecakapan bahasa
anak ini telah menjadi wilayah pengkajian dan penelitian yang menarik
bagi sejumlah psikolog dan pendidik. Banyak penelitian eksperimental
telah dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan dalam penguasaan bahasa anak. Dari
sejumlah hasil penelitian tersebut diketahui bahwa faktor nature dan
nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak. Berhubung faktor-faktor nature dan nurture
individu itu bervariasi, maka pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa
juga bervariasi. Karena itu, tidak heran kalau antara individu yang satu dan
individu lainnya berbeda dalam kecakapan bahasanya. Perbedaan
kecakapan berbahasa anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti faktor kecerdasan, pembawaan, lingkungan, fisik, terutama organ
bicara, dan sebagainya.8
4. Perbedaan psikologis
Perbedaan individual peserta didik juga terlihat dari aspek
psikologisnya. Ada anak yang mudah tersenyum, ada anak yang gampang
marah, ada yang berjiwa sosial, ada yang sangat egoistis, ada yang
cengeng, ada yang pemalas, ada yang rajin, ada yang pemurung, dan
sebagainya.
Dalam proses pendidikan di sekolah, perbedaan aspek psikologis ini
sering menjadi persoalan, terutama aspek psikologis yang menyangkut

8
Desmita, Op.Cit., h. 55

8
masalah minat, motivasi dan perhatian peserta didik terhadap materi
pelajaran yang disajikan guru. Dalam penyajian suatu materi pelajaran
guru sering menghadapi kenyataan betapa tidak semua peserta didik yang
mampu menyerapnya secara baik. Realitas ini mungkin disebabkan oleh
cara penyampaian guru yang kurang tepat atau menarik, dan mungkin pula
disebabkan oleh faktor psikologis peserta didik yang kurang
memperhatikan. Secara fisik mungkin terlihat bahwa perhatian peserta
didik terarah pada pembicaraan guru. Namun secara psikologis, pandangan
mata ataukondisi tubuh mereka yang terlihat duduk dengan rapi dan
tenang belum dapat dipastikan bahwa mereka memperhatikan semua
penjelasan guru. Bisa saja pandangan mata anak hanya terarah pada gerak,
sikap dan gaya mengajar guru, tetapi alam pikirannya terarah pada
masalah lain yang lebih menarik minat dan perhatiannya.
Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit
dipahami secara tepat, sebab menyangkut apa yang ada di dalam jiwa dan
perasaan peserta didik. Meskipun demikian, bukan berarti seorang guru
mengabaikan begitu saja, tanpa berusaha untuk memahaminya. Guru
dituntut untuk mampu memahami fenomena-fenomena psikologis peserta
didik yang rumit tersebut. Salah satucara yang mungkin dilakukan dalam
menyelami aspek psikologis peserta didik ini adalah dengan melakukan
pendekatan kepada peserta didik secara pribadi. Guru harus menjalin
hubungan yang akrab dengan peserta didik, sehingga mereka mau
mengungkapkan isi hatinya secara terbuka. Dengan cara ini
memungkinkan guru dapat mengenal siapa sebenarnya peserta didik
sebagai individu, apa keinginan-keinginannya, kebutuhan-kebutuhan apa
yang ingin dicapainya, masalah-masalah apa yang tengah dihadapinya, dan
sebagainya. Dengan mendekati dan mengenal peserta didik secara
mendalam, guru pada gilirannya dapat mencari cara-cara yang tepat untuk
memberikan bimbingan dan membangkitkan motivasi belajar mereka.9

9
Desmita, Ibid., h. 56

9
C. Karakteristik individu dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan
yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya.
Untuk menjelaskan karekteristik-karakteristik individu, baik dalam hal fisik,
mental maupun emosional ini biasanya digunakan istilah nature dan nurture.
Nature (alam, sifat dasar) adalah karakteristik individu atau sifat khas
seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat
pembawaan, sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah faktor-
faktor lingkungan yang mempengamhi individu sejak dari masa pembuahan
sampai selanjutnya.
Nature dan nurture ini merupakan dua faktor yang mempengaruhi
karakteristik individu. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua
garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat
terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan, secara berkesinambungan
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.
Masing-masing perangsangtersebut,baik secara terpisah atau terpadu dengan
rangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi
biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal
ini pada gilirannya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang
dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda
dengan individu-individu lain.
Adanya karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan tersebut jelas membawa implikasi terhadap proses pendidikan di
sekolah. Dalam hal ini, proses pendidikan disekolah hams disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik secaraindividu. Berdasarkan pemahaman ini, maka
secara esensial prosesbelajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah
menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta
didik dapat belajar secara optimal, meskipun wujudnya mereka itu datang dan
ada secara berkelompok. Ini berarti bahwa di dalam proses belajar mengajar,
setiap individu peserta didik memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga
strategi dan usaha pelaksanaannya pun akan berbeda-beda dan bervariasi.

10
Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini,
ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite
skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan hal-hal
yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosio-
kultural.
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,
seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.

Pemahaman tentang karakteristik individu peserta didik ini memiliki


arti penting dalam interaksi belajar-mengajar. Bagi seorang guru khususnya,
informasi mengenai karakteristik individu pesertadidik ini akan sangat
berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik
atau yang lebih tepat, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap
peserta didik.
Dengan pemahan atas karakteristik individu peserta didik ini, guru
dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian
rupa, memilih dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga teijadi
proses interaksi dari masing-masing komponen belajar mengajar secara
optimal. Di samping itu, pemahaman atas karakteristik individu peserta didik
juga sangat bermanfaat bagi guru dalam memberikan motivasi dan bimbingan
bagi setiap individu peserta didik kearah keberhasilan belajarnya.10

D. Keberagaman Peserta Didik dan Implikasinya dalam Proses


Pembelajaran
Beberapa pengaturan dan pelayanan yang dapat dilakukan oleh
kepala sekolah dan guru-guru dalam kelas untuk pengembangan
Individualized Instruction tanpa melupakan peranan yang seharusnya
dilakukan oleh pembuat kebijaksanaan tingkat lokal atau pusat. Ini
dimaksudkan agar kepala sekolah atau guru-guru dalam kelas terdorong

10
Ibid, h. 53

11
untuk lebih berusaha dalam batas kewenangannya mengadakan pelayanan
kepada peserta didik sesuai dengan perbedaan individualnya, di antaranya:
Pertama, pengaturan atau pelayanan sekolah. Menurut Sodiq A.
Kuntoro dalam Suryobroto pelayanan sekolah ini meliputi penyediaan
perpustakaan, program khusus dan alat pengajaran yang memadai. Untuk
mengembangkan pengaturan atau pelayanan sebagai berikut:
a) Perpustakaan yang memadai untuk studi individual. Untuk
mengembangkan Individualized Instruction maka perlu sekali
tersedianya fasilitas perpustakaan yang cukup, yang memberi
kemungkinan setiap anak dapat belajar secara individual. Dalam
program belajar mandiri (Independent Study) atau aktivitas program
pengayaan bagi anak cepat. Perpustakaan merupakan tempat dan
fasilitas penting, tanpa ada perpustakaan yang memadai maka sangat
sulit untuk dapat melaksanakan program Independent Study atau
pengayaan itu.
b) Penyediaan alat pengajaran dan program pelayanan yang memberi
fasilitas Individualized Instruction, meliputi; Laboratorium atau
workshop yang memadai. Jadwal pelajaran yang fleksibel, yang
memungkinkan beberapa murid tingkat II misalnya mengikuti
pelajaran tingkat III dalam mata pelajaran tertentu. Pengembangan
program Independent Study. Pengembangan program penyuluhan dan
bimbingan. Pengembangan team-teaching.
Kedua, Pengaturan atau pelayanan dalam kelas. Kebijakan ini
dapat dilakukan oleh guru. Menurut Sodiq A. Kuntoro yang dikutib dalam
Suryobroto beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam kelas
adalah meliputi : program perbaikan (Remidial), program pengayaan
(Enrichment), program percepatan (Acceleration), Achievement Grouping,
Independent Study, dan mengembangkan program individual. Dari sekian
banyak bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat tiga jenis
program yang terbanyak dilaksanakan, yaitu program Remidial, program
pengayaan (Enrichment), dan program percepatan (Acceleration).

12
1) Bagi anak lambat, program yang dapat dikembangkan adalah program
Remidial (perbaikan). Program Remidial adalah pemberian layanan
pendidikan kepada siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan
dengan memberikan pelajaran atau tugas tambahan secara individual
sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan
menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta
mencapai hasil belajar secara optimal.
2) Bagi anak sedang, program yang dapat dikembangkan, yaitu
Enrichment (Pengayaan). Program pengayaan ialah pemberian program
tambahan bagi anak sedang untuk pedalaman, perluasan bahan yang
telah dikuasai atau lebih jauh untuk pengembangan kemampuan
analisis, pemecahan masalah atau penerapan ilmu yang telah mereka
kuasai. Ini berarti bahwa tujuan program pengayaan tidak hanya
bersifat penambahan bahan pelajaran saja, akan tetapi lebih jauh
mengembangkan kemampuan anak untuk melakukan analisis,
pemecahan masalah, atau menggunakan ilmu dalam kehidupan sehari-
hari. Bentuk program pengayaan bermacam-macam seperti
mempelajari bahan diatasnya, diselenggarakan kelas khusus untuk
pengayaan, penambahan pelajaran melalui mencari bahan di surat
kabar, artikel-artikel, melakukan percobaan, penelitian, dan lain-lain.
3) Bagi anak cepat, program yang dikembangkan yaitu acceleration
(percepatan). Program percepatan adalah pemberian pelayanan
pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakal istimewa yang dimiliki
siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat
menyelesaikan program dalam jangka waktu yang lebih singkat
dibanding teman-temannya.
4) Pengelompokan anak atas prestasi belajarnya (achievement grouping).
Ada dua macam pengelompokan, yaitu homogen (pengelompokan
menjadi satu anak-anak yang sama prestasi belajarnya), dan
pengelompokan heterogen (setiap kelompok justru dari anak-anak yang
berbeda prestasi belajarnya).

13
5) Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri
(Independent Study). Guru dalam kelas seharusnya memberi
kesempatan dan melatih anak untuk dapat belajar sendiri. Belajar di
perpustakaan atau dilaboratorium merupakan aktivitas penting untuk
Independent Study.
6) Mengembangkan Program pembelajaran Individu. Guru dalam kelas
dapat mencoba mengembangkan program paket untuk program mini
seperti menyediakan modul modul tertentu yang bermanfaat bagi
pengembangan individu. Pembelajaran individu berorientasi pada
individu dan pengembangan diri. Fokusnya adalah pada proses dimana
individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas
yang bersifat unik satu sama lainnya. Hal ini memungkinkan setiap
siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga
memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara
penuh atau disebut juga dengan “mastery learning “ atau belajar tuntas.
Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat
mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar ini
sistem penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada
siswa belajar secara individual.11

Berdasarkan penjelasan di atas maka guru-guru dalam kelas dan


kepala sekolah dalam batas kewenangannya seharusnya
menyelenggarakan program pelayanan atau pengaturan yang mendukung
terciptanya Individualized Instruction dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang sesuai.

11
Wahidah, Memahami Perbedaan Individu Pebelajar Dalam Proses Belajar Mengajar,
Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan Volume 11 Nomor 2 Tahun 2019,
https://journal.iainlangsa.ac.id, diakses tgl 01 April 2021, h. 93-94

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keberagaman adalah sebuah jenis yang alami pada manusia dan siswa
pada umumnya selalu berbeda siswa satu dengan yang lain dalam hal
tertentu. Setiap peserta didik memiliki keragaman yang berbeda-beda,
mulai dari perbedaan individu dari segi psikis maupun fisik.

2. Keberagaman Peserta Didik dibagi atas 4 macam:


a. Perbedaan fisik-motorik
b. Perbedaan inteligensi
c. Perbedaan kecakapan bahasa
d. Perbedaan psikologis

3. Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada


tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan
berpikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
b. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status
sosio-kultural.
c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian, seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.

4. Keberagaman peserta didik dan implikasinya dalam proses pembelajaran:


a. Bagi anak lambat, program yang dapat dikembangkan adalah program
Remidial (perbaikan).
b. Bagi anak sedang, program yang dapat dikembangkan, yaitu
Enrichment (Pengayaan).
c. Bagi anak cepat, program yang dikembangkan yaitu acceleration
(percepatan).
d. Pengelompokan anak atas prestasi belajarnya (achievement grouping).
Mengembangkan Program pembelajaran Individu.

15
B. Saran
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
menyarankan kepada pembaca untuk pemahaman yang lebih dalam dapat
membaca tentang hal tersebut lebih banyak lagi dari sumber-sumber yang lain.
Dan penulis mengharapkan masukkan yang konstruktif kepada kita semua,
demi penyempurnaan tulisan ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

M. Marbun, Stefanus. 2018. Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia.

Nursyamsi. 2003. Psikologi Pendidikan. Padang: Baitul Hikmah Press.

S, Landgren & Olsson KA. 1980. “Oral Mechanoreceptor”. dalam S. Grillner B.


Lindblom, J.F. Lubker & A. Persson (eds.). Speech Motor Control.
(Oxford: Pergamon Press.

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana


Publishing.

Tim Kementerian Agama RI. 2010. Tafsir Al-Qur’an, Juz VII. Jakarta: Kemenag
RI.

Wahidah. 2019. Memahami Perbedaan Individu Pebelajar Dalam Proses Belajar


Mengajar. Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan Volume 11
Nomor 2

17

Anda mungkin juga menyukai