Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KELANGSUNGAN HIDUP ANAK

Di susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


HADIS TARBAWI

Dosen Pengampuh :
Drs. Ahmad Ahmad Asse, M.Pd.I

Di susun Oleh :
Nama : Fira Astika
NIM : 201030055

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah serantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Hadis Tarbawi, dengan judul:“ Hadis Tarbawi Menjaga Kelangsungan Hidup
Anak”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantwn banyakpihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah in dapat terselesaikan
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kembangan dunia pendidikan.

Kota Palu,13 Desemeber 2021

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelangsungan hidup seorang anak sangatlah penting muli dari
merawatnya hingga memberi pendidikan yang baik berdasarkan syariat.
Keberlangsungan hidup seorng anak terletak dari orang tuanya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut
1. Apa saja hadis tentang Kelangsungan hidup anak?
2. Bagaimana uraian penjelasan hadis kelangsungan hidup seorang anak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hadis Kelangsungan hidup anak.
2. Untuk mengetahui uraian penjelasan hadis kelangsungan hidup
seorang anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis- Hadis tentang Menjaga Kelangsungan Hidup Anak
1. Hadis Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Akhlak di
Keluarga
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga
Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer
bagi perkembangan peserta didik. Keluarga merupakan tempat pertama
peserta didik menerima pendidikan. Orang tua adalah penanggung jawab
yang utama dan pertama dalam pendidikan di keluarga. Sebagai peletak:

ِّ ‫سانِ ِه َأ ْو ُي َن‬
‫ص َرانِ ِه‬ َ ‫ َفَأ َب َواهُ ُي َه ِّودَانِ ِه َأ ْو ُي َم ِّج‬،ِ‫ُكل ُّ َم ْولُ ْو ٍد ُي ْولَ ُد َعلَى ا ْلف ِْط َرة‬
 
Rasullah saw. bersabda yang artinya: Setiap anak dilahirkan atas
dasar fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani,
dan Majusi. (H.R.Bukhari). (Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismaail al
Bukhary al July, Shahih Bukhariy, 1992:42).(Karakter & Didik, n.d.)
2. Hadis tentang Anak Memiliki Pengetahuan Dasar Sosial

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw.


mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada al-Aqra’ bin Hayis al-
Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh
orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.”
Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata, “Man laa
yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak
akan dikasihi (H.R. Bukhari di Kitab Adab, hadis nomor 5538) .
3. Hadis tentang Mendidik anak

2
“ ‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه‬
‫ فَاَأْل ِمي ُر الَّ ِذي‬،‫ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬،‫اع‬
ٍ ‫ (َأاَل ُكلُّ ُك ْم َر‬:‫وسلم قال‬
‫اع َعلَى َأ ْه ِل‬ ٍ ‫ َوال َّر ُج ُل َر‬،‫ َوهُ َو َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬،‫اع‬ ٍ ‫اس َر‬ِ َّ‫َعلَى الن‬
ِ ‫اعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
‫ َو ِه َي‬،‫ت بَ ْعلِهَا َو َولَ ِد ِه‬ ِ ‫ َو ْال َمرْ َأةُ َر‬،‫ َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْنهُ ْم‬،‫بَ ْيتِ ِه‬
‫ َأاَل فَ ُكلُّ ُك ْم‬،ُ‫اع َعلَى َما ِل َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْنه‬
ٍ ‫ َو ْال َع ْب ُد َر‬،‫َم ْسُئولَةٌ َع ْنهُ ْم‬
‫ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه) متفق عليه‬،‫اع‬ ٍ ‫َر‬
Dari Abdullah bin Umar radiyallahuanhuma, nabi bersabda: "Kalian
semua adalah pemimpin, dan masing masing kalian bertanggung
jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah
pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri
juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu
sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta
pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya." [HR. al-Bukhari no.
893, 5188, 5200 dan Muslim no. 1829]
.”
B. Penjelasan Hadis-hadis
1. Hadis tentang Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan
Akhlak di Keluarga
Anak adalah amanah yang melahirkan rasa tanggung jawab yang
sungguh-sungguh pada diri setiap orang tua. Amanah itu meliputi kewajiban
menjaga kelangsungan kehidupan anak dengan memberikan makanan,
minuman, tempat perlindungan, menjaga akidahnya sehingga tetap berada
dalam agama dan keyakinan yang benar dan memberikan bekal pendidikan
(Siti Musdah Mulia Makna hadits di atas adalah manusia difitrahkan
(memiliki sifat pembawaan sejak lahir) dengan kuat di atas Islam. Akan
tetapi, tentu harus ada pembelajaran Islam dengan perbuatan/tindakan. Siapa
yang Allah subhanahu wata’ala takdirkan termasuk golongan orang-orang
yang berbahagia, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan menyiapkan
untuknya orang yang akan mengajarinya jalan petunjuk sehingga dia siap
untuk berbuat (kebaikan).

3
Sebaliknya, siapa yang Allah subhanahu wata’ala ingin
menghinakannya dan mencelakakannya, Allah subhanahu wata’ala
menjadikan sebab yang akan mengubahnya dari fitrahnya dan
membengkokkan kelurusannya. Hal ini sebagaimana keterangan dalam hadits
tersebut tentang pengaruh yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap
anaknya yang menjadikan si anak beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi..
2. Hadis tentang anak memilki pengetahuan dasar sosial
mengingat besarnya peranan orang tua dalam penanaman nilai-nilai
moral dan keagamaan anak, maka pendidikan tidak hanya penting diterapkan
kepada anak, akan tetapi juga terhadap orang tua. Minimnya pengetahuan
keagamaan orang tua juga sangat mempengaruhi kualitas pembinaannya
terhadap anak. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk merumuskan pola-pola
pembinaan orang tua secara terencana oleh pihak pemerintah bekerjasama
dengan pihak sekolah(Alfiah, 2015).
3. Hadis tentang Mendidik Anak

Manusia adalah pemimpin bagi bawahannya, bagi diri sendiri,


istrinya, anaknya, suaminya, dan keluarganya. Dan semuanya akan dimintai
pertanggungjawaban kelak. Amanah artinya adalah sebuah kepercayaan, dan
pemimpin mengemban kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya. Ini
merupakan tanggung jawab dan amanah besar yang ia pegang. Betapa tidak,
karena upaya mewujudkan cita-cita menuju kesejahteraan dan keadilan itu
ada pada kebijakannya. Nasib bawahan terletak pada kebijaksanaan dan
kearifan seorang pemimpin.

Ada kisah tentang Rasulullah, SAW, pada suatu ketika menjadi imam shalat.
Para sahabat menyaksikan, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu
rukun yang lain terlihat sukar sekali. Dan, mereka mendengar bunyi
menggerutuk, seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu
bergeser antara satu sama lain.

Sayiddina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung
bertanya seusai mereka shalat: "Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah

4
Tuan menanggung penderitaan yang amat berat. Tuan, sakitkah, ya
Rasulullah?" 

"Tidak, ya, Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar," sabda beliau.

"Ya, Rasulullah, mengapa setiap kali Tuan menggerakkan tubuh, kami


mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh Tuan? Kami yakin engkau
sedang sakit," desak Umar penuh kecemasan. 

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut


baginda kempis, dan terlihat dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil.
Rupanya untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan
bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda. 

"Ya Rasulullah! Adakah bila Tuan menyatakan lapar dan tidak punya
makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat Tuan?" 

Lalu baginda menjawab dengan lembut, ”Tidak, para sahabatku. Aku tahu,
apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku
jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban
bagi umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar
umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini. Terlebih lagi, tiada yang
kelaparan di akhirat kelak."

Alangkah bahagianya apabila kita mendapatkan pemimpin yang bersikap


seperti Rasulullah. Yah, minimal seperempatnya sajalah, tidak apa-apa. Dan
bila “mimpi” itu bisa terwujud, maka tidak mungkin ada yang namanya gaji
telat, dan tidak mungkin ada yang namanya mulur biaya operasional!1

BAB III
1
http://haditstarbawielghazy.blogspot.com/2017/12/hadits-tentang-mendidik-anak-
pertama.html di akses pada tanggal 15 desember 2021 pukul 10.00 WITA

5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam agama Islam, anak begitu menjadi perhatian besar. Anak juga
berkali-kali disebutkan dalam Alquran dan hadits. Islam memandang bahwa
anak memiliki kedudukan atau fungsi yang sangat penting, baik untuk orang
tuanya sendiri, masyarakat maupun bangsa secara keseluruhan.. .
B. I’tibar Pendidikan
1. H.R Bukhari tentang tanggung jawab orang tua dalam pendidikan
akhlak di keluarga
2. H.R. Bukhari di Kitab Adab, hadis nomor 5538
3. HR. al-Bukhari no. 893, 5188, 5200 dan Muslim no. 1829 tentang
Mendidik Anak

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah. (2015). Hadis Tarbawi Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi. In

6
Kreasi Edukasi.

Karakter, A. A., & Didik, P. (n.d.). ‫الق ونع هللا يضر ةريرى ىبا ن َ ع ن ّ لسو ويلع هللا‬
)2(2 .( ‫مص هللا لوسر الق ق الخالا مر اكه ن و ّ ت أل تثعباو ّ نا ) دوح ا هاور‬.

http://haditstarbawielghazy.blogspot.com/2017/12/hadits-tentang-mendidik-
anak-pertama.html di akses pada tanggal 15 desember 2021 pukul 10.00
WITA

Anda mungkin juga menyukai