Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ALQURAN HADIS

KEWAJIBAN KEPADA DIRI SENDIRI DAN KELUARGA

Disusun oleh :
1. Afshy Rahayu Putri
2. Aisya Wulandari
3. Arsyi Vitia Noviera
4. Atiqa Nazillah Alindi
5. Jamhari Almufid
6. Puti Elsa Telaw Repaly

Guru Pembimbing :
Hj. Fatimah, M. Pd. I.

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
KOTA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil
alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami dalam proses pembuatan
makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat bertangkaian salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW.

Makalah ini berisikan kewajiban kepada diri sendiri dan keluarga. Walaupun makalah
ini dibuat berdasarkan sumber yang terbatas sehingga makalah ini menjadi tidak sempurna,
namun materi yang terkait dengan judul dibahas dengan jelas serta mendetail. Maka dari itu,
kami berharap agar makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Makalah ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu kami mohon maaf atas
kekurangan tersebut. Serta berterima kasih atas kritik maupun saran yang diberikan. Sekian
dari kami, Terima kasih banyak atas perhatiannya.

Bengkulu, 15 Januari 2024

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………….…………………..…
BAB I
1. Latar Belakang……………………………………………………………………
2. Tujuan Materi……………………………………….……………….……………
BAB II
1. Pembahasan……………………………………………………………………….
2. Pengertian – manfaat……………………………………………………………..
BAB III
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………
2. Saran…………………………………………………………………………….….

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, atau suatu keharusan. Kewajiban juga
dimaknai sebagai tugas atau pekerjaan. Kewajiban terhadap diri sendiri merupakan suatu
konsep dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Setiap individu memiliki
tanggung jawab yang harus diemban terhadap dirinya sendiri. Kewajiban terhadap diri sendiri
mencakup aspek-aspek seperti kesehatan fisik dan mental, pengembangan diri, dan
keberlanjutan pribadi.
Dengan memahami kewajiban terhadap diri sendiri, seseorang dapat membangun fondasi
yang kukuh untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan memuaskan. Kesadaran akan
tanggung jawab pribadi membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri,
bertanggung jawab, dan mampu menghadapi berbagai situasi dengan kedewasaan dan
keteguhan.
Berbakti kepada orang tua juga merupakan kewajiban bagi setiap anak. Karena dengan
tulus ikhlas, orang tua telah berjasa merawat dan membesarkan anaknya. Apabila kita selalu
menghormati orang tua maka kita akan selalu mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan
kita begitu juga sebaliknya apabila berdosa dan durhaka terhadap orang tua maka
kesengsaraan yang akan kita peroleh.

2. Tujuan Materi

1. Mengetahui ayat dalam al qur'an yang menjadi pokok bahasan kewajiban diri terhadap
keluarga
2. Memahami hadist tentang kewajiban diri terhadap keluarga
3. Agar kita bisa bertanggung jawab atas diri kita sendiri, tidak menyakiti diri sendiri
4. Berbakti dan menghargai kedua orang tua.
5. Taat pada peraturan yang berlaku di lingkungan keluarga.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembahasan

Kewajiban terhadap diri sendiri melibatkan pemenuhan kebutuhan dasar, pertumbuhan


pribadi, dan kesejahteraan fisik dan mental. Terhadap keluarga, meliputi dukungan
emosional, finansial, dan partisipasi aktif dalam kehidupan keluarga, Melakukan kewajiban
terhadap diri sendiri dan keluarga memiliki sejumlah manfaat, termasuk: Memenuhi
kebutuhan dasar dan fokus pada pertumbuhan pribadi mendukung kesejahteraan individu.
Menunaikan kewajiban terhadap keluarga membangun hubungan yang kuat dan saling
mendukung, menciptakan lingkungan harmonis. Menyediakan dukungan finansial kepada
keluarga membantu menciptakan stabilitas keuangan, mengurangi stres ekonomi

 Ayat Pokok Tentang Kewajiban Diri Dan Keluarga

1. Q.S At-Tahrim: 6

Allah SWT berfirman:

‫َيَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا َو ُقوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم َلِئَك ٌة ِغ اَل ٌظ شَداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهللا َم ا َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُل ْو َن‬
‫َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6).

Asbababun nuzul ayat ini adalah diriwayatkan bahwa nabi mengunjungi para istri,
ketika tiba giliran Hafshah, maka dia meminta izin berkunjung kepada orang tuanya dan nabi
memberi izin. Ketika hafshah keluar, nabi memanggil seorang budak perempuan beliau yang
bernama Mariyah al- Qibtiyah dan berbincang-bincang dengannya di kamar Hafshah. Ketika
Hafshah kembali, dia melihat Mariyah di kamarnya dan sangat cemburu serta berkata, "Anda
memasukkan dia ke kamarku ketika kami pergi dan bergaul dengannya di atas ranjangku?
kami hanya melihatmu berbuat demikian karena hinaku di mata mu". Nabi bersabda untuk
menyenangkan Hafshah, "sesungguhnya aku mengharamkannya atas diriku dan jangan
seorangpun kamu beritahu hal itu." Namun ketika nabi keluar dari sisinya, Hafshah mengetuk
tembok pemisah antara dirinya dan Aisyah, dan memberitahukan rahasia tersebut. Maka nabi
marah dan bersumpah bahwa beliau tidak akan mengunjungi para istri selama sebulan. Maka
Allah menurunkan ayat, "Hai Nabi mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkan bagimu."
Semakna dengan ayat ini ada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu
Daud, dan Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Malik ibnur Rabi ihnu Sabrah, dari ayahnya,
dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah. Shallallahu'alaihi Wasallam pernah
bersabda:

‫ فإذا بلغ َع ْش َر ِسِنيَن َفاْض ِرُبوُه‬،‫" ُم ُروا الَّص ِبَّي ِبالَّص اَل ِة ِإذا بلغ سبع سنين‬

"‫َع َلْيَها‬

Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun, dan
apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.

Ulama fiqih mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam
masalah puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan bila ia sampai
pada usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi maksiat
serta meninggalkan perkara yang mungkar.

2. Q.S Thaha : 132

٢٣١. ‫َو ْأُم ْر َاْهَلَك ِبالَّص ٰل وِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهۗا اَل َنْس َٔـُلَك ِر ْز ًقۗا َنْح ُن َنْر ُز ُقَۗك َو اْلَع اِقَبُة ِللَّتْقٰو ى‬

artinya : "Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dengan sungguh-


sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang
yang bertakwa."

Ayat diatas memerintahkan keluarga didalam seagama untuk melakukan sholat


supaya tidak prihatin dengan masalah kehidupan dunia, istiqamah dan bersabar atas beratnya
melakukan sholat, Allah tidak membebani seseorang untuk memberikan Rizqi kepada dirinya
dan keluarganya, tapi Allah lah memberi Rizqi kepadanya dan keluarganya.

Salah satu kewajiban kepada diri sendiri adalah berakhlak kepada diri sendiri
Macam-Macam Akhlak dan Kewajiban Seorang Muslim Pada Diri Sendiri, antara lain:

A. Berakhlak terhadap jasmani


1. Senantiasa Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci
badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah
kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.

2. Menjaga Makan dan Minumnya


Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan
minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT
memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak
berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga
untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu;
dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.(QS. An
Nahl:114)

3. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah
kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan
jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan,
walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh
Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin
yang lemah. Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih
dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan.
Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan
kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka
katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia
kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim).

4. Berbusana yang Islami


Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada
yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan
alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam
sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia
menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb
pakaian sebagai penutup badan.

B. Berakhlak terhadap Akal


1. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai
bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya
yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Seorang mu’min, tidak
hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai
kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang
senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.
Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat
dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

2. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain


Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa
yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)

C. Berakhlak terhadap jiwa

1. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar


Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa
yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut
pada waktu yang akan datang.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kita pelajari lebih dalam mengenai kewajiban
kepada diri sendiri dan keluarga.
Maka dari itu, Kesimpulan dari bab kewajiban kepada diri sendiri dan
keluarga adalah bahwa memahami dan menjalankan tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan keluarga merupakan fondasi penting dalam membentuk kehidupan yang
seimbang dan harmonis. Kewajiban ini mencakup aspek moral, sosial, dan emosional
yang membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung di dalam keluarga.
Kewajiban terhadap diri sendiri dan keluarga memainkan peran krusial dalam
membentuk karakter, memupuk nilai-nilai positif, dan menciptakan lingkungan yang
aman dan penuh kasih dalam lingkup keluarga. Kesadaran akan tanggung jawab ini
juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan.

B. Saran
Marilah kita, terus mempelajari dan memperdalam mengenai kewajiban
kepada diri sendiri dan keluarga.

C. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Lebih kurangnya kami mohon
maaf, kepada Allah kami mohon ampun. Kami harap generasi muda akan lebih paham
mengenai kewajiban kepada diri sendiri dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai