i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kami haturkan kepada Allah, tuhan semesta alam
yang yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta taufik-Nya sehingga
kami dalam keadaan sehat wal-afiyat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan terhadap gusti kita sebagai madinatul ilmi Nabi Muhamad SAW.
Syukur Al-hamdulillah kami panjatkan atas suksesnya penyusunan
makalah ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Tafsir II.
Karena itu kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang terkait, terutama
dosen pembimbing, orang tua kami dan sahabat yang telah berpartisipasi demi
terselenggaranya makalah ini sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan
lancar selasai tepat waktu.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir Surah Thaha Ayat 132...............................................................2
B. Tafsir Surah Al-Tahrim Ayat 6............................................................5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir surah Thaha Ayat 132?
2. Bagaimana tafsir surah Al-Tahrim Ayat 6?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan tafsir surah Thaha Ayat 132
1
2. Mendeskripsikan tafsir surah Al-Tahrim Ayat 6
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terjemahannya:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki 54
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.
Asbabun Nuzul
Pada suatu riwayat Nabi Muhammad saw menerima tamu dan mau
menjamunya, kemudian nabi saw mengutus Abi Rafi kepada seorang laki-laki
yahudi untuk meminjam sekantong terigu darinya yang akan di bayar nanti pada
permulaan bulan rajab,'maka orang yahudi itu berkata "tidak, kecuali apabila ia
memakai jaminan". lalu Abi Rafi datang kepada nabi saw dan melaporkan
padanya apa yang telah di katakan oleh orang yahudi tersebut itu. Maka nabi
bersabda :"ingatlah, demi allah, sesungguhnya aku adalah orang yang di percaya
di langit dan di percaya pula di muka bumi ini" dan Abi Rafi tidak berpamitan
meninggalkan majlis nabi saw, sehingga turunlah surat Thaha ayat 132.1
Pandangan Mufassir
1. Tafsir Al-Mishbah Oleh Quraish Shihab.
Terhadap firman Allah SWT sebagai berikut
3
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.”
Kata َ َ( َأ ْهلahlaka) / keluarga jika ditinjau dari masa turunnya ayat ini,
ك
maka ia hanya terbatas pada istri Nabi Muhammad SAW yaitu Khadijah ra. dan
beberapa putra beliau bersama Ali Ibn Abi Thalib ra. yang beliau pelihara
sepeninggal Abu Thalib. Tetapi bila dilihat dari penggunaan kata ahlaka yang
dapat mencakup keluarga besar, lalu menyadari bahwa perintah tersebut berlanjut
hubungan darah dengan Nabi Muhammad ﷺ. bahkan bukan orang Arab, tetapi
dari Persia, dijadikan Nabi 58 Muhammad ﷺ. sebagaiahl / keluarga dengan
sabdanya: “Salman dari (keluarga) kita, ahl al-Bait”. Ini karena keimanan dan
kesalehan beliau.
Nabi ﷺ. diperintahkan untuk lebih bersabar dalam melaksankan shalat, karena
shalat yang wajib bagi beliau hanya shalat lima waktu, tetapi juga shalat malam
yang diperintahkan kepada beliau untuk melaksanakannya selama sekitar setengah
malam setiap hari, ini memerlukan kesabaran dan ketekunan melebihi apa yang
diwajibkan atas keluarga dan umat beliau. Firman- Nya: َ ُْ( اَل نَسْـَٔ ـلla
ك ِر ْزقًا
nas‟aluka rizqan) / Kami tidak meminta kepadamu rezeki, serupa dengan firman-
Nya, Surah Az-Zariyat: 56-57:
{٥٦} س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن َ ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْنُ َو َما َخلَ ْق
ْ ق َّو َمٓا اُ ِر ْي ُد اَ ْن ي
{٥٧} ُّط ِع ُموْ ِن ٍ َمٓا اُ ِر ْي ُد ِم ْنهُ ْم ِّم ْن ر ِّْز
4
Terjemah: “aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
menyembah-Ku, Aku tidak menghendaki dari mereka sedikitpun rezeki dan tidak
juga menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah
adalah Dia Yang Maha Pemberi rezeki Yang memiliki kekuatan lagi Maha
Kokoh.2
2. Tafsir Ibnu Katsir Oleh Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibu Katsir Ad-Damasyqi
Firman Allah Swt:
ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُق ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَهْ لِ ْي ُك ْم َنارً ا
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Firman Allah Ta‟ala, َ ََُ” اَل َنسْ ـَٔلُ َك ِر ْز ًقا ۖ َّنحْ ُن َنرْ ُزقkami tidak meminta rezeki
ك
kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu”. Yakni, jika kamu
mendirikan shalat, maka rezeki pun datang kepadamu tanpa diduga-duga. Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Tsabit, dia berkata yang artinya: “Apabila Nabi ﷺ
mengalami kesulitan ekonomi, maka beliau berseru kepada keluarganya, “Wahai
keluargaku, kerjakan shalat! kerjakan shalat!” tsabit berkata, ‟Apabila para Nabi
mendapat suatu persoalan, maka mereka bergegas mengerjakan shalat”.
Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwa
Rasulullah ﷺbersabda: 64
2
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Q ur’an, Jilid
VIII, (Cet. III; Jakarta: Lentera Hati, Juli 2005), h. 402-403
5
Terjemah: “Allah Ta‟ala berfirman, “Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu
untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Ku-penuhi kebutuhanmu dengan kecukupan
dan Ku-tutupi kemiskinanmu. Jika kamu tidak melakukannya, maka Aku penuhi
kekuranganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kemiskinanmu.”3
Firman Allah Ta‟ala,
َ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُق ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَهْ لِ ْي ُك ْم َنارً ا َّوقُ ْو ُد َها ال َّناسُ َو ْالح َِج
ارةُ َع َل ْي َها
ظ شِ دَا ٌد اَّل َيعْ ص ُْو َن هّٰللا َ َمٓا اَ َم َر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْو َن َما يُْؤ َمر ُْو َن ٌ َم ٰۤل ِٕى َك ٌة غِ اَل
Terjemah: “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri kamu dan keluarga kamu
dari siksa api yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu; Diatasnya
malaikat-malaikat yang kasar-kasar, yang keras-keras, yang tidak mendurhakai
Allah menyangkut apa yang dia perintahkan kepada mereka dan mereka
mengerjakan apa yang di perintahkan” (Q.S At-Tahrim:6)
Asbabun Nuzul
Dalam sebuah Riwayat, bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata:
“Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga
3
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-Damasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Cet.I;
Bandung:Sinar Baru Algosindo Bandung, 2000), h.429-231
6
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan Allah.4
Pandangan Mufassir
1. Tafsir al-Mishbah Oleh Quraish Shihab
Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi ﷺ seperti
diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu, ayat di atas memberi tuntunan kepada kaum
beriman bahwa: Hai orang-orangyang beriman, peliharalah diri kamu antara lain
dengan meneladani Nabi dan pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak
dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan membimbing
dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu antara lain yang
dijadikan berhala-berhala. Di atasnya yakni yang menangani neraka itu dan
bertugas menyiksa penghuni-penghuninya adalah malaikat-malaikat yang kasar-
kasar hati dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan
tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apayang Dia
perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan — kendati
mereka kasar — tidak kurang dan tidak juga berlebih dari apa yang diperintahkan
Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing penghuni neraka
dan mereka juga senantiasa dan dari saat ke saat mengerjakan dengan mudah apa
yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Ayat enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redsksional tertuju kepada kaum
pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa
(misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan
perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak
dan juga pasangan masingmasing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab
atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu
4
Dr. H. A. Fatoni, M.Pd.I, Tafsir Tarbawi: Menyingkap Tabir Ayat-ayat Pendidikan, (Cet.
I; Lampung: Forum Pemuda Aswaja, 2020), h. 196
7
rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan
yang harmonis.5
5
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Q ur’an, Jilid
XIV (Cet. III; Jakarta : Lentera Hati, 2005), h. 326-327
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada surah thaha ayat 132 menjelaskan bahwa sebagai seorang ayah
sekaligus sebagai kepala keluarga hendaknya memerintahkan kepada seluruh
anggota keluarganya untuk mendirikan shalat, dan bersabar, tekun dalam
melaksanakannya. Hal ini merupakan salah satu proses pendidikan dalam
lingkungan keluarga terutama dalam hal ibadah kepada Allah SWT. Inilah yang
telah diajarkan sekaligus dipraktikkan oleh Rasulullah SAW kepada keluarganya,
dan ini sudah selayaknya juga dipraktikkan seorang ayah dalam proses mendidik
anggota keluarganya.
Sedangkan pada qur’an surah at-Tahrim ayat 6 memberikan gambaran
bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu
diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat diatas awalnya
berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan
akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan
siksaan, Al-Qur’an menyebutkan bahan bakar neraka, bukan model dan jenis
siksaanya. Sementara bahan bakar siksaan di dalam ayat diatas digambarkan
berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan dalam mendidik
masa kecilnya, dalam lembaga yang terkecil yaitu keluarga. Kegagalan
pendidikan pada usia dini ,akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh
dirinya sendiri yang tidak terarahkan pada usia dininya.
B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan dari
pembaca dan dosen pengampu mata kuliah agar makalah ini jadi lebih sempurna.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA