disusun oleh :
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan
makalah ini dengan baik, dengan maksud untuk memahami lagi pembelajaran
yang selama ini telah di pelajari
Dengan penuh rasa kesadaran, penulis sampaikan bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis terhadap ilmu yang telah
dipelajari
Akhirnya penulis serahkan segala urusan ini kehadapan allah swt, dengan
senantiasa mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan berdaya guna
kedepannya, aamiin
Bab III..................................................................................................13
Penutup...............................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................13
Daftar pustaka....................................................................................14
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Maulid Nabi atau yang sering dikenal sebagai peringatan hari lahirnya
Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh kaum muslim hampir diseluruh
dunia. Secara subtansial, peringatan ini berupa wujud ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Seiring dengan perjalanan
waktu peringatan Maulid Nabi hampir menyamai peringatan hari-hari besar
Islam lainnnya. Seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Dalam memperingati Maulid Nabi, biasanya kaum muslim melakukan
perayaan keagamaan dalam memaknai peringatan Maulid tersebut. Maulid
Nabi tidak hanya dirayakan pada beberapa Negara mayoritas muslim, tapi
juga dirayakan di Negara-Negara non-muslim. Biasanya perayaan di Negara-
Negara non muslim tidak begitu meriah dan semarak dibandingkan dengan
Negara muslim.
Pada umumnya perayaan yang dilakukan hampir sama disemua
tempat di belahan bumi ini, seperti pembacaan Shalawat Nabi, ceramah
agama, dan pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. Tapi biasanya
perayaan itu dikombinasikan dengan adat istiadat atau kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat di daerahnya masing-masing. Sehingga model
perayaan Maulid Nabi disetiap daerah kelihatan berbeda, tapi secara esensial
sama saja.
Dalam perkembangannya perayaan Maulid Nabi semakin beragam
coraknya, sesuai dengan situasi dan kondisi serta budaya di Negara Islam itu
sendiri, perayaan maulid nabi ini sendiri
Seperti halnya pada makalah ini penulis akan membahas mengenai
apakah sebuah perayaan itu bolehkan dalam islam serta di Indonesia sendiri
perayaan tersebut sejak kapan mulai berkembang
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maulid nabi?
2. Apakah boleh dalam islam melaksanakan perayaan?
3. Bagaimana masuknya perayaan maulid nabi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan maulid nabi
2. Untuk mengetahui apakah boleh dalam islam melaksanakan perayaan
3. Untuk mengetahui bagaimana masuknya perayaan maulid nabi di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Ibn al-Hajj dalam bukunya al-Madkhal, yang dikutip oleh Ja‟far Murtadha al-
„Amaly, menggambarkannya secara ekstrim. Ia menentang keras anggapan
bid‟ah, atau penurut hawa nafsu, bagi orang yang mengadakan peringatan
Maulid. Menurutnya bahwa sekalipun para penyanyi dengan alat-alat
musiknya yang diharamkan turut meramaikan peringatan maulid, maka
Allah tetap memberikan pahala, karena tujuannya yang baik.
“Peringatan Maulid adalah salah satu hari besar dari sekian banyak hari
besar lainnya. Dengan semua yang dikerjakan pada waktu itu, karena
merupakan ungkapan dari rasa senang dan gembira karena adanya hari
besar tersebut, dengan memakai baju baru, mengendarai kendaraan yang
baik, adalah masalah mubah (yang dibolehkan) tak seorangpun yang
menentangnya.”
“Apa saja yang dikerjakan pada Maulud itu, dengan mencari pemahaman
arti syukur kepada Allah, membaca al- Qur‟an, sejarah hidup Nabi,
makan-makanan, bersedekah, menyanyikan sesuatu yang bersifat pujian
kepada Nabi dan kezuhudannya, dan kalaulah hal itu diikuti dengan
permainan-permainan yang diperbolehkan, maka tentu hukumnya
peringatan itu mubah, dengan tetap tidak mengurangi nilai kesenangan
pada hari itu. Hal itu tidak dilarang dan perlu di teruskan. tapi kalau diikuti
dengan hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan, maka dilarang.
Begitulah apa yang menjadi perbedaan dengan yang pertama.”
ِ صلَّى اللَّ ُو َعلَي ِْو َو َسلَّ َم قَ ِد َم ْال َم ِدينَةَ فَ َو َج َد ْال َي هُو َد
صيَا ًما ي َْو َم َ أَ َّن َرسُو َل اللَّ ِو
َ عَا ُشو َرا َء فَ قَا َل لَ ْ ُم َرسُو ُل اللَّ ِو
صلَّى اللَّ ُو َعلَي ِْو َو َسلَّ َم َما ىَ َذا ْال َي وْ ُم الَّ ِذي تَصُو ُمونَ ُو
َْ
صا َم ُو َ َق وْ َم ُو ف
َ ق فِرْ عَوْ نَ َو َ ق وْ َم ُو َو َغ َّر
َ يو ُمو َسى َو ِ ِى اللَّ ُو فmَفَ قَالُوا ىَ َذا ي َْو ٌم َع ِظي ٌم أَ ْْْن
قُّ صلَّى اللَّ ُو َعلَي ِْو َو َسلَّ َم فَ نَحْ نُ أَ َحَ ُمو َسى ُش ْكرًا فَ نَحْ نُ نَصُو ُم ُو فَ قَا َل َرسُو ُل اللَّ ِو
ِ صلَّى اللَّ ُو َعلَي ِْو َو َسلَّ َم َوأَ َم َر
صيَا ِم ِو َ ََوأَوْ و َسى ِم ْن ُك ْم ف
َ صا َم ُو َرسُو ُل اللَّ ِو
Artinya :
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- mendatangi kota Madinah, lalu
didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa dihari „Asyura. Maka beliau pun
bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka
menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah
memenangkan Musa dan Kaumnya, dan menenggelamkan Fir‟aun serta
kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur,
maka kami pun melakukannya.” Maka Rasulullah shallallahu „alaihi
wasallam bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan
Musa daripada kalian.” kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan
kaum puasa di hari itu. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam ayat ini dinyatakan dengan tegas bahwa orang yang memuliakan
Nabi Muhammad Saw, adalah orang yang beruntung. Merayakan Maulid
Nabi termasuk dalam rangka memuliakannya. Ayat di atas sangat umum
dan luas. Artinya, apa saja yang dikerjakan kalau diniatkan untuk
memuliakan Nabi maka akan mendapat pahala. Yang dikecualikan ialah
kalau memuliakan Nabi dengan suatu yang setelah nyata haramnya
dilarang oleh Nabi seperti merayakan Maulid Nabi dengan judi, mabuk-
mabukan dan lain sebagainya.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan
oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa
pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 H-1193 M). Adapula
yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan
Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan
kepada Nabi Muhammad Saw, serta meningkatkan semangat juang kaum
muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan
pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah diajarkan,
tidak pernah dicontohkan dan juga tidak pernah dianjurkan oleh
Rasulullah Saw, para shahabat bahkan para ulama salaf di masa
selanjutnya. Perayaan mauled Nabi Saw secara khusus baru dilakukan di
kemudian hari, dan ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi
ini. Sebagian mengatakan bahwa Shalahuddin al-Ayyubi yang mula-
mulamelakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani.
Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan.
Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan
berbagaipengaruh satu sama lain.