Disusun Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
kita Muhammad SAW, Beserta keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini adalah makalah Mata Kuliah Tafsir Aqidah dengan judul “Iman
Kepada Semua Utusan Allah” Kami mengucapkan Terimakasih kepada Ustadz
Muslih, M.Ag. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Tafsir Aqidah serta kepada
rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan.
Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi
perbaikan dalam makalah ini dimasa yang akan datang. dan kami berharap, semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan para pembaca. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
5. Bagaimana penafsiran terhadap Q.S Ali ‘Imran/3:31-32 mengenai perintaah
taat kepada Rasul?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari utusan Allah
2. Untuk mengetahui penafsiran terhadap Q.S Al-Kahf/18: 110 dan Q.S Al-
Ra’d/13:38 mengenai sifat-sifat Nabi dan Rasul
3. Untuk mengetahui penafsiran terhadap Q.S Al-Mu’min/40: 78 mengenai
nama-nama Nabi dan Rasul dan Jumlahnya
4. Untuk mengetahui penafsiran terhadap Q.S Al-Maidah/5: 67 dan Q.S Al-
Ghasyiyah/88: 21 mengenai tugas Nabi dan Rasul
5. Untuk mengetahui penafsiran terhadap Q.S Ali ‘Imran/3: 31-32 mengenai
perintaah taat kepada Rasul
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Utusan Allah
Dalam Lisan Al-’Arab, disebutkan, “Jika dikatakan Ar-Raslu, maka
mengandung pengertian Al-Qathi’ min Kulli Syai’ (kumpulan dari segala
sesuatu). Jamaknya Arsal. Sementara “Al-Irsal,” berarti At-Taujih (pengarahan).
Rasul menurut etimologi adalah orang yang mengikuti informasi-informasi
pengutusannya. Pengertian ini berdasarkan perkataan mereka, “Ja’at Al-Ibil
Ruslan” (unta itu datang berkelompok), maksudnya beriringan. Utusan
dikatakan Rasul karena ia membawa misi.1
1
Muhammad bin Mukrim bin Manzhur Al-Ifriqi Al-Mishri, Lisan Al-‘Arab , hlm 1/163, DarShadir,
Beirut, cetakan pertama.
2
Abu Al-Qasim Al-Husain bin Muhammad Ar-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-
Qur’an, hlm. 220, secara ringkas, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, cetakan pertama, 1418
H/1997M.
3
Ibrahim Madkur dan Kawan-kawan, Al-Mu’jam Al-Wasith, hlm.1/357, Majma’ Al-Lughah Al-
‘Arabiyyah, Kairo, cetakan kedua.
3
2.2 Sifat-Sifat Nabi dan Rasul
Q.S Al-Kahfi/18:110
4
https://tafsirweb.com/4936-surat-al-kahfi-ayat-110.html diakses pada 15 September 2022, pukul
09.30 WIB.
4
kepada Tuhannya sesuatu pun dengan jalan tulus tidak riya dalam melakukan
ibadah itu.”5
5
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm.143.
5
perbuatan mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian
pamerkan amal kebaikan kalian kepada mereka, apakah kalian mendapatkan
balasan pada mereka?” (HR Ahmad)
Hasan al-Bashri ditanya tentang ikhlas dan riya, dia menjawab, “Termasuk
keikhlasan adalah kamu menyembunyikan perbuatan-perbuatan baikmu dan
tidak ingin menyembunyikan keburukanmu. Jika Allah menampakkan
kebaikan-kebaikanmu, katakanlah, ‘Ini berkat anugerah dan kebaikan-Mu, ya
Allah. Ini bukanlah dariku dan bukan dari perbuatanku.’ Ingatlah firman Allah
SWT, (ص ِل احا َو َل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَادَةِ َربِ ِ ٓۦه أ َ َح ًۢداا ۟ )فَ َمن َكانَ يَ ْر ُج
َ وا ِلقَا ٓ َء َربِِۦه فَ ْليَ ْع َم ْل
َ َٰ ع َم اًل
Firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah
mereka berikan…” (al-Mu’minuun:60)
Yaitu mereka memberi dengan ikhlas namun mereka tetap takut jika tidak
diterima. Adapun riya adalah mencari bagian dari amal yang dilakukan untuk
kepentingan dunia.” Lalu Hasan al-Bahsri ditanya, “Bagaimana hal itu?” Dia
menjawab, “Barangsiapa menginginkan selain Allah dan selain balasan akhirat
dari amal yang dia lakukan, itu adalah riya.” 6
6
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani,2018. Jilid 8. hlm 331
6
disampaikannya tidak mudah maupun sesuatu yang menyenangkan, para rasul
akan senantiasa menyampaikannya tanpa mengurangi yang satu huruf pun.
Q.S Al-Ra’d/13:38
ْ ُ س اًل ِمن قَ ْبلِكَ َو َج َع ْلنَا لَ ُه ْم أ َ ْز َٰ َو اجا َوذُ ِريَّةا ۚ َو َما َكانَ ل َِر
ُ س ْلنَا ُر
َ سول أَن يَأت
َّ ِى ِبـَٔايَة ِإ َّل ِبإِذْ ِن
ِٱّلل َ َولَقَدْ أَ ْر
ٌِل ُك ِل أ َ َجل ِكتَاب
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada
hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan
dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).7
7
https://tafsirweb.com/3998-surat-ar-rad-ayat38.html diakses pada tanggal 15 September 2022,
pukul 09.35 WIB
7
suatu ayat, yakni mukjizat sesuai usul masyarakatnya, atau hukum guna
mengganti atau membatalkan hukum yang lain, baik dalam syariat rasul yang
lalu maupun dalam syariatnya sendiri melainkan dengan izin Allah karena
segala sesuatu Kembali kepada-Nya semata. Bagi setiap masa untuk sesuatu
ada ketentuannya yang tertentu. Allah menghapus apa yang dikehendaki untuk
dihapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki untuk ditetapkan. Semua
berdasar hikmah kebijaksanaan-Nya, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummu al-
Kitab, yakni Lauh Mahfuzh.
Ayat ini menggugurkan sekian banyak dalih kaum musyrikin yang menolak
kerasulan Nabi Muhammad saw. Mereka misalnya berkata bahwa tidak wajar
seorang Rasul memiliki anak dan istri. Ia seharusnya berkonsentrasi dalam
dakwah dan ibadah. Dalih ini ditolak dengan menunjuk kepada rasul-rasul yang
lalu, yang hampir semuanya beristri dan memiliki anak, bahkan hampir
semuanya berpoligami. Konon Nabi Daud as. Memiliki seratus istri, dan Nabi
Sulaiman as. lebih dari itu.
Tafsir Q.S Al-Ra’d/13:38 oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhali (Tafsir Al-Munir)
8
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm.616-617
8
Selanjutnya Allah SWT menyanggah sikap orang-orang musyrik yang
mendiskreditkan Rasulullah saw. atas praktik poligami yang beliau jalankan,
ُ س ْلنَا ُر
(س اًل َ ) َولَقَدْ أ َ ْرdan sebagaimana Kami mengutusmu, wahai Muhammad
sebagai Rasul dari manusia biasa, demikian juga kami mengutus para rasul
sebelum kamu berasal dari manusia biasa. Mereka sama seperti manusia pada
umumnya, memakan makanan, berjalan di pasar, memiliki istri, dan keturunan.
“Adapun aku, maka aku puasa dan berbuka, shalat malam dan tidur, memakan
daging dan menikahi perempuan. Maka, barangsiapa yang tidak suka dengan
sunnahku, ia bukan bagian dariku.”
Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ayyub r.a., ia berkata,
Rasulullah saw. bersabda,
9
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani, 2018. Jilid 7. hlm 181-182
9
ُ ) َو َما َكانَ ل َِرseorang rasul tidak memiliki
yang mereka minta dan usulkan, (سول
wewenang untuk mendatangkan kepada kaumnya suatu mukjizat, melainkan
jika Allah SWT mengizinkannya. Hal itu bukan menjadi wewenang seorang
rasul. Itu adalah sepenuhnya terserah kepada Allah SWT. Dia bebuat apa saja
yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa saja yang diinginkan-Nya.
Sungguh telah datang kepada kalian Al-Qur’an sebagai mukjizat abadi
sepanjang masa. Al-Qur’an mengandung tantangan yang siapa pun tidak akan
mampu menghadapi tantangan itu. Al-Qur’an mengandung hujjah yang tidak
terbantahkan. Semua itu membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari sisi
Allah SWT.
10
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani,2018. Jilid 7. hlm 182
10
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka
tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (Al-
A’raaf:34)11
سول أَن
ُ علَيْكَ َو َما كَانَ ل َِر
َ ص ْ ص ُ علَيْكَ َومِ ْن ُهم َّمن لَّ ْم نَ ْق َ صنَاْ صَ َس اًل ِمن قَ ْبلِكَ مِ ْن ُهم َّمن ق ُ س ْلنَا ُرَ َولَقَدْ أ َ ْر
َق َو َخس َِر هُنَالِكَ ْٱل ُمبْطِ لُون ِ ى ِب ْٱل َح ِ َّ ٱّلل ۚ فَإِذَا َجا ٓ َء أ َ ْم ُر
ِ ُٱّلل ق ِ َّ ِى ِبـَٔايَة ِإ َّل ِبإِذْ ِن ْ
َ ض َ يَأت
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul
membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah
datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika
itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.12
11
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani,2018. Jilid 7. hlm 183
12
https://tafsirweb.com/8890-surat-al-mumin-ayat-78.html Diakses pada 15 september 2022,
pukul 09.39 WIB
11
Tafsir Q.S Al-Mu’min/40:13 oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhali (Tafsir Al-
Munir)
Allah SWT berfirman untuk menentramkan RasulNya, (س اًل ِمن ُ س ْلنَا ُر
َ َولَقَدْ أ َ ْر
َعلَيْك
َ ص ُ علَيْكَ َومِ ْن ُهم َّمن لَّ ْم نَ ْق
ْ ص َ صنَا َ َ ) قَ ْبلِكَ مِ ْن ُهم َّمن قKami telah mengutus beberapa
ْ ص
rasul dan Nabi yang berjumlah banyak sebelum kamu kepada kaum mereka
masing-masing. Sebagian ada dari mereka yang Kami beritakan kepadamu
mengenai mereka beserta kaumnya yang berjumlah dua puluh lima dan
sebagian yang lain Kami tidak ceritakan kepadamu Jumlah mereka sangatlah
banyak, berlipat ganda daripada yang telah disebut, sebagaimana firman Allah
SWT, “Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau
(Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu.” (an-
Nisaa’:164)
Jumlah rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an kurang lebih dua puluh lima
ْ
rasul. (ٱّلل َ سول أَن يَأت
ِ َّ ِى بِـَٔايَة ِإ َّل بِإِذْ ِن ُ )و َما َكانَ ل َِر
َ tidak ada seorang pun dari kalangan
rasul yang diutus kepada kaumnya dengan mukjizat yang lebih hebat dari adat
kebiasaan, kecuali atas izin Allah SWT agar dapat membuktikan kebenaran
wahyu yang dibawanya. Maksud ayat ini, mukjizat yang menunjukkan
kenabian. Sebab, kaum mereka dengan ingkar dan sombong mengusulkan
kepada para nabi untuk menampakkan mukjizat yang dibawa.
12
Maka, kewajibanmu wahai Muhammad, hanyalah bersabar, sebagaimana
yang dilakukan para nabi sebelum kamu. Apabila telah datang perintah Allah
dengan keputusan antara kamu dengan kaummu, kalian akan diputuskan
dengan benar dan diberikan pertolongan. Merugilah orang-orang yang
berpegang kepada kebatilan, yaitu dari golongan pemuka Quraisy yang
menghalangi jalan dakwahmu.13
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus para rasul dan nabi
kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Di antara nabi dan rasul itu yang
diterangkan kisahnya di dalam Alquran sebanyak 25 rasul, seperti Nabi Nuh,
Idris, Ibrahim, Musa, Sulaiman, Isa, dan rasul-rasul yang lain. Di samping itu,
banyak di antara para nabi dan rasul itu yang tidak disebutkan di dalam
Alquran.
Dari Abu dzar bahwa ia berkata, "Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah berapa
jumlah nabi-nabi itu? Rasulullah saw. menjawab, ‘124 ribu dan yang menjadi
rasul di antaranya ialah 315 orang. Sebuah jumlah yang banyak." (Riwayat
Ahmad)
Setiap rasul yang diutus Allah itu tidak sanggup menciptakan mukjizat
sendiri, tetapi bisa diberikan oleh Allah. Mukjizat itu sebagai bukti kerasulan
yang dikemukakan kepada kaum yang mendustakannya. Bentuk dan sifat
mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan, masa, dan tempat di mana rasul
penerimanya hidup, sehingga mukjizat itu benar-benar diyakini oleh umat pada
waktu itu.
13
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani,2018. Jilid 12. hlm 379
13
sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah dan sesuai pula dengan
kemaslahatan umat.
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa jika azab Allah telah datang menimpa
orang-orang yang mendustakan-Nya, maka Allah menyelesaikan perkara
mereka dengan seadil-adilnya. Allah menyelamatkan para rasul dan orang-
orang yang beriman kepadanya dari azab itu, serta membinasakan orang-orang
yang ingkar dan mempersekutukan-Nya. Hal ini dapat dilihat pada waktu azab
Allah menimpa kaum ‘Ad, Allah menyelamatkan Nabi Hud dan orang-orang
yang beriman yang bersamanya. Demikian pula azab yang menimpa kaum
Samud dan sebagainya.14
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.15
14
https://tafsirweb.com/8890-surat-al-mumin-ayat-78.html Diakses pada 15 september 2022,
pukul 09.39 WIB
15
https://tafsirweb.com/1951-surat-al-maidah-ayat-67.html diakses pada 15 September 2022,
pukul 09.46 WIB
14
harus beliau sampaikan itu. Apalagi hal yang harus disampaikan itu, juga
diinginkan oleh orang lain, karena itu beliau khawatir menyampaikannnya
sampai turunnya ayat ini. Menurut Thabathabâ’i yang bermazhab Syiah, hal
yang diperintahkan untuk disampaikan itu adalah persoalan kedudukan ‘Ali Ibn
Abi Thalib sebagai wali dan pengganti beliau dalam urusan agama dan
keduniaan. Ini baru beliau sampaikan di Ghadir Khum, setelah melaksanakan
haji Wadâ’. Dan karena itu pula, beliau dipanggil dengan gelar Rasul, karena
gelar itulah yang paling sesuai dengan kandungan apa yang harus disampaikan
ini.
Thâhir Ibn ‘Asyûr menambahkan bahwa, ayat ini mengingatkan Rasul agar
menyampaikan ajaran agama kepada Ahl al-Kitâb tanpa menghiraukan kritik
dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran yang dikandung oleh ayat-ayat
lalu yang harus disampaikan Nabi saw. Itu, merupakan teguran keras, seperti
15
banyak di antara mereka yang fasiq dan firman-Nya: “Apakah akan aku
beritakan kepada kamu tentang yang lebih buruk dari itu pembalasannya di sisi
Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah” dan lain-lain
teguran tegas ini, pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat Nabi saw. Yang
cenderung memilih sikap lemah lembut, ber-mujadalah dengan yang terbaik.
Tetapi di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan
pengecualian yang diperintahkan-Nya pada QS. An-Nisa’ [4]: 148:
16
Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat al Qur’ân
dengan alasan keterbuktian kebenaran jaminan pemeliharaan itu, kendati
berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum musyrikin Mekah dan orang Yahudi
untuk membunuh Rasul saw. Hemat penulis, walaupun jaminan ini terbukti
kebenarannya, dan sekaligus menunjukkan kebenaran informasi al-Qur’ân,
namun hal itu belum dapat dinilai sebagai salah satu mukjizat, antara lain
karena unsur tantangan untuk melakukan hal serupa yang harus menyertai
sesuatu yang dinamai mukjizat, tidak ditemukan di sini. Apalagi keterbuktian
tersebut baru terjadi setelah beliau wafat.“
17
lah Yang lebih berhak untuk kamu takuti,” sampai ayat, “wakaana amrullaahi
maf’uulan.” (al-Ahzaab: 37) (HR Bukhari dan Muslim)
Wahai Rasul yang diutus dari sisi Tuhannya dengan membawa sebuah
risalah untuk umat manusia seluruhnya, sampaikanlah semua apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, janganlah kamu takut kepada siapa pun,
dan jangan pula kamu takut akan tertimpa suatu hal yang tidak diinginkan.
Jika kamu tidak langsung menyampaikan seketika itu juga apa yang diturunkan
ke padamu dan kamu tidak menunaikan kepada manusia bagaimana Aku
mengutusmu dengan membawanya, seperti kamu menyembunyi kannya meski
hanya beberapa saat hingga waktu tertentu, maka berarti kamu tidak
menjalankan kewajiban tabliigh (menyampai kan risalah Islam) kepada
manusia, sebagai mana firman Allah SWT dalam ayat,
Bukhari berkata, “Az-Zuhri berkata, ‘Risalah dari Allah SWT, tugas Rasul
menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerima dan tunduk kepadanya.’
Umat beliau bersaksi untuk beliau bahwa beliau telah menunaikan tugas
penyampaian risalah dan menunaikan amanah. Beliau meminta mereka
berikrar untuk menjadi saksi pada sebuah momen terbesar dalam khutbah
beliau pada kejadian haji Wada’ yang waktu itu dihadiri oleh sekitar empat
18
puluh ribu sahabat.” Hal ini sebagaimana yang termaktub pada sebuah hadits
dalam Shahih Bukhari dari Jabir bin Abdillah, “Bahwasanya ketika itu, dalam
khutbahnya, Rasulullah saw. Bersabda, ‘Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya kalian akan ditanya tentang diriku, lalu apa yang akan kalian
katakan?’ Mereka berkata, ‘Kami bersaksi bahwa Anda benar-benar telah
menyampaikan (risalah), menunaikan (amanah) dan menasihati (umat). Lalu
beliau mengangkat jari beliau ke arah langit, lalu mengarahkannya kepada
mereka seraya berkata, Ya Allah, apakah hamba telah menyampaikan
(maksudnya, meminta Allah SWT. Supaya men jadi saksi bahwa beliau benar-
benar telah me nyampaikan).” (HR Bukhari)
“Wahai sekalian manusia, hari apakah ini?” Mereka berkata, Hari haram.
Beliau bersabda, ‘Negeri apakah ini?’ Mereka berkata, ‘Negeri haram. Beliau
berkata lagi, ‘Bulan apa ini?’ Mereka berkata, ‘Bulan haram. Beliau
bersabda, “Sesungguhnya harta benda kalian, darah kalian dan kehormatan
kalian adalah haram atas kalian, seperti keharaman hari kalian ini, di negeri
kalian ini dan di bulan kalian ini. Kemudian beliau mengulang-ngulangnya
beberapa kali. Kemudian beliau mengangkat jari beliau ke arah langit, lalu
bersabda, ‘Ya Allah, apakah hamba telah menyampaikan secara berulang-
ulang?’ Imam Ahmad berkata, Ibnu Abbas berkata, ‘Sungguh, ini adalah
sebuah wasiat kepada Tuhan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Perhatian,
hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.
Sepeninggalku nanti, janganlah kalian kembali sebagai orang-orang kafir
(ada yang mengatakan, maksudnya adalah seperti orang orang kafir) yang
saling berbunuh-bunuhan.” (HR Imam Ahmad)
19
berupaya melakukan pembunuhan kepada beliau dan rencana itu mereka
kukuhkan di Darun Nadwah sepeninggal Abu Thalib. Allah SWT pun menjaga
dan melindungi beliau dan beliau pun hijrah ke Madinah. Hal yang sama juga
dilakukan oleh kaum Yahudi paska hijrah ke Madinah.
At-Tirmidzi, Abusy Syekh bin Hayyan, al Hakim, Abu Nu'aim, dan Baihaqi
meriwayatkan dari beberapa sahabat, bahwasanya Rasulullah saw. selalu
dikawal dan dijaga di Mekah sebelum turunnya ayat ini. Al-Abbas adalah salah
seorang yang mengawal dan menjaga beliau. Ketika ayat ini turun, Rasulullah
saw. tidak lagi dikawal dan dijaga.
20
tidak ada hal yang perlu ditakutkan karena Allah telah mejaga dan melindungi
beliau. Dan kita sebagai umatnya, sudah seharusnya bersakasi dan mengikuti
atas apa yang telah beliau sampaikan.
Q.S Al-Ghasyiyah/88:21
Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menyatakan, “Maka dari itu, berilah
peringatan melalui dakwahmu. Sebab, misi utamamu sebenarnya adalah
menyampaikan, dan kamu tidak berkuasa apa-apa atas mereka.”
Dapat kita ketahui bahwa tugas utama seorang Nabi dan Rasul adalah
menyampaikan. Adapun respon atau tanggapan orang-orang yang diseru
bukanlah menjadi tanggung jawabnya. Ketika seorang Rasul atau Nabi telah
menyampaikan risalah-Nya, maka tugasnya kepada Allah telah selesai.
ٌ ُغف
ور َّرحِ ي ٌم َّ ٱّللُ َو َي ْغف ِْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو
َ ُٱّلل َ َّ َقُ ْل ِإن ُكنت ُ ْم تُحِ بُّون
َّ ٱّلل فَٱت َّ ِبعُونِى يُحْ ِب ْب ُك ُم
16
https://tafsirweb.com/12605-surat-al-ghasyiyah-ayat-21.html diakses pada 15 September
2022, pukul 09.48 WIB
21
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.17
17
https://tafsirweb.com/1163-surat-ali-imran-ayat-31.html diakses pada 15 September 2022,
pukul 09.56 WIB.
18
https://tafsirweb.com/1164-surat-ali-imran-ayat-32.html diakses pada 15 September 2022,
pukul 09.57 WIB.
22
Maha Pengampun terhadap siapapun yang mengikuti Rasul, lagi Maha
Penyayang.
Memang, mengikuti Rasul saw. Dalam hal-hal yang sifatnya wajib, baru
mengantar seseorang memasuki pintu gerbang cinta sejati kepada Allah.
Kalaupun mengikuti Rasul dalam batas minimal ini sudah akan dinamai cinta,
maka dia adalah tangga pertama dari cinta. Boleh jadi tahap yang mendekati
puncak, cinta adalah yang dilukiskan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari melalui Abu Hurairah bahwa Allah swt. Berfirman: “Siapa
yang memusuhi wali Ku maka telah Ku-umumkan perang atasnya. Tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu, lebih Ku-sukai
daripada melakukan apa yang Ku-fardhukan. Seseorang yang berusaha terus
menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, pada
akhirnya Aku mencintainya, dan kalau Aku mencintainya, menjadilah Aku
pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang
dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia bertindak, serta
kakinya yang dengannya dia melangkah. Apabila dia bermohon kepada-Ku
akan Ku-kabulkan, dan bila dia meminta perlindungan, maka pasti ia Ku-
lindungi” (HR. Bukhari).
23
segera memandang dan memenuhi kehendak-Nya, ia tidak bisa tenang bersama
yang lain kecuali bila bersama-Nya, ia tidak menyebut yang lain kecuali
mengingat-Nya pula, dan puncak kenikmatan yang dikecapnya adalah ketika
menyebut-nyebut (berzikir) sambil memandang keindahan, jalal, dan
kebesaran-Nya.
Anda durhaka pada-Nya lalu cinta-Nya Anda aku? Sungguh, ini sesuatu yang
aneh – demi usiaku –Jika anda benar mencintai-Nya, pastilah Anda patuh.
Karena yang cinta terhadap yang dicintai selalu patuh.
Jika demikian, ukuran cinta adalah ketaatan kepada Allah, yakni ketaatan
yang tidak boleh ditunda, tidak juga dipikirkan apakah perintah itu perlu
dipenuhi atau tidak. Iblis yang diperintah Allah untuk sujud kepada Adam
dikecam bukan saja karena dia tidak sujud, tetapi karena dia tidak sujud pada
saat ia diperintah Allah. Itulah yang dipahami dari kata (3)) idz yang berarti
saat pada firman-Nya: (i) Ma mana’aka an tasjuda idz amartuka (Apa yang
menghalangi engkau tidak sujud saat Aku perintah engkau (sujud kepada
Adam)? (QS. Al-A’raf[7]: 12).
Ketika ditanya tentang siapa yang wajar disebut pencinta Allah, al-Junaid
menjawab, “Ia adalah yang tidak menoleh kepada dirinya lagi, selalu dalam
hubungan intim dengan Tuhan melalui zikir, senantiasa menunaikan hak-hak
Nya, memandang kepada-Nya dengan mata hati, terbakar hatinya oleh sina
hakikat Ilahi, meneguk minuman dari gelas cinta kasih-Nya, tabir pun terbuka
baginya sehingga sang Maha Kuasa muncul dari tirai-tirai gaib-Nya, maka
tatkala berucap, dengan Allah tatkala berbicara, demi Allah ia, tatkala
bergerak, at perintah Allah ia, tatkala diam, bersama Allah ia. Sungguh,
dengan, demi, dan bersama Allah selalu ia”.
24
Adapun makna cinta, ini pun diperselisihkan. Hal ini boleh jadi karena cinta
tidak dapat dideteksi kecuali melalui gejala-gejala psikologis, sifat-sifat,
perilaku, dan pengaruh yang diakibatkan pada diri seseorang yang
mengalaminya. Cinta adalah dasar dan prinsip perjalanan menuju Allah. Semua
Keadaan dan peringkat yang dialami oleh salik/pejalan menuju Allah adalah
tingkat-tingkat cinta kepada-Nya, dan semua peringkat (maqam) dapat meng
alami kehancuran, kecuali cinta. Ia tidak bisa hancur dalam keadaan apapun
selama jalan menuju Allah tetap ditelusuri. Begitu tulis sementara sufi.
Cinta Allah dan cinta Rasul tidak harus dipertentangkan dengan cinta kepada
dunia dengan segala kemegahannya. Bisa saja seseorang tetap taat kepada
Allah atau cinta kepada-Nya, dan pada saat yang sama ia berusaha sekuat
tenaga untuk meraih sebanyak mungkin gemerlap duniawi, karena mencintai
yang ini pun merupakan naluri manusia. Untuk jelasnya bacalah kembali ayat
14 surah ini
Suatu ketika dapat terjadi dua objek cinta yang berbeda itu, yakni
kesenangan hidup dunia dan cinta pada Allah, berhadapan dan harus dipilih
salah satunya. Katakanlah memilih shalat pada waktunya atau keuntungan
materi. Jika memenuhi panggilan shalat, maka keuntungan materi hilang. Jika
keuntungan materi diraih, shalat yang hilang. Di sini cinta teruji, yang mana
yang dipilih itulah yang lebih dominan. “Katakanlah: Jika bapa-bapa, anak
anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah
rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik” (QS. At-Taubah [9]: 24).
25
manusia kepada-Nya. Namun, minimal adalah pengampunan dosa-dosa serta
curahan rahmat.
Ayat 32 masih masih berkaitan sangat erat dengan ayat yang lalu, yang
mengajak kepada cinta Allah dan Rasul-Nya. Tidak diragukan bahwa peringkat
mengikuti dan meneladani Nabi yang mengantar kepada cinta Allah adalah
suatu peringkat yang tidak mudah diraih, maka ayat ini mengajak kepada
tingkat yang lebih rendah, seakan-akan al-Qur’an berpesan; “kalau Anda tidak
dapat mengikuti dan meneladani beliau sehingga mencapai tingkat cinta, maka
paling tidak, taatilah beliau dengan mengerjakan apa yang beliau wajibkan atas
nama Allah, dan jauhilah apa yang beliau haramkan atas nama Allah. Kalau ini
pun kalian tolak dengan berpaling, maka sesungguhya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir”.
ياأيها الرين ءام وا أطيعوا هللا وأطيعوا الرلول وأولي األمر م كم
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta uli
amri di antara kamu” (QS. An-Nisa’ [4]:59).
26
atas, maka di situ Rasul saw. Memiliki wewenang serta hak untuk ditaati,
walaupun tidak ada dasar dari al Qur’an. Itu sebabnya tidak diulangi perintah
taat kepada ulil amri, karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati bila
ketaatan kepada mereka bertentangan dengan ketaatan kepada Allah swt, atau
Rasul-Nya.
Ayat yang sedang ditafsirkan ini tidak mengulangi perintah taat kepada
Rasul. Ini agaknya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ketaatan serta
cinta kepada Allah dibuktikan oleh ketaatan dan atau cinta kepada Rasul.
Karena perintah Rasul pada hakikatnya sama dengan perintah Allah, sebab
perintah-perintah beliau bersumber dari Yang Maha Kuasa itu.
Dalam ayat yang ditafsirkan ini terdapat juga apa yang dinamai iḥtibak yang
telah dijelaskan maknanya ketika penulis menafsirkan ayat 30 surah ini. Ayat
32 ini seakan-akan berkata: Apabila mereka berpaling, maka sesung guhnya
Allah tidak mencintai mereka karena kekufuran mereka, dan bila mereka
menerima dan taat, maka Allah mencintai mereka karena keimanan mereka,
sebab Allah tidak mencintai orang-orang kafir, tetapi mencintai orang orang
mukmin.
27
ketaatan kepada Allah SWT dan ia memerintahkan kepada kami untuk
mencintainya seperti kaum Nasrani mencintai Isa.” Lalu Allah SWT
menurunkan ayat selanjutnya, yaitu ayat 32.
Jika mereka berpaling, tidak menaati perintah beliau dan tidak menerima
dakwah beliau dikarenakan kesombongan mereka karena mereka mengklaim
bahwa mereka adalah para putra dan kekasih Allah SWT. Maksudnya orang-
orang yang mencintai-Nya, maka sesungguhnya Allah SWT akan menghukum
orang-orang kafir; tidak meridhai perbuatan mereka, tidak mengampuni
mereka. Akan tetapi, sebaliknya murka kepada mereka, karena mereka
mengikuti hawa nafsu dan tidak bersedia menerima petuniuk kepada agama
yang hanif atau lurus. Hal ini menjadi sebuah dalil bahwa penyimpangan,
pelanggaran dan pembangkangan terhadap Nabi Muhammad saw di dalam
manhaj adalah kufur. AIIah SWT tidak menyukai orang yang seperti ini,
meskipun ia mengklaim mahabbah kepada Allah SWT dan ingin mendekatkan
diri kepada-Nya.“
Q.S. Ali Imran: 31-32 menjelaskan mengenai kewajiban yang harus kita
lakukan ketika kita mengaku mencintai Allah SWT. Adapun kewajibannya
yaitu dengan cara mengikuti Nabi SAW, yakni melaksanakan segala perintah
yang Allah perintahkan melalui Nabi, seperti beriman dan bertaqwa kepada
Allah. Adapun melaksanakan ketaatan ini, harus sejalan dengan peningkatan
amalan-amalan sunnah, baik sunnah muakkadah, sunnah ghairu muakkadah,
ataupun sekedar mengikuti Rasulullah dalam kebiasaan dan tata cara
kehidupan sehari-harinya, meskipun bukan merupakan ajaran agama. Ketika
kewajiban telah ditunaikan, maka Allah akan memberikan cinta-Nya
28
kepadamu. Para pakar Al-Qur'an berpendapat bahwa yang dimaksud cinta-Nya
adalah limpahan kebajikan dan anugerahnya. Dan seperti yang kita ketahui
anugerah Allah tidak terbatas dan tidak bisa terhitung jumlahnya. Anugerahnya
sesuai dengan kadar mahabbah hamba kepada-Nya. Namun, minimalnya,
anugerahnya ini berupa pengampunan dosa dan curahan rahmat-Nya.
Sebagaimana dikatakan bahwa dengan melaksanakan kewajiban kepada-Nya
dan kepada Rasul-Nya akan mendapat cinta-Nya, maka melakukan
penyimpangan, pelanggaran, dan pembangkangan terhadap Nabi Muhammad
SAW dan kepada Allah merupakan suatu kekafiran. Dan sesungguhnya Allah
SWT akan menghukum orang-orang kafir, tidak meridhai perbuatan mereka,
tidak mengampuni mereka. Dan Allah tidak menyukai orang-orang seperti ini,
meskipun mereka mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian rasul adalah orang yang menyampaikan dari Allah; atau
pembawa risalah yang diutus Allah untuk membawa syariat yang harus
diamalkan dan disampaikan kepada orang lain. Pada Q.S al-Kahf:110 dan Q.S
al-Ra’ad:38 menjelaskan sifat-sifat Nabi dan Rasul. Q.S al-Mu’min:78
menjelaskan nama-nama Nabi dan Rasul dan Jumlahnya. Q.S al-Maidah:67
dan al-Ghasyiyah:21 menjelaskan tugas Nabi dan Rasul. Q.S Ali ‘Imran:31-32
menjelaskan perintah taat kepada Rasul.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abu Al-Qasim Al-Husain bin Muhammad Ar-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam
Mufradat Alfazh Al-Qur’an, secara ringkas, Beirut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, 1418 H/1997M. cetakan pertama
Az-Zuhaili, Prof. Dr. Wahbah, Tafsir Al-Munir, Jakarta: Gema Insani,2018. Jilid8
Madkur, Ibrahim dan Kawan-kawan, Al-Mu’jam Al-Wasith, Kairo: Majma’ Al-
Lughah Al-‘Arabiyyah , cetakan kedua.
Muhammad bin Mukrim bin Manzhur Al-Ifriqi Al-Mishri, Lisan Al-‘Arab, Beirut:
DarShadir, cetakan pertama
31