Anda di halaman 1dari 31

Jvrnal Ilmiah DIDAflUIflA FeCrvari 2Ox3

VOL. XIII, NO. 2, 2ç6-3x7

HAKIKAT MANUSIA MENURUT


PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

Siti Khasinah
Dosen Fakultas Tar6iyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Abstract
This article descri6es the nature of huMAn 6eings, their characteristics, their potentials,
and the derelopMEnt of the potentials. SOME philosophers claIM that a huMan 6eing is
considered aniMAl for haring soME tendencies that are 6eliered sIMIlar to an ANIMAL.
HoNERER, this argUMEnt is contradictire to NHat is 6eliered 6y MuslIM. HuMans hare
certain characteristics that naturally different froM anIMALS. They also posses potentials
(innate potentials or innate tendencies) that can 6e derelop naturally through
life- experience or artificially through foRMAl instruction such as schools and other
educational institutions.

Abstrah
Tulisan ini MENco6a MEnggAM6Arkan hakikat MANusia, ciri-cirinya, potensi
dan penGEM6Angan potensi yang diMIlikinya. Be6erapa ahli filsafat MENGKLAIM
6AHNA MANusia itu dianggap MEMPUnyai kecenderungan yang diyakini SAMA
dengan seekor 6inatang. NAMUn, pendapat terse6ut 6ertolak 6elakang dengan apa yang
dipercayai oleh seorang MUslIM. Manusia MEMIliki sifat-sifat tertentu yang secara
alaMIahnya 6er6eda dengan 6inatang.Mereka MEMILiki potensi (potensi dari dalAM
atau kecenderungan dari dalaM) yang dapat dIKEM6Angkan MELalui pengalAMAn hidup
atau MELalui pengajaran secara FORMAL seperti sekolah dan LEM6AGA pendidikan lainnya.

Kata Kunci: hakikat Manusia, karakteristik MANUSia, PENGEM6ANgan potensi MAnusia

PENDAHULUAN

flegiatan pendidikan mervpakan kegiatan yang meliCatkan manvsia


secara penvh, dilakvkan oleh manvsia, antar manvsia, dan vntvk manvsia.
Dengan demikian CerCicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
pemCicaraan tentang manvsia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang
dikemvkakan oleh para ahli pendidikan pada vmvmya sepakat Cahwa
pendidikan itv diCerikan atav diselengarakan dalam rangka mengemCangkan
selvrvh potensi manvsia ke arah yang positif. Melalvi pendidikan, manvsia
diharapkan mampv meningkatkan dan mengemCangkan selvrvh potensi
pemCerian Uvhan kepadanya sehingga menjadi
Siti Khasinah

manvsia yang leCih Caik, leCih CerCvdaya, dan leCih manvsiawi. flegiatan
pendidikan yang dilaksanakan harvs terarah, sehingga hasilnya Cervpa
pengemCangan potensi manvsia, yang nantinya dapat Cerdaya gvna dan
Cerhasil gvna dan sesvai dengan tvjvan yang diharapkan. Untvk mencapai
tvjvan itv diperlvkan pemahaman yang tepat, vtvh, dan komprehensif tentang
hakikat manvsia. BerCicara tentang hakikat manvsia, akan mengarahkan kita
kepada pertanyaan penting dan mendasar tentang manvsia, yaitv apakah
manvsia itv?

Untvk menjawaC pertanyaan itv mari kita melihat CeCerapa definisi tentang
manvsia. BeCerapa ahli filsafat, 1ocrates misalnya, menyeCvt manvsia seCagai
Zoon politi›on atav hewan yang Cermasyarakat, dan Max 1cheller
menyeCvtnya seCagai Das Kranke ¥ier atav hewan yang sakit yang selalv
Cermasalah dan gelisah.x Ilmv-ilmv hvmaniora termasvk ilmv filsafat telah
mencoCa menjawaC pertanyaan mendasar tentang manvsia itv, sehingga
terdapat Canyak rvmvsan atav pengertian tentang manvsia. 1elain yang
telah diseCvtkan di atas, CeCerapa rvmvsan atav definisi lain tentang manvsia
adalah seCagai Cerikvt:2

x. Homo sapiens atav makhlvk yang mempvnyai Cvdi.

2. Homo faber atav ¥ool making animal yaitv Cinatang yang pandai
memCvat Centvk peralatan dari Cahan alam vntvk keCvUvhan
hidvpnya.

3. Homo e›onomi›us atav makhlvk ekonomi.

¢. Homo religious yaitv makhlvk Ceragama.

5. Homo laquen atav makhlvk yang pandai menciptakan Cahasa dan


menjelmakan pikiran dan perasaan manvsia dalam kata-kata yang tersvsvn.

. Di samping itv masih ada vngkapan lain tentang definisi manvsia, di


antaranya, manvsia seCagai: animal rationale (hewan yang rasional atav
Cerpikir), animal sμmboli›um (hewan yang menggvnakan symCol)dan animal
edu›andum (hewan yang Cisa dididik). Uiga istilah terakhir ini menggvnakan
kata animal atav hewan dalam menjelaskan manvsia. Hal ini mengakiCatkan
Canyak orang tervtama dari kalangan Islam tidak sependapat dengan ide
terseCvt. Dalam Islam hewan dan manvsia adalah dva makhlvk yang sangat

CerCeda. Manvsia diciptakan


Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 | Z97
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

x
Drijarkara, Per›ikan Filsafat, 1emarang: flanisivs, xç78, hal. x38.
2
Zvhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2OOç, hal. 82, lihat jvga
1yahminan Zaini, Mengenal Manusia LENAT Al-Quran, 1vraCaya: xç8o, hal. 5-6.

Z98 | Jurnal ILMIAh Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari


zo13
Allah seCagai makhlvk sempvrna dengan CerCagai potensi yang tidak
diCerikan kepada hewan, seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas
Cagaimanapvn keadaannya, manvsia tidak pernah sama dengan hewan.

Mvnir Mvrsyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan Cahwa pendapat


tentang manvsia seCagai animal rationale atav al-Insan HAΜANAN al-
Natiq CersvmCer dari filsafat Vvnani dan Cvkan dari ajaran Islam.3 Uerkait dengan
hal ini adalah gagalnya teori evolvsi Eharles Darwin. Uernyata Darwin tak
pernah Cisa menjelaskan dan memCvktikan mata rantai yang dikatakannya
terpvtvs (the missing link) dalam proses transformasi primata menjadi
manvsia.¢ Jadi pada hakikatnya manvsia tidak pernah Cerasal dari hewan
manapvn, tetapi makhlvk sempvrna ciptaan Allah dengan CerCagai
potensinya, “1esungguhnμa Kami telah men›iptakan manusia dalam bentuk μang
sebaik-baiknμa.” (Q1:ç5:¢).

Mvhammad Davd Ali (xçç8) menyatakan pendapat yang Cisa dikatakan


mendvkvng Cantahan Mvnir Mvrsyi di atas, namvn ia menyatakan Cahwa
manvsia Cisa menyamai Cinatang apaCila tidak memanfaatkan potensi-potensi
yang diCerikan Allah secara maksimal tervtama potensi pemikiran (akal),
kalCv, jiwa, raga serta panca indra. Dalil al- Qvr’an yang diajvkannya adalah
svrah al- A’raf: “… mereka (manusia) punμa hati tapi tidak dipergunakan untuk
memahami (aμat-aμat Allah), mereka punμa mata tapi tidak dipergunakan untuk
melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), mereka mempunμai telinga tapi tidak
dipergunakan untuk (mendengar aμat-aμat Allah). Mereka itu sama dengan
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang μang lalai.”
(Q1:7:x7ç). Dengan demikian Cisa disimpvlkan Cahwa manvsia memang
diciptakan Uvhan seCagai makhlvk terCaik dengan CerCagai potensi yang
tidak diCerikan kepada makhlvk lainnya. Namvn apaCila manvsia tidak Cisa
mengemCangkan potensinya terseCvt Cisa saja manvsia menjadi leCih rendah
dari makhlvk lain, seperti hewan misalnya.

1elain memCahas tentang definisi manvsia, tvlisan ini jvga menelaah


tentang hakikat manvsia dalam CerCagai pandangan dan pendapat,
karakteristik manvsia atav wvjvd hakikat manvsia, pertvmCvhan,
perkemCangan manvsia, potensi-potensi manvsia serta pengemCangan
potensi manvsia dan kesimpvlan.

3
Mvhammmad Mvnir Mvrsyi, Al-¥arbiμat al-Islamiμμat: Ushuluha NA ¥ATHANNuruha
fil bilad al-‘Arab, flahirat: ‘Alam al-flitaC, xç86, hal. x6.
¢
Umar Uirtarahardja dan La 1vlo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Eipta, 2OO5, hal. 3.
Uvlisan ini Cervsaha vntvk mengvlas potensi-potensi atav kemampvan-
kemampvan pada diri manvsia yang apaCila dikemCangkan potensi-
potensi terseCvt akan dapat mengantarkan manvsia menvjv derajat
makhlvk yang sempvrna, hal inilah yang menjadikan manvsia seCagai makhlvk
yang istimewa dihadapan Allah 1ubhǎnahu Na ¥a’ǎla.

PEMBAHA1AN

Dalam Cagian ini diCahas teori-teori yang Cerkaitan dengan CeCerapa


pandangan terkait hakikat manvsia melipvti CeCerapa pandangan yang sedikit
Canyaknya memCerikan gamCaran yang leCih jelas tentang apa seCenarnya yang
dimaksvd dengan hakikat manvsia, potensi-potensi manvsia, vsaha-vsaha
yang dapat dilakvkan dalam vpaya pengemCangan potensi-potensi manvsia
terseCvt.

Hakikat Manvsia

Manvsia adalah KEΜNORD yang harvs dipahami terleCih dahvlv Cila kita ingin
memahami pendidikan. Untvk itv perlv kiranya melihat secara leCih rinci tentang
CeCerapa pandangan mengenai hakikat manvsia:5

x. Pandangan Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik diyakini Cahwa pada hakikatnya


manvsia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang Cersifat
instingtif. Hal ini menyeCaCkan tingkah lakv seorang manvsia diatvr dan
dikontrol oleh kekvatan psikologis yang memang ada dalam diri manvsia.
Uerkait hal ini diri manvsia tidak memegang kendali atav tidak menentvkan atas
nasiCnya seseorang tapi tingkah lakv seseorang itv semata-mata diarahkan
vntvk mememvaskan keCvUvhan dan insting Ciologisnya.

2. Pandangan Hvmanistik

Para hvmanis menyatakan Cahwa manvsia memiliki dorongan-dorongan


dari dalam dirinya vntvk mengarahkan dirinya mencapai tvjvan yang positif.
Mereka menganggap manvsia itv rasional dan dapat menentvkan nasiCnya
sendiri. Hal ini memCvat manvsia itv tervs CervCah dan CerkemCang vntvk
menjadi priCadi yang leCih Caik dan leCih sempvrna. Manvsia dapat pvla
menjadi anggota

5
1ardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2OO7, hal. xo5-
xoç.
Siti Khasinah

kelompok masyarakat dengan tingkah lakv yang Caik. Mereka jvga


mengatakan selain adanya dorongan-dorongan terseCvt, manvsia dalam
hidvpnya jvga digerakkan oleh rasa tanggvng jawaC sosial dan keinginan
mendapatkan sesvatv. Dalam hal ini manvsia dianggap seCagai makhlvk
individv dan jvga seCagai makhlvk sosial.

x. Pandangan Martin BvCer

Martin BvCer mengatakan Cahwa pada hakikatnya manvsia tidak Cisa


diseCvt ‘ini’ atav ‘itv’. Menvrvtnya manvsia adalah seCvah eksistensi atav
keCeradaan yang memiliki potensi namvn diCatasi oleh kesemestaan alam. Namvn
keterCatasan ini hanya Cersifat faktval Cvkan esensial sehingga apa yang
akan dilakvkannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manvsia
Cerpotensi vtvk menjadi ‘Caik’ atav ‘jahat’, tergantvng kecendervngan mana
yang leCih Cesar dalam diri manvsia. Hal ini memvngkinkan manvsia yang
‘Caik’ kadang-kadang jvga melakvkan ‘kesalahan’.

2. Pandangan Behavioristik

Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manvsia seCagai


makhlvk yang reaktif dan tingkah lakvnya dikendalikan oleh faktor-faktor dari
lvar dirinya, yaitv lingkvngannya. Lingkvngan mervpakan faktor dominan yang
mengikat hvCvngan individv. HvCvngan ini diatvr oleh hvkvm-hvkvm Celajar,
seperti adanya teori ›onditioning atav teori pemCiasaan dan keteladanan.
Mereka jvga meyakini Cahwa Caik dan Cvrvk itv adalah karena pengarvh
lingkvngan.

Dari vraian di atas Cisa diamCil CeCerapa kesimpvlan yaitv;

a. Manvsia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan


hidvpnya.

C. Dalam diri manvsia ada fvngsi yang Cersifat rasional yang Certanggvng
jawaC atas tingkah lakv intelektval dan sosial individv.

c. Manvsia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan tervs CerkemCang.

d. Manvsia mampv mengarahkan dirinya ke tvjvan yang positif, mampv


mengatvr dan mengendalikan dirinya dan mampv menentvkan nasiCnya
sendiri.

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 | 3o3


e. Dalam dinamika kehidvpan individv selalv meliCatkan dirinya dalam
vsaha vntvk mewvjvdkan dirinya sendiri, memCantv orang lain, dan
memCvat dvnia menjadi leCih Caik.

f. Manvsia mervpakan svatv keCeradaan yang Cerpotensi yang


perwvjvdannya mervpakan ketakterdvgaan. Namvn potensi itv Cersifat
terCatas.

g. Manvsia adalah makhlvk Uvhan, yang yang kemvngkinan menjadi ‘Caik’


atav’Cvrvk’.

h. Lingkvngan adalah penentv tingkah lakv manvsia dan tingkah lakv itv
mervpakan kemampvan yang dipelajari.6

BeCerapa pendapat lain tentang hakikat manvsia adalah: 7

x. Pandangan Mekanistik

Dalam pandangan mekanistik semva Cenda yang ada di dvnia ini


termasvk makhlvk hidvp dipandang seCagai seCagai mesin, dan semva proses
termasvk proses psikologi pada akhirnya dapat diredvsir menjadi proses fisik
dan kimiawi. Lock dan Hvme, Cerdasarkan asvmsi ini memandang manvsia
seCagai roCot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari lvar dirinya. Menvrvt
penvlis pendapat ini seperti menafikan keCeradaan potensi diri manvsia
sehingga manvsia hanya Cisa diaktivasi oleh kekvatan yang ada dari lvar
dirinya.

2. Pandangan Organismik

Pandangan organismik menganggap manvsia seCagai svatv


keselvrvhan (gestalt), yang leCih dari pada hanya penjvmlahan dari Cagian-
Cagian. Dalam pandangan ini dvnia dianggap seCagai sistem yang hidvp
seperti halnya tvmCvhan dan Cinatang. Organismik menyatakan Cahwa pada
hakikatnya manvsia Cersifat aktif, kevUvhan yang terorganisasi dan selalv
CervCah. Manvsia menjadi sesvatv karena hasil dari apa yang dilakvkannya
sendiri, karena hasil mempelajari. Menvrvt penvlis pandangan ini mengakvi
adanya kemampvan aktvalisasi diri manvsia melalvi pengemCangan potensi-
potensi yang telah ada pada diri manvsia.

6
1ardiman, Interaksi dan Motivasi..., hal. xxo.
7
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandvng: Rosda flarya, 2OO7, hal. 2ç.
Siti Khasinah

3. Pandangan flontekstval

Dalam pandangan kontekstval manvsia hanya dapat dipahami dalam


konteksnya. Manvsia tidak independent, melainkan mervpakan Cagian dari
lingkvngannya. Manvsia adalah individv yang aktif dan organisme sosial. Untvk
Cisa memahami manvsia maka pandangan ini megharvskan mengenal
perkemCangan manvsia secara vtvh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik,
psikis, dan jvga lingkvngannya, serta peristiwa-peristiwa Cvdaya dan historis.

Manvsia Menvrvt Pandangan Islam.

Ada CeCerapa dimensi manvsia dalam pandangan Islam, yaitv: 8

x. Manvsia 1eCagai HamCa Allah (Abd Allah)

1eCagai hamCa Allah, manvsia wajiC mengaCdi dan taat kepada Allah
selakv Pencipta karena adalah hak Allah vntvk disemCah dan tidak disekvtvkan.ç
Bentvk pengaCdian manvsia seCagai hamCa Allah tidak terCatas hanya pada
vcapan dan perCvatan saja, melainkan jvga harvs dengan keikhlasan hati,
seperti yang diperintahkan dalam svrah Bayyinah: “Padahal mereka tidak disuruh
ke›uali supaμa menμembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nμa
dalam menjalankan agama μang lurus …,” (Q1:ç8:5). Dalam svrah adz-
Dzariyat Allah menjelaskan: “¥idaklah Aku ›iptakan jin dan manusia, melainkan
supaμa mereka menμembah Aku.” (Q15X:56).

Dengan demikian manvsia seCagai hamCa Allah akan menjadi manvsia


yang taat, patvh dan mampv melakoni perannya seCagai hamCa yang hanya
mengharapkan ridha Allah.

2. Manvsia 1eCagai al- Nas

Manvsia, di dalam al- Qvr’an jvga diseCvt dengan al- nas. flonsep al- nas
ini cendervng mengacv pada statvs manvsia dalam kaitannya dengan
lingkvngan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manvsia memang
makhlvk sosial. Dalam hidvpnya manvsia memCvtvhkan pasangan, dan
memang diciptakan Cerpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam svrah an-
Nisa’, “Hai sekalian manusia, BERTAQNALAHA kepada ¥uhan-mu μang telah
men›iptakan kamu dari seorang
8
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. x8-3x.
ç
Vvsvf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bvlan Bintang, xçç¢,
hal. X35.

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 | 3o3


diri, dan dari padanμa Allah men›iptakan istirinμa, dan dari pada keduanμa
Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan μang banμak. Dan
BERTAKNalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanμa kamu saling meminta
satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. 1esungguhnμa Allah selalu
menjaga dan MENGANasi kamu.” (Q1:¢:x).

1elanjvtnya dalam svrah al- Hvjvrat dijelaskan: “Hai manusia sesungguhnμa


Kami men›iptakan kamu dari seorng laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaμa kamu saling kenal-
mengenal. 1esungguhnμa μang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah μang
paling taqNA di antara kamu. 1esungguhnμa Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Q1:
¢ç:x3).

Dari dalil di atas Cisa dijelaskan Cahwa manvsia adalah makhlvk sosial,
yang dalam hidvpnya memCvtvhkan manvsia dan hal lain di lvar dirinya vntvk
mengemCangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi Cagian
dari lingkvngan soisal dan masyarakatnya.

3. Manvsia 1eCagai khalifah Allah

Hakikat manvsia seCagai khalifah Allah di Cvmi dijelaskan dalam svrah al-
Baçarah ayat 3o: “Ingatlah ketika ¥uhan-mu berfirman kepada para malaikat:
“1esungguhnμa Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
μang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensu›ikan Engkau?” ¥uhan
berfirman: “1esungguhnμa Aku mengetahui apa μang kamu tidak ketahui.” (Q1:2:
3o), dan svrah 1had ayat 26,“Hai Daud, sesungguhnμa Kami menjadikan kamu
khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti HANA nafsu. Karena ia akan
menμesatkan kamu dari jalan Allah. …” (Q1:38:26).

Dari kedva ayat di atas dapat dijelaskan Cahwa seCvtan khalifah itv
mervpakan anvgerah dari Allah kepada manvsia, dan selanjvtnya manvsia
diCerikan CeCan vntvk menjalankan fvngsi khalifah terseCvt seCagai amanah yang
harvs dipertanggvngjawaCkan.xo 1eCagai khalifah di Cvmi manvsia mempvnyai

xo
M. Qvraish 1hihaC, ÆANASAn Al-Quran, Bandvng: Mizan, xçç¢, hal.
x62.
Siti Khasinah

wewenang vntvk memanfaatkan alam (Cvmi) ini vntvk memenvhi


fleCvtvhan hidvpnya sekaligvs Certanggvng jawaC terhadap kelestarian alam
ini. seperti dijelaskan dalam svrah al- Jvmv’ah, “Maka apabila telah selesai
shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan ›arilah karunia Allah,
dan ingatlah Allah banμak-banμak agar kamu beruntung.” (Q1: 62: xo),
selanjvtnya dalam svrah Al- Baçarah diseCvtkan: “Makan dan minumlah kamu
dari rexeki μang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
ben›ana di atas bumi.” (Q1: 2 : 6o).

¢. Manvsia 1eCagai Bani Adam

1eCvtan manvsia seCagai Cani Adam mervjvk kepada CerCagai keterangan


dalam al- Qvr’an yang menjelaskan Cahwa manvsia adalah ketvrvnan Adam dan
Cvkan Cerasal dari hasil evolvsi dari makhlvk lain seperti yang dikemvkakan oleh
Eharles Darwin. flonsep Cani Adam mengacv pada penghormatan kepada nilai-
nilai kemanvsiaan. flonsep ini menitikCertakan pemCinaan hvCvngan
persavdaraan antar sesama manvsia dan menyatakan Cahwa semva manvsia
Cerasal dari ketvrvnan yang sama. Dengan demikian manvsia dengan latar
Celakang sosia kvltvral, agama, Cangsa dan Cahasa yang CerCeda tetaplah Cernilai
sama, dan harvs diperlakvkan dengan sama. Dalam svrah al- A’raf dijelaskan:
“Hai anak Adam, sesungguhnμa Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taQNa
itulah μang paling baik. ¥ang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh sμaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga,
…” (Q1 : 7; 26-27).

5. Manvsia 1eCagai al- Insan

Manvsia diseCvt al- insan dalam al- Qvr’an mengacv pada potensi
yang diCerikan Uvhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampvan
CerCicara (Q1:55:¢), kemampvan mengvasai ilmv pengetahvan melalvi
proses tertentv (Q1:6:¢-5), dan lain-lain. Namvn selain memiliki potensi
positif ini, manvsia seCagai al- insan jvga mempvnyai kecendervngan
Cerprilakv negatif (lvpa). Misalnya dijelaskan dalam svrah Hvd: “Dan jika
Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami ›abut
dari padanμa, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (Q1: xx:ç).

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 |


3o4
6. Manvsia 1eCagai Makhlvk Biologis (al- Basμar)

Hasan Langgvlvng mengatakan Cahwa seCagai makhlvk Ciologis manvsia


terdiri atas vnsvr materi, sehingga memiliki Centvk fisik Cervpa tvCvh
kasar (ragawi). Dengan kata lain manvsia adalah makhlvk jasmaniah yang secara
vmvm terikat kepada kaedah vmvm makhlvk Ciologis seperti
CerkemCang Ciak, mengalami fase pertvmCvhan dan perkemCangan, serta
memerlvkan makanan vntvk hidvp, dan pada akhirnya mengalami kematian.
Dalam al- Qvr’an svrah al- Mv’minun dijelaskan: “Dan sesungguhnμa Kami telah
men›iptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani
μang disimpan dalam tempat μang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu
kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha
1u›ilah Allah, Pen›ipta μang paling baik.”(Q1: 23: X2-x¢).

Avjvd Hakikat Manvsia (flarakteristik Manvsia)

BeCerapa wvjvd hakikat manvsia yang dijelaskan di Cawah ini akan


memCerikan gamCaran yang jelas Cahwa manvsia CerCeda dengan hewan. Avjvd
sifat hakikat manvsia ini mervpakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh
manvsia. Faham eksistensialisme mengemvkakan Cahwa karakteristik
manvsia terseCvt seharvsnya menjadi Cahan pertimCangan dalam
menetapkan dan memCenahi arah dan tvjvan pendidikan. Umar Uirta Raharja
dan La 1vlo mengatakan di antara wvjvd sifat hakikat manvsia adalah seCagai
Cerikvt:xx

x. flemampvan Menyadari Diri

Melalvi kemampvan ini manvsia Cetvl-Cetvl mampv menyadari Cahwa


dirinya memiliki ciri yang khas atav karakteristi diri. flemampvan ini memCvat
manvsia Cisa Ceradaptasi dengan lingkvngannya Caik itv limgkvngan Cervpa
individv lainnya selain dirinya, mavpvn lingkvngan nonpriCadi atav Cenda.
flemampvan ini jvga memCvat manvsia mampv mengeksplorasi potensi-
potensi yang ada dalam dirinya melalvi pendidikan vntvk mencapai
kesempvrnaan diri. flemampvan menyadari diri ini pvla yang memCvat
manvsia mampv
xx
Umar Uirta Raharja dan La 1vlo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Eipta, 2OO5, hal. ¢
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

mengemCangkan aspek sosialitas di lvar dirinya sekaligvs pengemCangan


aspek individvalitas di dalam dirinya.

2. flemampvan Bereksistensi

Melalvi kemampvan ini manvsia menyadari Cahwa dirinya memang ada


dan eksis dengan seCenarnya. Dalam hal ini manvsia pvnya keCeCasan
dalam ke ‘Ceradaan’ nya. BerCeda dengan hewan di kandang atav tvmCvhan
di keCvn yang ‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keCeradaan’ nya sehingga mereka
menjadi onderdil dari lingkvngannya. 1ementara itv manvsia mampv menjadi
manajer Cagi lingkvngannya. flemampvan ini jvga perlv diCina melalvi
pendidikan. Manvsia perlv diajarkan Celajar dari pengalaman hidvpnya, agar
mampv mengatasi masalah dalam hidvpnya dan siap menyamCvt masa
depannya.

3. Pemilikan flata Hati (Cons›ien›e of Man)

Vang dimaksvd dengan kata hati di sini adalah hati nvrani. flata hati
akan melahirkan kemampvan vntvk memCedakan keCaikan dan keCvrvkan.
Orang yang memiliki hati nvrani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal
Cvdi sehingga mampv memCvat kepvtvsan yang Cenar atav yang salah.
flecerdasan hati nvrani inipvn Cisa dilatih melalvi pendidikan sehingga hati
yang tvmpvl menjadi tajam. Hal ini penting karena kata hati mervpakan
petvnjvk Cagi moral dan perCvatan.

¢. Moral dan Atvran

Moral sering jvga diseCvt etika, yang mervpakan perCvatan yang


mervpakan wvjvd dari kata hati. Namvn, vntvk mewvjvdkan kata hati dengan
perCvatan diCvtvhkan kemavan. Artinya tidak selalv orang yang pvnya kata
hati yang Caik atav kecerdasan akal jvga memiliki moral atav keCeranian CerCvat.
Maka seseorang akan Cisa diseCvt memiliki moral yang Caik atav tinggi
apaCila ia mampv mewvjvdkanya dalam Centvk perCvatan yang sesvai
dengan nilai-nilai moral terseCvt.

5. flemampvan Bertanggvng JawaC

flarakteristik manvsia yang lainnya adalah memiliki rasa tanggvng


jawaC, Caik itv tanggvng jawaC kepada Uvhan, masyarakat atavpv pada
dirinya sendiri. Uanggvng jawaC kepada diri sendiri terkait dengan
pelaksanaan kata hati. Uanggvng jawaC kepada masyarakat terkait dengan
norma- norma sosial, dan
3oG | Jurnal ILMIAh Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari
zo13
tanggvng jawaC kepada Uvhan Cerkaitan erat dengan penegakan norma-
norma agama. Dengan kata lain kata hati mervpakan tvntvnan, moral
melakvkan perCvatan,dan tanggvng jawaC adalah kemavan dan kesediaan
menanggvng segala akiCat dari perCvatan yang telah dilakvkan.

6. Rasa fleCeCasan (flemerdekaan)

fleCeCasan yang dimaksvd di sini adalah rasa CeCas yang harvs sesvai
dengan kodrat manvsia. Artinya ada atvran-atvran yang tetap mengikat,
sehingga keCeCasan ini tidak mengvsik rasa keCeCasan manvsia lainnya.
Manvsia CeCas CerCvat selama perCvatan itv tetap sesvai denga kata hati
yang Caik mavpvn moral atav etika. fleCeCasan yang melanggar atvran akan
Cerhadapan dengan tanggvng jawaC dan sanksi-sanksi yang mengikvtinya yang
pada akhirnya jvstrv tidak memCerikan keCeCasan Cagi manvsia.

7. flesediaan Melaksanakan flewajiCan dan Menyadari Hak

Idealnya ada hak ada kewajiCan. Hak Carv dapat diperoleh


setelah pemenvhan kewajiCan, Cvkan seCaliknya. Pada kenyataanya hak dianggap
seCagai seCvah kesenangan, sementara kewajiCan dianggap seCagi CeCan. Padahal
manvsia Carv Cisa mempvnyai rasa kebebasan apaCila ia telah melaksanakan
kewajiCannya dengan Caik dan mendapatkan haknya secara adil. flesediaan
melaksanakan kewajiCan dan menyadari hak ini harv dilate melalvi proses
pendidikan disiplin. 1eCagaimana dikvtip oleh Umar dan La 1vlo, 1elo
1oemarjan menyatakan Cahwa perlv ditanamkan empat macam pendidikan
disiplin vntvk memCentvk karakter yang memahami kewajiCan dan memahami
hak-haknya. x) disiplin rasional yang Cila dilanggar akan melahirkan rasa Cersalah.
2) disiplin sosial, yang Cila dilanggar akam menyeCaCkan rasa malv. 3)
disiplin afektif, yang Cila dilanggar akan melahirkan rasa gelisah dan ¢)
disiplin agama, yang Cila dilanggar akan menimCvlkan rasa Cersalah dan
Cerdosa.X2

8. flemampvan Menghayati fleCahagian

fleCahagian Cisa diartikan seCagai kvmpvlan dari rasa gemCira,


senang, nikmat yang dialami oleh manvsia. 1ecara vmvm orang Cerpendapat
Cahwa keCahagiaan itv leCih pada rasa Cvkan pikiran. Padahal tidak selamanya
demikian,
X2
Umar Uirta Raharja dan La 1vlo, Pengantar..., hal. xx.
Siti Khasinah

karena selain perasaan, aspek-aspek kepriCadian lainnya akal pikiran jvga


mempengarvhi keCahagian seseorang. Misalnya, orang yang sedang
mengalami stress tidak akan dapat menghayati keCahagian secara vtvh. Dari
contoh ini jelas, Cahwa kemampvan menghayati keCahagiaan dipengarvhi jvga
oleh aspek nalar di samping aspek rasa. Untvk mendapatkan keCahagiaan
seseorang harvs Cervsaha. Usaha-vsaha terseCvt harvs Cerlandaskan norma-
norma atav kaidah-kaidah yang ada. Namvn vsaha-vsaha yang dilakvkan itv
akan terkait erat dengan takdir Uvhan. 1ehingga rasa menerima dan syvkvr
akan mempengarvhi kemampvan manvsia dalam menghayati keCahagian.
Dalam hal ini, pendidikan agama menjadi modal vtama vntvk dapat menghayati
keCahagian.

PertvmCvhan dan PerkemCangan Manvsia

Di kalangan masyarakat awam, Cahkan di antara seCagian ilmvan


menyatakan tidak ada perCedaan antara pertvmCvhan dan perkemCangan.
Namvn kelompok ilmvan lainnya memCedakan kedva istilah ini dengan sangat
teliti dan rinci. Monk, F.J, misalnya, menyatakan Cahwa, “PertvmCvhan secara
khvsvs dimaksvdkan vntvk menjelaskan vkvran-vkvran Cadan dan fvngsi-fvngsi
fisik sedangkan perkemCangan leCih mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.”x3 1ementara itv 1oegarda
mengatakan Cahwa pertvmCvhan mervpakan svatv proses yang menvnjvkkan
pervCahan jasmaniyah secara otomatis, sedang perkemCangan, adalah svatv
proses dalam pertvmCvhan yang menvnjvkkan adanya pengarvh dalam yang
menyeCaCkan CertamCahnya kvalitas dalam pertvmCvhan.x¢ Jadi Cisa
dikatakan Cahwa dalam pertvmCvhan terjadi pervCahan pada fisik, namvn dalam
perkemCangan terjadi pervCahan psikis Caik karena pengarvh internal mavpvn
pengarvh eksternal.

Perkembangan (Development)

Reni Hawadi seperti dikvtip Desmita mengatakan Cahwa pekemCangan


secara lvas menvnjvk pada keselvrvhan proses pervCahan dari potensi yang
dimiliki individv dan tampil dalam kvalitas kemampvan, sifat dan ciri-ciri yang
Carv. Dalam hal ini tercakvp jvga konsep vsia, yang diawali dari saat konsepsi
dan

x3
F.J. Monk, Psikologi Perkembangan, Vogyakarta: Gajah Mada Press, xç8¢, hal. 2.

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 |


3o9
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT


1oegarda PoerCakawatja, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Gvnvng Agvng: XÇ82, hal. 276.

3o8 | Jurnal ILMIAh Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari


zo13
Cerakhir dengan kematian.X5 Melengkapi pendapat di atas 1eiffert and
Hoffnvng dalam Desmita menjelaskan Cahwa definisi perkemCangan adalah
“long-term
›hanges in a person’s GRONTh, feelings, pattern of thinking, so›ial relationship,
motor skills.”x6

Mervjvk pada pendapat di atas penvlis menyimpvlkan Cahwa


perkemCangan manvsia diawali dari proses pemCvahan sampai manvsia itv
mati (de›aμ pro›ess). 1elama masa itv manvsia mengalami pervCahan-pervCahan
yang progressif dan Cerkelanjvtan, dari fvngsi jasmani dan rohani menvjv tahap
pematangan dan Celajar. Dalam hal ini Mvstaçiem mengatakan pervCahan
terseCvt melipvti pengvasaan syaraf dan otot, kecakapan memahami sesvatv,
pemilikan nila-nilai dan inhiCisi (kemampvan mengendalikan diri). x7

Pertumbuhan (GRONTh)

PertvmCvhan adalah svatv pertamCahan atav kenaikan dalam vkvran


pada Cagian-Cagian tvCvh atav dari organisme seCagai svatv keselvrvhan.
Menvrvt A.
E. 1inolvngan seperti dikvtip Desmita x8 menyatakan Cahwa pertvmCvhan
menvnjvk pada pervCahan kvantitatif, yaitv yang dapat dihitvng atav divkvr,
seperti tinggi atav Cerat Cadan. 1ementara itv Ahmad Uhontowi menyeCvtkan
pertvmCvhan seCagai pervCahan jasad yang meningkat dalam vkvran (sixe)
seCagai akiCat dari adanya perCanyakan (multipli›ation) sel-sel.xç

Dari CeCerapa definisi di atas Cisa disimpvlkan Cahwa yang dimaksvd


dengan pertvmCvhan adalah pervCahan-pervCahan yang terjadi pada tvCvh
atav raga seperti penamCahan Cerat dan tinggi Cadan, pertvmCvhan fvngsi
jantvng, parv-parv dan lainnya. PertvmCvhan Cadan mengalami peningkatan,
menetap dan selanjvtnya sesvai dengan CertamCahnya vmvr seseorang
menvrvn kemCali. Misalnya dari merangkak, seorang Cayi kemvdian Cisa
Cerjalan, dan pada masa tvanya kemCali hanya mampv merangkak.

X5
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandvng: Rosda flarya, 2OO7, hal. ¢.
x6
Desmita, Psikologi..., hal.¢.
x7
Mvstaçim, Psikologi Pendidikan, 1vraCaya: Pvstaka Pelajar, 2OO¢, hal.x6.
x8
Desmita, Psikologi..., hal. 5.

Desmita, Psikologi..., hal. 5
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

Potensi Manvsia

BerCeda dengan makhlvk lainnya, manvsia adalah ciptaan Allah yang


paling potensial. Artinya potensi yang diCekali oleh Allah vntvk manvsia
sangatlah lengkap dan sempvrna. Hal ini menyeCaCkan manvsia mampv
mengemCangkan dirinya melalvi potensi-potensi (innate potentials atau innate
tenden›ies) terseCvt. 1ecara fisik manvsia tervs tvmCvh, secara mental
manvsia tervs CerkemCang, mengalami kematangan dan pervCahan. flesemva
itv adalah Cagian dari potensi yang diCerikan Allah kepada manvsia seCagai
ciptaan pilihan. Potensi yang diCerikan kepada manvsia itv sejalan dengan
sifat-sifat Uvhan, dan dalam Catas kadar dan kemampvannya seCagai manvsia.
flarena jika tidak demikian, menvrvt Hasan Langgvlvng, maka manvsia akan
mengakv dirinya Uvhan. 2O

Jalalvddin mengatakan Cahwa ada empat potensi yang vtama


yang mervpakan fitrah dari Allah kepada manvsia.2X

Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidaμat al- Gharixiμμat

Potensi nalvriah ini memiliki CeCerapa dorongan yang Cerasal dari


dalam diri manvsia. Dorongan-dorongan ini mervpakan potensi atav fitrah yang
diperoleh manvsia tanpa melalvi proses Celajar. Makanya potensi ini diseCvt
jvga potensi instingtif, dan potensi ini siap pakai sesvai dengan keCvtvhan
manvsia dan kematangan perkemCangannya. Dorongan yang pertama adalah
insting vntvk kelangsvngan hidvp seperti keCvtvhan akan makan, minvm
penyesvaian diri dengan lingkvngan. Dorongan yang kedva adalah dorongan
vntvk mempertahankan diri. Dorongan ini Cisa Cerwvjvd emosi atav nafsv
marah, dan mempertahankan diri dari CerCagai macam ancaman dari lvar
dirinya, yang melahirkan keCvtvhan akan perlindvngan seprti senjata, rvmah
dan seCagainya. Vang ketiga adalah dorongan vntvk CerkemCang Ciak atav
menervskan ketvrvnan, yaitv nalvri seksval. Dengan dorongan ini manvsia Cisa
tetap mengemCangkan jenisnya dari generasi ke generasi.

Potensi IndERANi (Fisikal) atau Hidaμat al- Hasiμμat

2O
Hasan Langgvlvng, Axas-Axas Pendidikan Islam, Jakarta: Pvstaka, Al-Hvsna, 2OO8, hal.
xo2.
2X
Jalalvddin, ¥eologi Pendidikan, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2OO3, hal. 3¢-36.

31o | Jurnal ILMiah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari


zo13
Potensi fisik ini Cisa dijaCarkan atas anggota tvCvh atav indra-indra
yang dimiliki manvsia seperti indra penglihatan, pendengaran, pencivman,
peraCa dan perasa. Potensi ini difvngsikan melalvi indra-indra yang svdah siap
pakai hidvng, telinga, mata, lidah, kvlit, otak dan sisten saraf manvsia. Pada
dasarnya potensi fisik ini digvnakan manvsia vntvh mengetahvi hal-hal yang
ada di lvar diri mereka, seperti warna, rasa, svara, Cav, Centvk atavpvn vkvran
sesvatv. Jadi Cisa dikatkan poetensi mervpakan alat Cantv atav media Cagi
manvsia vntvk mengenal hal-hal di lvar dirinya. Potensi fisikal dan emosional ini
terdapat jvga pada Cinatang.

Potensi Akal (Intelektual) atau Hidaμat al- Aqliμat

Potensi akal atav intelektval hanya diCerikan Allah kepada


manvsia sehingga potensi inilah yang Cenar-Cenar memCvat manvsia menjadi
makhlvk sempvrna dan memCedakannya dengan Cinatang. Jalalvddin
mengatakan Cahwa: “potensi akal memCeri kemampvan kepada manvsia
vntvk memahami simCol- simCol, hal-hal yang aCstrak, menganalisa,
memCandingkan, mavpvn memCvat kesimpvlan yang akhirnya memilih dan
memisahkan antara yang Cenar dengan yang salah. fleCenaran akal mendorong
manvsia Cerkreasi dan Cerinovasi dalam menciptakan keCvdayaan serta
peradaCan. Manvsia dengan kemampvan akalnya mampv mengvasai ilmv
pengetahvan dan teknologi, mengvCah serta merekayasa lingkvngannya, menvjv
sitvasi kehidvpan yang leCih Caik, aman, dan nyaman.”22

Potensi Agama (1piritual) atau Hidaμat al- Diniμμat

1elain potensi akal, sejak awal manvsia telah diCekali dengan fitrah
Ceragama atav kecendervngan pada agama. Fitrah ini akan mendorong manvsia
vntvk mengakvi dan mengaCdi kepada sesvatv yang dianggapnya memiliki
keleCihan dan kekvatan yang leCih Cesar dari manvsia itv sendiri.
Nantinya, pengakvan dan pengaCdian ini akan melahirkan CerCagai macam
Centvk ritval atav vpacara-vpacara sakral yang mervpakan wvjvd penyemCahan
manvsia kepada Uvhannya. Dalam pandangan Islam kecendervngan kepada
agama ini mervpakan dorongan yang Cersal dari dalam diri manvsia sendiri yang
mervpakan anvgerah dari Allah. Dalam al-Qvr’an dijelaskan: “Maka hadapkanlah
NAJAHMU dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah μang
telah men›iptakan manusia
Siti Khasinah

menurut fitrah itu. ¥idak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama μang
lurus; tetapi kebanμakan manusia tidak mengetahui,’ (Q1: ar-Rum:ço).

Dari ayat di atas Cisa dikatakan Cahwa yang dimaksvd dengan fitrah Allah
adalah ciptaan Allah. Artinya Allah menciptakan manvsia dengan
memCerinya potensi Ceragama yaitv agama tavhid sehingga apaCila ada
manvsia yang tidak Ceragama tavhid maka itv tidak wajar. Dan Cisa dipastikan
Cahwa keadaan seperti itv adalah karena pengarvh dari lvar diri manvsia.
Dalam seCvah hadits yang diriwayatkan dari Bvkhari menyatakan Cahwa
setiap anak yang lahir itv sesvai dengan fitrah atav potensi Ceragama tavhid
dari Allah, namvn orang tvanya (lingkvngannya) yang menyeCaCkan anak
terseCvt kelvar dari fitrah Allah terseCvt.23 Untvk mempertahankan fitrah
terseCvt, manvsia jvga diCekali dengan potensi emosi (seperti telah dijelaskan di
atas), sehingga dengan emosi yang ada dalam dirinya manvsia dapat merasakan
Cahwa Allah itv ada.2¢

Dalam ayat lain dijelaskan Cahwa: “Dan ingatlah ketika ¥uhan-mu


mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah
mengambil kesaksian terhadap JINa mereka dan berfirman, ‘Bukankah Aku ini ¥uhan
mu?’ Mereka MENJANAB, ‘Betul, Engkau adalah ¥uhan kami, kami menjadi saksi.” (Q1:
al-A’raf;x72). Dari ayat di atas Cisa kita simpvlkan Cahwa potensi Ceragama tavhid
ini telah ada javh seCelvm manvsia lahir. Potensi positif ini harvs dipvpvk
dan diCimCing melalvi proses pendidikan agar tidak menyimpang dari esensi
potensi terseCvt.

Dalam menjalani hidvp di dvnia ini manvsia memang memCvtvhkan


agama. 1elain potensi atav fitrah dari Allah terseCvt, ACvddin Nata25 mengatakan
ada dva hal lain lagi mengapa manvsia memCvtvhkan agama. Manvsia memang
makhlvk sempvrna, namvn meskipvn memiliki Canyak potensi tetap saja manvsia
mempvnyai Canyak kelemahan dan kekvrangan. Hal ini menyeCaCkan
manvsia memCvtvhkan sesvatv yang lain yang leCih heCat dari dirinya sendiri,
yang dalam hal ini adalah Uvhan. Hal lain adalah tantangan dalam hidvp
yang Cervpaya menjavhkan atav melencengkan manvsia dari potensi Ceragama
ini. Uantangan ini Cisa Cerasal dari dalam diri manvsia, seperti dorongan
hawa nafsv dan Cisikan

26
23
Jalalvddin, ¥eologi…, hal. 37-
1ahih¢5.
al-Bukhari, jil. I, Beirvt: al-MaktaCah al-Uhaçafiyah, tt, hal. 2O8.

Vvni 1etianingsih, Birrul ANlad Vs Birrul Æalidain Upaμa Pendidikan Emosional
Anak dalam Keluarga, Banda Aceh: Ar_Raniry Press, 2OO7, hal. 2¢.

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 |


313
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

25
ACvddin Nata, Metodologi 1tudi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2OO3, hal. x6-25.

31z | Jurnal ILMIAh Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari


zo13
setan atavpvn dari lvar diri manvsia yaitv lingkvngan atav manvsia lain yang
ingin menjavhkannya dari agama tavhid.

PengemCangan Potensi Manvsia

fleempat potensi dasar manvsia seperti yang dijelaskan di atas harvs


dikemCangkan agar Cisa Cerfvngsi secara optimal dan dapat mencapai tvjvan yang
seCenarnya. PengemCangan potensi manvsia ini harvs dilakvkan secara
terarah, Certahap dan Cerkelanjvtan serta dapat dilakvkan dengan CerCagai
cara dan pendekatan. Jalalvddin mengatakan ada CeCerapa pendekatan yang Cisa
digvnakan dalam mengemCangkan potensi manvsia.26

Pendekatan Filosofis

Menvrvt pandangan filosofis manvsia diciptakan vntvk


memCerikan kesetiaan, mengaCdi dan menyemCah hanya kepada penciptanya.
Dalam al- Qvr’an diseCvtkan; “Dan aku tidak men›iptakan jin dan manusia
melainkan supaμa mereka mengabdi kepada- Ku.” (Q1: adz- Dzǎriyat: 56), dengan
Cegitv menvrvt filosofis al- Qvr’an manvsia memang diciptakan vntvk taat dan
mengaCdi kepada penciptanya. 1esvai dengan kakikat penciptaannya, maka
keCeradaan atav eksistensi manvsia itv Carv akan Cerarti, Cermakna dan
Cernilai apaCila pola hidvp manvsia telah sesvai dengan blue-print yang
svdah ditetapkan oleh Uvhan. PengemCangan potensi manvsia harvs Cisa
mengarahkan manvsia vntvk menjadi aCdi Uvhannya dan mengikvti nilai-nilai
yang Cenar menvrvt keCenaran ilahiyah yang hakiki.

Pendekatan Kronologis

Pendekatan kronologis memandang manvsia seCagai makhlvk evolvtif.


Manvsia tvmCvh dan CerkemCang secara Certahap dan Cerangsvr.
PetvmCvhan fisik dan mental manvsia diawali dari proses konsepsi, pada
tahap selanjvtnya menjadi janin, kemvdian lahir menjadi Cayi, anak-anak,
remaja, dewasa hingga meninggal. Hal ini terjadi sesvai dengan tahapan-
tahapan pertvmCvhan dan perkemCangan yang Cerlakv. Dalam al-Qvr’an
dijelaskan: “Dan sesungguhnμa Kami telah men›iptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani μang disimpan dalam tempat
μang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
Siti Khasinah

jadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu
kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain. Maka
Maha su›ilah Allah, Pen›ipta μang paling baik.” (Q1: al-Mv’minun: X2-x¢).

Uentang pervCahan manvsia dari tahap selanjvtnya dijelaskan: “Dia-


lah μang men›iptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah, kemudian dilahirkan kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaμa kamu menjadi DENASA, kemudian (dibiarkan
kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada μang dimatikan sebelum itu.
(Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada ajal μang ditentukan
dan agar kamu mengetahui.”(Q1: al- Mv’min: 67).
Dari ayat-ayat di atas jelaslah Cahwa manvsia itv diciptakan melalvi
CerCerta tahap yang kronologis. 1etiap tahap pertvmCvhan dan perkemCangan
ditandai dengan adanya ciri khas atav karakteristik yang CerCeda pvla.
flemampvan manvsiapvn mengalami peningkatan sesvai periode pertvmCvhan
dan perkemCangannya. Dengan demikian maka pengemCangan potensi manvsia
jvga harvs mengikvti pertvmCvhan fisiknya dan perkemCangan mentalnya.
Artinya pengemCangan potensi manvsia harvs diarahkan dan diCina sesvai
tahapan- tahapan tvmCvh kemCang manvsia.

Pendekatan Fungsional

Potensi-potensi yang dimiliki manvsia diCerikan Uvhan vntvk dapat


dipergvnakan dan difvngsikan dalan kehidvpan mereka. flarena tidak mvngkin
Uvhan menciptakan sesvatv yang tidak Cermanfaat. 1emva ciptaan Uvhan
mempvnyai maksvd dan tvjvan, temasvk potensi-potensi yang diCerikan
kepada manvsia. Dalam svrat ad-Dvkhǎn ayat 38 dijelaskan; “Dan Kami tidak
men›iptakan langit dan bumi dan apa μang ada di antara keduanμa dengan
bermain-main.”

Dalam pendekatan ini pengemCangan potensi manvsia harvs


dilaksanakan sesvai dengan manfaat dan fvngsi potensi itv sendiri. Misalnya,
dorongan seksval, harvs diCina dan diarahkan vntvk menjaga kelestarian jenis
manvsia, Cvkan vntvk CerCvat maksiat atav mencari kesenangan semata.
Dorongan nalvri lain lainnya seperti makan, minvm dan mempertahankan diri
harvs diarahkan vntvk kelangsvngan hidvp, Cvkan mengvmCar nafsv. Maka
perkataan yang Cenar adalah makan untuk hidup Cvkan hidup untuk makan.
1elanjvtnya pengemCangan potensi fisik adalah vntvk memaksimalkan fvngsi
fisik dan alat inderawi manvsia vntvk

Jurnal IlMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari zo13 |


314
Cisa Cerinteraksi dengan lingkvngan hidvpnya dan jvga vntvk memenvhi
keCvUvhan hidvpnya.

PengemCangan fvngsi potensi akal dengan Cenar akan


menjadikan manvsia mampv memCedakan yang Caik dari yang salah,
mengatvr dan memCerdayakan lingkvngannya vntvk kelangsvngan
hidvpnya. 1ementara pengemCangan fvngsi potensi Ceragama akan
memCvat manvsia Cenar-Cenar menjadi makhlvk yang setia kepada
Uvhannya. Jalalvddin mengatakan Cahwa melalvi pendekatan fvngsional ini
terlihat Cahwa potensi yang dimiliki manvsia mempvnyai fvngsi pengaCdian,
fvngsi kemanvsiaan, fvngsi individv dan fvngsi seCagai makhlvk. Fvngsi-fvngsi
terseCvt memang svdah terpola secara Cakv. Maka pengemCangan potensi
mnvsia terseCvt tidak Coleh menyimpan dari pola dasar yang svdah ada,
agar potensi yang dimiliki manvsia Cetvl-Cetvl akan Cerfvngsi seCagaimana
mestinya.27

Pendekatan 1osial

Dalam pendekatan ini manvsia dipandang seCagai makhlvk sosial.


Manvsia dianggap seCagai makhlvk yang cendervng vntvk hidvp Cersama
dalam kelompok kecil (kelvarga) mavpvn Cesar (masyarakat). 1eCagai
makhlvk sosial manvsia harvs mampv mengemCangkan potensinya vntvk Cisa
Cerinteraksi di dalam lingkvngannya dan mampv memainkan peran dan
fvngsinya di tengah lingkvngannya. Dalam vpaya mengemCangkan potensi-
potensinya manvsia memCvtvhkan dvkvngan dan Cantvan dari pihak lain di
lvar dirinya vntvk memCimCing, mengarahkan, dan menvntvnnya agar
pengemCangan potensi terseCvt Cerhasil secara maksimal. Upaya
pengemCangan potensi ini dilihat dari svdvt pandang manapvn akan mervjvk
kepada pendidikan.

Uvgas pendidikan dalam pengemCangan potensi manvsia, adalah


dalam vpaya menjaga dan mengerahkan fitrah atav potensi terseCvt menvjv
keCaikan dan kesempvrnaan. PengemCangan CerCagai potensi manvsia
(fitrah) ini dapat dilakvkan dengan kegiatan Celajar, yaitv melalvi institvsi-
institvsi. Belajar yang dimaksvd tidak harvs melalvi pendidikan di sekolah saja,
tetapi jvga dapat dilakvkan di lvar sekolah, Caik dalam kelvarga mavpvn
masyarakat atavpvn melalvi institvsi sosial yang ada. flesimpvlannnya adalah
manvsia Cisa
27
Jalalvddin, ¥eologi…, hal. ¢x.
HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

mengemCangkan selvrvh potensinya melalvi pendidikan, Caik itv pendidikan


formal, informal mavpvn pendidikan nonformal.

1IMPULAN

Manvsia adalah makhlvk Allah yang paling sempvrna dan dalam


CerCagai ayat al- Qvr’an dijelaskan tentang kesempvrnaan penciptaan
manvsia terseCvt. flesempvrnaan penciptaan manvsia itv kemvdian semakin
“disempvrnakan” oleh Allah dengan mengangkat manvsia seCagai khalifah di
mvka Cvmi yang mengatvr dan memanfaatkan alam. Allah jvga melengkapi
manvsia dengan CerCagai potensi yang dapat dikemCangkan vntvk memenvhi
keCvUvhan hidvp manvsia itv sendiri. Di antara potensi-potensi terseCvt adalah
potensi emosional, potensi fisikal. potensi akal dan potensi spritual. fleselvrvhan
potensi manvsia ini harvs dikemCangkan sesvai dengan fvngsi dan tvjvan
pemCeriannya oleh Uvhan. Ada CerCagai pandangan dan pendapat sepvtar
pengemCangan potensi manvsia, seperti pandangan filosofis, kronologis,
fungsional dan sosial. Di samping memiliki CerCagai potensi manvsia jvga
memiliki CerCagai karakteristik atav ciri khas yang dapat memCedakannya
dengan hewan yang mervpakan wvjvd dari sifat hakikat manvsia.

Berdasarkan pemCahasan di atas maka dapat disimpvlkan Cahwa pada


hakikatnya manvsia CerCeda dengan makhlvk Uvhan yang lain seperti hewan
ditinjav dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampvan
manvsia dalam mengemCangkan potensinya.

31G | Jurnal ILMIah Didaktika Vol. XIII, No. z, Fe6ruari


zo13
DAFYAR PU1YAflA

Ali, Mvhammad Davd, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, xçç8.
Anas, Fathvl, ¥he Mira›le of Qurani› Motivation Intisari EE¢ surat

Inspriratif dalam al- Qur’an, Vogyakarta: Eitra Risalah, 2OXO.


Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandvng: Rosda flarya, 2OO7.
Djamarah, 1yaifvl Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edu›atif
1uatu pendekatan Psikologis, Jakarta: Rineka Eipta, 2OXO,
Drijarkara, Per›ikan Filsafat, 1emarang: flanisivs, xç78.
Jalalvddin, ¥eologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2OO3.
Langgvlvng, Hasan, Axas-Axas Pendidikan Islam, Jakarta: Pvstaka Al- Hvsna,
2OO8.
Monk, F. J, Psikologi Perkembangan, Vogyakarta: Gajah Mada Press, xç8¢.
Mvrsyi, Mvhammmad Mvnir, Al-¥arbiμat al-Islamiμμat: Ushuluha NA
¥ATHANNURUHA fil Bilad al-‘Arab, flahirat: ‘Alam al-flitaC, xç86.
Mvstaçim, Psikologi Pendidikan, 1vraCaya: Pvstaka Pelajar, 2OO¢.
Nata, ACvdin, Metodologi 1tudi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2OO3.
Qardhawi, Vvsvf, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta:
Bvlan
Bintang, xçç¢.
1ahih al-Bukhari, tt, jil. I, Beirvt: al-MaktaCah al-Uhaçafiyah.
1ardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2OO7.
1hihaC, M. Qvraish, ÆANASAN Al- Qur’an, Bandvng: Mizan, xçç¢.
1oegarda PoerCakawatja, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Gvnvng Agvng, xç82.
Umar Uirtarahardja dan La 1vlo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Eipta,
2OO5. Usman, Mvkhtar Vvsvf, ¥afsir al-Ikhlas, Jakarta: Rakan Offset, xçç7.
Vvni 1etianingsih, Birrul ANLAD Vs Birrul Æalidain Upaμa Pendidikan
Emosional Anak dalam Keluarga, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2OO7.
Vvsvf, 1yamsv, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandvng: Rosdakarya,
2OO¢.
Zaini,1yahminan, Mengenal Manusia LENAt Al- Qur’an, 1vraCaya: xç8o.
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bvmi Aksara, 2OXX.
Zvhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2OOÇ.

Anda mungkin juga menyukai