(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah I’jaz al-Quran)
Di susun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan
pada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman ini.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Makalah dengan judul “Mukjizat al-Qur’an dalam segi Kosmologi”
ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu rangkaian tugas mata kuliah I’jaz Qur’an
Fakultas Ushuluddin Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah yang selanjutnya. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Al-Qur’an sangat menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak para ilmuan, karena jauh-jauh
hari di dalam Al-Qur’an telah banyak menceritakan tentang proses tau kejadian jagat raya
ini yang baru belakangan ini bisa di buktikan oleh para ilmuan melalui berbagai penilitian
ataupun eksprimen.
Oleh karena itu al-Qur’an juga dipandang sebagai mukjizat dari segi Kosmologi karena
mampu menjelasakan fenomena alam semesta sebelum dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.
Hal ini pula dapat membuat kita semakin percaya dengan Al-Qur’an.
Maka dari itu pada makalah ini pemakalah akan mencoba menjelaskan mukjizat al-Qur’an
dari segi kosmologi melalui berbagai macam buku-buku mengenai hal-hal itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari uraian permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana ayat-ayat al-Qur’an dijelaskan secara ilmiah dalam pembentukan alam
semesta dan tata surya?
2. Bagaimana ayat-ayat al-Qur’an dijelaskan secara ilmiah pada proses bekerjanya tata
surya?
3. Bagaimana munculnya Kosmologi menurut al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kosmologi Dalam al-Qur’an
Kosmos dari bahasa Yunani artinya dunia teratur, bentuk atau susunan benda. Istilsh
ini bahasa sederhananya adalah keteraturan alam. Kosmologi ( Inggris = cosmology) dari
bahasa Yunani kosmos (dunia, alam semesta) dan logos (ilmu bintang). Jadi kosmologi
adalah ilmu yang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang integral. Di
dalam agama Islam sebenarnya banyak paham tentang kosmologi ini, diantaranya adalah
kosmologi masysyai (peripatetik) yang dikembangkan oleh Al kindi dan Al Farabi, dan
mencapai puncaknya melalui Ibn Sinna. Orang barat menyebutnya “filsafat Wujud”. Ada
kosmologi syiah Ismailiyah ini populer dengan dunia korpus Jabir, Ikhwan al Safa populer
dengan nuansa Phytagoras, korelasi kosmologi ini berhubungan dengan siklus kenabian dan
imamah(keimaman),pembahasan kosmologisnya rumit. Terakhir, ada juga yang
dikelompokkan dengan kosmologi sufi,diantaranya adalah Muhyi Al din Ibnu Arabi, yang
mengintegrasikan unsur-unsur Hermenetik, Phytagorean dan Neoplatonik ke dalam ajaran-
ajaran yang bersumber pada makna Al Quran. Allah berfirman :
” Kami tidak menurunkan Al Quran kepadamu agar menjadi susah, tetapi sebagai
peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). Al Quran diturunkan dari Allah
yang menciptakan bumi dan langit-langit yang tinggi, yaitu (Tuhan) Yang Maha Pemurah
yang bersemayam di atas Singgasana (al Arsy). Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di
langit dan di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah .(QS.
At Thaha [20]: 2-6)
Dalam tulisan-tulisannya, ilmu dan nama-nama serta sifat-sifat Allah (al Ashma Wa
al Shifat) berfungsi sebagai landasan bagi elaborasi ilmu kosmos, betapa keseluruhan sifat
kosmos ini merupakan gema dari berbagai nama dan sifat Allah dan betapa masing-masing
tingkat eksistensi kosmis itu sendiri adalah kehadiran Ilahi (al hadarat al illahiyat al khams)
yang bermula dari Dzat Allah (al Hahut) , melalui alam nama-nama alam dan sifat-sifat (al
Lahut), alam malaikat utama (al Jabarut), alam malaikat lebih rendah dan subtil (al malakut)
dan alam-alam materi (al Mulk).
Ibn Arabi menjelaskan tingkatan-tingkatan realitas kosmis berdasarkan ajarannya yang
terkenal “Wahdat Al Wujud” (kesatuan wujud yang transenden), yang menyatakan bahwa
sesungguhnya hanya satu realitas wujud, satu realitas, dan semua yang lain hanyalah refleksi
dari nama-nama dan sifat-sifat Allah di atas cermin noneksistensi.
Akan tetapi, spiritualitas Islam memberikan sarana kepada manusia yang hakikat
bathinnya sedemikian rupa sehingga membuat mereka harus membuka halaman-halaman
kosmis, yang digambarkan oleh Al Quran:
“Tidaklah kamu tahu bahwasannya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan
di bumi, (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah
mengetahui (cara) sembahyang dan tasbih-Nya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan “.(QS. An Nur [24]:41).
B. Proses Pembentukan Alam Semesta dan Tata Surya Menurut Al-Qur’an
Penciptaan alam semesta yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an adalah untuk
menegaskan bahwa Allah ﷻyang menciptakan langit dan bumi beserta isinya dalam enam
masa. Dan juga sekaligus menciptakan siang dan malam yang merupakan akibat logis dari
dari diciptakannya seluruh planet dan satelitnya yang bergerak para porosnya. Sebagaimana
Allah ﷻberfirman dalam surah Al-A’raf ayat 54:
علَى ا ْلعَ ْر ِش يُ ْغشِى الَّ ْي َل َ ست َٰوى ْ ست َّ ِة اَيَّ ٍام ث ُ َّم ا
ِ اْل ْرضَ ف ِْي َ ْ ت َو ِ سمٰ ٰو
َّ ق الَ َِي َخل ْ ّٰللاُ الَّذ
اِنَّ َربَّكُ ُم ه
َب ا ْل ٰعلَمِ ْين اْل ْم ُر تَ ٰب َركَ ه
ُّ ّٰللاُ َر ُ ت ِبا َ ْم ِر ٓه ۙاَ َْل لَهُ ا ْل َخ ْل
َ ْ ق َو ٍ ٌۢ س َّخ ٰر
َ س َوا ْلقَ َم َر َوالنُّ ُج ْو َم ُمَ ش ْمَّ َار يَ ْطلُبُه َحثِ ْيث ً ۙا َّوال
َ النَّه
"Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci
Allah, Tuhan seluruh alam." Q.S. Al-A'raf [7]:54
Penjelasan tentang penciptaan alam semesta ini ternyata beragam dan terdapat dalam
berbagai ayat yang tersebar di berbagai surah. Terkadang disebutkan penciptaan langit, bumi
dan isinya, namun terkadang hanya langit dan bumi saja, dan yang lainnya. Sehingga bila
disatukan, maka dapat disimpulkan bahwa waktu penciptaan langit, bumi dan seluruh isinya
adalah dalam enam masa. Namun, hari (masa) yang dimaksudkan ini tidak sama dengan hari
manusia, walaupun ada 2 ayat yang menginformasikan tentang hari (masa) ini, tetapi hanya
Allah ﷻyang mengetahuinya. Yaitu di surah Al-Hajj ayat 47:
َسنَ ٍة مِ َّما تَ ُعد ُّْون ِ عدَه َواِنَّ يَ ْو ًما ِع ْن َد َر ِبكَ َكا َ ْل
َ ف ْ ّٰللاُ َو
ِف ه ِ ستَ ْع ِجلُ ْونَكَ ِبا ْلعَذَا
َ ب َولَنْ يُّ ْخل ْ ََوي
"Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah
seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." Q.S. Al-Hajj [22]:47
Dan Al-Ma’arij ayat 4
ۤ
س َن ٍة َ س ْينَ اَ ْل
َ ف ُ ح اِلَ ْي ِه ف ِْي يَ ْو ٍم كَانَ مِ ْقد
ِ َاره َخ ْم ُّ ج ا ْل َم ٰل ِٕىكَةُ َو
ُ الر ْو ُ تَ ْع ُر
"Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara
dengan lima puluh ribu tahun." Q.S. Al-Ma'arij [70]:4
Dari keenam masa ini terbagi jadi tiga. Penciptaan langit dalam 2 masa, penciptaan
bumi dalam 2 masa, dan penciptaan isi bumi dalam 2 masa. Dalilnya adalah:
1. Penciptaan langit dalam 2 masa disebutkan dalam surah Fussilat ayat 12:
"Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami
hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah
ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui." Q.S. Fussilat [41]:12
3. Penciptaan isi bumi dalam 2 masa disebutkan dalam surah Fussilat ayat 10:
"Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian
Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa,
memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya." Q.S. Fussilat [41]:10
Penciptaan bumi dan segala isinya terjadi dalam empat masa. Pada ayat sebelumnya
(Q.S. Fussilat/41:9) menyebutkan bahwa bumi diciptakan dalam dua masa, maka dapat
dipahami pula bahwa penciptaan isi bumi dalam dua masa juga. Jadi yang dimaksudkan
oleh ayat ini adalah penciptaan bumi dan isinya dalam empat masa.
1. Masa pertama
س َم ۤا ُء بَ ٰنىهَا
َّ ش ُّد َخ ْلقًا اَ ِم ال
َ ََءاَ ْنت ُ ْم ا
"Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-
Nya?" Q.S. An-Nazi'at [79]:27
ٍ اْل ْرضَ كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْق ٰن ُه َما َو َجعَ ْلنَا مِ نَ ا ْل َم ۤاءِ كُ َّل ش َْيءٍ حَي
َ ْ ت َو َّ اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْٓوا اَنَّ ال
ِ سمٰ ٰو
َاَفَ ََل يُؤْ مِ ُن ْون
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" Q.S. Al-
Anbiya' [21]:30
2. Masa kedua
س هوىه َۙا
َ َس ْم َكهَا ف
َ َرفَ َع
"Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar
meluaskannya." Q.S. Az-Zariyat [51]:47
3. Masa ketiga
ج ض ُٰحىه ََۖا
َ ش لَ ْيلَهَا َواَ ْخ َر َ غ
َ ط ْ ََوا
"dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang
benderang)." Q.S. An-Nazi'at [79]:29
4. Masa keempat
"Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. " Q.S. An-Nazi'at [79]:30
5. Masa kelima
Masa ini adalah masa persiapan kehidupan di bumi. Unsur pertama yang dibutuhkan
untuk hidup adalah air, maka dipancarkanlah air tersebut dari mata-mata air di bumi. Dan di
dalam surah Al-Anbiya’ ayat 30 yang sudah disebutkan di atas memang disebutkan bahwa
seluruh makhluk hidup berasal dari air.
6. Masa keenam
)33( ) َمتَاعًا لَّكُ ْم َو ِ َْل ْنعَامِ كُ ْم32( َوا ْل ِجبَا َل اَ ْر ٰسىه َۙا
Pada masa ini ditancapkan gunung-gunung ke bumi supaya teguh dan tetap dan dari
gunung itu pula terdapat banyak tumbuhan, hewan dan sumber air semua itu untuk
kesenangan manusia.
Banyaknya planet di alam semesta ini memungkinkan bahwa kehidupan bisa terjadi
tidak hanya di bumi kita. Ayat di tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa adanya
makhluk di langit (di luar bumi) yang berdiam. Alam semesta ini memang masih lama untuk
berakhir menurut prediksi manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami
qudrah dan iradah Allah, karena masih mengembang. Tapi, bumi dan tata surya kita bisa
saja lebih hancur jauh lebih dahulu daripada Alam Semesta. Namun Allah mempertegas
bahwa pasti akan terjadi akhir alam semesta yang juga dibicarakan dalam AlQur‟an, dengan
mengetengahkan betapa dahsyatnya ketika alam semesta berakhir yang lazim disebut
dengan kiamat. Peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa langit dan bumi kembali menjadi
satu.
Hubungan antara Fisika dan Sains tidak perlu lagi dipertanyakan. Yang menarik
adalah hubungan Sains dengan Teologi: Kosmologi Islam menjadi contoh yang sangat
bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis diantara mereka berdua: bagaimana sains
membantu memahami Al-Quran, dan bagaimana Al-Quran menjadi literatur utama sains.
Dalam menggali kosmologi Islam mistik, seseorang harus terbiasa dengan kejadian-kejadian
dan keadaan-keadaan eksistensi yang sering dikemukakan dalam istilah-istilah abstrak
seperti wujud murni, hakiki, dan realitas absolut dan tak terbatas semuanya dengan makna
khusus esoteris, dan berdimensi jauh di luar apa yang dipahami oleh orang Barat saat ini
dengan ruang, waktu, dan materi. Apa yang terlihat umum pada sebagian besar kosmologi
dari masa pramodern adalah kepedulian filosofis yang bersifat sentral terhadap
pendefinisian letak manusia, yamg sama-sama dipahami sebagai mikrokosmos, di dalam
alam semesta yang serba mencakup, atau makrokosmos. Lebih jauh lagi, kosmologi pada
intinya memasukkan sebab spiritual dan tujuan utama.
Al-Qur‟an melukiskan alam sebagai makhluk yang pada intinya merupakan ciptaan
Tuhan yang menyelubungi dan sekaligus menyingkap keagungan Tuhan. Bentuk-bentuk
alam merupakan manifestasi kekuasannya, tak terbilang kayanya yang menyembunyikan
berbagai qudrah ilahiyah, tetapi pada saat yang sama juga menyibakkan kualitas-kualitas
(qudrah) itu bagi mereka yang mata hatinya belum dibutakan oleh kesombongan dan jiwa
yang penuh nafsu (al-nafs-al-amarah).
Selanjutnya jauh sebelum Barat mengembangkan teori tentang kosmologi alam
semesta, intelektual Muslim sudah menemukan teori tersebut dengan matang seperti teori
tentang entiles-entiles immaterial yang memancar dari Tuhan, dan telah menjadi perantara
antara tuhan dan alam fisik (materil). Dari sinilah muncul kajian kajian terhadap berbagai
jenis entiles metafisik yang immaterial yang disebut akal-akal (uqul) yang dalam bahasa
agama disebut malaikat.
Dari sini munculah cabang ilmu metafisik khusus yang disebut angelology. Disini
dapat dilihat misalnya menemukan hirarki para malaikat atau akal dalam teori emanasi
mereka. Sesuai dengan perkembangan ilmiah yang berlaku pada saat itu, maka terdapat
sepuluh akal-akal samawi, dari akal ke 1- 10, dan dari akal ke 10, yang biasa disebut akal
aktif (malaikat jibril), muncullah alam fisik, termasuk bumi yang dihuni ini. Diselidiki juga
disini bagaimana proses formasi alam fisik ini dari akal aktif ini, dalam kaitannya dengan
alam fisik adalah pemberian bentuk (wahib al-shuwar),yang tugasnya adalah memberi
bentuk pada alam fisik yang pada saat itu masih berupa potensi materi.
Dan kombinasi antara bentuk dan materi inilah yang bertanggung jawab atas formasi
alam fisik Kosmos tidak hanya bersifat fisik tetapi juga meliputi dunia-dunia nonfisik, maka
penelitian diarahkan pada pendeskripsian pada dunia-dunia nonfisik yang mengantarai alam
dunia dan Tuhan. Maka muncullah dari sini apa yang disebut kosmografi.
BAB III
KESIMPULAN
Tanda-tanda kekuasaan Allah hanya dapat dipahami oleh orang orang yang berakal, yaitu
orang orang yang dalam Al-Qur'an disebut sebagai ulul-albāb. Mereka itu adalah orang-orang yang
mau secara intensif memberdayakan anugerah Allah berupa akal yang secara khusus dikaruniakan
kepada manusia. Ciri-ciri orang yang berakal ini diungkapkan dalam ayat berikutnya, 191. Orang
berakal itu adalah mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik ketika berdiri sambil melaksanakan
aktivitasnya, ketika duduk beristirahat di rumah atau tempat lain, maupun ketika berbaring
beristirahat dari aktivitas. Selain itu, mereka juga senantiasa memikirkan tujuan dan hikmah dari
penciptaan alam semesta. Dengan cara inilah mereka akan menemukan manfaat dan mengetahui
sifat-sifat dari semua yang ada. Mereka akan dapat mengambil keuntungan dan faedah dari alam di
sekelilingnya dan tidak melakukan tindakan yang bersifat merusak. Mereka akan sampai pada
keyakinan bahwa segala sesuatu yang diciptakakan Allah tentu mempunyai tujuan dan hikmah.
Kajian mendalam tentang fenomena alam dan pencipataannya akan bermuara pada
kesimpulan bahwa semua yang ada diciptakan tidak tanpa manfaat. Semua terwujud dengan
manfaat dan faedah bagi manusia. Pada akhirnya, manusia yang mengetahui dan menghayati semua
ciptaan ini pasti akan terdorong untuk bersyukur kepada Allah dengan penuh ketulusan. Karena itu,
tidaklah layak apabila manusia menduga bahwa Allah menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat
dan berfaedah bagi makhluk-Nya, suatu dugaan yang seringkali memunculkan dalam diri manusia
rasa kurang percaya dan prasangka buruk kepada Allah.
Daftar pustaka
Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi; Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-qur’an dan
Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-qur’an, 2010)
Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi; Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-qur’an dan
Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-qur’an, 2010)
Al-Syayuthi, Bint., Al-maqal fi al-insan, Mesir: Dirasah Qur‟aniyah Dar al-Ma‟arif, 1966.