Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 2

BERIMAN KEPADA ALLAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sistem Pembelajaran Aqidah Akhlak”

Dosen Pengampu :
Noor Isna Alfaien, S.Sos. I ,M.Pd

Disusun Oleh :
Gina Amalia ( 211105010274 )
Muhammad Fadli ( 211105010293 )
Diego Irfana ( 211105010299 )

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah memberikan rahmat
serta hidayat-Nya kepada kita semua, sehingga saya mampu menyusun makalah yang berjudul
“Beriman Kepada Allah ” shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjungan
kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku
umatnya.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nanti dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


DAFTAR ISI

BAB 1 ............................................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................................. 4
B. Rumus Masalah ................................................................................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................................................ 4
BAB II ............................................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN............................................................................................................................................................ 5
A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
B. Memelihara Iman Kepada Allah SWT......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
C. Keistimewaan Asmaul Husna ........................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB III ..........................................................................................................................................................................14
PENUTUP ...................................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................................14
B. Saran ..................................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman kepada Allah adalah konsep fundamental dalam agama Islam dan dalam banyak
agama lainnya. Iman kepada Allah mengacu pada keyakinan yang mendalam bahwa Allah
adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Penyayang, serta
pencipta segala sesuatu di alam semesta. Latar belakang beriman kepada Allah bisa sangat
beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,sebagai berikut :
Keluarga dan Pendidikan: Banyak orang memperoleh iman kepada Allah melalui pengajaran
agama yang diterima dari keluarga dan pendidikan formal. Orangtua seringkali memainkan
peran penting dalam membentuk keyakinan agama anak-anak mereka.
Pengalaman Pribadi: Beberapa orang mungkin memiliki pengalaman pribadi yang kuat yang
menguatkan keyakinan mereka pada Allah. Ini bisa berupa pengalaman spiritual, mimpi, atau
peristiwa signifikan dalam hidup mereka yang membuat mereka merasa dekat dengan Tuhan.
Kebudayaan dan Lingkungan: Lingkungan sosial dan budaya juga dapat memainkan peran
dalam membentuk keyakinan agama seseorang. Seseorang yang tumbuh dalam masyarakat
yang sangat religius cenderung memiliki latar belakang beriman kepada Allah yang kuat.
Studi dan Penelitian: Beberapa individu mungkin mencapai keyakinan mereka melalui studi,
penelitian, dan refleksi pribadi tentang konsep-konsep agama dan keberadaan Allah.

B. Rumus Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Inkar Kepada Allah?
2. Bagaimana cara memelihara iman kepada Allah SWT ?
3. Apa Saja Keistimewaan Asmaul Husna?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian inkar kepada Allah
2. Untuk mengetahui cara memelihara iman kepada Allah.
3. Untuk mengetahui apa saja keistimewaan asmaul husna
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ingkar Kepada Allah


Ingkar dalam islam artinya tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di
hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu dan menolak apa yang tidak digambarkan dalam
hati. Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra'. Arti dasarnya adalah
"tertutup" atau "terhalang". Secara istilah, kafir berarti "terhalang dari petunjuk Allah". Orang
kafir adalah orang yang tidak mengikuti pentunjuk Allah SWT karena petunjuk tsb terhalang
darinya. Allah SWT memperingatkan orang-orang yang ingkar kepada-Nya setelah beriman
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mereka diancam akan mendapatkan kemurkaan Allah
SWT.

Akibat ingkar kepada Allah SWT di akhirat mereka mendapatkan siksaan yang pedih.
Allah tidak akan memberi taufik kepada orang yang ingkar kepada ayat-ayatnya, dan orang
yang telah sengaja menghilangkan kesediaan jiwanya untuk menerima kebaikan lalu
menukarkannya dengan dosa dan kejahatan.

Q.S Al-Baqarah Ayat 7

‫عظِي ٌم‬ َ ‫َاوة ٌ َولَ ُه ْم‬


َ ٌ‫عذَاب‬ َ ‫علَى أَ ْب‬
َ ‫ص ِار ِه ْم ِغش‬ َ ‫س ْم ِع ِه ْم َو‬ َ ‫علَى قُلُوبِ ِه ْم َو‬
َ ‫علَى‬ ُ ‫َختَ َم ه‬
َ ‫َّللا‬

Artinya, “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka
terdapat tutupan. Bagi mereka siksa yang besar “

Syekh M Nawawi Banten dalam At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil/Marahul Labid li


Kasyfi Ma’na Qur’anin Majid

Mengatakan, Allah menyebutkan sebab kekufuran orang-orang kafir yang tersebut


pada Surat Al-Baqarah ayat 6 dan 7. Allah mencetak hati mereka sehingga keimanan tidak
dapat masuk. Demikian juga dengan pendengaran mereka sehingga mereka tidak dapat
mengambil manfaat atas kebenaran yang mereka dengar. Kata “sam‘ihim” atau pendengaran
diungkapkan dalam bentuk tunggal/mufrad karena ketunggalan objek pendengaran, yaitu
suara.
Surat Al-Baqarah ayat 7 ini menjadi penjelas kenapa orang kafir percuma diberi peringatan
seperti disebut pada ayat sebelumnya, yaitu Al-Baqarah ayat 6.
B. Cara Memelihara Keimanan

Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap
kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.

Berikut kiat-kiat atau cara menjaga iman yang bisa kita lakukan, yang dengan izin Allah SWT
bisa terus istiqamah berada di jalan-Nya.

1. Memperbaiki Shalat.
2. Memperbanyak Zikir.
3. Mentadaburi Alquran.
4. Berkumpul dengan Orang Shalih.
5. Membaca Buku-Buku Islam.
6. Melakukan Evaluasi Diri.
7. Menjauhi Lingkungan yang Buruk
Q,S Al-An`am Ayat 161-163

Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Rabbku kepada jalan yang lurus,
(yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk
orang-orang yang musyrik, `Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).

Allah berfirman, memerintahkan Nabi saw, penghulu para Rasul, untuk memberitahukan
nikmat yang telah diberikan kepadanya, berupa hidayah menuju jalan-Nya yang lurus, yang
tidak ada liku-liku dan penyimpangannya; diinan qayyimman (“yaitu agama yang benar”)
maksudnya berdiri tegak dan kokoh.
Millata ibraaHiima haniifaw wa maa kaana minal musyrikiin (“Agama Ibrahim yang lurus dan
Ibrahim itu bukanlah termasuk orangorang yang musyrik.”)

Dengan diperintahkannya Rasulullah untuk mengikuti agama Ibrahim, tidak berarti


Ibrahim lebih sempurna daripada beliau dalam hal agama, karena beliau (Muhammad) telah
menjalankan agamanya itu secara penuh, dan agamanya itu pun telah disempurnakan bagi
beliau, yang tidak ada seorang pun pernah sampai pada kesempurnaan ini. Oleh karena itu
beliau disebut sebagai Nabi penutup, penghulu anak cucu Adam secara menyeluruh, dan
pemilik tempat terpuji yang sangat diinginkan oleh manusia termasuk juga oleh Khalilullah
(kekasih Allah), Ibrahim.

Dengan senantiasa mengamalkan Asmaul Husna, setiap muslim akan teringat akan
dosa-dosa yang dimiliki. Dosa-dosa tersebut tentu tidak akan terhapus sebelum Allah
memberikan ampunan-Nya. Untuk itu, mengamalkan Asmaul Husna merupakan salah satu
sarana yang tepat dalam mendapatkan ampunan-Nya. Kapan waktu yang tepat untuk membaca
Asmaul husna? Ada 99 nama baik Allah atau asmaul husna, umat muslim dapat membaca saat
berdoa setelah salat, atau pada waktu-waktu tertentu. Membacanya setiap saat dalam menjalani
hari pun akan mendatangkan manfaat tersendiri bagi umat muslim.

Berikut beberapa manfaat membaca Asmaul Husna yang perlu diketahui: Mendapat
kebaikan dan perlindungan dari berbagai keburukan yang dapat menimpa. Mendapatkan
manfaat kabaikan dan kemuliaan dari sifat-sifat Asmaul Husna yang disebutkan. Menambah
amalan kebaikan yang bia menjadi kunci keberkahan.

C. Keistimewaan Asmaul Husna

Membaca sekaligus memahami Asmaul Husna akan membantu kita untuk lebih mengenal
Allah SWT lebih dalam sehingga kita akan semakin yakin bahwa Allah SWT layak untuk
disembah. Kesempurnaan pada makna Asmaul Husna akan menyadarkan kita sebagai manusia
bahwa tidak boleh berharap lebih kepada manusia lainnya.

Keutamaan Asmaul Husna yang Perlu Diketahui

1. Doa dikabulkan.
2. Masuk surga.
3. Lebih mengenal Allah SWT
4. Meneguhkan iman.
5. Teringat akan dosa.
6. Memberikan rasa aman.
Q S Al-Isra Ayat 110

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru,
Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu".

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik Mekah, "Serulah Allah atau
serulah ar-Rahma n, Dia Yang Maha Pengasih. Jangan ragu engkau menyeru dengan kedua
nama itu, sebab keduanya adalah nama Tuhan. Dengan nama yang mana saja kamu dapat
menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik, yakni Asma ul-aˆusna , sebutlah
salah satu dari nama itu atau semuanya tidaklah berarti engkau mengakui berbilangnya Zat
Tuhan, sebab berbilangnya nama tidak berarti berbilangnya Zat Tuhan, dan selanjutnya
katakanlah kepada mereka janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat, agar
orangorang musyrik Mekah tidak menyakitimu dan menghina agamamu, dan
janganlah pula merendahkannya sehingga tidak terdengar suaramu sama sekali, dan usahakan
jalan tengah di antara kedua itu, yakni tidak mengeraskan suara dalam salat dan tidak pula
merendahkan suaranya.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Daud ibnul Husain,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pada mulanya Rasulullah Saw. selalu
membaca Al-Qur'an dalam salatnya dengan bacaan yang keras, dan orang-orang
meninggalkannya serta tidak mau mendengarkan bacaannya. Dan bilamana seseorang hendak
mendengarkan bacaan Rasulullah Saw. dalam salatnya, maka ia terpaksa harus mencuri-curi
dengar karena takut kepada orang-orang musyrik. Apabila orang-orang musyrik mengetahui
bahwa dia mendengar bacaan Rasul Saw., maka dia pergi karena takut disakiti oleh mereka dan
tidak mau mendengarkannya lagi. Dan apabila Rasulullah Saw. merendahkan bacaannya, maka
orang-orang yang mendengarkan bacaannya tidak dapat mengambil suatu manfaat pun dari
bacaannya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu.
yang menyebabkan orang-orang kafir yang simpati kepadamu bubar meninggalkanmu. dan
janganlah pula merendahkannya.
sehingga orang-orang yang mencuri dengar dari bacaanmu dari kalangan mereka tidak dapat
mendengarnya, karena barangkali sebagian dari mereka memperhatikan sebagian dari apa yang
didengarnya darimu dan beroleh manfaat darinya.

Q. S Al-A`raf Ayat 180

Asmaul husna adalah nama-nama indah yang dimiliki Allah. Secara etimologis, asmaul husna
berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu al-asma’ dan al-husna. Kata al-
asma’ adalah jamak dari lafadz ismun, yang berarti nama. Sedangkan al-husna merupakan
mashdar dari lafadz al-ahsan yang berarti baik, bagus, atau indah. Allah pun mengancurkan
untuk berdoa dan berdzikir dengan asmaul husna.

Dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 180, Allah telah menjelaskan nama-nama lain dari-Nya
yang disebut asmaul husna. Di dalam asmaul husna pula terkandung sifat-sifat Allah yang
sangat mulia nan agung. Pengenalan Allah mengenai nama-nama indah-Nya kepada manusia
dimaksudkan agar manusia senantiasa mengingat-Nya dalam kondisi dan situasi apapun.
Bentuk dari ingat Allah bisa diekspresikan dengan penggunaan dzikir asmaul husna ini, baik bil
qolbi maupun bil lisan.

Tafsir Surat Al-A’raf ayat 180, anjuran berdoa dengan asmaul husna

Surat Al-A’raf ayat 180 mengandung penjelasan mengenai asmaul husna. Adapun ayatnya
berbunyi sebagaimana berikut:

ََ ‫سيُجْ زَ ْونَ َ َماَكَانُواَيَ ْع َملُو‬


‫ن‬ ْ َ‫َاَوذَ ُرواَٱلهذَي َنَيُ ْلحَ دُونََفَىَأ‬
َ َ‫س ٰ َمئَ َهۦ‬ َ ‫سنَ ٰىَفَٱ ْدعُوهَُ َبه‬ ْ َ‫َٱْل‬
ْ ‫س َما ُءَٱ ْل ُح‬ ْ ‫ّلِل‬
َ ‫َو َ ه‬

“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.

Tafsir Al-Wajiz karangan Wahbah Zuhayli

penjelasan mengenai agungnya kemuliaan Allah dan luasnya sifat-sifat-Nya bahwa Ia memiliki
asmaul husna, semua nama yang baik. Menurut Wahbah Zuhayli, semua nama-Nya tersebut
menunjukkan sifat kesempurnaan yang dengan itu Ia menjadi husna (bagus). Dan apabila nama
tersebut tidak menunjukkan sifat, namun hanya sekedar nama, maka bukanlah disebut husna.
Artinya : Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti
Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.

Tafsir Quraish Shihab Muhammad Quraish Shihab

Kami menetapkan timbangan untuk menentukan keadilan pada hari kiamat. Maka, pada hari
itu, tidak akan ada seorang pun yang dicurangi dengan pengurangan kebaikannya atau
penambahan kejelekannya. Meskipun perbuatannya hanya seberat biji moster, akan Kami
datangkan dan akan Kami perhitungkan. Cukuplah Kami sebagai penghitung, maka tak seorang
pun akan dirugikan(1). (1) Ayat ini mengisyaratkan betapa ringannya biji moster (khardzal) itu.
Melalui penelitian dapat diketahui bahwa satu kilogram biji moster terdiri atas 913. 000 butir.
Dengan demikian, berat satu butir biji moster hanya sekitar satu per seribu gram, atau ± 1 mg.,
dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena
itu, biji ini sering digunakan untuk menimbang berat yang sangat detil dan halus.

Asmaul Husna Al-`Adlu ( Yang Maha Adil )

Q.S Al-Anbiya Ayat 47

Artinya: Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak
seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami
mendatangkannya (pahala).

Tafsir Kementrian Agama RI

Dalam menilai perbuatan hamba-hamba-Nya di akhirat, Allah menjamin akan


menegakkan keadilan yang sebenarnya. Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada
hari Kiamat, dengan data yang objektif dan akurat; maka tidak seorang pun dirugikan walau
sedikit, sehingga tidak ada seorang hamba yang amal kebaikannya dikurangi atau kejahatannya
dilebih-lebihkan, sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkan pahala untuk
perbuatan baik dan hukuman untuk perbuatan jahat. Dan cukuplah Kami yang membuat
perhitungan terhadap perbuatan manusia dengan seadil-adilnya, objektif, tepat, dan akurat.
Tafsir Ibnu Katsir

Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:


Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikit pun.
Yakni Kami akan meletakkan timbangan (neraca) yang tepat kelak di hari kiamat bagi amal
perbuatan mereka. Menurut pendapat kebanyakan ulama, sesungguhnya yang dimaksud
hanyalah sebuah neraca, dan sesungguhnya diungkapkan dalam ayat ini dalam bentuk jamak
hanyalah karena memandang dari segi banyaknya amal perbuatan yang ditimbang dengannya.

Asmaul Husna Al-Qayyum (yang maha langgeng dalam kekuasaanya)

Ayat Kursi termasuk dari ayat Al-Quran yang hanya Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad dan tidak Dia turunkan kepada selainnya, hal ini sebagaimana atsar yang
disampaikan Ali dari Abu Ubaid: “Ayat Kursi diberikan kepada Nabimu dari tempat
penyimpanan yang berada di bawah Arsy, dan tidak diberikan kepada seorang pun
sebelumnya”. Ayat Kursi sangat kental dengan nuansa aqidah karena di dalamnya terdapat
penetapan tiga macam tauhid yaitu tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa
shifat.

Q.S Al-Baqarah Ayat 255

Tafsir lengkap Surat Al-Baqarah Ayat 255 menurut Kemenag RI

Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, dan hanya Dia yang berhak
untuk disembah. Adapun tuhan-tuhan yang lain yang disembah oleh sebagian manusia dengan
alasan yang tidak benar, memang banyak jumlahnya. Akan tetapi Tuhan yang sebenarnya
hanyalah Allah. Hanya Dialah Yang hidup abadi, yang ada dengan sendiri-Nya, dan Dia
pulalah yang selalu mengatur makhluk-Nya tanpa ada kelalaian sedikit pun.

Kemudian ditegaskan lagi bahwa Allah tidak pernah mengantuk. Orang yang berada dalam
keadaan mengantuk tentu hilang kesadarannya, sehingga dia tidak akan dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik, padahal Allah swt senantiasa mengurus dan memelihara makhluk-
Nya dengan baik, tidak pernah kehilangan kesadaran atau pun lalai. Karena Allah tidak pernah
mengantuk, sudah tentu Dia tidak pernah tidur, karena mengantuk adalah permulaan dari proses
tidur. Orang yang tidur lebih banyak kehilangan kesadaran daripada orang yang mengantuk.

Asmaul Husna Al-Basit (yang melapangkan rezeki)

Q.S Al-Ankabut Ayat 62

َ ‫شآ ُء م ِۡن ِع َباد ِٖه َو َي ۡقد ُِر لَ ٗهؕ اِ هن ه‬


َ ٍ‫َّللا ِبكُ ِل ش َۡىء‬
‫عل ِۡي ٌم‬ ِ ُ‫سط‬
َ ‫الر ۡز َق ِل َم ۡن يه‬ ُ‫َ ه‬
ُ ‫َّللا َي ۡب‬

Artinya: Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-
Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Pada Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 62-63 khususnya pada ayat ini, Allah menyatakan
bahwa Dialah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan
rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dia sendiri yang berkuasa untuk menentukan rezeki,
sehingga orang-orang yang beriman tidak perlu enggan berhijrah karena takut miskin. Allah
memberi rezeki di mana saja mereka berada, baik di negeri sendiri, maupun di negeri orang
atau dalam perjalanan, bahkan ketika mereka ditawan musuh.

Q.S Azzumar Ayat 53

Artinya: Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Menurut Math‘am bin ‘Addiy, ayat ini turun kepada kamu kafir Quraish, terutama
pemuka-pemuka mereka yang masuk Islam pasca penaklukan Mekah (fath makkah). Mereka
adalah Suhail bin ‘Amr, Hakim bin Hazm, Safwan bin Umayyah, Abu Sufyan dan lain-lain
(Tafsir Al-Qur’an/Tafsir al-Sam‘ani [4]: 475).

Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami bisa masuk Islam? Sesungguhnya nabi
Muhammad Saw pernah bersabda, “Barang Siapa yang melakukan perbuatan syirik, berzina
atau membunuh, maka dia akan binasa atau celaka.” Dan kami sungguh telah melakukan itu
semua, bagaimana keadaan kami?” Kemudian turunlah QS. Az-Zumar Ayat 53.
Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa ayat ini merupakan janji Allah Swt kepada nabi
Adam as pasca penurunannya ke dunia. Nabi Adam berkata: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya
engkau telah membuat Iblis mampu menguasaiku dan keturunanku, dan aku tidak sanggup
membendungnya kecuali atas izin-Mu.”

Secara umum ayat di atas mengatakan bahwa sebaiknya manusia – yakni hamba-hamba Allah
swt yang telah melakukan dosa – tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Jika mereka menyesali
semua dosa tersebut dan mau bertaubat secara sungguh-sungguh, maka Allah swt akan
mengampuninya. Karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun terhadap dosa-dosa
hamba-Nya dan Maha Penyayang kepada mereka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan beriman kepada Allah adalah suatu keyakinan yang mendasar dalam banyak
agama, terutama dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Beriman kepada Allah melibatkan
keyakinan kuat akan keberadaan, keesaan, dan kekuasaan Allah sebagai pencipta alam semesta
dan sumber segala kebaikan. Berikut adalah beberapa poin penting tentang kesimpulan
beriman kepada Allah:
1. Keberadaan Allah: Beriman kepada Allah berarti percaya bahwa Allah itu ada dan
merupakan entitas yang abadi dan tak terlihat yang menciptakan segala sesuatu di alam
semesta.
2. Keesaan Allah: Keyakinan ini menggarisbawahi bahwa hanya ada satu Allah yang tidak
ada tuhan selain-Nya. Konsep ini dikenal sebagai monotheisme.
3. Kekuasaan Allah: Beriman kepada Allah juga berarti percaya bahwa Allah memiliki
kekuasaan mutlak atas segala hal. Dia mengendalikan takdir dan semua yang terjadi di
alam semesta.
4. Ketaatan kepada Allah: Beriman kepada Allah seringkali berarti ketaatan kepada
perintah dan larangan-Nya, serta menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai dan etika
agama yang dianut.
5. Kehidupan Akhirat: Banyak agama juga mengajarkan tentang kehidupan akhirat, di
mana manusia akan diadili atas tindakan mereka di dunia ini. Beriman kepada Allah
seringkali juga mencakup keyakinan akan kehidupan setelah kematian.
6. Doa dan Ibadah: Beriman kepada Allah seringkali diwujudkan melalui doa, ibadah, dan
pengabdian kepada-Nya. Ini adalah cara untuk memperkuat hubungan dengan Allah.
7. Keadilan dan Kebaikan: Beriman kepada Allah juga melibatkan keyakinan bahwa Allah
adalah sumber keadilan dan kebaikan, dan Dia memberikan petunjuk dan rahmat
kepada manusia.
Penting untuk diingat bahwa beriman kepada Allah dapat berbeda-beda dalam setiap agama,
dan masing-masing agama memiliki ajaran dan keyakinan yang unik. Kesimpulan beriman
kepada Allah seringkali menjadi dasar moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari, dan
memainkan peran penting dalam membentuk tindakan dan nilai-nilai individu dan masyarakat.
B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran
proses pembelajaran dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

al-Qurtubi, A. (2013). Tafsir Al-Qurtubi: Al-Jami’Li-Ahkam al-Qur’an. Kairo: Dar Ihya‟ at-
Turas al-„Arabi, tt.
Al’Aqqad, A. M. (2001). Kejeniusan Abu Bakar Ash Shiddiq. Pustaka Azzam.
Al-Asqalani, I. H. (2001). Fath al-Bari: Sahih al-Bukhari. Mesir: Maktabah Misr, J, 9.
Al-Ghazali, I. (2008). Ringkasan ihya’ulumuddin. Akbar Media.
Amrullah, A. M. A. K. (2003). Tafsir Al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Annova, F. (2020). Pendidikan Keimanan dalam al-Quran. ALUSWAH: Jurnal Riset Dan
Kajian Pendidikan Agama Islam, 2(2), 155–171.
Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-Alawi. 2007. Syarah HaditsJibril atau
Hidayah At-Tholibin Fii Bayani Muhimati. Yaman
El-Jazair, Abu Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim atau Minhajul Muslim.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai