Anda di halaman 1dari 8

IFFAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kualiah Pengembangan Profesi


Keguruan

Dosen Pengampu : Dr. Muhyani

Disusun Oleh :

Ahmad Wahyudin

131104090118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah “Pengembangan Profesi Keguruan”.

Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Siffat
iffah( Menjaga KehormatanDiri)”, yang di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri
kami maupun yang datang dari luar. Kendala kami dalam menulis karya tulis ini adalah
waktu, serta berbagai hal yang tidak dapat kami sebutkan.

Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa
akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi diri kami sendiri,
para mahasiswa dan semua yang membaca Makalah kami ini, dan mudah mudahan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam menulis karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya karya tulis ini.

Bogor, 30 November 2016

Mengetahui

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Pengertian Sifat Iffah.........................................................................................................................2
2.2 Fungsi Iffah Dalam Kehidupan..........................................................................................................3
2.3 Keutamaan Sifat Iffah.......................................................................................................................3
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................4
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................4

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
‘Iffah adalah sifat untuk menjaga diri dari sebab-sebab kerusakan, menjauhkan diri
dari perbuatan zina dan fitnah wanita. ‘Iffah merupakan akhlaq paling tinggi dan dicintai Allah Swt.
Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan
dan daya tahan terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan
membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat ‘iffah inilah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar,
qana’ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.
Pada dasarnya manusia terlahirkan dalam keadaan suci. Akan tetapi seiring
waktu dalam menjalani kehidupan didunia ini banyak orang kehilangan kehormatannya karena tidak
ternanamnya sifat ‘iffah dengan kuat dalam dirinya, selebih-lebihnya dalam menjalin cinta dengan
lawan jenis.
Cinta adalah sesuatu yang jarang diucapkan dan didengar orang. Begitu jarangnya,
sampai persoalan cinta dianggap masalah sepele dan tidak perlu pembahasan khusus, karena setiap
insan manusia pasti pernah mengalami dan merasakan cinta. Padahal cinta merupakan sesuatu yang
mendasar dan paling banyak mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam ilmu psikologi, disinggung
mengenai jiwa manusia yang terdiri dari tiga bagian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Tentunya
cinta akan mempengaruhi ketiga bagian jiwa itu. (Farida, 2011: 14)
Banyak krisis yang melanda bangsa kita, salah satu krisis itu adalah krisis moral yang
mendera para pemuda Indonesia. Para pemuda Indonesia mengalami penurunan moral yang
disebabkan oleh kesalahan dalam mengartikan cinta (persepsi tentang cinta). Krisis ini membuat
hidup kita kacau dan mampu menggelincirkan kita kedalam jurang perdebatan, keragu-raguan dan
ketidakpercayaan.
Bilamana kita mampu memahami cinta dengan benar dari segi iIslam, maka
seseorang bisa menjadi hamba Allah yang mulia. Dengan demikian yang harus dilakukan umat
muslim agar mampu memahami cinta dengan benar menjadi sangat signifikan untuk dikaji, agar kita
bisa menjadi manusia yang diridhoi oleh Allah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa pengertian Sifat Iffah?


2. Apa Keutamaan Sifat Iffah ?
3. Apa saja iffah dalam kehidupan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian Sifat Iffah


2. Memahami Iffah dalam kehidupan
3. Mengetahui iffah menjaga kehormatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian iffah


Secara etimologis, ‘iffahadalah bentuk Masdar dari affa-ya’iffu-‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara
terminologis, iffahadalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan
merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Iffah (al-iffah) juga dapat dimaknai sebagai
usaha untuk memelihara kesucian diri (al-iffah ) adalah menjaga diri dari segala tuduhan,
ftnah, dan memelihara kehormatan.

2.2 Iffah dalam Kehidupan


Iffah hendaklah dilakukan setiap waktu agar tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal
ini dapat dilakukan dimulai memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-
angan yang buruk. Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian:
a) Kesucian Panca Indra; (QS. An-Nur [24] : 33)
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga
Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS. An-Nur [24] : 33)
b) Kesucian Jasad; (QS. Al-ahzab [33] : 59)
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: «Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka». yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (
QS. Al-Ahzab [33] : 59)
c) Kesucian dari Memakan Harta Orang Lain; (QS. An-Nisa [4] : 6)
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. ke mudian jika menurut
pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada
mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.
barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta

5
itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).
(QS. An-Nisa [4] : 6)
d). Kesucian Lisan
Dengan cara tidak berkata menyakitkan orang tua seperti firman Allah Swt.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalampemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan «ah» dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia (QS. Al Isra
[17] : 23)

2.3 Keutamaan Iffah Bagi Seorang Guru


Dengan demikian, seorang yang afif adalah orang yang bisa menahan diri dari perkara-
perkara yang dihalalkan ataupun diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara
tersebut dan menginginkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah:. Artinya; “Apa yang ada
padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa
yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya,
dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya
sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka
Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu
pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
 Agar seorang mukmin memiliki sikap iffah, maka harus melakukan usaha-usaha untuk
membimbing jiwanya dengan melakukan dua hal berikut:dengan Allah dari meminta kepada
selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi
suatupemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Agar seorang guru mukmin memiliki sikap iffah , maka harus melakukan usaha-usaha
untuk membimbing jiwanya dengan melakukan dua hal berikut:
1) Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan
menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan

6
apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada
makhluk, baik secara lisan (lisnul maqal) maupun keadaan (lisanul hal)
2) Merasa cukup dengan Allah, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa
yang bertawakal kepada Allah, pasti Allah akan mencukupinya. Allah itu mengikuti
persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan.
Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang
disangkanya. Untuk mengembangkan sikap ‘iffah ini, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri,
di antaranya:
1) Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakan sunnah Rasulullah,
2) Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang jelas akhlaknya,
3) Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian secara Islami,
4) Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang diperolehnya,
5) Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjaga kemaluannya,
6) Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki atau perempuan yang bukan
mahramnya,
7) Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
’Iffah merupakan akhlak paling tinggi dan dicintai Allah Swt. Oleh sebab itulah sifat ini
perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan
terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan membahayakan
saat telah dewasa.
Dari sifat ’iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar, qana’ah, jujur, santun, dan
akhlak terpuji lainnya.Ketika sifat ’iffahini sudah hilang dari dalam diri seseorang, akan
membawa pengaruh buruk dalam diri seseorang, akal sehat akan tertutup oleh nafsu
syahwatnya, ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana baik
dan buruk, yang halal dan haram.

7
8

Anda mungkin juga menyukai