NPM : 131104090118
Semester :Vc
B. Dasar-dasar Kurikulum
Dua orang penulis pendidikan Islam, Al-Syaibani (1979:523-532) dan Abdul Mujib
(2006:125-131) menetapkan dasar pokok bagi kurikulum tersebut sebagai berikut:[8]
1. Dasar Religi
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkana gama. Sehingga dasar religi menjadi
dasar utama. Dasar ini ditetapkan berdasarkan nilai-nili Ilahi. Penetapan nilai-nilai tersebut
berdasarkan pada Islam sebagai wahyu yang diturunkan Tuhan untuk umat manusia.
2. Dasar Filsafat
Dasar filisofi menjadi petunjuk arah bagi tujuan pendidikan Islam. Sehingga kurikulum
mengandung kenbenaran sesuai dengan apa yang dikandung oleh pandangan hidup tersebut
(Islam).
Menurut Abdul mujib (2006:126-128) dasar filosofis ini membawa pada tiga dimensi, yaitu
dimensi ontologis (objek atau sumber), dimensi epistemologis (cara), dan dimensi aksiologis
(manfaat). Uraiannya sebagai berikut:
a. Dimensi ontologis. Dimensi ini mnegrahkan peserta didik untuk berhubungn langsung
dengan objek yang dikaji. Baik yang berbentuk realitas fisik, ataupun realitas non fisik
(ghaib).
b. Dimensi epistemologis. Epistemologis menyangkut bagaimana kurikulum dibentuk dan
esensi atau konten kurikulum yang dapat mengarahkan cara memperoleh pengetahuan bagi
siswa. Dan kurikulum dinilai valid apabila didasarkan pendekatan ilmiah. Jadi kurikulum
harus bersifat universal, reflektif dan kritis sehingga dimensi ini berimplikasi pada rumusan
kurikulum.
c. Dimensi aksiologis. Manfaat (aksiologis) dari rumusan kurikulum pendidikan islam yang
didasari denagn falsafah adalah untuk terciptanya tujuan ideal dari pandangn hidup manusia.
Dalam hal ini Islam. Alhasil aksiologisnya didasarkan pula pada idealitas keberhasilan dalam
Islam.
3. Dasar Psikologis.
Dasar psikologis kurikulum menurut pendidikan Islam mengandung kondisi peserta didik
berada pada dua posisi, yaitu sebagai anak yang hendak dibuna dan sebagai pelajar yang
hendak mengikuti proses pembelajaran. Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan
kurikulum yang sejalan dengan perkembanagn psikis peserta didik.
4. Dasar Sosiologis.
Dasar ini berimplikasi pada kurikulum pendidikan supaya kurikulum yang dibentuk
hendaknya dapat membantu pengembangan masyarakat. Terutama karena pendidikan
berfungsi sebagai sarana trasnfer of culture (pelestarian kebudayaan), proses sosialisasi
individu dan rekonstruksi sosial.
5. Dasar Organisatoris.
Dasar ini menjadi acuan dalam bentuk penyajian bahan pelajaran. Dasar ini berpijak pada
teori sikologi asosiasi yang emnagnggap keseluruhan sebagai kumpulan dari bagian-
bagiannya. Dan juga berpijak pada teori sikologi Gestalt yang menggap keseluruhan
mempengaruhi organisasi kurikulum yang disusun secara sistematis tanpa adanya batas-batas
antara berbagai mata pelajaran.
C. Prinsip-prinsip Kurikulum.[9]
1. Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan
nilainya.
2. Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum
3. Prisip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum
4. Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu
juga dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk
memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya
5. Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat, minat,
kemampuan, kebutuhan dan masalahnya
6. Prinsip keenam adalah perkambangan dan perubahan islam yang menjadi sumber
pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum
7. Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman, dan aktiva
yang terkandung dalam kurikulum.
Sumber : http://pelangimakalah.blogspot.sg/2013/09/makalah-tinjauan-filosufis-tentang.html