Anda di halaman 1dari 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang

paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. sehingga

kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling mendasar.

Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat

meluas jangkauannya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis

hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa,

yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling

mendalam dan relatif permanen.

Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membawa hasil diantara orang-orang

yang berkomunikasi. komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan

dapat tersampaikan dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi dapat

terjalin. Oleh karena itu setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki

keterampilan komunikasi interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi,

bergaul dan menjalin kerjasama untuk bisa bertahan hidup.

Begitu juga dengan komunikasi yang harus dimiliki oleh siswa yakni

dengan adanya interaksi aktif ketika proses pembelajaran berlangsung ataupun di

luar KBM (kegiatan belajar mengajar) sehingga akan mempermudah terjalinnya

hubungan yang baik.


2

Menurut Armai, dalam bukunya Reformulasi Pendidikan Islam, kegiatan

guru dengan siswa dalam KBM (kegiatan belajar mengajar) merupakan faktor

yang sangat menentukan. “betapapun baiknya materi pelajaran yang berikan, dan

sempurnanya metode yang digunakan, apabila interaksi antara guru dan murid

tidak harmonis akan dapat menciptakan hasil (result) pembelajaran yang tidak

diinginkan.[CITATION Arm05 \p "2005, hal 95" \l 1057 ]

Hari ini jaman sudah mulai canggih bahkan seluruh kehidupan manusia di

muka bumi ini telah dibantu oleh kecanggihan teknologi bahkan hampir semua

aktivitas manusia di muka bumi ini diiringi dengan teknologi, terkadang teknologi

pun memiliki dampak negatif walaupun disisi lain teknologi memiliki dampak

positifnya. Dampak negatif dari teknologi berimplikasi kepada kurangnya

komunikasi manusia yang satu dengan manusia yang lain, dengan hal ini secara

tidak langsung manusia sudah mengupayakan dekat dengan orang yang jauh dan

menjauh kepada orang yang dekat. Maksud dari pada itu adalah. Karena aktivitas

manusia hari ini dipenuhi dengan teknologi maka pada jaman ini kita banyak

temukan banyaknya orang yang memainkan handphone hanya untuk

berkomunikasi dengan orang yang jaraknya jauh, sedangkan orang yang berada

disampingnya ia hiraukan begitu saja.

Oleh karena itu lembaga pendidikan adalah salah satu sarana untuk

mencapai tujuan pendidikan yang hakiki, maka setiap individu di dalam sebuah

lembaga dituntut untuk mampu berkomunikasi agar dalam kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan dengan lancar baik itu motivasi belajar maupun kegiatan

lainnya di sekolah.
3

Hal ini berdasarkan para pakar yang mereka lakukan. Para pakar

komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda, meskipun

adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara berbagai pendapat

tersebut. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi

terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun

kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain

untuk merasa, berfikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun

menurut Scheidel tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan

lingkungan fisik dan psikologis kita.[CITATION Ded071 \p "2007, hal 4" \l 1057 ]

Ironisnya ketika manusia manusia banyak bergantung pada gudget maka

bukan hal yang tidak mungkin manusia tersebut sudah tidak lagi beradab, hari ini

banyak kita temukan banyak anak remaja yang ketika diajak berbicara oleh kedua

orang tuanya atau orang yang lebih tua darinya namun ia menjawab sambil

memainkan handphone. Oleh karena itu komunikasi interpersonal sangat berperan

penting untuk merubah sikap manusia sesuai dengan kemajuan jaman. Kesadaran

dalam beragama adalah suatu hal yang sangat vital dan harus kita optimalkan

dalam penginternalisasiannya didalam kehidupan manusia. Dengan kesadaran

keberagamaan inilah maka akan timbul nilai-nilai islam yangakan membantu

membentuk pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur serta berakhlak.

Untuk merealisasikan kesadaran beragama ini harus kita mulai sedini

mungkin, ditengah kesulitan para pendidika untuk mentransfer ilmu keislaman

kepada muridnya karena terbatas oleh waktu, namun sebisa mungkin nilai-nilai

islami harus kita transferkan secara maksimal bagaimanapun caranya. Karena


4

mengajarkan ilmu keagamaan demi terwujudnya kesadaran beragama itu bukan

hanya tugas guru agama saja, namun melainkan menjadi tugas dan tanggung

jawab kita semua.

Banyak sekolah-sekolah islami atau sekolah umum yang memerintahkan

setiap guru untuk senantiasa berkomunikasi secara interpersonal demi

menginternalisasi nilai-nilai keislaman karena dengan begitu siswa akan sadar

terhadap pentingnya beragama atau berkeyakinan islam. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk meneliti dan mengkaji melalui skripsi ini penulis mengangkat

penelitian tentang “HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DENGAN KESADARAN BERAGAMA SISWA KELAS VIII DI SMP

NEGERI 1 JONGGOL”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar

belakang maka permasalahan tersebut dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

1. siswa kurang bersosialisi dengan guru dan teman-temannya sehinggap

berimplikasi kepada kesadaran beragama.

2. Kurangnya komunikasi dapat membuat siswa sedikit mendapatkan

rangsangan untuk menuai hidup lebih tentran sesuai dengan ajaran

agama Islam.

3. Kurangnya komunikasi yang positif dapat membuat siswa menjadi ego

sehingga tak mampu bersosialisasi sehingga terkesan sangat

individualis.
5

4. Siswa akan jauh dari nilai-nilai agama jika komunikasi siswa kurang

dan bahkan tidak terbuka atas semua permasalahan sehingga siswa tak

mampu menemukan solusi yang justru akan berujung ketertekanan.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memfokuskan kegiatan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Hubungan komunikasi interpersonal

2. Kesadaran beragama siswa

3. Hubungan komunikasi interpersonal dengan kesadaran beragama siswa

2. Rumusan masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dijelaskan, maka penulis

merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah komunikasi interpersonal guru terhadap siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Jonggol?

b. Seberapa penting peran komunikasi interpesonal bagisiswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Jonggol?

c. Bagaimana kesadaran beragama siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Jonggol?

d. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran beragama siswa kelas

VIII di SMP Negeri 1 Jonggol?


6

e. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

interpersonal dengan kesadaran beragama siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Jonggol?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Komunikasi Interpersonal siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Jonggol.

b. Untuk mengetahui seberapa penting peran Komunikasi Interpersonal

bagi siswa kelas VIII SMPN Negeri 1 Jonggol.

c. Untuk mengetahui Kesadaran Beragama siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Jonggol.

d. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Kesadaran

Beragama siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Jonggol.

e. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara Komunikasi

Interpersonal dengan Kesadaran Beragama siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Jonggol.
7

2. Manfaat penelitian

Tentunya setiap penelitian pasti memiliki manfaat bagi manfaat bagi

peneliti ataupun manfaat bagi yang membaca hasil penelitian tersebut.

Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan agar hasil dari

penelitian ini mampu menuai banyak manfaat. Adapun manfaat yang

diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai pijakan

untuk penelitian yang akan datang dalam rangka untuk penulisan

skripsi.

b. Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya tentang intensitas penggunaan media

sosial yang mempengaruhi akhlak siswa.

c. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk kegiatan

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat mengatur intensitas penggunaan media sosial

yang tidak mengganggu proses belajar siswa dan tidak merubah

akhlak siswa dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

b. Bagi guru, sebagai upaya agar bersikap tegas kepada siswa yang

menggunakan media sosial pada jam pelajaran berlangsung.


8

c. Bagi orang tua, dapat menjadi pedoman untuk bisa memantau dan

memberi teladan yang baik kepada anaknya dalam penggunaan

media sosial.

d. Bagi Universitas Ibn Khaldun, karya ilmiah ini diharapkan mampu

menjadi bahan dalam jurnal ilmiah dalam kategori hasil karya

mahasiswa.

E. Sistematika Penulisan

Secara teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. Pembahasan

dalam penulisan skripsi ini penulisa membagi menjadi lima bab. Dengan

sistematis yang diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yaitu pembahasan yang di dalamnya mencangkup latar

belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan sistematika

penulisan.
BAB II Kajian teori, yaitu uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian ini yakni hubungan intensitas pemanfaatan media sosial

dengan akhlak siswa


BAB III Metode penelitian, yaitu uraian yang membahas mengenai

pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang, tempat dan waktu

penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, dan teknik analisis data.


BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, yaitu bab yang di dalamnya

menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian yang


9

dilakukan berdasarkan data yang diperoleh.


BAB V Kesimpulan, yaitu bab yang di dalamnya menguraikan simpulan dari

hasil penelitian serta saran dari peneliti terkait penelitian yang

dilakukan.

BAB II

LANDASAN TEORITIS
10

A. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Onong, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi

mengemukakan istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut

communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama. Maksud kata “sama” disini adalah

memiliki makna yang sama.

Menurut Frazier Moore, dalam bukunya yang berjudul Humas,

mengemukakan dalam istilah yang sederhana, komunikasi adalah proses

penyampaian pengertian antar individu[CITATION Fra05 \p 2005 \l 1057 ].

Berdasarkan penjelasan di atas memberikan pengertian bahwa

ketika proses komunikasi berlangsung maka terdapat di dalamnya sebuah

proses penyampaian pengertian antar individu yang memiliki makna yang

sama sehingga keduanya memiliki persepsi yang sama.

Menurut persfektif islam mengenai komunikasi sebagaimana yang

tertera dalam Al-qur’an surat Ar-rohman ayat 1-4:

)4( َ‫) َعلَّ َمهُ ْالبَيَان‬3(‫ان‬


ُ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬ ُ ْ‫) َعلَّ َم ْالقُر‬1( ‫الرَّحْ َم ُن‬
َ َ‫) خَ ل‬2(‫آن‬

Artinya :
11

“(Tuhan),yang Maha Pemurah, yang telah Mengajarkan Al-qur’an, dia

menciptakan manusia, mengajarkannya pandai berbicara.” [ CITATION AlQ \l

1057 ]

Dari penjelasan ayat diatas menjelaskan bahwa manusia itu harus pandai

berbicara, hal ini secara tidak langsung memberitahukan bahwa manusia harus

pandai berbicara terciptana sebuah makna yang sama.

Ada beberapa pakar komunikasi yang menjelaskan berbagai macam

pengertian komunikasi di antaranya Jalaludin Rakhmad dalam Psikologi

Komunikasi, sebagaimana dijelaskan bahwa:

Menurut marphy, dalam bukunya Lg. Wursanto mengatakan, “Communication is

the whole process used in reaching other minds,” (Komunikasi adalah seluruh

proses yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang

lain).”[CITATION Ist98 \p 1998 \l 1057 ]

1). Suatu penyampaian energi dari suatu tempat ke tempat yang lain (seperti
dalam sistem syaraf ataupun penyampaian gelombang-gelombang suara).
2). Penyampaian dan penerimaan signal atau pesan oleh organisme.
3). Pesan yang disampaikan.
4). Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem lain.
5). Pengaruh satu wilaah persona pada wilayah persona yang lain sehingga
perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan
pada wilayah lain.
6). Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.[CITATION Ist981 \p
"1998, hal 72" \l 1057 ]
12

Menurut Hovland, yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya
Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, menjelaskan bahwa “komunikasi adalah
proses mengubah perilaku orang lain (Communication is the procces to modify the
behavior of others individuals).”[CITATION Ono \p "2010, hal 10" \l 1057 ]

Berdasarkan pernyataan pakar di atas yang menjelaskan tentang pengertian

komunikasi, penlis lebih depakat dengan penjelasan Jalaludin Rakhmad karena

lebih komprehensif atau mencakup semuanya dalam komunikasi, dalam

penjelasan Jalaludin Rakhmad tidak hanya menerima pesan, menyampaikan saja,

namun juga komunikasi ini untuk mempengaruhi pihak satu dengan pihak yang

lainnya sehingga terjadi suatu interaksi dari keduanya.

Dengan itu dapat disimpulkan secara keseluruhan dari beberapa pendapat

di atas bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, dan penerimaan

pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) pesan untuk

mendapatkan informasi serta mengubah pola pikir.

Oleh karena itu dengan komunikasi manusia akan mendapatkan banyak

informasi dan juga dapat bertukar pikiran dengan orang lain untuk menyampaikan

sesuatu yang sekiranya perlu untuk disampaikan dengan begitu orang lain dapat

memahami makna yang diungkapkan, komunikasi juga akan menghasilkan solusi

untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang sedang kita hadapi atau

yang sedang orang lain hadapi. Komunkasi tidak cukup hanya sekedar kata-kata

saja yang digunakan dalam sebuah percakapan, namun juga diperlukan intonasi,

ekspresi wajah, simbol-simbol ketika hendak ingin berkomunikasi.

Deskripsi tentang komunikasi adalah saling mengerti dan saling

mempercayai diantara satu pihak dengan pihak yang lain. Seringkali sesuatu yang
13

diungkapkan oleh komunikator tidak dimengerti oleh komunikan sehingga dapat

memicu timbulnya kesalahpahaman diantara kedua belah pihak yakni pihak

penyampai pesan dan pihak penerima pesan, karena tidak adanya suatu makna

yang sama dan keinginan tujuan atau maksud yang ingin dicapai ialah efek yang

positif dalam komunikasi.

Menurut Yatri Indah Kusumastuti mengemukakan bahwa komunikasi

dapat terlaksana pada level-level sebagai berikut:

a. Komunikasi antar pribadi beberapa hal yang harus diingat dalam


komunikasi antarpersonal, yaitu a) kita mengkomunikasikan apa dan siapa
diri kita, b) bahasa dapat digunakan untuk menyembunyikan atau
menyatakan sesuatu, c) kebanyakan komunikasi interpersonal terpusat
kepada kepentingan diri kita agar orang lain bertindak seperti apa yang
kita inginkan, d) pemaknaan ada pada orang lain bukan pada kata-kata, e)
kita tidak dapat tidak berkomunikasi, f) orang lain bereaksi atas tindakan
kita, g) kita melakukan apa yang kita lakukan agar mencapai kebahagiaan,
h) kita tidak selalu mempunyai pengertian dan perasaan yang sama dengan
orang lain, i) komunikasi berlangsung dalam sebuah sistem.
b. Komunikasi kelompok didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang yang
berkomunkasi secara tatap muka memenuhi tujuan tertentu dan mencapai
tujuan tertentu pula (Person,1985 dalam subarna et al., 1999).
Berikut ini merupakan beberapa jenis kelompok:
1. Kelompok kerja: kumpulan oranh-orang profesional yang bertugas
untuk mengambil dan menjalankan sebuah keputusan.
2. Focessed group: kegiatan pebentukan kelompok yang dilakukan
oleh organisasi atau lembaga bisnis untuk mengetahui reaksi publik
terhadap produk, proses atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi.
3. Komite atau kepanitiaan: biasanya dibentuk untuk melakukan
tugas tertentu mulai dari sekedar peringatan ulang tahun tugas
tertentu mulai dari sekedar peringatan ulang tahun perusahaan
sampai studi, riset, dan pembuatan rekomendasi tentang persoalan-
persoalan yang dihadapi.
4. Pers Conference: kelompok ini dibentuk tidak untuk jangka waktu
yang panjang, melainkan hanya sesaat. Bertujuan untuk
menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media.
14

5. Rapat publik: dilakukan untuk tujuan menyampaikan keputusan


yang akan mempengaruhi kepentingan publik organisasi atau
lembaga bisnis.
c. Komunikasi Massa, bersumber dalam level komunikasi massa a) dalam
komunikasi massa terlembagakan, artinya mereka berbicara tidak atas
nama dirinya sendiri melainkan atas nama lembaga tempatnya bekerja. b)
pesan untuk berkomunikasi massa bersifat publik atau umum artinya tidak
rahasia, sehingga dapat dikonsumsi oleh siapa pun. c) media komunikasi
massa baik elektronik maupun cetak bersifat 1) stimultan,artinya dapat
digunakan oleh massa secara serentak, 2) periodik artinya penerbitan
untuk media cetak atau elektronik selalu teratur berdasarkan jangka waktu
tertentu, sehingga terjadwal dengan baik. d) khalayak pengguna media
komunikasi massa 1) tidak terkonsentrasi pada satu lokasi tetapi tersebar
hingga ke pelosok, 2) anonim, artinya sumber (komunikator) tidak
mengenal secara pribadi setiap khalayak, 3) keberagaman latar belakang
pendidikan, agama, psikologi, status sosial bahkan budaya. e) efek atau
perubahan sikap, opini, dan perilaku sebagai akibat berlangsungnya proses
komunikasi pada level komunikasi massa sulit untuk dipantau.[CITATION
Yat09 \p "2009, hal 24-27" \y \l 1057 ]

berdasarkan ketiga tingkatan atau level yang telah dikemukakan oleh Yatri

Indah Kusumastuti di atas sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun dari

tiga bahasan di atas penulis hanya akan mendalami mengenai komunikasi

interpersonalnya saja, meskipun ketiganya tidak kalah pentingnya dalam

keberlangsungan komunikasi.

Dalam komunikasi interpesonal, setiap pihak dapat bertindak sebagai

komunikator (pengirim) ataupun sebagai komunikan (penerima). Komunikasi

interpersonal ini terjadi saling mempengaruhi, artinya apa yang akan disampaikan

oleh penerima ketika giliran menjadi komunikator (pengirim), akan bergantungan

dengan apa yang dikatakan oleh komunikator awal tersebut dan oleh pesan lain

yang ditangkap.
15

Sifat komunikasi interpersonal adalah timbal balik, bahkan hampir semua

manusia yang hidup dimuka bumi ini menggunakan komunikasi interpersonal,

karena komunikasi ini berlangsung secara tatap muka serta timbal balik antara

kedua belah pihak. Misalnya percakapan antara teman sekolah di kelas, anggota

keluarga dan lain-lainnya.

Menurut Arni Muhammad dalam bukunya yang berjudul Komunikasi

Organisasi bahwa “Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi

di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara

dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”[CITATION Arn09 \p "2009, hal

159" \l 1057 ]

Menurut Deddy Mulyana, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi,

mengatakan “Komunikasi antarpribadi (Interpesonal communicatiom)

berkomunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

ataupun nonverbal,”[CITATION Ded07 \p "2007, hal 81" \l 1057 ]

Menurut Tubbs 1974; Littlejohn 1996; West & Turner 2007 yang dikutip

oleh Hadiyanto mengemukakan bahwa “Komunikasi antarpribadi atau

interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, secara tatap

muka langsung dan dalam suasana pribadi.”[CITATION Had10 \p "2010, hal 212" \l

1057 ]

Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah proses penyampaian pesan yang merupakan informasi yang


16

disampaikan seseorang kepada orang lain yang terdiri dari dua orang atau lebih

dengan menggunakan verbal dan nonverbal yang mengalir antar individual secara

tatap muka dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Menurut Leswll, yang dikutip oleh Onong mengatakan bahwa cara yang

baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Who Says What In Whitch Chanel To Whom Whith What Effect? [CITATION

Ono11 \p "2011, hal 10" \l 1057 ]

Paradigma Leswll di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1. Komunikator, penyampaian pesan atau informasi


2. Pesan (message), adalah pesan sebagai pengarah di dalam usaha untuk
mengubah sikap dan tingkah laku komunikator, pesan bisa dilakukan
secara lisan atau media.
3. Media (chanel, media), adalah alat yang digunakan oleh komunikator
untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
4. Komunikan (communicationt, communicate, receiver, recipent),
merupakan penerima pesan, orang yang dituju atau pihak jawab.[CITATION
Ono11 \p "2011, hal 10" \l 1057 ]

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi memerlukan

kemampuan seseorang (pengirim) kepada penerima utnuk mengetahui informasi,

melalui respon, radio, majalah, buku, surat kabar, dan lain-lain, sehingga

menimbulkan pengetahuan dan mencapai sesuatu yang diinginkan.

Dari keempat unsur ini sangat penting sekali, apabila salah satunya tidak

ada maka komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan itu, komunikasi

hanya akan efektif jika memberikan pengaruh bagi perilaku.


17

Menurut Onong dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi

mengatakan ada beberapa proses dalam berkomunikasi yakni terbago kepada dua

tahap, anatara lain:

a. Proses komunikasi secara primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang, kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media, lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat,
gambar, warna, dan yang lainnya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan
dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang
mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain.
[CITATION Ono11 \p "2011, hal 11" \l 1057 ]

Seperti yang telah dijelaskan di atas, media primer atau lambang yang

paling banyak digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Namun, tidak

semua orang mampu dan pandai merangkai kata-kata untuk berkomunikasi yang

mudah ditangkap sehingga dapat merefleksi pikiran dan perasaan yang

sesungguhnya, selain daripada itu, sebuah perkataan tidak bisa dipastikan mampu

mengandung makna yang sama bagi orang. Kial itu dapat menerjemahkan pikiran

seseorang sehingga terekspresikan secara fisik, misalnya menggapai tangan,

memainkan jari-jemari, mengedipkan mata, ataupun menggerakan anggota tubuh

lainnya.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan


oleh seseorang kepada orang lain. Dengan menggunakan alat atau
18

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai


media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua
dalam melancarkan komunikasinya karena komunikasi sebagai
sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi,
film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi.[CITATION Ono11 \p "2011, hal 16" \l 1057 ]

Seperti yang telah diterangkan di atas, pada umumnya bahasa yang paling

banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang, ide, dan

pendapat. Maka dari itu media juga merupakan alat atau sarana untuk meneruskan

pesan komunikasi dengan bahasa. Misalnya, radio, surat atau telepon adalah

media untuk meneruskan, menyambung atau menyebarluaskan pesan yang

menggunakan bahasa.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Muhyani ada

beberapa bentuk dalam menjalankan tugasnya seorang guru antara lain:

1. Kemampuan profesional terdiri atas: a) penguasaa materi pelajaran, mencakup

bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut; b)

penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; c) penguasaan

proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.

2. Kemampuan personal yang mencakup: a) penampilan dan sikap yang positif

terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan

tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan; b)

pemahaman dan penghayatan serta penampilan terhadap nilai-nilai yng

sepantasnya dilakukan dan dimiliki guru; c) penampilan diri sebagai panutan

dan teladan bagi para siswa.[CITATION Nan09 \p "2012, hal 193" \l 1057 ]
19

Maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru

harus memiliki banyak wawasan tentang pendidikan, keguruan, dan pembelajaran

yang baik, selain itu juga guru dituntut untuk memiliki kemampuan personal yang

memadai dalam berkomunikasi, yakni komunikasi interpersonal dengan peserta

didiknya.

Adapun ciri-ciri komunikasi interpersonal ialah sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat.


Pihak yang dapat dikatakan melakukan komunikasi interpersonal haris
tidak berada dalam jarak jauh melainkan saling berdekatan/face to face.
Apabila salah satu lawan bicara menggunakan media dalam penyampaian
pesan karena perbedaan jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai
komunikasi interpersonal.
2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara
spontan baik secara verbal maupun secara nonverbal. Didalam komunikasi
interpersonal feed back yang diberikan oleh komunikan biasanya secara
spontan begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respon
yang diberikan secara spontan dapatmengurangi kebohongan salah satu
lawan bicara dengan cara melita gerak-gerik ketika sedang berkomunkasi.
3. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta
komunikasi. Mutual understanding akan diperoleh dalam komunikasi
interpersonal ini, apabila di antara kedua belah pihak dapat menjalankan
dan menerapkan komunikasi ini dengan syarat-syarat yang berlaku seperti,
mengetahui waktu, tempat dan lawan bicara.
4. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-
jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata
yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat. Kita dapat membedakan
seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya, hal ini dapat
dilihat dari respon yang diberikan. Misalnya, kedekatan dalam
berkomunikasi antara sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan,
melalui respon nonverbal kita dapat melihat mereka sepasang kekasih atau
hanya teman biasa.[CITATION Fat10 \p "2010, hal 1" \l 1057 ]
20

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa komunikasi interpersonal sangat

penting untuk membantu hubungan antar pribadi yang menjadi perantara untuk

menghubungkan antara komunikator dengan komunikan sehingga terjadinya

kontak sosial dalam kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari tindakan

komunikasi dengan sesama.

Di dalam komunikasi interpersonal seringkali menganggap bahwa

pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu indera primer, padahal

sentuhan dan bahasa tubuh dalam beretorika pun tidak kalah pentingnya untuk

membantu ketika hendak menyampaikan pesan-pesan bersfat intim. Maka dari itu

tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi interpersonal sangat potensial

ketika berkomunikasi dengan lawan bicara secara persuasif dan komunikasi

interpersonal juga sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh semua

orang untuk berhubungan dengan masyarakat luas.

Gambaan dari komunikasi interpersonal tidak hanya secara tatap muka dan

mendengarkan saja, tetapi juga memahami makna dari komunikasi tersebut

sehingga dapat berjalan dengan lancar, dan hal yang tidak kalah penting dalam

komunikasi interpersonal yaitu saling menjaga kepercayaan sehingga komunikasi

pun akan terasa sangat representatif.

2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal


21

a. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Berkomunikasi interpersonal merupakan suatu hal yang tidak

mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, guru sebagai pendidik

yag senantiasa terus berusaha berkomunikasi interpersonal yang optimal

dan efektif dengan siswanya agar pesan-pesannya dapat tersampaikan

kepada siswa-siswanya. Selain itu, ada beberapa kebutuhan yang terpatri

dalam setiap diri guru maupun personal sekolah lainnya yang hanya bisa

terpenuhi lewat komunikasi interpersonal.

Karena dengan adanya komunikasi interpersonal yang

menghubungkan anatara satu dengan yang lainnya dengan spontan akan

adanya timbal balik yang diperoleh dari interaksi yang telah dilakukan

sehingga dalam bersosialisasi terwujudnya keharmonisan.

Oleh karena itu komunikasi interpersonal memiliki beberapa tujuan

tertentu sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Dzoko Purwanto,

anatara lain:

1) Menyampaikan informasi

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menyampaikan

informasi kepada orang lain agar orang tersebut mengetahui sesuatu hal

yang disampaikan.

2) Berbagi pengalaman

Selain menyampaikan informasi, komunikasi interpersonal juga

memiliki tujuan saling membagi pengalaman pribadi dengan orang lain


22

mengenai hal-hal yang terjadi baik yang menyenangkan ataupun

menyedihkan akan tetapi berceritanya kepada seseorang yang dipercaya.

3) Menumbuhkan simpati

Suatu sikap positif yang dilakukan seseorang yang timbul dari

dalam hatinya tanpa adanya rekayasa, untuk ikut merasakan beban atau

musibah yang dirasakan oleh orang lain sehingga ada sentuhan hati nurani

untuk menolong baik secara materi maupun dengan cara dukungan moril.

4) Melakukan kerjasama

Tujuan komunikasi interpersonal yang lainnya adalah untuk

melakukan kerjasama antara seseorang dengan orang lain agar tercapai

suatu tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi

kedua belah pihak.

5) Menceritakan kekecewaan atau kekesalan

Komunikasi interpersona juga dapat digunakan seseorang untuk

menceritakan rasa kecewa atau kekesalan kepada orang lain.

Pengungkapan segala bentuk kekecewaan dan kekesalan secara tepat

secara tidak langsung akan mengurangi beban pikiran. Dan komunikasi

interpersonal bukan hanya untuk mencurahkan isi hatinya (curhat) kepada

orang lain saja, disini juga cara mencari jalan keluar atau solusi dari

masalah yang dihadapi.

6) Menumbuhkan motivasi

Melalui komunikasi interpersonal seseorang dapat memotivas

orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi
23

merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan

sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu

karena dimotivasi oleh orang lain dengan berbagai cara, seperti

memberikan penghargaan kepada orang lain, dan memberikan dorongan

kepada teman-teman seangkatan untuk lulus sekolah. [CITATION Pur06 \p

"2010, hal 22-23" \l 1057 ]

Sedangkan Onong Uchjana berpendapat bahwa tujuan komunkasi

interpersonal adalah sebagai berikut:

a) Perubahan sikap (Attitude change)

b) Perubahan pendapat (Opini change)

c) Perubahan perilaku (Behavior)

d) Perubahan sosial (Social change)

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa komunikasi interpersonal ini

bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan baik senang ataupun

duka kepada orang lain, sehingga mampu mempengaruhi orang lain menjadi

simpati terhadap apa yang sudak kita ceritakan, dengan begitu maka akan timbul

lah sebuah solusi dari lawan komunikasi kita untuk memecahkan masalah yang

pada saat itu sedang dihadapi serta memberikan motivasi kepada seseorang agar

dapat berkembang.
24

b. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan sifat simpati

terhadap phak-pihak yang berkomunikasi, dan dengan hal ini seseorang

akan mampu menanamkan jiwa sosial yang tingga dalam hidup di tengah-

tengah orang banyak sehingga akan berimplikasi kepada seseorang yang

melakukannya sebuah kemudahan karena banyaknya sahabat yang telah

terjalin melalui komunikasi interpersonal. Melalui komunikasi

interpersonal juga seseorang akan mampu membina hubungan dengan

baik, dan dapat menghindari serta mengatasi terjadinya konflik-konflik di

anatara sesama walaupun dalam kehidupan sosial pasti kita akan

menemukan intrik. Adapun fungsi komunikasi interpersonal diantaranya:

a) Untuk mendapatkan respon atau umpan balik. Hal ini sebagai salah satu

tanda efektifitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak

ada umpan balik, saat anda berkomunikasi kepada orang lain.

b) Untuk mempreventif setelah mengevaluasi respo atau umpan balik.

Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan dan kita mengetahui

bahwa lawan bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.

c) Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat

melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasif.

Misalnya, iklan yang tujuan untuk membujuk orang lain agar membeli

produknya.[CITATION Haf11 \p "2011, hal 61" \l 1057 ]


25

3. Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Komunikasi efektif adalah salah satu upaya untuk mengawali atau

berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi efektif adalah salah satu

keterampilan untuk menjalin komunikasi yang baik, dengan begitu akan tercipta

sebuah hubungan sosial yang harmonis dan baik. kemampuan mengembangkan

komunikasi yang efektif sangat penting dan sangat diperlukan dalam rangka

pengembangan diri kita baik secara profesional ataupun secara personal.

Hadiyanto mengemukakan dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan komunikai antar pribadi

(personal) yaitu:

a) Adanya daya tarik antar pribadi


Manusia pada dasarnya cenderung memberikan perhatian kepada sesuatu
yang indah secara estetika. Inilah yang kemudian membuat orang tertarik pada
konsep daya tarik pribadi (interpersonal attraction) yang erat kaitannya dengan
komunikasi antar pribadi.
b) Hubungan antarpribadi
Hubungan antarpribadi didefinisikan sebagai bentuk keterhubungan yang
terus-menerus dengan orang lain yang selalu dalam pikiran dan hati, tentang
baik atau tidaknya orang tersebut. Misalnya, dua mahasiswa yang sudah saling
jauh hati sejak SMA lalu terpisah oleh jarak yang jauh maka masing-masing
dapat membayangkan seakan-akan si dia ada disampingnya.
Hubugan antarpribadi terbina melalui tahapan-tahapan. Artinya, semakin
sering berinteraksi atau berkomunikasi, akan terbina hubungan antarpribadi
yang kuat dan positif.
c) Keterbukaan
pada uraian tentang daya tarik pribadi telah disinggung bahwa ketertarikan
pada seseorang merupakan awal yang penting untuk membina hubungan
antarpribadi. Pada tahap berikutnya hubungan antarpribadi tidak cukup hanya
dipertahankan, namun diharapkan kualitasnya semakin meningkat yang
26

dipupuk dan dikembangkan melalui komunikasi yang terjadi secara terus-


menerus.[CITATION Had10 \p "2010, hal 227" \l 1057 ]

Menurut Roger yang dikutip oleh Arni Muhammad hubungan

komunikasi interpersonal akan terjadi efektf apabila kedua belah pihak memenuhi

kondisi berikut:

a) Bertemu satu sama lain secara personal


b) Empati secara tepat secara pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat
dipahami satu sama lain secara berarti
c) Menghargai satu sama lain, bersikap positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan
d) Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap
menerima dan empati satu sama lain.
e) Merasa bahwa saling menjaga dan keterbukaan dan iklim yang mendukung
dan mengurangi kecenderungan gangguan arti.
f) Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan
aman terhadap orang lain.[CITATION Arn09 \p "2009, hal 176" \l 1057 ]
Menurut persfektif Islam djelaskan dalam berkomunikasi yang baik,

sebagai mana Firman Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 125:

‫يل َربِّكَ بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى أَحْ َس ُن‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
ُ ‫ۚ ٱ ْد‬

َ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬
َ ‫إِ َّن َربَّكَ هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah dan pembelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. seseungguh-Nya tuhan-
Mu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
27

Jadi komunikasi interpersonal akan berjalan dengan baik dan

efektif dibantu dengan daya tarik, dalam hal ini tatap muka pun harus ada untuk

membantu proses hubungan antarpribadi agar semakin dekat dengan keterbukaan

dalam berkomunikasi yang memudahkan dalam maksud dan tujuan yang

disampaikan serta dengan perkataan baik yang menimbulkan hikmah atau

manfaat. Hal inilah yang kemudian akan menyatu seakan tak bisa dipisahkan saat

berlangsungnya proses komunikasi interpersonal dengan sesama.

4. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi interpersonal

Saat berkomunikasi pasti akan ada sesuatu yang mengahalanginya

sehingga apa yang telah dituju tidak tercapai, dan ini merupakan hambatan dalam

berkomunikasi. Hambatan adalah rintangan yang harus dilalui demi terwujudnya

sebuah komunikasi yang efektif yang dapat menghantarkan suatu tujuan

sebagaimana mestinya. Hambatan dan rintangan juga dapat terjadi dari pribadi

komunikan atau komunikator, dan juga lingkungan.

Menurut Effendy ada beberapa penghambat dalam komunikasi,

yaitu:

1. Hambatan sosio-antro-psikologis

a. Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan
kehidupan manusia dalam masyarakat madani dua jenis pergaulan yang ia
namakan Gemeinschaft dan Gesellchaft. Gemeinschaft adalah pergaulan
hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tak rasional. Seperti dalam
kehidupan rumah tangga. Sedangkan Gesellchaft adalah pergaulan hidup
yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional. Seperti pergaulan dikantor
atau dalam organisasi.
28

b. Hambatan antropologis
Manusia meskipun satu sama lain dalam jenisnya sama-sama makhluk
“homo sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda
dalam postur, warna kulit, dan kebudayaan, yang pada kelanjutannya
berbeda dalam gaya hidup (way of life), norma, kebiasaan, dan bahasa.
Dalam melancarkan komunikasinya seseorang komunikator tidak akan
berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya. Yang dimaksud dengan “Siapa” disini bukan nama yang
disandang, melainkan bangsa apa, ras apa, bangsa apa, dan suku apa.
Dengan mengenal dirinya maka akan mengenal pula kebudayaannya, gaya
hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
c. Hambatan psikologis
Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini
pada umumnya disebabkan oleh komunikator sebelum melancarkan
komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk
berhasil apabila komunikan sedang bersedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa iri hati, dab psikologis lainnya, dan juga jika komunikan
menaruh prasangka kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah
bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka
emosinya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan
pikiran secara rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan
perasaan terhadap suatu fakta yang bagaimanapun jelas dan tegasnya.
Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi dapat
berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan
dinilai negatif.[CITATION Ono11 \p "2011, hal 11-13" \l 1057 ]

Berdasrkan penjelasn di atas mengenai hambatn atau kesulitan

dalam komunikasi dapat disimpulkan bahwa terjadinya sebuah hambatan dalam

proses komunikasi itu karena dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal

a. Kondisi lingkungan sekitar yang dapat menghambat jalannya

komunikasi sehingga komunikasi tidak berlangsung tidak efektif, misalnya

tempat terlalu ramai, dan tempat terlalu panas atau dingin.


29

2. Faktor Eksternal

a. Bahasa yang digunakan oleh komunikan dan komunikator bertentangan

b. Latar belakang serta ruang lingkup pengalaman dan dasar pengetahuan

yang berbeda satu sama lain sehingga dapat menghambat proses

komunikasi yang pada akhirnya akan tetap mempertahankan

persepsinya masing-masing.

c. pendengaran lemah yang menjadikan kurang fokus dan konsentrasi atas

apa yang disampikan dalam berkomunikasi.

Inilah hambtan yang akan menyebabkan komunikasi tidak terarah serta

simpang siur akhirnya informasi yang didapat pun mengalami ketidak jelasan, dan

bahkan tidak tercapainya komunikasi yang diharapkan kemungkinan hambatan ini

tidak akan menjalin hubungan sosial yang baik antara komunikan dengan

komunikator.

Maka dari itu, semua komunikasi tidak semua berjalan dengan lancar,

terlebih dalam hubungan antarpribadi hambatan, kesulitan serta konflik di dalam

komunikasi sering terjadi jika kedua belah pihak ada kesalahpahaman makna yang

ditangkap ketika berkomunikasi. Dengan adanya hambatan dan konflik tersebut

mengindikasikan bahwa komunikasi sedang berlangsung, serta akan menentukan

apakah hubungan komunikasi antarpribadi berjalan dengan baik atau bahkan

sebaliknya.
30

B. Kesadaran Beragama Siswa

1. Pengertian Kesadaran Beragama Siswa

Pengertian adalah suatu kata yang berasal dari kata “arti” yang

memiliki imbuhan awalan “pe” dan imbuhan akhiran “an” sehingga katanya

menjadi berubah “pengertian”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kata “arti” memiliki arti: makna, isyarat, guna, faedah. Misalnya: jika ibu marah

maka itu bukan berarti ibu benci kepadamu.

Sedangkan kesadaran menurut kamus umum Bahasa Indonesia

memiliki makna insaf atau keinsafan. Sedangkan beragama artinya menganut atau

memeluk. Maka dapat dikatakan secara terminologi Kesadaran Beragama adalah

suatu upaya untuk memperbaiki dan memperdalami ilmu agama yang dianutnya

agar mudah untuk insaf.[CITATION Bad94 \p "1994, hal 11" \l 1057 ]

Menurut Muhyani berpendapat bahwa Kesadaran religius

merupakan prasyarat terciptanya kesiapan mental, dan kesehatan mental tidak

akan terwujud tanpa kesadaran religius. Bila suatu masyarakat terdiri atas orang-

orang yang sehat mentalnya, maka akan tercipta masyarakat yang damai, tentram,

dan penuh kebahagiaan. Masyarakat tersebut akan dapat keberkahan hidup, dan

karunia berupa rizky dari langit dan bumi. [CITATION Muh12 \p "20120, hal 7" \l 1057

Dalam hal ini Ahmad Zubaidi memiliki pendapat lain seperti yang

telah dikutip oleh Muhyani, menurutnya kesadaran religius adalah kepekaan dan

penghayatan seseorang akan hubungannya yang dekat dengan tuhan, sesama


31

manusia dan lingkungan sekitarnya yang diungkap secara lahiriah dalam bentuk

pengamalan ajaran yang diyakininya.[CITATION Muh12 \p "2012, hak 55" \l 1057 ]

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran

beragama adalah dorongan, motivasi, dan gerakan seseorang individu terhadap

pengamalan ajaran yang diyakininya baik secara spiritual ataupun secara ritualnya

kepada tuhan yang maha menciptakan yang timbul pada diri seseorang baik

berlangsung secara sadar ataupun tidak sadar, yang mana bentuk

pengimplementasiannya dapat terbukti dengan cara menjalankan ajaran agama

secara konsisten.

Pengamalan atau menjalankan ajaran agama dalam kesehariannya

sangat berkorelasi dengan didikan agama di informalnya (keluarga). Sebagaimana

Sudarsono mengutip penjelasan dari Dr. Zakia Drajat yang menjelaskan bahwa:

“Yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang


diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi
yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah
tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak
kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik. akan tetapi amat kita
sayangkan, melihat kenyataan banyaknya orang tua yang tidak mengerti
ajaran agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang
rendah ajaran agama itu, sehingga didikan agama itu praktis tidak pernah
dilaksanakan dalam banyak keluarga. Dengan tidak kenalnya si anaka akan
jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya (super-ego), karena
tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau agam ayang diterimanya
waktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si
anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan
mudah mereka terperosok kedalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik,
dan menurut apa yang menyenangkannya waktu itusaja, tanpa memikirkan
akibat selanjutnya.”[CITATION Sud10 \p "2010, hal 22" \l 1057 ]
32

Berdaarkan uraian diatas maka sudah jelas bahwa dalam

menumbuhkan kesadaran beragama siswa bukan hanya di sekolah saja, tapi

lingkungan dan keluarga juga sangat vital dalam proses menyadarkan anak-anak

kita untuk mengetahui tentang agam ayang dianutnya, dengan begitu kesadaran

berama haruslah diiringi dengan kesadaran yang tinggi dan sesuai dengan tujuan

hidupnya. Sebagaiman afirman Allah Swt dalam Al-Quran surat Adz dzariyaat

ayat 56 yang menegaskan bahwa:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


ِ ‫س إِاَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
‫ون‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.

Maknanya adalah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia itu

tidak semata-mata hanya sekedar menciptakan tanpa memiliki tujuan, melainkan

Allah memiliki tujuan dalam menciptakan jin dan manusia yakti untuk mengabdi

atau beribadah kepada-Nya, secara fitrah atau nalurinya untuk mengenal Allah,

mempercayai (al-iman), mengesakan (at-tauhid), mendekatkan diri (at-taqorub),

dengan berbagai bentuk pengamalan yang memiliki nilai pahala di sisi-Nya

(ibadah), serta meminta pertolongan saat bahaya sedang atau akan menghampiri.

Al-Quran mengisyaratkan fitrah ini sebagai motivasi dan kesadaran beragama.

[CITATION Muh10 \p "2010, hal 15" \l 1057 ]


33

Firman Allah Swt dalam surat Ar-rum ayat 30:

‫ ۚ اَل‬Š‫ ا‬ŠŠŠَ‫ ه‬Š‫ ْي‬Šَ‫ ل‬Š‫ َع‬Š‫س‬ َ Šَ‫ ف‬Š‫ ي‬Šِ‫ت‬Šَّ‫ل‬Š‫ ا‬Šِ ‫ هَّللا‬Š‫ت‬
Šَ Š‫ا‬Šَّ‫ن‬Š‫ل‬Š‫ ا‬Š‫ َر‬ŠŠŠ‫ط‬ Šَ Š‫ َر‬ŠŠŠ‫ط‬ْ Šِ‫ ۚ ف‬Š‫ ا‬ŠŠŠً‫ف‬Š‫ ي‬Šِ‫ ن‬Š‫ح‬Šَ Š‫ن‬Šِ Š‫ ي‬Š‫ ِّد‬ŠŠ‫ل‬ŠŠِ‫ ل‬Š‫ك‬ Šَ ŠŠŠَ‫ ه‬Š‫ج‬Šْ Š‫و‬Šَ Š‫ ْم‬Šِ‫ق‬Šَ‫ أ‬ŠŠŠَ‫ف‬
ٰ َ Šِ‫ ل‬Š‫ َذ‬Šٰ ۚ Šِ ‫ هَّللا‬Š‫ق‬
Š‫ َن‬Š‫ و‬Š‫ ُم‬Šَ‫ ل‬Š‫ ْع‬Šَ‫ اَل ي‬Š‫س‬ِ Š‫ا‬Šَّ‫ن‬Š‫ل‬Š‫ ا‬Š‫ َر‬Šَ‫ ث‬Š‫ ْك‬Šَ‫ أ‬Š‫ َّن‬Š‫ ِك‬Šَ‫ل‬ŠŠ‫ َو‬Š‫ ُم‬Šِّ‫ ي‬Šَ‫ ق‬Š‫ ْل‬Š‫ ا‬Š‫ن‬Šُ Š‫ ي‬Š‫ ِّد‬Š‫ل‬Š‫ ا‬Š‫ك‬ ِ Š‫ ْل‬Š‫خ‬Šَ Šِ‫ ل‬Š‫ َل‬Š‫ ي‬Š‫ ِد‬Š‫ ْب‬Šَ‫ت‬
Artinya :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah; (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Ayat diatas kemudia dijelaskan oleh seorang penafsir terkenal dan

dapat dipercaya keilmuannya yakni Imam Qurtubi yang dikutip oleh Muhammad

‘Utsman Najati. “Beliau mengatakan bahwa dalam proses penciptaan dan

pembentukan manusia terdapat proses pemberian fitrah ini agar dapat mengetahui

keindahan semua ciptaan Allah SWT. Berdasarkan pengetahuan tersebut manusia

dengan fitrahnya dapat membuktikan keberadaan-Nya serta mempercayai dan

mengesakan-Nya.”[CITATION Muh10 \p "2010, hal 16" \l 1057 ]

Berdasarkan penjelasan dua ayat di atas menarik kesimpulan

bahwasannya anak yang baru dilahirkan terlahir dalam keadaan fitrah atau dapat

dikatakan bersih dari pengaruh eksternal. Dalam konsep Islam yang dibawa oleh

Rosulullah SAW, bahwa fitrah manusia yang baru dilahirkan merupakan

kecenderungan yang meliputi hal-hal berikut:

1. Manusia telah ditetapkan oleh Allah lahir dalam keadaan fitrah, terbebas dari
segala dosa.
2. Kebutuhan fitrah manusia tidak akan dapat diubah oleh siapa pun, salah
satunya kebutuhan terhadap agama.
3. Perubahan yang dipaksakan terhadapa kebutuhan fitrah manusia tidak akan
langgeng.
34

4. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu kebutuhan fitrah manusia, karena


dengan ilmu pengetahuan, secara sadar atau tidak sadar, manusia memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kehidupannya. Fitrah
manusia adalah kehendak yang tidak dapat digantikan oleh yang lain,
misalnya seluruh manusia ingin mengetahui sesuatu yang dilihat, dirasakan,
dan dibayangkan. Fitrah manusia semacam ini adalah pemberian Allah,
sebagaimana diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai kholifah di muk
bumi (Al-Baqarah ayat 30).
5. Futrah manusia memiliki pengetahuan ilahiah, hanya karena pengaruh unsur
duniawi yang penuh dengan hawa nafsu dan keserakahan sehingga ilmunya
merusak ketentraman manusia (Al-A’raf ayat 179).
6. Sesuai dalam kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberikan
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang,
dasar itu disebut “Potensialitas” atau “disposisi” yang menurut aliran
psikologi behaviorisme kemampuan dasar yang secara otomatis dapat
berkembang.”[CITATION Ham11 \p "2011, hal 63" \l 1057 ]

Maka ketika seorang lahir tentu dalam keadaan suci atau fitrah yang

sempurna yang memiliki banyak potensi yang sangat luar biasa, jadi salah satu hal

yang harus dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan kebiasaan perbuatan

yang baik agar terwujudnya jiwa kesadaran yang baik sesuai dengan apa yang

diinginkan Allah SWT.

2. Peranan Kesadaran Beragama Siswa dalam Proses Pembelajaran

Peran terpenting dari kesadaran beragama adalah adanya proses perubahan

sikap, perilaku, dan pengamalan terhadap ajaran agama dalam kehidupan sehari-

hari. Begitupun kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah, peserta didik

yang memiliki kesadaran beragama yang tinggi dapat dilihat dari ciri-ciri kesiapan

belajarnya.
35

Hamdani mengemukakan ciri-ciri kesiapan belajar siswa sebagai berikut:

a. Sikap sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan
sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan belajar.
b. Kemantapan psikologi dalam proses interaksi antara individu dan
lingkungan. Berarti individu harus aktif apabila dihadapkan dengan
lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu ini
memiliki banyak potensi untuk belajar.
c. Kesiapan belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang
lainnya. Prinsip-prinsip kesiapan belajar adalah a) perhatian, b) motivasi,
c) keaktifan siswa, d) mengalami sendiri, e) pengulangan, f) siap
menghadapi materi pelajaran yang menantang.[CITATION Ham11 \p "2011,
hal 63" \l 1057 ]

Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa peserta ddik yang

memiliki kesiapan belajar yang baik maka akan memiliki kesadaran beragama

yang baik pula, sebagaimana pepatah mengatakan bahwa proses tidak akan

menghianati hasil. Dan semua itu tidak akan terwujud tanpa adanya tekad dan niat

yang kuat dalam diri kita. Oleh karena itu peran guru sangat penting sekali demi

mempengaruhi kesadaran beragama siswa, guru yang akan selalu di gugu oleh

murid, dan guru yang akan selalu ditiru oleh murid. Maka wajarlah apabila peran

guru ini sangat penting, selain daripada itu guru juga merupakan orangtua kedua

bagi anak didik. Sebagai orangtua, maka guru memiliki kewajiban untuk memberi

perhatian kepada anak didik, memberi pembelajaran atau materi secara intensif

agar apa yang diinginkan dapat terwujud.[CITATION Muh12 \p "2012, hal 112" \l

1057 ]

Ketika guru hadir bersama anak didik disekolah, seharusnya dalam jiwa guru

sudah tertanam niat yang kuat untuk mendidik anak didik agar menjadi orang
36

yang berilmu pengetahuan, mempunya sikap dan watak yang baik, yang cakap

dan terampil berakhlak mulia.

Maka dengan begitu guru sangat berperan penting dalam menumbuhkan

kesadaran beragama siswa dengan cara menyampaikan ilmu yang mudah

dipahami serta merangsang peserta didik untuk mampu mengaplikasikannya

dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, upaya-upaya mencapai tujuan di atas

haruslah mengeksplorasi kebenaran dalam ilmu pendidikan. [CITATION Ham11 \p

"2011, hal 26" \l 1057 ]

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel II.1

No Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian


1 Rika Hubungan antara Jika kita perhatikan maka indeks
Komunikasi Interpersonal
korelasi antara variabel x dan
Guru dan Siswa dengan
variabel y terdapat korelasi sedang
Motivasi Belajar Siswa Mata
Pelajaran PAI Kelas X atau cukup. Dengan memperhatikan
Pemasaran di SMK Permata
besarnya rxy dari tabel indeks
2 Salabenda Bogor
korelasi yaitu 0,606, terletak antara

0,40-0,70. Maka dapat dinyatakan

bahwa korelasi Antara komunikasi

interpersonal guru dan siswa

(variabel X) dengan motivasi

belajar siswa (variabel Y) memang


37

terdapat korelasi, korelasi itu

sedang atau cukup sehingga

korelasi itu bisa diterima.

Dengan demikian secara sederhana


dapat diintervensi rxy tersebut,
yaitu bahwa korelasi anata variabel
X (komunikasi interpersonal guru
dan siswa) variabel Y (motivasi
belajar siswa) di SMK Permata 2
Salabenda Bogor terdapat korelasi
yaitu sedang atau cukup. Didukung
juga dengan hasil tabukasi dari
angket komunikasi interpersonal
guru dan siswa dengan motivasi
belajar siswa yang menunjukan
adanya hubungan antara
komunikasi interpersonal guru dan
siswa dengan motivasi belajar
siswa

2 Abd Wahidin Hubungan Komunikasi Hasil penelitian menunjukan bahwa


Interpersonal Guru dengan
komunikasi interpersonal guru
Kesadaran Beragama Siswa
Pendidikan Agama Islam berjalan
di SMAN 1 Klapanunggal
Kab. Bogor dengan “baik”. hal ini terbukti dari

jawaban peserta didik atau

responden yang menjawab “selalu”

dengan rata-rata presentase 72%

sedangkan jawaban “sering”


38

dengan rata-rata 24%, untuk

responden yang menjawab

“kadang-kadang” rata-rata 4% dan

presentase yang menjawab “tidak

pernah” dengan rata-rata 0,1%.

Dengan demikian bahwa

komunikasi interpersonal guru

tentunya guru Pendidikan Agama

Islam di SMAN 1 Klapanunggal

telah sesuai dengan kriteria-kriteria

yang diharapkan.

Sedangkan untuk kesadaran


beragama siswa umumnya “sedang
atau cukup baik”, hal ini tentu
terbukti dari jawaban peserta didik
yang dapat dilihat dari rata-rata
presentase, yaitu 30% menjawab
selalu, 38% menjawab sering, 25%
menjawab kadang-kadang, dan 1,4
menjawab tidak pernah. Dengan
demikian bahwa kesadaran
beragama siswa “cukup baik” dan
telah sesuai dengan harapan yang
diinginkan pendidik. Sedangkan
korelasi atau hubungan komunikasi
interpersonal guru dengan
kesadaran beragama siswa sangat
39

erat, hal ini jelas terbukti dengan


nilai koefisian rxy adalah 0,41
berdasarkan tabel “r”, maka angka
0,41 berada diantara 0,40 samapai
dengan 0,70 dan berada pada
tingkat korelasi “cukup atau
sedang”. Dengan demikian
Hipotesa (Ho) ditolak dan hipotesa
alternatif (Ha) diterima,
maksudnya adalah adanya korelasi
yang signifikan antara variabel x
(komunikasi interpersonal guru
PAI) dengan variabel Y (kesadaran
beragama siswa)

3 Dewi Hubungan Komunikasi


Penelitian tersebut menyatakan
Rakhmawati Interpersonal dengan
bahwa terdapat hubungan yang
Interaksi Sosial Kelas VI
positif dan signifikan antara
SDN Se-kecamatan
komunikasi interpersonal dengan
Bambanglipuro Bantul.
kemampuan sosialisasi sebesar
0,295 dengan p=0,023 (p<0,05)
dengan N=60 pada taraf
signifikansi 5%. Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal
mempunyai korelasi yang
signifikan terhadap kemampuan
sosialisasi. Artinya jika semakin
tinggi komunikasi interpersonal
yang dimiliki siswa, maka
kemampuan sosialisasi juga akan
40

tinggi, begitu juga sebaliknya.

4 Danik Aprilina Hubungan Keterampilan


Penelitian tersebut menyatakan
Bicara dengan Keterampilan
bahwa terdapat hubungan yang
Sosial di SMP Negeri 2
positif dan signifikan antara
Sukamakmur
keterampilan berbicara dengan
keterampilan sosial terbukti dengan
harga rhitung lebih besar daripada
rtabel dengan N=89 pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0,656 >
0,207. Dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara
keterampilan berbicara dengan
keterampilan sosial. Artinya jika
semakin tinggi keterampilan siswa
dalam berbicara, maka semakin
tinggi pula keterampilan sosial
yang dimiliki anak

5 Pengaruh Komunikasi
Berdasarkan hasil dari penelitian
Interpersonal Guru Terhadap
yang peneliti dapatkan kebanyakan
Prestasi Belajar Siswa
siswa dan siswi SMK Negeri 7
Sekolah Menengah Kejuruan
Makassar setuju terhadap guru
(SMK) Negeri 7 Makasar
terbuka dalam menyampaikan
pelajaran dengan tingkat presentase
80%. Dengan alasan dapat
menambah wawasan dan dapat
menjalin hubungan yang harmonis
antara guru dan siswa siswi Smk
Negeri 7 Makassar. Adapun siswa
41

siswi yang tidak setuju dengan


sikap guru yang terbuka, dengan
alasan murid menjadi kurang fokus
terhadap pelajaran dan terlalu
banyak membahas di luar dari mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Dari hasil penelitian di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa
kebanyakan siswa siswi SMK
Negeri 7 Makassar menyukai guru
yang lebih dinamis dalam hal
pelajaran guna dapat menambah
wawasan, mengurangi rasa tegang,
dan menjalin hubungan yang
harmonis antara guru dan siswa
siswi yang belajar.

D. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini peneliti akan melihat adakah hubungan antara

intensitas pemanfaatan media sosial dengan akhlak siswa. Dalam

penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan diteliti. Yaitu variabel

bebas (independent) adalah Komunikasi Interpersonal terikat

(dependent) adalah Kesadaran Beragama Siswa. Dari uraian di atas,

maka kerangka pemikiran pada penelitian ini sebagai berikut:


42

Variabel Penelitian

Kesadaran
Komunikasi Beragama
Interpersonal Siswa (Y)
(X)

Keterangan: X = Komunikasi Interpersonal

Y = Kesadaran Beragama Siswa

= Hubungan

Penelitian ini ditulis untuk mengukur hubungan Komunikasi

Interpersonal dengan Kesadaran Beragama Siswa di SMP Negeri 1 Jonggol.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan peneliti adalah Hubungan Komunikasi

Interpersonal terhadap Kesadaran Beragama Siswa di SMPN Negeri 1 Jonggol.

Berdasarkan konsep penelitian yang diajukan maka:

Ha : Terdapat Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Kesadaran Beragama

Siswa di SMP Negeri 1 Jonggol.

Ho : Tidak terdapat Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Kesadaran

Beragama Siswa di SMP Negeri 1 Jonggol.


43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan usaha yang sistematis untuk

mencapai pengetahuan yang dapat diuji dan dipercaya keabsahannya.

Agar hasil penelitian ini sistematis, obyektif dan dapat dipercaya maka

harus ditunjang oleh metode penelitian yang valid. Dalam hal ini

penulis akan menggunakan metode korelasi, yang bertujuan untuk

mengetehaui hubungan komunikasi interpersonal dengan kesadaran

beragama siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Jonggol apakah merupakan

korelasi yang positif atau korelasi negatif.

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu

penelitian kuantitatif, metode penelitian kuantitatif adalah metode

penelitian yang sudah sejak lama digunakan oleh para peneliti sehingga

metode ini mentaradisi dikalangan para peneliti, berbeda dengan

motede penelitian kualitatif yang mana popularitasnya belum lama,

sehingga metode penelitian kuantitatif memiliki banyak pengertian,

metode kuantitatif ini disebut sebagai metode positivistic karena

berlandasakan pada filsafat positivisme. Metode ini juga disebut

sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah

ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukkur, rasional, dan

sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan

metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.


44

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data oenelitian berupa

angka-angka dan analisis menggunakan sattistik. (Sugiyono, 2016)

Dalam bukunya Jhon W. Creswell (Creswell, 2016) berpendapat

bahwa dalam penelitian ini, peneliti menguji suatu teori dengan cara

memperinci hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data

untuk mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Strategi

eksperimen diterapkan untuk menilai prilaku-prilaku, baik sebelum

maupun sesudah proses eksperimen. Data dikumpulkan dengan bantuan

instrumen khusus yang dirancang untuk menilai prilaku-prilaku,

sedangkan informasi-inforamasi dianalisis dengan menggunakan

prosuder-prosedur statistic dan pengujian hipotesis.

Penelitian ini menggunakan teknik survey, yakni penelitian yang

menghimpun informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui

angket agar nantinya menggambarkan sebagai aspek dari populasi

(Fraenkel dan Wallen, 1990 dalam Yatim Riyanto, 1996)[CITATION

Nur09 \p 47 \l 1057 ]. Yangmana penelitian ini akan mengkaji dua

variabel. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

(independent) adalah Komunikasi Interpersonal (Variabel X) dan yang

menjadi variabel terikat (dependent) adalah Kesadaran Beragama Siswa

(Variabel Y).
45

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester tujuh tahun pelajaran

2019/2020, bulan februari 2020. Adapun untuk pengambilan data

tentang hubungan komunikasi interpersonal dengan kesadaran

beragama siswa, serta data sekolah dilaksanakan pada saat mulai

meneliti ke sekolah.

2. Tempat penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP NEGERI 1 Jonggol yang

beralamat di Jl. Tegar Beriman, Kp. Menan, Kec. Jonggol, Kab. Bogor,

Jawa Barat, Kode Pos 16830. Adapun alasan meneliti di sekolah

tersebut karena SMP Negeri 1 Jonggol adalah sekolah umum yang tidak

hanya menerima siswa beragama Islam saja, agama lain pun

diperbolehkan sekolah di sekolah tersebut, sehingga kesadaran berama

siswa Muslim semakin terkikis dan terkontaminasi oleh siswa yang

beragama selain Islam, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. [CITATION Suh10 \p

173 \l 1057 ] Menurut ahli lain mengatakan bahwa populasi adalah

wilayah generasi atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
46

karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi adalah sekumpulan orang, tumbuhan, hewan atau benda

yang memiliki karakteristik yang akan menjadi subyek penelitian.

Populasi juga akan menjadi sektor generalisasi kesimpulan hasil

penelitin. Jika karakteristik yang akan diteliti adalah penambahan berat

badan selama hamil, maka populasi penelitian tersebut ibu hamil.

(Mulyatiningsih, 2013)

Dalam kesempataan kali ini peneliti menadikan subyeknya adalah

seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Jonggol.

Tabel III.1

Jumlah Populasi

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


VIII A 10 22 32
VIII B 11 21 32
VIII C 9 24 33
Jumlah 30 67 97

2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan

yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Penelitian pada

sampel hanya merupakan pendekatan pada populasinya. Ini berarti selalu

ada risiko kesalahan dalam menarik kesimpulan untuk keseluruhan

populas. Oleh karena itu, setiap penelitian dengan menggunakan sampel

akan selalu berusaha untuk memperkecil risiko kesalahan tersebut. Hal


47

ini akan berkaitan dengan bagaimana cara mengambil sampel atau teknik

sampling yang digunakan.[CITATION Ira04 \p 57 \l 1057 ]

Arikunto berpendapat bahwa sampel adalah mewakili populasi

yang diteliti agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka

perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto juga

menyatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15%

atau lebih.[CITATION Suh10 \p 174 \l 1057 ]

Tabel III.2

Jumlah Sampel

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1 VIII A 6 10 16
2 VIII B 6 10 16
3 VIII C 6 10 16
Jumlah 18 30 48

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

1) Angket

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

yaitu untuk mengukur variabel komunikasi interpersonal dengan


48

kesadaran beragama siswa. Angket yang digunakan adalah angket

tertutup karena responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia

dan diharapkan responden memilih jawaban yang sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya.

Angket ini berbentuk skala Gutman. Skala Gutman adalah alat

untuk mengukur secara tegas dan konsisten tentang sikap, pendapat,

persepsi seseorang atau sekolompok orang tentang fenomena tertentu

yang ingin diketahui. Dalam skala Gutman, hanya disediakan dua

alternatif jawaban, misalnya: Ya-Tidak, Setuju-Tidak setuju. [CITATION

Alf13 \p 50 \l 1057 ]

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis dalam sebuah

lembaran guna untuk mendapatkan informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya serta hal-hal yang ia ketahui.[CITATION Suh10

\p 194 \l 1057 ] Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang

hubungan Komunikasi Interpersonal Dan Kesadaran Beragama Siswa

di SMP Negeri 1 Jonggol Kab. Bogor. Yangmana angket tersebut

ditujukan kepada siswa-siswi kelas VIII.

2) dokumentasi (foto, file, data guru dan siswa, visi misi)

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalan bahan yang

[ CITATION Placeholder1 \l 1057 ][ CITATION Noo13 \l 1057 ]berbentuk

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan

harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak
49

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti

untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail,

bahan documenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi surat pribadi,

buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau

swasta, data di server ata flashdisk, dan data tersimpan di web site.[CITATION

Noo131 \p 141 \l 1057 ]

E. Intrumen Penelitian

1. Definisi konseptual

Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang menjelaskan

tentang karakteristik sesuatu masalah yang hendak diteliti. berdasarkan

landasan teori yang telah dipaparkan pada bagian bab sebelumnya, dapat

dikemukakan definisi konseptual dari masing-masing variabel, sebagai

berikut:

a. Komunikasi interpersonal adalah suatu cara untuk memberikan

pengertian bahwa ketika proses komunikasi berlangsung maka

terdapat di dalamnya sebuah proses penyampaian pengertian antar

individu yang memiliki makna yang sama sehingga keduanya

memiliki persepsi yang sama, atau suatu proses yag diperlukan untuk

mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain [CITATION

Ist982 \l 1057 ]

b. Kesadaran religius merupakan prasyarat terciptanya kesiapan mental,

dan kesehatan mental tidak akan terwujud tanpa kesadaran religius.

Bila suatu masyarakat terdiri atas orang-orang yang sehat mentalnya,


50

maka akan tercipta masyarakat yang damai, tentram, dan penuh

kebahagiaan. Masyarakat tersebut akan dapat keberkahan hidup, dan

karunia berupa rizky dari langit dan bumi.[CITATION Muh121 \p 7 \l

1057 ]

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variable secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. [CITATION Dod13 \p

17 \l 1057 ]

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-

sifat yang dapat diamati. Ada tiga macam cara yang memudahkan

menyusun definisi operasional yaitu: (1) Yang menekankan kegiatan

apa yang diperlukan, (2) Yang menekankan bagaimana kegiatan itu

dilaksanakan, (3) Yang menekankan pada sifat-sifat statis hal yang

didefinisikan.

Agar konsep data dapat diteliti secara empiris, maka salah satu

caranya harus dioperasionalkan dengan cara mengubahnya menjadi

variabel atau sesuatu yang memiliki nilai. Berikut merupakan

penjelasan dari definisi operasional variabel-variabel penelitian ini,

sebagai berikut:
51

a. Mengacu kepada pendapat yang telah dikutip oleh Hafied Cangara

bahwa, Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan sifat simpati

terhadap phak-pihak yang berkomunikasi, dan dengan hal ini

seseorang akan mampu menanamkan jiwa sosial yang tingga dalam

hidup di tengah-tengah orang banyak sehingga akan berimplikasi

kepada seseorang yang melakukannya sebuah kemudahan karena

banyaknya sahabat yang telah terjalin melalui komunikasi

interpersonal. Melalui komunikasi interpersonal juga seseorang akan

mampu membina hubungan dengan baik.

Sesuai dengan jumlah variable penilitan yang akan diteliti yakni

sebanyak dua variabel, maka masing-masing variabel memiliki

angket tersendiri sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan.

Untuk masing-masing angket dijabarkan sebagai berikut:

Tabel III.3

Kisi-kisi Komunikasi Interpersonal


Sub Variabel Indikator No. Item
1. Mampu terbuka 1, 2
kepada teman dalam 52
hal interaksi
2. Bereaksi secara jujur 3, 4
dan terbuka terhadap
apa yang diucapkan
kepada orang lain
3. Mampu 5
mengungkapkan
perasaan, dan
Manfaat
bertanggung jawab
komunikasi
kepada orang lain
interpersonal 4. Mampu memahami 6, 7
motivasi dan
pengalaman orang
lain
5. Mampu 8, 9, 10
berkomunikasi verbal
dan nonverbal dengan
orang lain
6. mampu memahami 11, 12, 13, 14, 15
perasaan dan sikap
orang lain
7. Mampu menerima 16, 17
karakteristik orang
lain terhadap suatu
hal
8. Mampu menunjukkan 18, 19
sikap positif
9. Mampu menghargai 20, 21, 22
orang lain ketika
berkomunikasi
10. Sisiwa mampu 23, 24
menunjukan
kepedulian kepada
orang lain
11. Siswa menghargai 25
pendapat yang
berbeda dari peserta
didik lain
12. Siswa tidak 26, 27, 28
mementingkan diri
sendiri ketika
53

b. kesadaran beragama adalah dorongan, motivasi, dan gerakan

seseorang individu terhadap pengamalan ajaran yang diyakininya

baik secara spiritual ataupun secara ritualnya kepada tuhan yang

maha menciptakan yang timbul pada diri seseorang baik berlangsung

secara sadar ataupun tidak sadar, yang mana bentuk

pengimplementasiannya dapat terbukti dengan cara menjalankan

ajaran agama secara konsisten. Sebagaima Dr. Zakia Drajat

menjelaskan bahwa “Yang dimaksud dengan didikan agama

bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur

oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah

penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si

anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-

sifat dan kebiasaan yang baik. akan tetapi amat kita sayangkan,

melihat kenyataan banyaknya orang tua yang tidak mengerti ajaran

agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang


54

rendah ajaran agama itu, sehingga didikan agama itu praktis tidak

pernah dilaksanakan dalam banyak keluarga. Dengan tidak kenalnya

si anaka akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya

(super-ego), karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau

agam ayang diterimanya waktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau

unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik,

maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok kedalam

kelakuan-kelakuan yang tidak baik, dan menurut apa yang

menyenangkannya waktu itusaja, tanpa memikirkan akibat

selanjutnya.”[CITATION Sud101 \p 22 \l 1057 ]

Tabel III.4

Kisi-kisi Kesadaran Beragama Siswa

Sub Variable Indikator No Item


1. Menyegerakan 1, 2, 3
taubat setiap
melakukan
kesalahan
2. Senantiasa 4, 5, 6
mengadu
Harapan akan kepada Allah
nilai-nilai ke atas apapun
agamaan yang sedang
dihadapi
3. Meyakini 7, 8, 9
bahwa Allah
sebaik-
baiknya tuhan
55

untuk meminta
1. Aktif 10, 11, 12
mengikuti
Usaha kegiatan
menambah keagamaan
pengetahuan 2. Belajar 13, 14, 15
agama pengetahuan
agama
1. Menunaikan 16, 17, 18, 19
sholat 20
2. Bersedekh 21, 22, 23
Keaktifan 3. Bersikap 24, 25, 26
menjalankan rendah hati
ibadah 4. Menjaga 27, 28
hubungan
yang baik
dengan orang
lain
5. Kesediaan 29, 30
membantu
orang lain

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam hal ini diperlukan proses pembedaan antara hasil

penelitian yang valid dan reliabel dengan instrument yang valid dan

reliabel. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel

dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil dari penelitian akan

menjadi valid dan reliabel pula. Akan tetapi, sesungguhnya uji validasi

dan reliabilitas itu terutama untuk pengambilan data yang

menggunakan alat ukur yang alan menghasilkan nilai kuantitatif,

seperti alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara terbuka,

pedoman observasi dan sejenisnya tidak memerlukan uji validasi dan


56

reliabilitas, karena peneliti hanya perlu berfikir secara logis dan cermat

agar instrument atau alat pengumpulan data tersebut memenuhi syarat

untuk menjawab permasalahan yang ditemulan peneliti di lapangan.

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2012: 97)

menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.

Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga

valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil

belajar yang baik. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes

hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan

mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu

sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari tes tersebut (Bloor, 1997).[CITATION

San15 \p 84 \l 1057 ]

Validitas mengacu pada kemampuan instrument

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk

mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur

(Dempsey dan Dempsey, 2002 : 79). Dengan kata lain sebuah

instrumen dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen


57

tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu

secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki oleh

instrument pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat

tidaknya data dipercaya kebenarannya. [CITATION Kun09 \p 36 \l

1057 ]

Dalam proses uji validasi pada instrument Sugiyono juga

mengemukakan (Sugiyono, 2018, hal. 197) bahwa untuk uji

validitas konstruksi, maka dapat dihadirkannya pendapat dari para

ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen

dikonstruksi teori teetentu, maka selanjutnya dikonsultasikan

dnegan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang

telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputuasan:

insrtumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan

mungkin dirombak total. Dalam hal ini Creswell (Creswell, 2016,

p. 214) menayatakan bahwa dalam proses validitas dalama

penelitian kuantitatif memiliki tiga bentuk validitas yang harus

dicari, yaitu: (a) content validity (apakah item yang dianalisis

benar-benar sesuai konte yang terdapat dalam item tersebut?); (b)

predictive validity atau concurrent validity (apakah skor-skor yang

diperoleh sudah memprediksi kriteria-kriteria yang diukur? Apakah

hasilnya berkorelasi dengan hasil yang lain?)

Validitas mengacu pada kemampuan instrument

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk


58

mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur

(Dempsey dan Dempsey, 2002 : 79). Dengan kata lain sebuah

instrumen dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen

tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu

secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki oleh

instrument pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat

tidaknya data dipercaya kebenarannya.[CITATION kun09 \p 36 \l 1057

Tabel III.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Komunikasi Interpersonal)
59

r r
No. hitung tabel Keterangan
r r
1
No. -0,32693
hitung 0,2845
tabel TIDAK VALID
Keterangan
21 0,578785
0,431723 0,2845 VALID
32 0,38321
0,331835074 0,2845 VALID
43 0,302485
0,520491 0,2845 VALID
54 0,151496
0,546184 0,2845 TIDAK VALID
VALID
65 0,625213
0,513834 0,2845 VALID
76 0,373199
0,523903 0,2845 VALID
87 0,479259
0,372308 0,2845 VALID
98 0,507829
0,30335 0,2845 VALID
10 9 0,655238
0,450085 0,2845 VALID
11
10 0,452653
0,45296 0,2845 VALID
12
11 0,611513
0,28747 0,2845 VALID
TIDAK VALID
13
12 0,646874
0,3829 0,2845 VALID
14
13 0,704082
0,32302 0,2845 VALID
15
14 0,560887
0,27302 0,2845 VALID
TIDAK VALID
16
15 0,313197
0,39477 0,2845 VALID
17
16 0,491224
0,3576 0,2845 VALID
18
17 0,553854
0,25205 0,2845 VALID
TIDAK VALID
19
18 0,557289
0,3852 0,2845 VALID
20
19 0,431718
0,43782 0,2845 VALID
21
20 0,707222
0,51375 0,2845 VALID
22
21 0,332932
0,5857 0,2845 VALID
23
22 0,724311
0,54635 0,2845 VALID
24
23 0,554214
0,27623 0,2845 VALID
TIDAK VALID
25
24 0,296177
0,37588 0,2845 VALID
26
25 0,326566
0,33024 0,2845 VALID
27
26 0,220439
0,39544 0,2845 TIDAK VALID
VALID
28
27 0,132552
0,31948 0,2845 TIDAK VALID
VALID
29
28 0,407106
0,42324 0,2845 VALID
30
29 0,394917
0,49161 0,2845 VALID
30 0,41937 0,2845 VALID

Tabel III.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Kesadaran Beragama)
60

b. Uji Reliabilitas
61

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang

mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya

dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan

konsistensi. Test hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila

memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara

konsisten. Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas. Menurut Azwar

(2012), reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam

mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat

seandainya dilakukan pengukuran ulang.[CITATION San15 \p 91 \l 1057 ]

k
Rumus : ri= ¿
( k−1 )

Keterangan:

ri : Reliabilitas tes secara keseluruhan

k : Jumlah item dalam instrument

1 : Bilangan konstan

pi : Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1

qi : Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 0

qi : 1 – pi

st2 : Varian total

∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Sementara itu, uji reliabilitas untuk isntrumen non-tes

berupa likert scale dilakukan melalui teknik Alfa Cronbach

berbantuan Microsoft Excel.


62

k ∑s
Rumus :
{
( k−1 )
1− i
st
2
2

}
Keterangan:

k : mean kuadrat antara subyek

st2 : Varians total

∑si2 : mean kuadrat kesalahan

Tabel III.7

Kriteria Koefisien Realibilitas Guilford

Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi


0,80 ≤ r < 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r < 0,6 Cukup
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji coba instrumen dengan menggunakan Microsoft excel sebesar

0,80 yang terdapat pada angket komunikasi interpersonal, maka tingkat

kepercayaan butir soal sangat tinggi dan terpercaya. Kemudian pada angket

kesadaran beragama sebesar 0,85, maka tingkat kepercayaan butir soal yang telah

dibuat layak untuk digunakan.

F. Teknik Analisis Data

1. Jenis Penelitian
63

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan

penelitian lapangan. Karena penelitian lapangan ini dianggap penting

bagi penulis, dengan begitu penulis akan mendapatkan sejumlah data

dan lokasi penelitian yang sesuai dengan kondisi obyek, untuk

membantu pemecahan masalah yang berhubungan dengan penelitian.

Adapun lokasi yang dijadikan penelitian adalah sekolah SMP Negeri 1

Jonggol Kab. Bogor. Kec. Jonggol.

2. Teknik Penelitian

Ada beberaa teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan

data dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Penentuan Subyek Penelitian

1) Penentuan populasi

Yang dimaksud populasi adalah “keseluruhan subyek

penelitian.”[CITATION Suh10 \p 173 \l 1057 ] Adapun pupulasi

dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 1

Jonggol Kab. Bogor yang berjumlah 100 orang. Yang

terdiri dari 4 kelas masing-masing diambil sampling 25

orang.

2) Penentuan Sampel

Yang dimaksud sampel adalah “sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.”[CITATION Suh10 \p 174 \l 1057 ]

1. Uji Normalitas
64

Pengujian normalitas data digunakan untuk menilai apakah sebaran

data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini berguna untuk

mengetahui apakah data yang dikumpulkan berasal dari populasi yang

normal ataukah tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini baik

pada data hasil belajar kognitif maupun afektif, dilakukan melalui uji

Kolmogrov-Smirnov berbantuan program spss 22.0 for windows.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah data dalam

sebuah model t-test homogen atau tidak. Apabila pengujian

homogenitas terpenuhi, maka peneliti dapat melakukan tahap analisa

data lanjutan. Apabila ternyata data yang diperoleh bersifat hetero,

maka perlu dilakukan pembetulan-pembetulan metodologis. Adapun

uji homogenitas ini dilakukan dengan berbantuan spss 22.0 for

windows. Ketentuan pengujian ini adalah: jika nilai Sig. atau

signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka data bervarian sama

atau homogen.

3. Uji Korelasi

Korelasi berarti hubungan timbal balik. Dua buah gelaja dikatakan

mempunyai korelasi (correlation) adalah apabila setiap perubahan pada

gejala yang satu selalu diikuti dengan perubahan pada gejala yang lain, di

mana masing-masing perubahan tersebut terjadi secara proposional.

Sebaliknya dua buah gejala dikatakan tidak mempunyai korelasi adalah

apabila perubahan pada gejala yang satu tidak selamanya di ikuti dengan
65

perubahan pada gejala yang lain. Dengan kata lain perubahan-perubahan

pada masing-masing gejala itu tidak beraturan. Dua buah gejala yang

mempunyai korelasi kerapkali menunjukan adanya hubungan sebab akibat

atau hubungan kausal.[CITATION Suw18 \p 95 \l 1057 ]

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya

adalah analisa data tersebut, sebab dalam suatu penelitian ilmiah,

bagaimanapun bentuk dan banyaknya data yang dikemukakan tidak akan

bermakna sebelum data itu dianalisa dan diolah dalam rangka pemecahan

masalah.

Dalam (Sarwono, 2014, hal. 13) mengemukakan jika kita memiliki

data berskala interval, maka prosedur analisis yang sesuai dengan data kita

diantaranya ialah korelasi Pearson dan Regresi Linier. Korelasi Pearson

digunakan saat kita akan menganalisis hubungan dua variabel yang bersifat

independen dengan data yang menggunakan skala interval. Prosedur

korelasi Pearson akan menghasilkan nilai koefesien korelasi yang

menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut. Sedangkan

korelasi Regresi Linier digunakan untuk melihat hubungan linier antara dua

variabel atau lebih yang diidentifikasi sebagai variabel bebas dan variabel

tergantung.

Dalam Teknik analisi data ini peneliti menggunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment (r), karena dalam teknik analisis data ini yang

akan dikorelasikan berbentuk interval, dan dari sumber data yang sama.

Sehingga teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product


66

Moment. Peneliti menggunakan teknik ini karena teknik ini merupakan

teknik yang sangat banyak digunakan oleh para peneliti dan para

mahasiswa, teknik ini dikemukakan oleh Karl Pearson pada tahun 1900.

Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variable bebas

(independent) dan variable terikat (dependent).

Apabila dalan suatu penyelidikan ternyata dapat dibuktikan bahwa

ada hubungan sebab akibat antara dua gejala maka antara kedua gejala

tersebut itu pun akan terdapat korelasi. Tetapi apabila dapat dibuktikan

dalam penyelidikan bahwa antara dua gejala ada korelasi, belum tentu

antara dua gejala tersebut terdapat hubungan sebab akibat. Suatu korelasi

mempunyai arah korelasi. Arah korelasi dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Positif, jika 0 < r < 1

2. Negatif, jika -1 < r < 0, dan

3. Nol r = 0

4. Hipotesis Statistika

Secara statistika hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:

1. Hubungan intensitas pemanfaatan media social dengan akhlak siswa

kelas XI di MAN 2 Kota Bogor


67

Ha diterima, : Terdapat hubungan antara komunikasi

apabila sig. (2- interpersonal terhadap kesadaran

tailed) < sig (a) beragama siswa

0,05
Ha ditolak,apabila : Tidak terdapat hubungan antara

sig. (2-tailed) > komunikasi interpersonal terhadap

sig (a) 0,05 kesadaran beragama siswa


68

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Sejarah SMPN 1 Jonggol Kabupaten Bogor.

SMP Negeri 1 Jonggol didirikan pada tahun pelajaran 1962/1963

dengan status kelas jauh dari SMP Negeri 3 Bogor yang saat itu dipimpin oleh

Bpk. Atmawijaya dan sekaligus sebagai kepala Pjs-nya. Sekolah ini miliki 3

ruang kelas belajar, sehingga pada saat itu kegiatan belajar mengajar hanya

dilaksanakan pada pagi hari. Pada tahun 1971/1972 kelas jauh SMP Negeri 3

Bogor ini pindah ke Jln. M. Bakri Desa Jonggol Kecamatan Jonggol dan secara

resmi menjadi SMP Negeri 1 Jonggol. Kemudian pada tahun 1980/1981 pindah

ke Jln. Menan Sukamaju hingga sekarang.).

Sekolah ini mengalami perkembangan yang begitu pesat didorong

dengan antusias dan sumbangsih berupa pemikiran para orang tua wali dan

guru-guru yang mengajar di sekolah SMPN 1 Jonggol. Sehingga sekoalahn ini

telah memiliki 27 Ruang kelas, 1 Ruang komputer, 1 Ruang TU, 2

Labolatorium, 1 Ruang guru, 1 Ruang perpustakaan, 1 Ruang musholah.

Dengan banyaknya sekolah-sekolah swasta yang baru sekolah SMPN 1

Jonggol ini masih tetap menjadi sekolah favorit dan mampu bersaing dengan
69

sekolah-sekolah baru lainnya. Dari tahun ke tahun jumlah siswa selalu

mengalami peningkatan.

SMP Negeri 1 Jonggol Mempunyai segudang Prestasi baik di tingkat

Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, bahkan sampai Nasional.

2. Identitas SMP Negeri 1 Jonggol

a. Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Jonggol

b. Status Sekolah : Negeri

c. NSS/NPSN : 201020206087/20200655

d. Status Akreditasi :A

e. Alamat : Jl. Menan Sukamaju RT 05/02 Desa

Sukamaju, Kec. Jonggol Kab. Bogor, 16830

3. Visi Misi dan Tujuan Sekolah

a) Visi Sekolah

Terwujudnya kualitas pembelajaran untuk membentuk insan yang

unggul dan kompetitif dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.

b) Misi Sekolah

1) Meningkatkan kinerja prfesional guru dn tenaga

kependidikan

2) Meningkatkan pelanan prima kepada peserta didik dan

masyarakat.

3) Meningkatkan penguasaan IT seluruh guru dan tenaga

kependidikan

4) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik


70

5) Meningkatkan penguasaan IT untuk seluruh peserta didik

6) Meningkatkan dan merealisasikan program pembiasaan

sekolah

4. Deskripsi data

Untuk mengidentifikasi hubungan komunikasi interpersonal dengan

kesadaran beragama siswa di SMP Negeri 1 Jonggol, peneliti menggunakan data

yang diperoleh dari hasil penyebaran angket, yang mana angket tersebut

disebarkan kepada siswa kelas VIII untuk memperoleh data yang relevan.

Responden pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Jonggol

Kabupaten Bogor, sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Jonggol Kabupaten Bogor dan penentu samplenya menggunakan teknik sampling

sistematis sehingga mendapatkan hasil 25 Responden

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data

berupa angket yang disusun berdasarkan indikator dari variabel X yaitu

Komunikasi Interpersonal dan variabel Y yaitu Kesadaran Beragama Siswa.

Angket ini terdiri dari 60 Pernyataan yang diberikan kepada siswa kelas VIII

A,,VIII B, VIII C. Dengan penentuan sampel menggunakan teknik random

sampling sehingga mendapatkan hasil 48 responden.

Berikut adalah data tentang frekuensi jawaban dari responden untuk setiap

item soal tentang komunikasi interpersonal (Variabel X):


71

Tabel IV.1

Saya Mengungkapkan Isi Hati Secara Jujur Kepada Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 1 2,1
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 4 8,3
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab setuju untuk mengungkapkan isi hati secara jujur

kepada teman.

Tabel IV.2

Saya Menceritakan Perasaaan Yang Saya Rasakan Kepada Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 1 2,1
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 3 6,3
4 Setuju 14 29,2
5 Sangat Setuju 29 60,4
Jumlah 48 100,0
72

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 29 siswa dengan

presentase 60,4% menjawab sangat setuju untuk menceritakan perasaan yang

dirasakan kepada teman.

Tabel IV.3

Saya Bercerita Bersama Teman Ketika Menghadapi Masalah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 9 18,8
2 Tidak Setuju 11 22,9
3 Ragu-ragu 15 31,3
4 Setuju 10 20,8
D a r i h a s i l t a
5 Sangat Setuju 3 6,3
Jumlah 48 100,0

presentase 31,3% menjawab ragu-ragu untuk bercerita kepada teman ketika

sedang menghadapi masalah.

Tabel IV.4

Saya Berbagi Pengalaman Pribadi Dengan Teman.

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 3 6,3
4 Setuju 27 56,3
5 Sangat Setuju 18 37,5
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 27 siswa dengan

presentase 56,3% menjawab setuju berbagi pengalaman pribadi dengan teman.


73

Tabel IV.5

Saya Mengucapkan Selamat Kepada Teman Yang Meraih Prestasi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 4 8,3
4 Setuju 22 45,8
5 Sangat Setuju 20 41,7
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 22 siswa dengan

presentase 45,8% menjawab setuju untuk mengucapkan selamat kepada teman

yang meraih prestasi.

Tabel IV.6

Saya Berusaha Memahami Perasaan Yang Sedang Dihadapi Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 2 4,2
4 Setuju 19 39,6
D5 aSangatrSetuju i h a s i l t a
26 54,2
Jumlah 48 100,0

presentase 54,2% menjawab sangat setuju untuk berusaha memahami perasaan

yang sedang dihadapi teman.


74

Tabel IV.7

Saya Memberikan Semangat kepada Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 9 18,8
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 17 35,4
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa dengan

presentase 43,8% menjawab setuju memberikan semangat kepada teman.

Tabel IV.8

Saya Mengerti Apa yang Dirasakan Teman Disekitar Saya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 3 6,3
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 9 18,8
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 13 27,1
Jumlah 48 100,0
D a r i h a s i l t a

presentase 43,8% menjawab setuju untuk mngerti apa yang dirasakan teman

disekitarnya.

Tabel IV.9

Saya Memperlakukan Teman Dengan Baik


75

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 4 8,3
4 Setuju 19 39,6
D5 aSangatrSetuju i h a s i l t a
23 47,9
Jumlah 48 100,0

presentase 47,9% menjawab sangat setuju untuk memperlakukan teman dengan

baik.

Tabel IV.10

Saya Membantu Memperjelas Pembicaraan Teman Apabila Diminta.

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 14 29,2
4 Setuju 16 33,3
5 Sangat Setuju 16 33,3
Jumlah 48 100,0
76

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 16 siswa dengan

presentase 33,3% menjawab setuju untuk membantu memperjelas pembicaraan

teman apabila diminta.

Tabel IV.11

Saya Bersalaman Dengan Teman Pada Saat Berkenalan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 6 12,5
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 16 33,3
Jumlah 48 100,0
D a r i h a s i l t a

presentase 50,0% menjawab setuju untuk bersalaman dengan teman pada saat

berkenalan.

Tabel IV.12

Saya Melakukan Aktivitas Bersama Teman-Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 3 6,3
4 Setuju 30 62,5
5 Sangat Setuju 12 25,0
Jumlah 48 100,0
77

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 30 siswa dengan

presentase 62,5% menjawab setuju untuk melakukan aktivitas bersama teman-

teman.

Tabel IV.13

Saya Menyemangati Teman Yang Mendapatkan Nilai Buruk Dalam

Ulangan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 6 12,5
4 Setuju 26 54,2
5 Sangat Setuju �
16 33,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 26 siswa dengan

presentase 54,2% menjawab setuju untu menyemangati teman yang mendapatkan

nilai buruk dalam ulangan.

Tabel IV.14

Saya Mengucapkan Terimakasih Kepada Teman Yang Telah Membantu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 4 8,3
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 17 35,4
Jumlah 48 100,0
78

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab setuju untuk mengucapkan terimakasih kepada teman

yang telah membantu.

Tabel IV.15

Saya Memuji Teman Yang Mendapatkan Kesuksesan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 2 4,2
4 Setuju 30 62,5
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0
79

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 30 siswa dengan

presentase 62,5% menjawab setuju untuk memuji teman yang telah mendapatkan

kesuksesan.

Tabel IV.16

Saya Memahami Pendapat Yang Disampaikan Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 5 10,4
4 Setuju 24 50,0
D5 aSangatrSetuju i h a s i l t a
19 39,6
Jumlah 48 100,0

presentase 50,0% menjawab setuju untu memahami pendapat yang disampaikan

teman.

Tabel IV.17

Saya menghargai pendapat teman ketika diskusi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 6 12,5
3 Ragu-ragu 6 12,5
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0
80

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa dengan

presentase 43,8% menjawab setuju untuk menghargai pendapat teman ketika

berdiskusi.

Tabel IV.18

Saya Meminta Masukan Teman Apabila Perbuatan Saya Dianggap Salah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 5 10,4
4 Setuju 25 52,1
5 Sangat Setuju 17 35,4
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 25 siswa dengan

presentase 52,1% menjawab setujuuntuk meminta masukan teman apabila

perbuatannya dianggap salah.

Tabel IV.19

Saya Berfikir Semua Orang Pada Dasarnya Baik

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 10 20,8
4 Setuju 22 45,8
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0
81

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 22 siswa dengan

presentase 45,8% menjawab setuju bahwa berfiir semua orang pada dasarnya

baik.

Tabel IV.20

Saya Menjadi Pendengar Yang Baik Ketika Ada Teman Yang Curhat

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 3 6,3
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 7 14,6
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa dengan

presentase 43,8% menjawab setuju menjadi pendengar yang baik ketika ada teman

yang curhat.

Tabel IV.21

Saya Memahami Keinginan Teman Yang Berbeda Dengan Keinginan Saya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 2 4,2
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 2 4,2
4 Setuju 18 37,5
5 Sangat Setuju 22 45,8
Jumlah 48 100,0
82

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 22 siswa dengan

presentase 45,8% menjawab sangat setuju untuk memahami keinginan teman

yang berbeda dengan keinginannya.

Tabel IV.22

Saya Menerima Masukan Pendapat Dari Teman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 5 10,4
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 15 31,3
4 Setuju 12 25,0
5 Sangat Setuju 12 25,0
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 12 siswa dengan

presentase 25,0% menjawab sangat setuju untuk menerima pendapat dari teman.

Tabel IV.23

Saya Meluangkan Waktu Menjenguk Teman Yang Sakit

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 2 4,2
4 Setuju 19 39,6
5 Sangat Setuju 26 54,2
Jumlah 48 100,0
83

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 26 siswa dengan

presentase 54,2% menjawab sangat setuju untuk meluangkan waktu untuk

menjenguk teman yang sakit.

Tabel IV.24

Saya Segera Mengingatkan Teman Yang Membuang Sampah Sembarangan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 13 27,1
4 Setuju 13 27,1
5 Sangat Setuju 19 39,6
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 19 siswa dengan

presentase 39,6% menjawab sangat setuju untuk segera mengingatkan teman yang

membuang sampah sembaran

Tabel IV.25

Saya Menghargai Pendapat Teman Yang Berbeda

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 4 8,3
4 Setuju 20 41,7
5 Sangat Setuju 24 50,0
Jumlah 48 100,0
84

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab sangat setuju untuk menghargai pendapat teman yang

berbeda.

Tabel IV.26

Saya Menunjukkan Perasaan Secara Terbuka

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 12 25,0
4 Setuju 18 37,5
5 Sangat Setuju 16 33,3
Jumlah 48 100,0
D a r i h a s i l t a

presentase 37,5% menjawab setuju untuk menunjukan perasaan secara terbuka.

Tabel IV.27

Saya Bertukar Pendapat Dengan Teman Untuk Menyelesaikan Suatu

Masalah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju 1 2,1
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 11 22,9
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 11 22,9
Jumlah 48 100,0
85

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab setuju bertukar pendapat dengan teman untuk

menyelesaikan masalah.

Tabel IV.28

Saya Menyisihkan Uang Jajan Untuk Membantu Teman Yang Mengalami

Kesusahan.

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 25 52,1
4 Setuju 13 27,1
5 Sangat Setuju 8 16,7
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 13 siswa dengan

presentase 27,1% menjawab setuju menyisihkan uang jajan untuk membantu

teman yang sedang kesusahan.

Tabel IV.29

Saya Berprasangka Baik/Berfikir Positif Kepada Teman Yang Tiba-Tiba

Baik Kepada Saya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 30 62,5
4 Setuju 9 18,8
5 Sangat Setuju 5 10,4
Jumlah 48 100,0
86

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 30 siswa dengan

presentase 62,5% menjawab ragu-ragu untuk berprasangka baik kepada teman

yang tiba-tiba baik kepadanya.

Tabel IV.30

Saya Mendiskusikan Bersama Teman Tentang Pelajaran Yang Belum

Dipahami

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 15 31,3
4 Setuju 18 37,5
D5 aSangatrSetuju i h a s i l t a
12 25,0
Jumlah 48 100,0

presentase 37,5% menjawab setuju untuk mendiskusikan bersama teman tentang

pelajaran yang belum difahami.

Tabel IV.31
87

Saya Merasa Takut Ketika Telah Berbuat Salah Baik Itu Kesalahan Besar

Ataupun Kecil

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 8 16,7
4 Setuju 33 68,8
5 Sangat Setuju 7 14,6
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 33 siswa dengan

presentase 68,8% menjawab setuju untuk merasa takut ketika berbuat salah baik

itu kesalahan yang besar ataupun kecil.

Tabel IV.32

Saya Bertaubat Dan Memohon Ampun Ketika Telah Berbuat Salah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 12 25,0
4 Setuju 22 45,8
5 Sangat Setuju 14 29,2
Jumlah 48 100,0
D a r i h a s i l t a

presentase 45,8% menjawab setuju untuk bertaubat dan memohon ampun ketika

berbuat salah.

Tabel IV.33
88

Saya Yakin Bahwa Taubat Adalah Jalan Yang Tepat Untuk Memohon
Ampunan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju - -
3 Ragu-ragu 15 31,3
4 Setuju 31 64,6
5 Sangat Setuju 2 4,2
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 31 siswa dengan

presentase 64,6% menjawab setuju untuk yakin bahwa taubat adalah jalan yang

tepat untuk memohon ampunan.

Tabel IV.34

Saya Meyakini Segala Sesuatu Yang Terjadi Atas Kehendak Allah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 7 14,6
4 Setuju 9 18,8
5 Sangat Setuju 30 62,5
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 30 siswa dengan

presentase 62,5% menjawab setuju untuk meyakini segala sesuatu yang terjadi

atas kehendak Allah.

Tabel IV.35

Saya Hanya Mengadu Kepada Allah Ketika Sedang Menghadapi


Masalah
89

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 10 20,8
4 Setuju 8 16,7
5 Sangat Setuju 28 58,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 28 siswa dengan

presentase 58,3% menjawab sangat setuju untuk hanya mengadu kepada Allah

ketika sedang menghadapi masalah.

Tabel IV.36

Saya Hanya Mengadu Kepada Allah Bukan Kepada Manusia

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 14 29,2
4 Setuju 17 35,4
5 Sangat Setuju 14 29,2
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 17 siswa dengan

presentase 35,4% menjawab setuju untuk mengadu kepada Allah ketika sedang

menghadapi masalah bukan kepada manusia.

Tabel IV.37
90

Saya Memohon Pertolongan Kepada Allah Ketika Sedang Berada

Dalam Kesulitan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 14 29,2
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 12 25,0
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa dengan

presentase 43,8% menjawab setuju untuk memohon pertolongan kepda Allah

ketika sedang berada dalam kesulitan.

Tabel IV.38

Saya Meyakini Bahwa Allah Adalah Harapan Terbaik Untuk

Meminta Pertolongan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 13 27,1
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 8 16,7
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab setuju untuk meyakini bahwa Allah adalah harapan

terbaik untuk meminta pertolongan.


91

Tabel IV.39

Saya Meyakini Bahwa Allah Adalah Tempat Yang Paling Baik Untuk

Meminta

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 11 22,9
4 Setuju 19 39,6
5 Sangat Setuju 14 29,2
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 19 siswa dengan

presentase 39,6% menjawab setuju untuk meyakini bahwa Allah adalah tempat

yang paling baik untuk meminta.

Tabel IV.40

Saya Senang Mengikuti Program Yang Dilaksanakan Oleh Rohis

(Rohani Islam

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 4 8,3
3 Ragu-ragu 12 25,0
4 Setuju 25 52,1
5 Sangat Setuju 7 14,6
Jumlah 48 100,0
92

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 25 siswa dengan

presentase 52,1% menjawab setuju untuk senang melaksanakan program yang

dilaksanakan oleh Rohis.

Tabel IV.41

Saya Menghadiri Majlis Ta’lim

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 21 43,8
4 Setuju 15 31,3
5 Sangat Setuju 10 20,8
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa dengan

presentase 43,8% menjawab ragu-ragu untuk menghadiri majlit ta’lim.

Tabel IV.42

Saya Mempelajari Al-Qur’an Dengan Guru Ngaji

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 1 2,1
3 Ragu-ragu 8 16,7
4 Setuju 24 50,0
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0
93

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 24 siswa dengan

presentase 50,0% menjawab setuju untuk mempelajari al-qur’an dengan guru

ngaji.

Tabel IV.43

Saya Senang Membaca Buku Keislaman

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 8 16,7
4 Setuju 12 25,0
5 Sangat Setuju 25 52,1
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 25 siswa dengan

presentase 52,1% menjawab sangat setuju untuk menyenangi membaca buku

keislaman.

Tabel IV.44

Saya Berdiskusi Dengan Teman Tentang Keagamaan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 3 6,3
3 Ragu-ragu 10 20,8
4 Setuju 16 33,3
5 Sangat Setuju 19 39,6
Jumlah 48 100,0
94

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 19 siswa dengan

presentase 39,6% menjawab sangat setuju untuk berdiskusi dengan eman tentang

keagamaan.

Tabel IV.45

Saya Senang Menonton Vidio Tentang Sejarah Islam

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 2 4,2
3 Ragu-ragu 16 33,3
4 Setuju 14 29,2
5 Sangat Setuju 16 33,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 16 siswa dengan

presentase 33,3% menjawab setuju untuk senang menonton vidio sejarah Islam.

Tabel IV.46

Saya Mengerjakan Sholat Tepat Waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 9 18,8
3 Ragu-ragu 12 25,0
4 Setuju 12 25,0
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 15 siswa dengan

presentase 31,3% menjawab sangat setuju untuk mengerjakan sholat tepat waktu.
95

Tabel IV.47

Saya Melakukan Sholat 5 Waktu Secara Berjamah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 10 20,8
3 Ragu-ragu 8 16,7
4 Setuju 15 31,3
5 Sangat Setuju 15 31,3
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 15 siswa dengan

presentase 31,3% menjawab setuju untuk melakukan sholat 5 waktu secara

berjamaah.

Tabel IV.48

Saya Telah Berada Di Masjid 5 Menit Sebelum Adzan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 13 27,1
3 Ragu-ragu 10 20,8
4 Setuju 15 31,3
5 Sangat Setuju 10 20,8
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 15 siswa dengan

presentase 31,3% menjawab setuju untuk berada di masjid 5 menit sebelum adzan.

Tabel IV.49

Saya Sholat Dengan Khusyu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 8 16,7
3 Ragu-ragu 18 37,5
4 Setuju 15 31,3
5 Sangat Setuju 7 14,6
Jumlah 48 100,0
96

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 18 siswa dengan

presentase 37,5% menjawab ragu-ragu untuk melakukan sholat dengan khusyu.

Tabel IV.50

Saya Berdzikir Setelah Sholat

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 15 31,3
3 Ragu-ragu 6 12,5
4 Setuju 10 20,8
5 Sangat Setuju 17 35,4
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 17 siswa dengan

presentase 35,4% menjawab sangat setuju untuk berdzikir setelah sholat.

Tabel IV.51

Saya Memberi Uang Kepada Pengemis

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 16 33,3
3 Ragu-ragu 3 6,3
4 Setuju 7 14,6
5 Sangat Setuju 22 45,8
Jumlah 48 100,0
97

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 22 siswa dengan

presentase 45,8% menjawab sangat setuju untuk memberi uang kepada pengemis.

Tabel IV.52

Saya Menyisihkan Uang Untuk Dimasukkan Kedalam Kotak Amal Masjid

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 10 20,8
3 Ragu-ragu 9 18,8
4 Setuju 21 43,8
5 Sangat Setuju 8 16,7
Jumlah 48 100,0

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 21 siswa

dengan presentase 43,8% menjawab setuju menyisihkan uang untuk dimasukkan

kedalam kotak amal.

Tabel IV.53

Saya Membelikan Makanan Untuk Teman Sekolah Ketika Memiliki Uang

Lebih

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


1 Sangat Tidak Setuju - -
2 Tidak Setuju 13 27,1
3 Ragu-ragu 7 14,6
4 Setuju 12 25,0
5 Sangat Setuju 16 33,3
Jumlah 48 100,0
98

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa 16 siswa dengan

presentase 33,3% menjawab sangat setuju membelikan makanan untuk teman

sekolah ketika memiliki uang lebih.

Tabel IV.54

Rekapitulasi Hasil Skor Angket tentang Komunikasi Interpersonal (X)

Skor Jawaban Jumlah


Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
No.
setuju ragu Setuju Tidak
Pertanyaan Setuju
F % F % F % F % F % F %
1 15 31, 2 50,0 4 8,3 4 8,3 1 2,1 48 100%
3 4
2 29 60, 1 29,2 3 6,3 1 2,1 1 2,1 48 100%
4 4
3 3 6,3 1 20,8 1 31,3 1 22,9 9 18, 48 100%
0 5 1 8
4 18 37, 2 56,3 3 6,3 - - - - 48 100%
5 7
5 20 41, 2 45,8 4 8,3 2 4,2 - - 48 100%
7 2
6 26 54, 1 39,6 2 4,2 1 2,1 - - 48 100%
2 9
7 17 35, 2 43,8 9 18,8 1 2,1 - - 48 100%
4 1
8 13 27, 2 43,8 9 18,8 2 4,2 3 6,3 48 100%
1 1
9 23 47, 1 39,6 4 8,3 2 4,2 - - 48 100%
99

9 9
10 16 33, 1 33,3 1 29,2 2 4,2 - - 48 100%
3 6 4
11 16 33, 2 50,0 6 12,5 2 4,2 - - 48 100%
3 4
12 12 25, 3 6,25 3 6,3 3 6,3 - - 48 100%
0 0
13 16 33, 2 54,2 6 12,5 - - - - 48 100%
3 6
14 17 34, 2 50,0 4 8,3 3 6,3 - - 48 100%
5 4
15 15 31, 3 62,5 2 4,2 1 2,1 - - 48 100%
3 0
16 19 39, 2 50,0 5 10,4 - - - - 48 100%
6 4
17 15 31, 2 43,8 6 12,5 6 12,5 - - 48 100%
1 1
18 17 35, 2 52,1 5 10,4 1 2,1 - - 48 100%
4 5
19 15 31, 2 45,8 1 20,8 1 2,1 - - 48 100%
3 2 0
20 15 31, 2 43,8 7 14,6 2 4,2 3 6,3 48 100%
3 1
21 22 45, 1 37,5 2 4,2 4 8,3 2 4,2 48 100%
8 8
22 12 25, 1 25,0 1 31,3 4 8,3 5 10, 48 100%
0 2 5 4
23 26 54, 1 39,6 2 4,2 1 2,1 - - 48 100%
2 9
24 19 39, 1 27,1 1 27,1 3 6,3 - - 48 100%
6 3 3
25 24 50, 2 41,7 4 83,4 - - - - 48 100%
0 0
26 16 33, 1 37,5 1 25,0 2 4,2 - - 48 100%
3 8 2
27 11 22, 2 50,0 1 22,9 1 2,1 1 2,1 48 100%
9 4 1

Tabel IV.55
100

Rekapitulasi Hasil Skor Angket tentang Kesadaran Beragama Siswa (Y)

Skor Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
No. Jumlah
setuju (4) ragu Setuju Tidak
Pertanyaan (5) (3) Setuju
F % F % F % F % F % F %
1 8 16,7 1 27,1 2 52,1 2 4,2 - - 48 100%
3 5
2 5 10,4 9 18,8 3 62,5 4 8,3 - - 48 100%
0
3 1 25,0 1 37,5 1 31,3 3 6,3 - - 48 100%
2 8 5
4 7 14,6 3 68,8 8 16,7 - - - - 48 100%
3
5 1 29,2 2 45,8 1 25,0 - - - - 48 100%
4 2 2
6 2 4,2 3 64,6 1 31,3 - - - - 48 100%
1 5
7 3 62,5 9 18,8 7 14,6 2 4,2 - - 48 100%
0
8 2 58,3 8 16,7 1 20,8 2 4,2 - - 48 100%
8 0
9 1 29,2 1 35,4 1 29,2 3 6,3 - - 48 100%
4 7 4
10 1 25,0 2 43,8 1 29,2 1 2,1 - - 48 100%
2 1 4
11 8 16,7 2 50,0 1 27,1 3 6,3 - - 48 100%
4 3
12 1 29,2 1 39,6 1 22,9 4 8,3 - - 48 100%
4 9 1
13 7 14,6 2 52,1 1 25,0 4 8,3 - - 48 100%
5 2
14 1 20,8 1 31,3 2 43,8 2 4,2 - - 48 100%
0 5 1
15 1 31,3 2 50,0 8 16,7 1 2,1 - - 48 100%
5 4
16 2 52,1 1 25,0 8 16,7 3 6,3 - - 48 100%
5 2
17 1 39,6 1 33,3 1 20,8 3 6,3 - - 48 100%
9 6 0
18 1 33,3 1 29,2 1 33,3 2 4,2 - - 48 100%
6 4 6
19 1 31,3 1 25,0 1 25,0 9 18,8 - - 48 100%
5 2 2
20 1 31,3 1 31,3 8 16,7 1 20,8 - - 48 100%
5 5 0
21 1 20,8 1 31,3 1 20,8 1 27,1 - - 48 100%
101

0 5 0 3
22 7 14,6 1 31,3 1 37,5 8 16,7 - - 48 100%
5 8
23 1 35,4 1 20,8 6 12,5 1 31,3 - - 48 100%
7 0 5
24 2 45,8 7 14,6 3 6,2 1 33,3 - - 48 100%
2 6
25 8 16,7 2 43,8 9 18,8 1 10,8 - - 48 100%
1 0
26 1 33,3 1 25,0 7 14,6 1 27,1 - - 48 100%
6 2 3

5. Uji Persyaratan Analisis


a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk menilai apakah

sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini berguna

untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan berasal dari populasi

yang normal ataukah tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini

baik pada data hasil belajar kognitif maupun afektif, dilakukan melalui

uji Kolmogrov-Smirnov berbantuan program spss 22.0 for windows.

Tabel IV.56

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 39
102

Normal Parametersa,b Mean ,0000000


Std. Deviation 8,53112989
Most Extreme Differences Absolute ,101
Positive ,101
Negative -,059
Test Statistic ,101
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Dari Tabel diatas menunjukan nilai tes kolmogorov-

smirnov dengan nilai signifikan 0,200 lebih besar dari 0,05,

sehingga dapat disimpulkan data yang digunakan berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya

variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas

yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah Uji Homogenitas

Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk

mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen

atau tidak.

Ada berbagai macam cara untuk melakukan perhitungan uji

homogenitas diantaranya dengan uji Harley, barlett dan levene,


103

dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode levene, dengan

hasi uji homogenitas sebagai berikut:

Tabel IV.57

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


,000 1 94 ,982

Berdasarkan uji homogenitas dengan menggunakan spss

v23 metode levene diperoleh nilai signifikan 0,982 yang berarti

nilainya lebih besar dari 0,05 dengan demikian kedua variabel yang

dibandingkan adalah homogen.

c. Uji Korelasi

Dari hasil penelitian di atas, maka kemudian dicari tingkat

korelasi Variabel X (Komunikasi Interpersonal) terhadap Variabel

Y (Kesadaran Beragama) dengan rumus SPSS sebagai berikut:

Tabel IV.58

Uji Korelasi

Correlations
KOMUNIKASI KESADARAN
INTERPERSO BERAGAMA
NAL
KOMUNIKASI Pearson Correlation 1 ,362*
Sig. (2-tailed) ,011
N 48 48
KESADARAN Pearson Correlation ,362* 1
104

Sig. (2-tailed) ,011


N 48 48
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel IV.58

Interpretasi Nilai

Besarnya Nilai Interprestasi

0,00 – 0,20 Tidak

0,20 – 0,40 Kurang

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Kuat

0,90 - 1000 Sangat kuat

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Ha ditolak, jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05

Ha diterima, jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05


105

Ho ditolak, jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05

Ho diterima, jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05

Setelah dilakukan uji korelasi dengan menggunakan rumus

korelasi person dan dengan taraf signifikan 5%, maka telah

diketahui bahwa nilai korelasi variabel X dan variabel Y sebesar

0,362 jika dilihat dan disesuaikan dari tabel interpretasi maka nilai

yang diperoleh terletak pada interval 0,20-0,40. Maka terdapat

hubungan antara komunikasi interpersonal terhadap kesadaran

beragama siswa, namun korelasinya bersifat lemah/kurang.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah diuraikan di atas telah

membuktikan bahwa adanya hubungan antara komunikasi

interpersonal terhadap kesadaran beragama siswa. Sebagaimana

yang termaktub dalam hasil angket masing-masing variabel.

Setelah dilakukan uji korelasi dengan taraf signifikan 5% maka

nilai korelasi sebesar 0,362 yang terlatak antara interval 0,20-0,40

sehingga memiliki arti adanya hubungan namun bersifat

lemah/kurang.

Lalu dengan melihat tabel para “r” dengan nilai

signifikasinya diperoleh “r” tabel sebesar 0,2845 dengan demikian

pada taraf signifikasi 5% “r”hitung =0,281 > dari “r” tabel =

0,2845, berrarti hipotesis alternatif (Ha) diterima.


106

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, ternyata

hubungan komunikasi interpersonal terhadap kesadaran beragama

siswa sedikit dampak negatif terhadap kesadaran beragama siswa

di SMP Negeri 1 Jonggol Kabupaten Bogor.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan tentang

hubungan komunikasi interpersonal dengan kesadaran beragama siswa, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal kelas VIII SMP Negeri 1 Jonggol, dapat

dikatakan cukup baik, hal ini terlihat dari hasil rata-rata angket

melalui variabel x (Komunikasi Interpersonal) sebesar 109,9792

dari nilai maksimal sebesar 135.

2. Peran komunikasi interpersonal dinilai sangat penting bagi siswa

sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah terutama dalam

hal kesadaran beragama siswa.


107

3. Kesadaran beragama siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Jonggol

dapat dikatakan cukup baik, hal ini terlihat dari hasil rata-rata

angket melalui variabel y (Kesadaran Beragama Siswa) sebesar

99,08333 dari nilai maksimal sebesar 130.

4. Faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama siswa adalah

komunikasi interpersonal, contohnya dalam menyikapi seseorang

dengan penuh perasaan empati dan smpati, sebagian besar

mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah salah satu cara

untuk menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi sehingga mampu

mengedepankan nilai persaudaraan sebagaimana agama Islam telah

mengajarkan, dengan komunikasi maka siswa akan terus berusaha

mencari solusi dalam menyelesaikan masalah pribadi ataupun

menolong teman agar keluar dari masalah.

5. Terdapat hubungan yang kurang atau rendah antara komunikasi

interpersonal dengan kesadaran beragama siswa, karena

berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa nilai korelasi

variabel X dan Y sebesar 0,281 yang terletak diantara 0,20-0,40.

Jika dilihat dari interpretasi data tersebut maka memiliki arti bahwa

korelasi kurang.

B. Saran

1. Kepada Kepala Sekolah


108

Diharapkan agar senantiasa memberikan arahan dan bimbingan

kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya membina siswa agar

terciptanya akselerasi kesadaran beragama siswa.

2. Kepada Guru

Diharapkan lebih memperhatikan kembali peserta didiknya di

sekolah atau di luar sekolah ketika siswa sedang melakukan atau

menjalankan aktivitasnya, maka dari itu hal ini mengindikasikan

bahwa pengawasan seorang pendidik bukan hanya di sekolah saja

namun ketika di luar sekolah pun harus ada hubungan komunikasi

terhadap siswa sehingga terciptanya hubungan harmonis layaknya

seorang ibu dan anak. Pendidik pun sudah semestinya melakukan

interaksi sosial dengan wali murid untuk memberikan pemahaman

dan informasi mengenai perkembangan peserta didik.

3. Kepada Peserta Didik

Diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik sehingga nilai-

nilai keagaman dapat tertanam dalam jiwa yang kemudian akan

menghasilkan budi pekerti baik dan akhlak yang baik.

4. Kepada Peneliti

Agar penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peniliti lain

yang akan melakukan penelitian yang serupa, sehingga hasil

penelitian dapat lebih maksimal dan lebih representatif.


109

Anda mungkin juga menyukai