Anda di halaman 1dari 15

KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SEBAGAI

PENDIDIK

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Rekayasa Ide Mata Kuliah


“Filsafat Pendidikan Islam”
Yang Dibimbing Oleh :

Prof. Dr. Al-Rasyidin, M. Ag.

Nama : Laila Armila Siregar

NIM : 0301181028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
PAI-2 / III
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan kita kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Rekayasa Ide yang berjudul “Kepribadian Nabi Muhammad sebagai
Pendidik”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam dengan dosen pembimbing Prof. Dr. Al-Rasyidin,
M. Ag.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa penulisan
maupun penyusunan Tugas Rekayasa Ide ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca guna memperbaiki Tugas
Rekayasa Ide ini kedepannya.

Penulis juga berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi para


pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, 18 Oktober 2019

Laila Armila Siregar


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan .....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2

A. Pengertian Kepribadian...........................................................................2

B. Rasulullah sebagai Pendidik...................................................................5

C. Karakteristik Rasulullah sebagai Pendidik..............................................7

BAB II PENUTUP.......................................................................................11

A. Kesimpulan............................................................................................11

B. Saran......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang pendidik adalah kewajiban setiap orang yang
memiliki ilmu. Ilmu yang baik dan memberi manfaat kepada banyak
orang tentu dapat menjadi investasi akhirat bagi seorang pendidik
atau siapapun yang menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Bahkan,
bila seseorang mengetahui suatu ilmu namun menyembunyikannya
tentu ia tidak akan mendapat kebaikan. Sejatinya, semakin ilmu
disebarluaskan, semakin sering diucapkan, ilmu itu akan terus
menyebar laksana benih-benih tumbuhan yang terbang dibawa
angina. Ia akan tumbuh dan memberikan manfaat bagi tiap-tiap
insan. Menjadi seorang pendidik/guru tentu bukanlah pekerjaan
yang mudah, sebab guru itu ‘digugu’ dan ‘ditiru’. Maka, perlu kita
kaji lebih dalam lagi bagaimana sejatinya kepribadian yang harus
dimiliki pendidik. Dalam tugas rekayasa ide ini, penulis
memaparkan bagaimana akhlak dan kepribadian Rasulullah
sebagai seorang pendidik. Beliau adalah manusia terbaik yang
telah Allah tugaskan untuk memperbaiki ‘akhlak’ manusia. Di dalam
pribadi Rasulullah dan setiap tingkah lakunya, sesuai dengan nilai-
nilai kebaikan Islam, berlandaskan pada Al-Qur’anul karim.
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana kepribadian yang harus dimiliki pendidik agar sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadis serta mencontoh Rasulullah
sebagai Pendidik?
2. Apa sajakah karakteristik yang ada pada diri Rasulullah serta
pengaruh dari karakter Rasul dalam mendidik?
C. Manfaat
1. Tujuan rekayasa ide ini ialah untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya kepribadian Rasulullah dalam mendidik untuk dapat
kita terapkan dalam proses mendidik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah bagaimana seorang individu mampu


menampilkan dirinya sehingga menimbulkan kesan bagi individu
lainnya. Singkatnya, kepribadian merupakan kualitas yang dimiliki
individu sehingga orang lain memiliki penilaian buruk ataupun baik
tentang individu tersebut.

Kepribadian yang dimiliki oleh Nabi Muhammad sejak beliau masih


di usia belia hingga diangkat menjadi Rasul begitu baik dan santun.
Adapun kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah yaitu :

a) Pertama, bertutur kata lembut dan sopan santun serta


melakukan musyawarah bila akan memecahkan suatu
permasalahan. Sikap ini terdapat dalam Al-Qur’an :

ْ‫ضوا لمعن فحعوللفك َ ففاَعع ف‬


‫ف‬ ‫ت فف ظ‬
‫ظاَ فغلليِفظ اعلفقعل ل‬
‫ب فلعنفف ض‬ ‫ت فلفْهعم َ فوفلعو فْكعن ف‬ ‫ففلبفماَ فرعحفمةَة لمفن ا ل‬
‫ا للعن ف‬
‫ب‬
‫ح ض‬ ‫ا ِهَّلل إلان ا ف‬
‫ا فْيِ ل‬ ‫فععنفْهعم فواعسفتعغلفعر فلفْهعم فوفشاَلوعرفْهعم لفيِ اعلفعملر َ ففإلفذا فعفزعم ف‬
‫ت فففتفواكعل فعفلىَ ا ل‬
‫اعلفْمفتفوككلليِفن‬

Maka dikarenakan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku


lemah lembut pada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
oleh karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah pada Allah. Sungguh Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.1

Sifat kelembutan inilah yang akhirnya mendapatkan banyak


simpati dari berbagai jenis manusia, hinnga menjadikan mereka
1
QS. Ali Imran ayat 159

2
berikrar tulus dan setia, serta taat pada Allah dan nabi Muhammad,
juga setia dalam menjalankan setiap ajaran agama. Musyawarah
juga menjadi kebiasaan nabi Muhammad setiap ingin mengambil
sebuah keputusan. Hal inilah yang dapat dicontoh para pendidik
agar senantiasa menunjukkan sikap lemah lembut dan penyayang
kepada peserta didik, agar ilmu-ilmu yang disampaikan masuk
kedalam hati para peserta didik. Adapun perlakuan system
musyawarah, amatlah penting dilakukan di kelas. Guna menggali
kemauan siswa/ peserta didik untuk menyampaikan
ide/gagasannya sehingga mereka merasa bahwa keberadaan
mereka dihargai. Bila sebuah persoalan dilakukan dengan
musyawarah, maka Allah akan memberikan berkah yang melimpah,
dan akan memuaskan berbagai pihak. Seseorang tidak akan sedih
dengan musyawarah dan sebaliknya, orang tidak akan merasa
cukup bila hanya dengan pikirannya sendiri.

b) Kedua, rendah hati (tawadhu’). Rasul adalah sosok yang tidak


pernah membesarkan (membanggakan) dirinya, walaupun ia
adalah utusan terakhir. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

‫ت أفععفلفْم اعلفغعيِ ف‬
ْ‫ب فلعسفتعكفثعر ف‬
‫ت‬ ‫ضظرا إلال فماَ فشاَفء ا‬
ْ‫افْ ِهَّلل فوفلعو فْكعن ف‬ ‫ك للفنعفلسيِ فنعفظعاَ فوفل ف‬ ْ‫قفْعل فل أفعملل ف‬
‫لمفن اعلفخعيِلر فوفماَ فماسلنفيِ الضسوفْء ِهَّلل إلعن أففناَ إلال فنلذيِرر فوفبلشيِرر للفقعوةَم فْيِعؤلمفْنوفن‬

Katakanlah: "Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi


diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang
dikehendaki oleh Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman".2

Nabi Muhammad adalah sosok yang selalu rendah hati,


sebab ia mengimani bahwa semua yang terjadi adalah karena

2
QS. Al-A’raf ayat 188.

3
kehendak Allah Swt. Menjadi seorang guru/pendidik, hendaknya
kita memiliki kepribadian rendah hati dan percaya bahwa ilmu
kebaikan yang ada pada kita adalah karena ke Maha Besaran Allah
Swt. Bila tersebut satu saja kesombongan pada diri kita, tentu
peserta didik akan ikut menjadi orang yang sombong, dan sombong
adalah sifat yang buruk.

c) Ketiga, penyantun dan penyayang. Yaitu bentuk karakter sikap


peduli pada orang lain terutama pada umatnya. Baginya,
seluruh umatnya adalah keluarganya yang perlu diperhatikan
dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah :

‫فلفقعد فجاَفءفْكعم فرفْسورل لمعن أفعنففْلسفْكعم فعلزيِرز فعفلعيِله فماَ فعلنضتعم فحلريِ ر‬
‫ص فعفلعيِفْكعم لباَعلفْمعؤلملنيِفن‬
‫فرفْءو ر‬
‫ف فرلحيِرم‬

“Sungguh telah datang padamu seorang Rasul dari kaummu


sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” 3

Ayat ini menggambarkan, betapa Rasulullah adalah tokoh,


sosok, tauladan yang memiliki sifat penyantun dan penyayang
kepada siapapun dan dari latar belakang apapun. Bahkan
Rasulullah merasa amat sedih bila ada yang melukai umatnya
atau bila umatnya mendapatkan siksa api neraka. Untuk itu,
beliau selalu mengharapkan agar keimanan umatnya kepada
Allah Swt mampu menyelamatkan mereka dari siksa api neraka.
Hal ini juga hendaknya diaplikasikan oleh pendidik, selalu
sayang dan santun kepada siswa/peserta didik. Senantiasa
mendoakan kebaikan dan rahmat Allah untuk peserta didik,
serta menghargai semua peserta didik yang berasal dari
berbagai macam latar belakang. Dalam ajaran Islam, hakikat

3
QS. At-Taubah ayat 128.

4
orang yang ikhlas dan syukur pada Allah ialah apabila sifat
kasih sayangnya mengalahkan sifat dendamnya. 4

B. Rasulullah sebagai Pendidik

Setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah, beliau


semakin gencar memulai aktivitas kependidikan di Makkah. Rasul
memberi pengajaran pada setiap insan dan sahabatnya dimana
saja; di rumah, di masjid, dipasar, di jalan dan ditempat-tempat
lainnya. Awalnya, terbentuk kelompok-kelompok keluarga
persaudaraan dan halaqah-halaqah ta’lim. Dalam majlis ilmu, yang
Rasul ajarkan ialah akidah, akhlak, salat dan sebagainya. Adapun
secara sistematis, pengajaran dilakukan di rumah Al-Arqam bin Abi
al-Arqam, inilah pusat pendidikan Islam pertama dan Rasul
memberi pendidikan terutama setiap wahyu yang baru, turun
padanya. Adapun inti dari ilmu yang diajarkan Rasul di Makkah
ialah tentang pokok-pokok agama Islam, rukun Iman, serta shalat.
Dimasa ini zakat belum diperinci, zakat masih diartikan sebagai
sedekah kepada fakir miskin. Pendidikan di Makkah, berlangsung
selama kurang lebih 13 tahun lamanya.

Maka Rasulullah dan beberapa umatnya pun berhijrah ke


kota Madinah. Rasulullah membangun masjid Quba’ dan
didalamnya diadakan lingkaran/halaqah pelajaran. Kemudian beliau
juga membangun masjid Nabawi sebagai lembaga pendidikan
Islam pertama. Selain sebagai tempat untuk shalat, masjid ini
berfungsi sebagai tempat anak laki-laki, anak perempuan dan para
hamba sahaya belajar Al-Qur’an dan agama, tidak hanya pada
masa Rasulullah namun bersambung hingga masa khulafaur
rasyidin. Gairah keilmuan semakin berkembang luas di kota
Madinah setelah kedatangan Rasulullah Saw. Bahkan, di masjid
Nabawi ini, Rasulullah juga membangun suffah (tempat tinggal

4
Nurul H. Maarif, Samudra Keteladanan Muhammad, (Tangerang : Pustaka
Alvabet, 2017), hlm. 124-128.

5
kaum Muslim yang tunawisma). Sekitar 70 sahabat yang tinggal di
suffah ini diajarkan menulis, membaca serta menghafal semua
yang disampaikan Rasulullah. Inti pembelajaran yang disampaikan
Rasulullah selama di kota Madinah ini yaitu tentang pendidikan
keagamaan, akhlak, kesehatan, serta pendidikan hukum dan
kemasyarakatan. Rasulullah adalah sosok yang peduli terhadap
pendidikan, ia selalu memberi apresiasi terhadap ilmu pengetahuan
dan penuntut ilmu. Ia juga mendidik umat di setiap kesempatan,
waktu, dan tempat. Seperti di waktu setelah shalat Isya’, menjelang
tengah malam, setelah bangun tidur di waktu malam, di masjid, di
rumah salah satu wanita untuk mengajari para wanita muslim, di
perjalanan, di Mina, dan lainnya.

Ia juga memanfaatkan kesempatan yang baik untuk


mengajar. Seperti halnya ; kesempatan melihat purnama untuk
menjelaskan melihat Allah, penjelasan Rasulullah ketika
menyaksikan kecintaan Ibu pada anaknya, perkataan sa’ad
(tentang cemburu) untuk menjelaskan kecemburuan Allah.
Kemudian, orang-orang yang diajarkan oleh Rasulullah terdiri dari
beberapa golongan yaitu dari kalangan sahabat, pemuda, wanita,
Arab Badui (orang arab yang tinggal di pedalaman sehingga
memiliki sifat dan sikap yang kurang sopan/lembut), dan kalangan
muallaf.

Dalam hal ini sebagai seorang pendidik, dapatlah kita tarik


kesimpulan bahwasanya, keuletan, kegigihan, kesabaran dan
berbagai rintangan yang ada haruslah dihadapi dengan rasa syukur
dan ridha kepada segala yang ditetapkan oleh Allah. Bila
mendapati siswa/peserta didik yang cerdas amat baik bila kita
dapat membimbingnya menjadi seseorang yang mau
menyampaikan dan menyebarluaskan ilmunya. Adapun pada
peserta didik yang malas, kasar, dan perlakuan kurang baik
lainnya, hendaknya lah kita sebagai pendidik mampu memberi

6
penguatan, motivasi, secara kontinui dan diiringi sifat sabar dan
kelemah lembutan. Serta senantiasa mendoakan kebaikan pada
seluruh peserta didik.5

C. Karakteristik Rasulullah sebagai Pendidik

a) Sesuai antara ucapan dan perbuatan

Rasulullah mempraktikkan dari apa yang dia ucapkan


sebagai bentuk pengajaran langsung pada sahabat dan
kaumnya agar mereka lebih mudah memahaminya, seperti tata
cara melaksanakan sholat, penyembelihan Qurban dan lainnya.
Adapun keserasian antara ucapan dan perbuatan menjadikan
efek dan pengaruh yang cukup kuat. Bila pendidik tidak
memberi tauladan/contoh pada peserta didik, tentu akan
membingungkan mereka. Serta hal yang lebih buruk mungkin
saja terjadi, yaitu diremehkan/direndahkan martabat dan harga
dirinya.

b) Bersikap adil terhadap murid

Rasulullah menganjurkan agar seorang bapak mampu


berlaku adil pada anak-anaknya. Tidak boleh ada perlakuan
berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya, sebab
perilaku seperti itu dzalim dan dilarang oleh Allah. Maka
hendaknya sebagai pendidik, tidak hanya memperhatikan
siswa/peserta didik yang pintar dan meninggalkan yang kurang
pintar. Pendidik harus mampu berbuat adil dalam hal
memberikan ilmu dan pengetahuan. Serta dalam pemberian
nilai ataupun peringkat juara, harus dilakukan berdasarkan
pertimbangan yang adil, bukan sebab ikatan keluarga maka si A
diberi nilai tinggi. Hal tersebut akan menjadikan system
pembelajaran yang ada rusak dari segi internal, maka tentu hal

5
Dr. Junaidi Arsyad, MA. , Metode Pendidikan Rasulullah Saw, (Medan : Perdana
Publishing, 2019), hlm. 35-68

7
ini akan mempersulit kelangsungan kegiatan pembelajaran yang
damai, adil, dan diridhai oleh Allah Swt.

c) Berakhlak mulia dan terpuji

Rasulullah adalah sosok yang paling suci dari segi ruh dan
jiwa. Beliau adalah manusia yang paling agung akhlaknya.
Bahkan Anas ra. Menyatakan bahwa Rasulullah adalah orang
yang paling bagus akhlaknya berdasarkan kedekatannya dan
keakrabannya pada Rasul selama 10 tahun. Ia telah banyak
mengamati sepak terjang rasulullah dan tidak diragukan lagi
keakuratan pernyataannya mengenai sifat da karakter
Rasulullah. Sebagai pendidik, sangatlah penting menghiasi diri
dengan akhlak terpuji karena peserta didik akan terdorong oleh
contoh/teladan dari akhlak pendidik. Adapun akhlak terpuji/mulia
ini seperti menuturkan kata-kata yang sopan dan santun, selalu
tersenyum, memperlihatkan wajah yang berseri, tidak
menjaga/membatasi diri pada siswa sehingga ia mampu
mengikuti akhlak pendidik serta selalu berkasih sayang.

d) Humoris

Humor disini ialah bersenda gurau pada orang lain tetapi


bukan dengan menghina atau mencela serta tidak berlebih-
lebihan. Sebab bila berlebihan dalam tertawa, akan
menyebabkan kerasnya hati dan lalai dari zikrullah. Adapun
manfaat dari sifat humor ini ialah memberi rasa relaks bagi otak
dan mengusir rasa jenuh/bosan yang ada pada siswa/peserta
didik. Melalui perilaku yang suka bersenda gurau Rasul
membangun hubungan yang erat pada anak-anak. Pada
pendidik, bersikap terlalu baku dan kejam sesungguhnya hanya
akan membuat peserta didik merasa terpaksa untuk belajar dan
mendengarkan ilmu dari si pendidik, sebaiknya perlu dilakukan
relaks, baik dengan cara bermain ataupun senda gurau dan

8
bersenda gurau dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan agar
sifat wibawa yang ada pada diri pendidik tidaklah berkurang.

e) Sabar dan mampu mengendalikan emosi

Dalam hal mendidik ataupun memberikan pengajaran,


tidaklah mungkin semua peserta didik sama dalam hal
menghormati pendidik dan mengikuti pembelajaran yang ada.
Rasulullah sebagai seorang yang menyampaikan risalah dan
kebenaran, selalu menahan amarah yang hal itu adalah giringan
dari hawa nafsu, beliau selalu mampu menundukkan hawa
nafsunya. Namun berbeda halnya bila yang dicemooh adalah
kehormatan Allah ataupun kebenaran. Beliau akan marah dan
membantah sehingga yang menang adalah kebenaran. Maka,
selagi kemarahan kita bukanlah didasari hawa nafsu amarah,
tetapi ghirah/semangat melawan ketidakbenaran dan
menegakkan kebenaran, maka diperbolehkan. Dan tentunya hal
tersebut ‘diluapkan’ dengan cara yang bijaksana. Rasulullah
adalah contoh nyata dalam kesabaran, kelapangan dada,
keagungan sabra dan keteguhan hati. Beliau adalah imamnya
orang yang sabra dan teladannya orang yang bersyukur.

f) Murah senyum dan tutur kata yang baik

Rasulullah adalah orang yang paling mudah tersenyum, ia


tertawa dengan cara tersenyum dan pembicaraan beliau padat,
tidak terlalu panjang ataupun pendek. Menampakkan wajah
senyum dan senang pada orang lain akan mendatangkan
pahala kebaikan, hal itu sama seperti sedekah. Secara global,
seluruh sifat Rasul amatlah sempurna sebab Allah mendidiknya
dengan sebaik-baik didikan. Rasulullah memiliki sisi
kelembutan, kehalusan pembicaraan, tawadu’, senda gurau,
cinta pada sahabat-sahabatnya, dan memahami permasalahan
social mereka baik bersifat materi ataupun moral.

9
Karakter yang dimiliki oleh Rasulullah diatas, semoga
mampu untuk terus diterapkan oleh pendidik. Sebab menjadi
guru/pendidik adalah hal yang mudah bila tidak di
tanggungjawabi dengan serius. Dan akan menjadi investasi
kebaikan yang berguna untuk akhirat bila diamalkan dengan
sebaik-baiknya kegigihan, kesabaran dan sesuai dengan ke
ridhoan Allah Swt.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kepribadian adalah segala yang ditampilkan individu


sehingga menimbulkan kesan terhadap dirinya bagi orang-orang

10
yang bersama dengannya. Kepribadian Rasulullah adalah
kepribadian yang amat sempurna dan wajib diterapkan bagi
pendidik. Lembut, tawadu' dan penyantun, ketiganya adalah
cakupan dari kepribadian yang ada pada diri Rasulullah sebagai
insan sejati. Adapun karakteristik yang dimiliki Rasulullah sebagai
seorang pendidik ialah senantiasa serasi antara ucapan serta
perbuatan, humoris, adil kepada murid, murah senyum, dan tutur
kata yang baik.
B. SARAN

Menghidupkan kembali kepribadian yang baik sebagai


seorang pendidik dengan merujuk pada pribadi Rasulullah adalah
suatu urgen yang begitu genting dan penting untuk dikaji dan
diamalkan oleh seluruh pendidik. Sehingga terciptalah suatu
pembelajaran yang tidak hanya teoritis namun juga praktis. Ada
penerapan akhlak karimah dan hamidah dari peserta didik setelah
'menggugu' pendidik yang memiliki kepribadian seperti Rasulullah.
Maka penting bagi kita semua sebagai pendidik, calon pendidik,
ataupun orang dewasa yang mengajarkan anak kecil, untuk
memiliki kepribadian yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Junaidi , Metode Pendidikan Rasulullah Saw, Medan : Perdana


Publishing, 2019.

11
H. Maarif, Nurul, Samudra Keteladanan Muhammad, Tangerang : Pustaka
Alvabet, 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai