DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Teori Belajar Konstruktif” ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar
dan Pembelajaran. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Zulfadli
Lingga, M.Psi, yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian
makalah ini. Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi
pengertian, ciri, prinsip, kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif.
Mungkin makalah ini masih banyak memiliki kekurangan walaupun
penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu,
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktif ........................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktif ........................................................... 5
2.3 Prinsip Teori Belajar Konstruktif.............................................................. 8
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktif ............................... 9
BAB III ANALISIS ......................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 12
3.2 Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Andi Setiawan, Belajar dan pembelajaran, (Uwais Inspirasi Indonesia), hal.77
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), hal. 96
3
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
perlu.3
Teori konstruktivisme didasari oleh ide-ide Jean Piaget, Jerom S. Bruner, Lev
Vygotsky, dan lain-lain. Jean Piaget yang dipandang sebagai konstruktivis
pertama berpendapat bahwa pada dasarnya, sejak kecil, setiap individu telah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Piaget
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam
pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena
danya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.4
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar dan pembelajaran didasarkan
pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi
sosial, sebagaimana teknik-teknik dalam memodifikasi perilaku yang didasarkan
pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral.
Dalam orientasi baru psikologi, konstruktivisme mengajarkan ilmu tentang
bagaimana peserta didik belajar. Mereka belajar mengkonstruksi ( membangun )
pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri, tidak dengan memopakan
pengetahuan itu kedalam otaknya. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan
bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman atau
lingkungannya. Karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang
mengundang atau merangsang perkembangan otak/kognitif peserta didik.
Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Teori konstruktivisme yang landasan dasarnya teori
scheme, memandang bahwa proses pembelajaran sebagai perolehan pengetahuan
baru dalam diri peserta ddik dengan cara mengaitkannya dengan struktur kognitif
yang sudah ada.
3
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 201
4
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Medan:
Perdana Publishing, 2011), hal. 60
4
Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini dilakukan oleh peserta didik sendiri, bukan oleh
guru atau pendidik. Karenanya peserta didik harus aktif memberi makna dari
sesuatu yang dipelajarinya. Para guru perancang pembelajaran dan pengembang
program-program pembelajaran berperan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya aktivitas membelajarkan diri. Artinya mereka perlu
mengatur lingkungan agar peserta didik termotivasi untuk belajar.5
5
Ibid, hal. 61-62
6
Ahmad Susanto, op.cit, hal. 97
7
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, op.cit, hal. 63
5
Selain itu adapula sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat
ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:8
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
6
pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas
kreatif, produktif dalam konteks nyata.
Proses belajar, peranan siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi
belajar menurut teori konstruktivisme dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama,
proses belajar konstruktivisme. Secara konseptual, proses belajar bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri peserta
didik, melainkan sebagai pemberian makna oleh peserta didik kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta yang lepas-lepas.
Kedua, peranan peserta didik menurut teori konstruktivisme. Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar nerupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik sendiri. Peserta
didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Ketiga, peranan peserta didik menurut teori konstruktivisme. Dalam
belajar konstruktivisme guru berperan membantu agar proses pengkontruksian
pengetahuan peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan
pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk
membentuk pengetahuannya sendiri.
Keempat, sarana belajar menurut konstruktivisme. Pendekatan
konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah
aktifitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Kelima, evaluasi belajar menurut teori konstruktivisme. Pandangan
konstruktivisme mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pegetahuan,
dan aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.9
9
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, op.cit, hal. 63-65
7
2.3 Prinsip Teori Belajar Konstruktif
Prinsip-prinsip dari pendekatan konstrutivistik menurut Jacqueline Grennon
Brooks dan Martin G. Brooks adalah sebagai berikut:10
1. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
2. pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar,
3. murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah,
4. guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar,
5. menghadapi masalah yang relevan dengan siswa,
6. struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan,
7. mencari dan menilai pendapat siswa,
8. menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
10
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian. Pendekatan Struktural,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 5
11
M. Andi Setiawan, op.cit, hal. 80-81
8
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru hanya bertindak sebagai
fasilitator dan motivator, sedangkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan
dapat mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari pembelajaran sebelumnya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Dengan dasar inilah
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima”
pengetahuan.
12
Asik Belajar.com, Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivistik,
https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-teori/ diakses pada 26 September 2019,
pukul 17:39
13
Doni Setyawan, Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Konstruktivisme, 25
September 2016, http://www.donisetyawan.com/keunggulan-dan-kelemahan-pembelajaran-
konstruktivime/ diakses pada 26 September 2019, pukul 17:42
9
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah
kurang bisa membawa nilai-nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa
sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru
merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model
ceramah. Pandangan guru terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana
yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki guru.
Guru merasa dengan menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann
nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model pembelajaran
lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa
menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif
siswa. Beban mengajar guru sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah
siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan
fasilitas guna mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan
prasarana kurang mendukug pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih
ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya.
Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
10
BAB III
ANALISIS
Makalah yang disusun oleh kelompok 2 dari kelas PAI – 5 semester 3 ini
membahas tentang “Teori Belajar Konstruktif” yang meliputi pembahasan
tentang pengertian, ciri-ciri, prinsip, serta kelebihan dan kelemahan teori belajar
konstruktif. Sasaran pembahasan dalam makalah ini yaitu merujuk pada apa dan
bagaimana teori belajar konstruktif itu. Setelah dibaca dan dipahami, makalah ini
berisikan informasi yang cukup detail, meskipun masih banyak kekurangan dan
masih perlu perbaikan.
Namun, makalah ini sudah cukup baik dengan memuat buku – buku yang
cukup relevan. Jadi makalah ini sudah dapat menjangkau pembaca sehingga dapat
dipahami dan dijadikan bahan bacaan.
Selanjutnya makalah ini masih banyak yang perlu diperbaiki dan juga
perlu penambahan referensi lagi, sehingga makalah ini semakin dapat diperkuat
argumentasinya. Dengan jumlah buku referensi dimakalah ini, sudah cukup untuk
penyusunan makalah. Namun, masih banyak perbaikan lagi serta banyak
penambahan lagi.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksidengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhansiswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
4.2 Saran
Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar
konstruktivitisme dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata
pelajaran matematika.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yangdigunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran
yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-
model itu.
Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif
mengelola kelas.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuaidengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan
teman yang membuatsituasi kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik
12
DAFTAR PUSTAKA
13