Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIF

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH TEORI


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7

INDAH KURNIAWATI NIM 0301183266


SITI TRIDIA UTAMY NIM 0301183220
SUCI AL-ZUBAIDAH NIM 0301182159
ZAIDUN SAHAR NIM 0301181014

DOSEN PENGAMPU : ZULFADLI LINGGA, M.Psi

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM-5/ SEMESTER III


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Teori Belajar Konstruktif” ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar
dan Pembelajaran. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Zulfadli
Lingga, M.Psi, yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian
makalah ini. Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi
pengertian, ciri, prinsip, kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif.
Mungkin makalah ini masih banyak memiliki kekurangan walaupun
penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu,
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 26 September 2019


Penulis,

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktif ........................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktif ........................................................... 5
2.3 Prinsip Teori Belajar Konstruktif.............................................................. 8
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktif ............................... 9
BAB III ANALISIS ......................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 12
3.2 Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini terdapat berbagai inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama
peroses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstuktivisme.
Pemilihan pendekatan ini lebih ditekankan agar pembelajaran membuat siswa
antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan perdoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi kepada benda-benda kongkret.
Seorang guru perlu memperhatikan kensep awal siswa sebelum pembelajaran.
Jika tidak demikian, maka pendidik tidak akan berhasil menemukan konsep yang
benar,bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar
bukan sekedar memberikan gagasan-gagasan pendidik pada siswa.melainkan
sebagai peroses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana
mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar ternyata pendidik harus
membantu sisiwa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian teori belajar konstruktif ?
2. Apa saja ciri-ciri teori belajar konstruktif ?
3. Bagaimana prinsip teori belajar konstruktif ?
4. Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar konstruktif.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar konstruktif .

1
3. Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun makalah ini membahas tentang “Teori Belajar Konstruktif” yang
meliputi :
1. Pengertian teori belajar konstruktif
2. Ciri-ciri teori belajar konstruktif
3. Prinsip teori belajar konstruktif
4. Kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktif

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktif


Istilah constructivististic atau constructivism (dalam bahasa Indonesia diserap
menjadi konstruktivistik/konstruktivisme) berasal dari kata kerja Inggris “to
construct”. Kata ini merupakan serapan dari bahasa latin “to con struere” yang
berarti menyusun atau membuat struktur.
Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau
pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat
ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.1
Konstruktivisme adalah aliran yang menyatakan bahwa pengetahuan
dikonstruksi sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari
belajar bermakna. Memahami sendiri merupakan kunci utama kebermaknaan
dalam pembelajaran.
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apakah aturan-aturan itu tidak sesuai
lagi.2
Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau
pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat
ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Konstruktivistik sebenarnya bertitik
tolak dari pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secar aktif oleh
individu yang berpikir. Individu ini tidak menyerap secara pasif berbagai
pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya). Pada dasarnya pendekatan teori
konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus
secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang

1
M. Andi Setiawan, Belajar dan pembelajaran, (Uwais Inspirasi Indonesia), hal.77
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), hal. 96

3
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
perlu.3
Teori konstruktivisme didasari oleh ide-ide Jean Piaget, Jerom S. Bruner, Lev
Vygotsky, dan lain-lain. Jean Piaget yang dipandang sebagai konstruktivis
pertama berpendapat bahwa pada dasarnya, sejak kecil, setiap individu telah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Piaget
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam
pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena
danya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.4
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar dan pembelajaran didasarkan
pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi
sosial, sebagaimana teknik-teknik dalam memodifikasi perilaku yang didasarkan
pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral.
Dalam orientasi baru psikologi, konstruktivisme mengajarkan ilmu tentang
bagaimana peserta didik belajar. Mereka belajar mengkonstruksi ( membangun )
pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri, tidak dengan memopakan
pengetahuan itu kedalam otaknya. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan
bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman atau
lingkungannya. Karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang
mengundang atau merangsang perkembangan otak/kognitif peserta didik.
Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Teori konstruktivisme yang landasan dasarnya teori
scheme, memandang bahwa proses pembelajaran sebagai perolehan pengetahuan
baru dalam diri peserta ddik dengan cara mengaitkannya dengan struktur kognitif
yang sudah ada.

3
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 201
4
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Medan:
Perdana Publishing, 2011), hal. 60

4
Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini dilakukan oleh peserta didik sendiri, bukan oleh
guru atau pendidik. Karenanya peserta didik harus aktif memberi makna dari
sesuatu yang dipelajarinya. Para guru perancang pembelajaran dan pengembang
program-program pembelajaran berperan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya aktivitas membelajarkan diri. Artinya mereka perlu
mengatur lingkungan agar peserta didik termotivasi untuk belajar.5

2.2 Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktif


Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.6
Menurut Suparno, proses belajar menurut konstruktivistik antara lain
bercirikan sebagai berikut :7
1. Belajar berarti memebentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta tetapi lebih kepada suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungan nya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si
pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari.

5
Ibid, hal. 61-62
6
Ahmad Susanto, op.cit, hal. 97
7
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, op.cit, hal. 63

5
Selain itu adapula sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat
ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:8
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

Menurut pandangan konstruktivisme, aktivitas belajar dan pembelajaran


berkaitan dengan empat hal. Pertama, bersifat ketidakteraturan atau keberagaman,
peserta didik dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas, karena
kebebasan itu merupakan unsur yang esensial. Kedua, keberhasialan atau
kegagalan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang
berbeda yang perlu dihargai. Ketiga, kebebasan yang dipandang sebagai penentu
keberhasilan kontrol belajar dipegang oleh peserta didik sendiri. Keempat, tujuan
8
Dalyono, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 34

6
pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas
kreatif, produktif dalam konteks nyata.
Proses belajar, peranan siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi
belajar menurut teori konstruktivisme dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama,
proses belajar konstruktivisme. Secara konseptual, proses belajar bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri peserta
didik, melainkan sebagai pemberian makna oleh peserta didik kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta yang lepas-lepas.
Kedua, peranan peserta didik menurut teori konstruktivisme. Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar nerupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik sendiri. Peserta
didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Ketiga, peranan peserta didik menurut teori konstruktivisme. Dalam
belajar konstruktivisme guru berperan membantu agar proses pengkontruksian
pengetahuan peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan
pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk
membentuk pengetahuannya sendiri.
Keempat, sarana belajar menurut konstruktivisme. Pendekatan
konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah
aktifitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Kelima, evaluasi belajar menurut teori konstruktivisme. Pandangan
konstruktivisme mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pegetahuan,
dan aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.9

9
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, op.cit, hal. 63-65

7
2.3 Prinsip Teori Belajar Konstruktif
Prinsip-prinsip dari pendekatan konstrutivistik menurut Jacqueline Grennon
Brooks dan Martin G. Brooks adalah sebagai berikut:10
1. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
2. pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar,
3. murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah,
4. guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar,
5. menghadapi masalah yang relevan dengan siswa,
6. struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan,
7. mencari dan menilai pendapat siswa,
8. menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Konstruktivistik adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan


baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Sehubungan dengan
itu, Trianto mengidentifikasikan 4 prinsip konstruktivistik dalam belajar yakni
sebagai berikut:11
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kepada siswa, kecuali
dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar.
3. Siswa aktif mengkontruksi terus menerus sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar
konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

10
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian. Pendekatan Struktural,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 5
11
M. Andi Setiawan, op.cit, hal. 80-81

8
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru hanya bertindak sebagai
fasilitator dan motivator, sedangkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan
dapat mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari pembelajaran sebelumnya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Dengan dasar inilah
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima”
pengetahuan.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktif


Kelebihan dari teori belajar konstruktif yaitu:12
1. Berpikir. Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
2. Paham. Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya
dalam semua situasi.
3. Ingat. Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini
membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi
dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kecerdasan social. Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan
rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Senang.Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat,
yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan terasa senang
belajar dalam membina pengetahuan baru.

Namun, model pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa kendala


pada pengaplikasiannya. Ada beberapa kendala yang mungkin timbul dalam
penerapan teori belajar dengan pendekatan konstruktivis yaitu:13

12
Asik Belajar.com, Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivistik,
https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-teori/ diakses pada 26 September 2019,
pukul 17:39
13
Doni Setyawan, Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Konstruktivisme, 25
September 2016, http://www.donisetyawan.com/keunggulan-dan-kelemahan-pembelajaran-
konstruktivime/ diakses pada 26 September 2019, pukul 17:42

9
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah
kurang bisa membawa nilai-nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa
sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru
merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model
ceramah. Pandangan guru terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana
yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki guru.
Guru merasa dengan menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann
nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model pembelajaran
lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa
menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif
siswa. Beban mengajar guru sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah
siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan
fasilitas guna mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan
prasarana kurang mendukug pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih
ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya.
Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang memadai.

10
BAB III
ANALISIS

Makalah yang disusun oleh kelompok 2 dari kelas PAI – 5 semester 3 ini
membahas tentang “Teori Belajar Konstruktif” yang meliputi pembahasan
tentang pengertian, ciri-ciri, prinsip, serta kelebihan dan kelemahan teori belajar
konstruktif. Sasaran pembahasan dalam makalah ini yaitu merujuk pada apa dan
bagaimana teori belajar konstruktif itu. Setelah dibaca dan dipahami, makalah ini
berisikan informasi yang cukup detail, meskipun masih banyak kekurangan dan
masih perlu perbaikan.
Namun, makalah ini sudah cukup baik dengan memuat buku – buku yang
cukup relevan. Jadi makalah ini sudah dapat menjangkau pembaca sehingga dapat
dipahami dan dijadikan bahan bacaan.
Selanjutnya makalah ini masih banyak yang perlu diperbaiki dan juga
perlu penambahan referensi lagi, sehingga makalah ini semakin dapat diperkuat
argumentasinya. Dengan jumlah buku referensi dimakalah ini, sudah cukup untuk
penyusunan makalah. Namun, masih banyak perbaikan lagi serta banyak
penambahan lagi.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksidengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhansiswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

4.2 Saran
 Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar
konstruktivitisme dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata
pelajaran matematika.
 Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yangdigunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran
yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-
model itu.
 Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif
mengelola kelas.
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuaidengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan
teman yang membuatsituasi kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik

12
DAFTAR PUSTAKA

Asik Belajar.com. Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivistik. Diambil dari

https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-teori/ diakses pada

26 September 2019, pukul 17:39

Dalyono. 2009. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rasyidin, Al dan Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.

Rusman. 2012. Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Setyawan, Doni. 2016. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran

Konstruktivisme. Diambil dari http://www.donisetyawan.com/keunggulan-

dan-kelemahan-pembelajaran-konstruktivime/ diakses pada 26 September

2019, pukul 17:42

Setiawan, M. Andi. Belajar dan pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia.

Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian. Pendekatan

Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

13

Anda mungkin juga menyukai