Anda di halaman 1dari 54

NILAI-NILAI KETAUHIDAN DI MASYARAKAT

MINI RESEARCH

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Ilmu tauhid

Dosen Pengampu : Dr. Ela Hodijah, S. Ag., M. Pd. I.

Disusun Oleh : Ilham Fauzi (2021.01.1.0065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SEBELAS APRIL SUMEDANG


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Alloh SWT atas limpahan nikmat, berkah, dan Rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyusun Mini Research dengan judul “NILAI-NILAI KETAUHIDAN DI
MASYARAKAT”

Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad Rosululloh SAW
yang telah membebaskan kita dari zaman yang penuh kedzoliman dan kebodohan serta
membawa kita menuju zaman yang sarat dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
saat ini.

Pada kesempatan kali ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Tauhid yang telah menjadi pembimbing dalam penelitian, serta pihak –
pihak lain yang terkait dalam proses pembuatan Mini Research ini secara langsung maupun
tidak langsung, semoga Mini Research ini dapat memberikan manfaat kepada saya selaku
penyusun, masih terdapat banyak kekurangan sehingga hasil yang diperoleh jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu saran kritik yang membangun sangat diharapkan.

Sumedang, 13 januari 2022


Penyusun

ABSTRAK

Manusia adalah makhluk yang di ciptakan paling baik di antara makhluk alloh lainnya. Ia
memiliki akal dan kemampuan-kemampuan lain yang cenderung berkembang. Dan
keimanan adalah hal utama yang harus di terapkan dalam diri sebab keimanan mempunyai
pengaruh dan dampak yang sangat besar di dalam kehidupan. Tentumya sudah sangat jelas
bahwasannya keimanan adalah hal utama kita untuk mempercayai sesuatu hal yang
bersangkutan dengan agama dan keercayaan kita kepada alloh SWT serta meyakini
bahwasannya Nabi Muhammad SAW yaitu utusan alloh serta mempercayai rukun iman yang
enam.

Pada dasarnya iman adalah : keyakinan yang di teguhkan dalam hati, di ikrarkan dalam lisan
dan di bukti kan dalam tindakan nyata sehari hari . (pengertian syariah)

.Karena manusia merupakan makhluk yang beraqal , maka terkena


TAKLIF(tanggungan/beban) dari Agama dan menjadi MUKALLAF(orang yang terbebani).

Didalam Al-quran surat al baqarah ayat 21 , Allah SWT mewajibkan semua manusia untuk
bertauhid kepada Allah SWT.

Yang berbunyi:

<ُ <‫يَ< ا< َأ ي<ُّ< هَ< ا< ا<ل<نَّ< ا‬


<‫س< ا< ْع< بُ< ُد< و<ا< َر< ب<َّ< ُك< ُم< ا<لَّ< ِذ< ي< َخ< لَ< قَ< ُك< ْم< َو< ا<لَّ< ِذ< ي< َ<ن< ِم< ْ<ن< قَ< ْب< لِ< ُك< ْم< لَ< َع< لَّ< ُك< ْم< تَ< تَّ< قُ< و< َن‬

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa.
Didalam kitab Jauhar tauhid dan dalam kitab Majmua’tul aqidah Mushonif (pengarang) kitab
menerangkan :

Awwalun wajibin alal insanni # ma’rifatul ilahi bistiqooni

Pangheulana anu wajib kamanusa # ma’rifat ka allah sarta dalilna bisa.

(pertama yang di wajibkan kepada manusia adalah ma’rifat kepada allah beserta tahu
dalilnya).

Jadi orang-orang kafir itu di anggap durhaka , inkar ,dan dijamin masuk neraka karena tidak
bertauhid kepada allah swt dalam kata lain menyalahi aturan Q.S al baqarah ayat 21.
ABSTRACT
Humans are creatures that were created the best among other Allah's creatures. He has reason
and other abilities that tend to develop. And faith is the main thing that must be applied in
oneself because faith has a very large influence and impact in life. Of course it is very clear
that faith is the main thing for us to believe in something related to religion and our belief in
Allah SWT and believe that Prophet Muhammad SAW is the messenger of Allah and
believes in the six pillars of faith.

Basically, faith is a belief that is confirmed in the heart, pledged orally and proven in real
daily actions. (understanding sharia)
Because humans are rational creatures, they are exposed to TAKLIF (dependant/burden)
from religion and become MUKALLAF (one who is burdened).
In the Qur'an Surah Al Baqarah verse 21, Allah SWT obliges all human beings to believe in
Allah SWT.
Which reads:
‫ا ا النَّاسُ ا ْعبُدُوا الَّ ِذي لَقَ ُك ْم الَّ ِذينَ لِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬
O mankind, worship your Lord, who created you and those before you, so that you may
become pious.
In the book Jauhar tauhid and in the book Majmua'tul aqidah Mushonif (author) the book
explains:
Awwalun obligatory alal insanni # ma'rifatul divine bistiqooni
Pangheulana anu must be kamanusa # ma'rifat ka Allah and the argument is that you can.
(The first thing that is obligatory on humans is ma'rifat to Allah and knowing the evidence).
So the disbelievers are considered disobedient, disobedient, and guaranteed to go to hell
because they do not believe in Allah swt in other words violate the rules of Q.S al Baqarah
verse 21.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keimanan Merupakan Suatu Pegangan Teguh Setiap Orang Terhadap Agama
nya Masing Masing. Terlebih Kita yang menganut ajaran atau agama islam dari sejak
lahir sampai sekarang. Pada dasarnya iman adalah suatu pondasi seseorang dalam
beragama baik agama islam maupun agama selain islam. Namun, dalam pembahasan
ini di jelaskan suatu kasus penelitian tentang Hakikat iman dari pandangan
masyarakat sekitar yang beragama islam yakni meyakini alloh sebagai tuhan satu
satunya(ketauhidan). Setelah di amati masih ada di kalangan masyarakat sekitar yang
mempercai hal hal yang mempengaruhi keimanannya kepada alloh baik dari segi
beribadah atau pun kebiasaan kebiasaan lain nya. Setelah di selidiki ternyata masih
banyak faktor faktor yang mempengaruhi keimanan keimanan di kalangan masyarakat
sekitar. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah
yang melatar belakangi saya untuk membahas tentang Nilai-nilai ketauhidan yang
saya bukukan menjadi sebuah Mini Reserch.
Sebelum kita mengenal apapun di alam semesta ini mari kita mengawali mengenal
dan mengenalkan Allaah terlebih dahulu karena Hukumnya Fardlu Ain kepada semua
orang mukallaf (yang balig dan beraqal) juga Fardlu bagi orang tua mengenalkan
Allaah kepada anak-anaknya, begitu pula suami kepada istrinya, begitu pula majikan
kepada karyawannya , begitu pula Pemerintah kepada ra'yatnya.. dan Ilmu Tauhid itu
merupakan Ilmu Azaz Keimanan dan Keislaman seseorang. Jika tidak? Maka Allaah
Mengancam dengan AdzabNya Yang Amat Dahsyat yaitu di masukan dan dikekalkan
di dalam Api Neraka na'uudzu biLLaahi min dzaalik... Allaah adalah Nama Dzat Sang
Pencipta semesta alam Yang Memiliki Segenap Sifat Kesempurnaan secara pasti
menurut aqal dan Yang Di Sucikan oleh aqal dari segenap sifat kekurangan.. Tentunya
setiap kita menginginkan mempunyai Tuhan itu Yang SifatNya sempurna tidak ingin
mempunyai Tuhan Yang SifatNya cacat atau kurang.. Walaupun pada buktinya
kebanyakan yang bertuhan itu ternyata kepada dzat yang kurang atau cacat sifat
ketuhanannya..seperti bertuhan kepada batu, api , matahari, sapi, jin, syetan , juga
kepada sesama manusia lagi dll..sehingga lebih enak bersandar atau curhat atau
mengagungkan atau mencintai atau merindukan atau takut atau malu atau syukur atau
memuji atau ta'at atau mengingat kepada itu semua ketimbang kepada Tuhan Yang
Haq.. Innaa liLLaah..??? Marilah kita renungi..!!!
Di saat kita menemukan apapun wujud (keadaan) alam ini maka aqal kita secara
otomatis akan menghakiminya:
1.Allah wajib memiliki shifat wujud, bukan allah wajib mempunyai sifat wujud tadi
kita sebagai manusia menurut aqal kita allah wajib mempunyai sifat wujud.
Perihal wujud allah Ulama tauhid berbeda pendapat ada yang menyebutkan sifat ada
yang menyebutkan dzat itu sendiri. Namun pendapat ke 2 nya bisa di ambil karena
tidak bersebrangan dalam ma’nanya.
Wujud allah swt itu berbeda dengan makhluk (wujudu mukhalafatulil hawadisi).
Harus dipahami dahulu ketika suatu dzat mempunyai sifat ketuhanan maka mustahil
mempunyai sifat kemakhlukan, begitu sebaliknya, ketika suatu dzat mempunyai sifat
kemakhlukan mustahil mempunyai sifat ketuhanan.
Allah swt mempunyai sifat wujud maka mustahil mempunyai sifat adam. Maka wujud
antonimnya adalah adam(tidak ada).
Didalam bahasa arab ilmu tauhid kata antonim/perbedaan, ada 2 lafadz:
1.Dlid
2.Naqid
Secara bahasa keduanya sama-sama artinya perbedaan, namun berbeda dari segi
ma’na, kalau dalam ilmu balaghoh disebut kalimat murodif.
a.Ma’na Dlil adalah 2 perkara yang tidak bisa berkumpul dalam 1 tempat , dan bisa
tidak ada keduanya,
Contohnya = hitam dan putih , tidak bisa bersatu dalam 1 titik tapi bisa tidak ada
ke2nya dengan cara menambah warna lain.
b.Ma’na Naqid adalah 2 perkara yang tidak bisa berkumpul dalam satu tempat , dan
harus ada salah satu.
Contohnya= siang dan malam , ke2nya tidak bisa bersama satu waktu , dan harus ada
salah satunya , kalu ada siang , malam tidak ada, kalau malam ada , siang tidak ada.
Kembali kepada sifat allah . allah wajib wujud berarti mustahil adam, penggunaan
antonimnya adalah Naqid, karena kalau Didl ada kemungkinan Allah tidak wujud dan
tidak adam , dan itu mustahil.
Dsati di atas d katakan bahwasanya allah mustahil serupa dengan
makhluk(mukhalafatul lilhawadisi).
Allah wujud, tapi kita juga manusia ada, apakah sama?
Jawababnnya jelas beda. Karena wujud terbagi 3:
1. Wujud idhofi
2. Wujud a’ridli
3. Wujud haqiqi
1.Wujud idhofi adalah adanya suatu perkara yang bersandar kepada yang lain, contoh: adanya
anak karena adanya orang tua, adanya orang tua karena adanya anak , dll. Wujud ini untuk
Makhluk.
2.Wujud a’ridli adalah adanya suatu perkara/dzat yang didahului oleh tidak ada , dan akan
tidak ada. Wujud ini adalah wujudnya makhluk.
3.Wujud haqiqi adalah wujud adanya suatu dxat tidak bersandar kepada yang lain , tidak
didahului oleh tidak ada , dan tidak akan tidak ada (kekal). Wujud ini alah wujudnya Allah
swt.

Bukanya suatu yang ada pasti ketemu?


Seperti adanya warna merah ketemu oleh mata. Adamya suara ketemu oleh telinga,
sedangkan allah itu tidak terlihat?
Tidak semua yang ada bisa ketemu. Bagaimana dengan rasa cinta, cemburu , apakah ketemu?
Jelas tidak . oleh karena itu kita harus paham bahwa suatu yang ada bisa ketemu oleh 2 alat:
1. Panca indra, seperti : adanya warna oleh
mata , adanya suara oleh telinga , adanya
rasa manis,asin oleh lidah , adanya
kasap,mulus oleh kulit.
2. Aqal. Terbagi 2: 1. Aqal
Mumastalah,seperti adanya rasa cinta dll.
2 Aqal Mukhalafah yakni Allah SWT.
Dalil sifat wujud terbagi 2 ada Dalil Naqli dan Dalil Aqli, dari Naqli dan Aqli terbagi 2: Ada
ijmali dan Tafshili
Dalil Naqlinya adalah QS. Muhammad ayat 19. Dalil Aqli yang Ijmalinya adalah WUJUDU
HADZIHI MAKHLUQOOTI(adanya ini semua mahkluk) , adapun Dalil Aqli yang Tafshili
adalah sebagai berikut:

Makhluk adalah dzat , dzat tidak bisa lepas dari sifat a’rod(diam , bergerak , berubah) ,
begitupun sebaliknya sifat pasti butuh kepada dzat karena mustahil ada sifat yang tergeletak
di lantai dll.
Diam adalah berhenti gerak , gerak adalah berehnti diam . keadaan ini mengalalmi
perubahan, setiap perubahan adalah baru. Apa itu baru? Baru adalah yang sekarang ada yang
asalnya tidak ada dan akan tidak ada.
Tadi makhluk tidak akan pisan dari sifat a’rod , sedangkan hasil pemikiran tadi a’rod adalah
baru.Berarti mahkluk itu baru,
Karena makhluk baru(asalnya tidak ada dan akan mati), berarti butuh kepada yang
mengadakan dan meniadakan, siapa?
Aqal hanya bisa sampai disini , hanya sebatas meyaqini ada dzat yang luar biasa yang bisa
mengadakan dan meniadakan. Dari sini baru turunkan dalil Naqli Qs.Ar-rod ayat 16

Surat Ar-Ra’d Ayat 16

ِ <‫ت< َو< ا<َأْل ْ<ر‬


<ۚ <ُ ‫ض< قُ< ِل< هَّللا‬ <ُّ <‫قُ< ْ<ل< َم< ْ<ن< َ<ر‬
ِ <‫ب< ا<ل<س<َّ< َم< ا< َ<و< ا‬

."Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah 

2. Allaah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Qodim (Terdahulu) tanpa
ada permulaaNya ya'ni tidak di dahului oleh tidak ada , karena menurut aqal jika
perkara yang awalnya tidak ada lalu ada maka keberadaannya adalah baru ,dan segala
yang baru pasti menurut aqal wajib ada Dzat Yang Mengadakannya lebih dulu dan itu
mustahil menurut aqal bagi Allaah.. Dialah Allaah Dzat Yang Maha Awwal tanpa ada
permulaanNya.. (‫ هو األول واآلخر‬Dialah Allaah Yang Maha Awal tiada permulaanNya
juga Yang Maha Akhir Tiada penghujungNya.. Surat Alhadid Ayat 3)
Dalil Aqlinya adalah Allah itu qodim kalau allah tidak qidam berarti allah itu
hudus(baru), kalau allah hudud(baru) , pasti membutuhkan kepada yang mengadakan
karena baru adalah yang ada yang asalnya tidak ada.
Maka akan ada 2 konsep.
1. kalau Allah baru , diadakan oleh allah ke 2, lalu allah ke 2 di
ciptakan oleh allah ke 3 , dan seterusnya teori ini disebut
TASALSUL
2. kalau Allah baru , diadakan/diciptakan oleh Allah ke 2 ,
sedangkan Allah ke 2 di ciptakan oleh Allah ke 1 , teori ini
disebut DAOR.
Jika seperti 2 ini aqal kita secara otomatis menolak , maka daor
dan tasalsul adalah mustahil , berarti mustahil allah hudus .
maka tetapkan allah wajib qidam.
3. Allaah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Baqa (Kekal) ya'ni
WujudNya tidak ada penghujung Dan Tidak fana (Rusak) bagiNya karena kalo
Allaah Dzat Pencipta ada penghujungNya atau ada fanaNya maka pasti Allaah tak
berdaya dan pasti ada dzat lain yang berkuasa yang mengendalikan Allaah, dan itu
mustahil bagi Allaah. Dialah Allaah Dzat Yang Maha Akhir tanpa ada penghujung
bagiNya..(‫ ) هو األول واآلخر‬Dan Firman Allaah dalam Surat Al'ankabut Ayat 88: (‫كل شيئ‬
‫ هالك إال وجهه‬Segenap perkara pasti rusak kecuali Dzat Allaah..)
Dalil Aqlinya adalah Allah itu Baqo kalau allah tidak qidam berarti allah itu
Baqo(kekal), kalau allah fana(rusak/ada akhirnya) , pasti membutuhkan kepada yang
meniadakan karena baru adalah yang ada yang asalnya tidak ada dan akan tidak ada.
Maka akan ada 2 konsep.
1. kalau Allah baru , diadakan oleh allah ke 2, lalu allah ke 2 di
ciptakan oleh allah ke 3 , dan seterusnya teori ini disebut
TASALSUL
2. kalau Allah baru , diadakan/diciptakan oleh Allah ke 2 ,
sedangkan Allah ke 2 di ciptakan oleh Allah ke 1 , teori ini
disebut DAOR.
Jika seperti 2 ini aqal kita secara otomatis menolak , maka daor
dan tasalsul adalah mustahil , berarti mustahil allah fana . maka
tetapkan allah wajib baqo.

4.Allaah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Mukholafah lilhawaadits
(membedai kepada segala perkara yang baru) ya'ni perkara yang di dahului oleh tidak
ada dulu yaitu keberadaan segenap alam semesta ini... Maka tidak mumkin menurut
aqal Dzat Allaah Sang Pencipta menyerupai dzat yang di ciptakanNya?, dan tak
mungkin SifatNya Menyerupai sifat yang di ciptakanNya?..begitu juga Af'alNya
(PerbuatanNya) tak mumkin Menyerupai perbuatan yang di ciptakanNya atau
sebaliknya yang di ciptakanNya menyerupai Allaah baik pada DzatNya atau SifatNya
atau Af'alNya..Allaah bukan jirim dan Allaah bukan jisim juga tak bertempat pada
jisim, juga tak mengarah pada jisim, Allaah tidak diatas sesuatu perkara dan tidak di
bawahnya juga tidak di depan atau di belakangnya dan tidak di sebelah kanan atau
kirinya juga tidak di luar juga di dalamnya , dan Allaah tidak di sifati dengan gerak
dan diam, dan tak berjuz- juz ,Allaah Tak Bertangan juga Tak Berkaki, Tak Bermata
Nan Tak Bertelinga, Tak Berlidah, Tak Berruh ,Tak Berotak dll, Allaah Melihat Tak
dengan mata, Mendengar tak dengan telinga, Berfirman tak dengan lisan dan
tenggorokan jua tak dengan suara nan tak dengan huruf, dan tak kena sifat diam
bagiNya, Mengetahui tak dengan otak dan jantung, dan PengetahauanNya tak
Membutuhkan dalil dan tak muncul mendadak secara reflek, tak kena lupa dan samar
juga kebodohan bagiNya, Hidup tak dengan ruh, QudrotNya(KekuasaanNya) tak
Membutuhkan alat jua pembantu, IrodahNya( KehendakNya) tak Membutuhkan
tujuan apapun..Berbuat apapun sekehendakNya tanpa karena apapun atau
siapapun,tanpa alat dan tanpa contoh jua tanpa observasi atau experimen,.. Maka jika
ada penyerupaan kepada Allaah Baik Dzat atau Sifat atau Af'alNya maka itulah
haqiqat syirik... Allaah tidak. Maka jika kita menemukan Firman Allaah atau Hadits
Nabi Saw Yang Mengisyaratkan Sifat Allaah dengan Bahasa Yang serupa dengan
bahasa yang di pakaikan kepada makhluq namun pada haqiqatnya mustahil sama
dengan makhluq,
maka kita wajib mensucikan Dzat juga Sifat juga Af'al Allaah dari keserupaan itu
dengan cara kita tidak menterjemahkan dari asliNya Kalimat atau boleh menta'wil
dengan Ta'wilan yang sesuai dengan Aqidah yang haq dan ini tidak sembarang orang
bisa mentawilNya, maka ikutilah Ta'wilan Para Ulama Ahli Aqo'id Yang Haq jika
ingin mentawilNya supaya kita selamat .. seperti Kalimat Istawa ‫ استوي‬dalam Firman
Allaah dalam Surat Toha Ayat 5: ‫ الرحمن علي العرش استوي‬yang Ma'nanya ; Allaah Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang Istiwa di Arasy dengan Ma'na Istiwa Yang di
Kehendaki olehNya dan Yang layak bagiNya .. Jika mau di Ta'wilkan maka Ma'na
Istiwa adalah Menguasai Arasy bukan Dzat Allaah ada di Arasy dengan
PengaturanNya.. Karena kalo yang di maksud Istawa itu DudukNya Dzat Allaah di
Arasy? Maka ketahuilah!! bukankah Arasy itu ciptaanNya? yang asalnya tidak ada?
Lalu Allaah Adakan ?..apakah mau di tanyakan sebelum ada Arasy Allaah
dimana?..hingga lalu Allaah pindah ke Arasy semenjak Allaah Menciptakan Arays?
Maha Suci Allaah dari tudingan orang-orang yang bodoh dan dzolim.. Dan ketahuilah
bahwa kata mana itu menunjukan kepada tempat,dan mustahil Allaah bertempat juga
mustahil Allaah terkurung waktu atau jihat seperti Allaah di depan, atau di belakang,
atau kanan , atau di kiri, atau di atas , atau di bawah , atau di luar , atau di dalam, atau
di barat ,atau di timur, atau di utara , atau di selatan atau di mana - mana dll, juga
mustahil Allaah berbentuk atau berwarna atau berukuran atau bertimbangan berat atau
ringan atau berbilang-bilang dua atau lebih , atau beraroma ,karena tempat , waktu,
jihat , bentuk, warna, ukuran , timbangan , bilangan, aroma adalah ciptaan Allah yang
tadinya juga tidak ada apa2.. ??? Apakah akan di yaqini Allaah sebesar atau seluas
Arasy? atau sebesar atau seluas langit? Atau bumi? Atau lebih besar ? Atau lebih
kecil dari itu semua?.. ‫ سبحان هللا‬Maha Suci Allaah dari tudingan yang tidak layak bagi
Allaah.. Begitu pula Kalimat Aqrabu ‫ أقرب‬Yang artinya lebih dekat yang menunjukan
jarak dan ukuran seperti dalam Firman Allaah dalam Surat Qaf Ayat 16:(‫ونحن اقرب‬
‫اليكم من حبل الوريد‬.. Dan Kami Lebih dekat kepada kalian ketimbang urat leher kalian
sendiri..) Yang Ma'nanya Aqrobiyyah (‫ اقربية‬/ Kedekatan )Yang di Kehendaki oleh
Allaah dan Yang Layak bagi Allaah... Atau Ma'na Ta'wilNya adalah Pengaturan
Allaah Maha dekat kepada makhluqNya tidak mungkin satu perkarapun di alam
semesta ini ada yang lepas dari Pengaturan dan Pengurusan Allaah...
Begitu pula ma'na Ma'iyyah ‫معية‬ / Kebersamaan Allaah dengan hamba-
hambanyaNya dalam Surat Alhadid Ayat 4 : ‫وهو معكم اينم<ا كنتم‬.. Dan Dialah Allaah
Bersama kalian dimana saja kalian berada.. Ma'nanya adalah Ma'iyyah/ Kebersamaan
yang di Kehendaki oleh Allaah dan Yang layak bagi Allaah yang tidak mumkin bisa
di serupakan kepada kebersamaan makhluqNya. atau Ma'na Ta'wilNya adalah bahwa
Pengetahuan Allaah kepada makhluNya tidak mungkin lepas sekejappun..maka tak
mungkin ada satupun perkara di alam semesta ini yang samar dari pengetahuan
Allaah.. Begitu pula dalam perumpamaan Kalimat ‫ ن<ور‬dalam Firman Allaah Surat
Annuur Ayat 35: ‫ هللا نور السموات واألض‬Allaah adalah Nurnya semua langit dan bumi ..
Yang Ma'nanya adalah Nur Yang di Kehendaki oleh Allaah dan Yang Layak bagi
Allaah .. Atau Ma'na Ta'wilNya adalah bahwa Allaah adalah Dzat Yang
Mendzohirkan semua langit dan bumi ..atau Allaah Yang Menerangi langit dan bumi..
di langit Alllaah Terangi dengan matahari, bulan , bintang juga Arasy dan
Malaikat ..dan di bumi Allaah Terangi dengan lampu-lampu, juga dengan Para
NabiNya dan Para RosulNya juga dengan Para Wali dan Para UlamaNya.. Jika Dzat
Allaah di Maksud Nur yang diartikan Cahaya yang di serupakan dengan segenap
cahaya makhluq yang Allaah Ciptakan berarti ada keserupaan dengan ciptaanNya?
dan itu mustahil.. Atau seperti Kalimat fii ‫ في‬Yang artinya ( Di ) yang menujukan
tempat seperti Dalam Firman Allaah dalam Surat Al An'am Ayat 3: ‫وهو هللا في السموات‬
‫ وفي األرض‬Dialah Allaah di langit dan di bumi ..yang Ma'naNya Dialah Allaah Yang
Menghaq di Ibadahi di Langit dan di bumi..bukan Dzat Allaah ada di langit dan di
bumi ..Karena langit dan bumi adalah ciptaan Allaah yang sifatnya baru yang di awali
oleh tidak ada dulu.. Masalah ini sama dengan masalah Allaah di Arasy tadi.. Dan
masih banyak lagi Kalimat-kalimat Quran juga Hadits Yang Syubhat (tidak jelas) bagi
orang awam di dalam mema'naiNya .. Maka apapun sifat makhluq tidak mumkin ada
di Sang Kholiq (Pencipta) begitu pula Sifat Sang Kholiq tak mumkin ada di makhluq..
Jika ada kesamaan dalam hal apapun baik dzat juga sifat atau perbuatan yang di duga
sama antara sang kholiq dengan makhluqnya maka nyatalah yang di duga sebagai
sang kholiq itu palsu mustahil di yaqini sebagai Tuhan Sang Pencipta Yang Haqiqi
karena ada keserupaan dengan makhluq lainnya itu.. (‫ ليس كمثله شئ وهو السميع البصير‬Tak
ada satupun perkara yang menyerupaiNya dan Dialah Dzat Yang Maha Mendengar
juga Maha Melihat.. Surat Asysyuro Ayat 11) ..adapun dalam pemakaian bahasa
seperti kalimat "Allaah ada" dan makhluq ini juga ada ? Juga dalam membahasakan
Sifat2 Allaah LainNya seperti Sifat Dahulu,Kekal, Esa, Kuasa, Kehendak, Tau,
Hidup, Mendengar, Melihat, Berfirman/berkata, maka Sifat2 yang serupa dalam
pengucapannya itu tidak mungkin serupa dalam ma'nanya ..begitu pula dalam Ma'na
Sifat-sifat Allaah LainNya .. maka penggunaan kata seperti itu di bolehkan di
karenakan darurat tidak ada lagi jalan untuk membahasakannya dengan bahasa yang
layak bagi Allaah dengan syarat meng i'tiqodkan dalam hati kepada Haqiqat Ma'na
Yang Layak bagi Allaah..

5. Wajib Bagi Allaah Sang Pencipta alam semesta Memiliki Sifat ‫ قيام<<ه بنفسه‬yaitu
DzatNya Berdiri sendiri kata lain Mandiri artinya mustahil Allaah membutuhkan
kepada Dzat karena yang membutuhkan dzat adalah sifat, kalau Allah sifat ? Maka
sifat tak bisa di sifati lagi.. juga Dzat Allah Tidak Membutuhkan kepada Dzat lain
yang menciptakanNya atau yang mengaturNya karena secara aqal jika Dzat Allaah
Membutuhkan Dzat lain maka Allaah adalah perkara baru yang lemah yang di
ciptakan atau di atur oleh Dzat lain maka itu semua mustahil .. Allaah Berfirman : ‫ان‬
‫ هللا لغني عن العالمين‬.Yang Ma'nanya : Sungguh Allaah Maha Kaya dari segenap alam
semesta..QS Al'ankabut 6. Dan Firman Allaah lagi : ‫يا ايها الناس انتم الفقراء الي هللا وهو الغني‬
‫ الحميد‬Ma'nanya: wahai manusia ! kalian adalah faqir yang membutuhkan kepada
Allaah " dan Dia Allaah Maha Kaya Nan Maha Terpuji.. QS Alfaathir 15. Seperti
halnya Allaah Tak Membutuhkan tempat dan Dzat lain yang menciptakan atau yang
mengaturNya maka Allaah Tak Membutuhkan pula kepada manfa'at apapun dari
makhluqNya dalam Berbuat apapun jua dalam Hukum-Hukum apapun Yang Allah
Turunkan kepada makhlluqNya terkecuali manfa'at dan faedahnya hanyalah untuk
makhluqNya semata tidak untuk Allaah, begitu pula takala makhluq durhaka kepada
Hukum Allaah maka sedikitpun tak menjadi madlorrot bagiNya tapi semata-mata
kembali hanya kepada makhluq itu sendiri.. Allaah Berfirman : ‫من عمل صالحا فلنفسه ومن‬
‫ اس<<اء فعليها‬Ma'nanya: Barangsiapa yang melakukan Amal Soleh maka manfa'atnya
baginya, dan barangsiapa yang berbuat kejelekan maka madlorrotnya baginya
pula..QS Fushshilat 6. Dan Firman Allaah lagi : ‫ ومن جاهد فانما يجاهد لنفسه‬Ma'nanya: dan
barangsiapa yang berjihad maka ia jihad hanya untuk dirinya.. QS Al'ankabut 6.
Logikanya : jika Allaah Membutuhkan manfa'at dari Ibadah hambaNya maka Allaah
tak Akan Menciptakan yang tidak beriman atau yang durhaka ?..
6.Wajib bagi Allaah Memiliki Sifat ‫ وحدانية‬Yaitu Esa baik pada DzatNya maupun pada
setiap jenis SifatNya jua pada PerbuatanNya , mustahil Allaah Ta'addud yaitu
berbilang lebih dari satu , logikanya atau menurut aqal jika Dzat Allaah lebih dari satu
maka keduanya jadi lemah karena satu sama lainnya tak mampuh menciptakan dan
tak mampu mengatur , lalu ? Kalau tuhan yang satunya lagi di ciptakan oleh tuhan
yang terdahulu? maka yang kedua tak berhaq memiliki Sifat Ketuhanan karena ia baru
di ciptakan dan diatur segalanya oleh Tuhan Yang Haq.. Begitupula setiap Jenis
SifatNya wajib Esa , Sifat QudrotNya(Sifat KuasaNya) Esa, maka denga satu Sifat
QurotNya Allaah Menciptakan segenap ciptaanNya , Sifat IrodahNya ( Sifat
Kehendak) jua Esa, maka dengan Satu Sifat IrodahNya Allaah Mengatur segala suatu
makhluqNya ,Sifat IlmuNya ( Sifat PengetahuanNya) Esa, maka dengan satu Sifat
IlmuNya Itu Allaah Mengetahui segala suatu makhluNya jua Mengetahui Haqiqat
DzatNya ,Sifat, Af'alNya Sendiri, HayatNya ( Sifat HidupNya) Esa, maka tak ada
kematian dan kehidupan kedua atau lebih bagi Allaah Sama'Nya ( Sifat Mendengar)
Esa, maka dengan satu Sifat Sama'Nya Allaah Mendengar segala suatu makhluqNya
baik dzatnya makhluq maupun sifat-sifatnya makhluq baik itu suara maupun rupa dan
bentuk dll maupun perbuatan makhluq.. BashorNya (Sifat Melihat) Esa, maka dengan
satu Sifat MelihatNya Allaah Melihat segala suatu makhluqNya baik dzatnya makhluq
maupun sifat-sifatnya seperti rupa , bentuk dan suara dll ,maupun berbuatan makhluq
dzohirnya dan batinnya makhluq, KalamNya ( Sifat Berfirman) jua Esa maka dengan
satu Sifat BerfirmanNya Allaah Berfirman kepada Manusia dan bangsa Jin juga
kepada makhluq yang lainnya .. ketahuilah bahwa Sifat BerfirmanNya Allaah itu Esa
adapun Firman Allaah seolah banyak maka itu hanya kaitannya saja dengan sikon
makhlukNya , maka ada yang jadi Perintahan dan ada juga yang jadi Larangan dll...
Adapun Ma'na Esa pada Af'alNya (Perbuatan) adalah bahwa tak satupun makhluq
yang berbuat secara haqiqatnya hanya Allaah lah Dzat Yang Berbuat segala suatu
makhluqNya baik dzatnya makhluq maupun sipfat-sifat makhluq maupun perbuatan
makhluknya, maka apapun hubungan makhluq dengan makhluq hanyalah hubungan
sebab akibat yang di Ciptakan dan di Kehendaki oleh Allaah Musabbibul asbab
sebagai Dzat Sang Pencipta dan Sang Pengatur sebab akibat itu.. akibat terjadi bukan
oleh sebab tapi oleh Allaah di kala Allaah mewujudkan sebab maka Allaah
mewujudkan akibatnya walau secara dzohir yang mengakibatkan adalah sebabnya, api
tak menghanguskan namun Allaah lah Yang Menghanguskan , obat tak
menyembuhkan namun Allaah lah Yang Menyembuhkan , pisau tak memotong
namun Allaah lah Yang Memotongkan, makanan dan minuman tak mengenyangkan
dan tak menguatkan badan namun Allah lah Yang Mengenyangkan dan Menguatkan
badan, tak ada makhluk yang memberi manfa'at seperti tak ada makhluq yang
memberi madlorrot dll kecuali Allaah lah Haqiqat segalanya.. Maka hubungan sebab
akibat boleh di garap oleh makhluq dengan catatan meyaqini bahwa haqiqatnya
hanyalah Allaah baik yang Menciptakan sebabnya maupun yang Menciptakan
akibatnya haqiqatnya hanya Allaah , adapun yang digarap hanya faktor penyebab
saja .. maka mencintai,mengagungkan , memuji, memercayai, meminta tolong kepada
selain Allaah atau bertawassul dengan keagungan makhluq yang di Agungkan oleh
Allaah baik itu Para Nabi, Para Wali maupun yang lainnya hatta (bahkan) dengan
benda apapun selama tidak meyaqini bahwa mereka atau benda itu adalah tuhan atau
mereka yang memberi manfa'at atau madlorrot pada haqiqatnya dan meyaqini hanya
Allaah lah haqiqatnya maka itu semua tidak di larang oleh Allaah apalagi menjadi
musyrik ? bahkan mencintai dan mengagungkan , memuji RosuuluLLooh Saw juga
Para NabiNya , Para WaliNya Para UlamaNya Para SyuhadaNya Para SolihinNya itu
di Perintah oleh Allaah dan Allaah pun Mencintai, Mengagungkan, Memuji RosulNya
jua Para NabiNya ,Para WaliNya , Para UlamaNya, Para SyuhadaNya jua Hamba-
hambaNya yang Bertaqwa kepadaNya maka kitapun ikut mencintainya,
mengagungkannya, memujinya, mempercayainya dan itu semua mendapat Pahala
yang amat besar dari Allaah , coba perhatikan dan hayati tatkala Allaah Yang Maha
Kuasa Memerintah Nabi Musa membelah laut merah dengan sebatang tongkat lalu
Nabi Musa As Membelahnya dengan Tongkat itu ? apa yang di perintahkan oleh
Allah kepada Nabi Musa? Bukankah bertawassul dengan sebatang tongkat itu?
padaha Allaah Kuasa Menolong hambaNya tanpa sebab apapun? Dan apakah yang
dilakukan oleh Nabi Musa As? bukankah bertawassul dengan tongkat itu? Yang mana
Derajat Nabi Musa As Tentu jauuh lebih tinggi daripada derajat tongkat itu? padahal
Nabi Musa tinggal minta saja kepada Allaah tanpa harus bertawassul dengan sebatang
tongkat itu? Inilah contoh tawassul yang lebih mulia dengan yang lebih rendah
derajatnya, Dan tela'ah pula dalam Quran bagaimana Raja Tolut di perintah oleh
Allaah jika ingin menang dalam memerangi raja jalut supaya memikul peti ke medan
perang yang di dalamnya hanya baju lusuh dan sebagian peninggalan Nabi Musa As
dan Para Nabi terdahulu? Dan apa arti Para Malaikat sampe Memikul peti tersebut?
Bukankah iti tawassul? Juga seperti halnya kaum yahudi dulu kalo ingin menang
perangnya mereka bertawassul membawa peti yang di dalamnya bekas peninggalan
Para Nabi Terdahulu, Adapun yang di larang adalah meyaqini Tuhan kepada selain
Allaah atau meyaqini bahwa selain Allaah ada yang memiliki dzat atau sifat atau
perbuatan yang di samakan dengan Allaah , atau meyaqini bahwa selain Allaah ada
yang memberi manfa'at baik itu para Nabi, atau Para Wali atau Para Ulama atau
siapapun atau para dokter atau obat-obatan atau makanan ,minuman dan apapun juga
siapapun secara haqiqat, atau meyaqini ada makhluq yang bisa memberi madlorrot
baik itu syetan, jin, tukang sihir, orang jahat, senjata, racun dll secara haqiqat selain
Allaah maka itu semua perbuatan syirik yang mengeluarkan pelakunya dari wilayah
Iman dan Islam, Begitu pula kalau punya keyaqinan bahwa Allaah bertempat di Arsy
atau di Langit atau di Bumi atau di hati atau di depan atau di atas dll daripada sifat-
sifat makhluq maka itulah haqiqat syirik karena menyerupakan Allah kepada
makhluq.... Allaah Berfirman: ‫ قل هو هللا احد‬Ma'nanya : Dialah AllaahYang Maha Esa..
Dan Allaah Berfirman lagi : ‫ والهكم ال<<ه واحد‬Ma'nanya: Bahwa Tuhan kalian adalah
Tuhan Yang Esa..QS Albaqoroh 163. dan banyak lagi Ayat-Ayat Quran Lainnya..

Sifat wahdaniyat itu di sebut juga sifat salabiyah, asal kata salabiyah adalah salab yang
artinya mencabut.
Mencabut apa?
Yakni mencabut kepada maqulat (data sifat pertanyaan pertanyaan) yang tidak pantas
ditujukan kepada Allah SWT. Maka khusus untuk sifat wahdaniyat mencabut kepada maqulat
Kam (yang berhubungan dengan bilangan)
Ma’na wahdaniyat itu terbagi kepada 3 , dari 3 terbagi lagi menjadi 5.
1. Wahdaniyat fii dzat(tunggalnya Allah SWT dalam dzat) , terbagi 2:
a. Wahdaniyat fii dzat salab Kam munfasil (tunggalnya Allah dalam dzat
mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya: Allah tidak 1 , tidak 2 , tidak 3
, Yani tiada tuhan selain Allah SWT.
b. B wahdaniyat fii dzat salab Kam muttasil (tunggalnya Allah SWT dalam dzat
mencabut kepada bilang gabungan) , maksudnya : tunggalnya Allah bukan
bagian dari banyak , misalkan : 1 manusia terdiri dari tangan , kaki ,
kepala ,dll. Hal ini mustahil kepada Allah.
2. Wahdaniyat fii shifat (tunggalnya Allah SWT dalam shifat) , berbagi 2:
a. Wahdaniyat fii shifat salab Kam munfasil ( tunggalnya Allah SWT dalam
shifat mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya : tiada yang mempunyai
sifat sifat ketuhanan kecuali Allah SWT.
b. Wahdaniyat fii shifat salab Kam muttasil (tunggalnya Allah SWT dalam shifat
mencabut kepada bilang gabungan) , maksudnya : q sifat Allah bukan 2 , 3 dst.
Misalkan : sifat qudrot, Allah menciptakan langit memakai qudrot 1 , Allah
menciptakan bumi , menggunakan qudrot 2 , dll . Hal ini mustahil kepada
Allah SWT
3. Wahdaniyat fii af’al salab Kam munfasil ( tunggalnya Allah SWT dalam perbuatan
mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya : tiada yang mempunyai pekerjaan,
tapak damel , kecuali Allah SWT. Hal ini selaras dengan kalimat:
‫ال حول وال قوة اال با هللا‬
“ tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah SWT)

Itulah ma’na meng-Esa-kan Allah SWT.

7.Wajib Allaah Memiliki Sifat Qudrot yaitu Maha Kuasa yang mutlaq atas segala
perkara mustahil Allah lemah tak berdaya karena jika Allaah lemah bagaimana
mumkin alam ini diciptakan oleh yang lemah? Allaah Berfirman : ‫ان هللا على كل شئ قدير‬
Ma'nanya: Sungguh ALLaah Maha Kuasa atas segala perkara..QS Al'imron 165.

8.Wajib Allaah Memiliki Sifat Irodah yaitu Sifat Kehendak Yang Mutlaq atas segala
perkara mustahil Allaah terpaksa oleh siapapun atau apapun karena jika Allaah
terpaksa maka Allaah lemah , maka tak akan mumkin alam semesta ini di atur juga
diurus oleh yang lemah?.. Allaah Berfirman: ‫انما قولن<ا لش<ئ اذا اردن<اه ان نق<ول ل<ه كن فيك<ون‬
Ma'nanya: tiada lain Firman Kami jika Kami Menghendaki sesuatu perkara maka
Kami Berfirman kepada perkara itu "Jadilah kamu " maka jadilah perkara itu...QS
Annahl 40.
9.Allaah wajib menurut aqal Memiliki Sifat Ilmu yaitu Mengetahui segala suatu
makhluqNya mustahil Allaah bodoh atau ada yang samar sedikitpun dari
makhluqNya, karena tak mumkin alam semesta ini diciptakan jua diatur nan diurus
oleh yang bodoh? Allaah Berfirman: ‫ ان هللا بك<<ل ش<<ئ عليم‬Ma'nanya : Sesungguhnya
Allaah Maha Kuasa atas segala perkara..QS Al 'Ankabuut 62.

10.Wajib Allaah menurut aqal Memiliki Sifat Hayat yaitu Sifat Hidup mustahil mati
karena sifat mati itu sifat kelemahan, dan jika Allaah mati? Bagaimana mungkin ada
sifat-sifat lainnya? Dan bagaimana mungkin alam semesta ini di ciptakan oleh yang
mati? Allaah Berfirman : ‫ ه<<و الحي ال ال<<ه إال هو‬Ma'nanya : Dialah Allaah Yang Maha
Hidup , tiada Tuhan selainNya..QS Ghofir 65.

11.Allaah wajib Memiliki Sifat Sama' yaitu Maha Mendengar mustahil tuli karena tuli
itu sifat kelemahan dan tak mumkin alam semesta ini bisa diatur dan diurus oleh yang
tuli? Allaah Berfirman: ‫ وه<<و الس<<ميع البص<<ير‬Ma'nanya: Dialah Allaah Yang Maha
Mendengar jua Maha Melihat. QS Asysyuuro 11.

12. Allaah wajib Memiliki Sifat Bashor yaitu Maha Melihat mustahil buta karena buta
itu sifat kelemahan dan tak mumkin alam semesta ini bisa diatur dan diurus oleh yang
buta? Dalil Qurannya sudah diatas..

13.Allaah wajib Memiliki Sifat Kalam yaitu Maha Berfirman mustahil Allaah bisu
karena sifat bisu itu salahsatu sifat kelemahan dan tak mumkin alam semesta ini diatur
dan diurus oleh yang bisu?.. Dalil Naqlinya adalah Seluruh isi Quran.. Lalu ketujuh
Sifat Allaah Yang barusan di bahas di sebut Sifat Ma'na yang berada pada DzatNya
Allaah, dan itu semua kecuali Sifat Hayat memiliki keterkaitan dengan yang lainNya ,
Maka Sifat Qudrot dan Sifat Irodah berhubungan dengan segala perkara yang
mungkin tidak dengan yang mustahil atau yang wajib karena Allaah Berbuat
sekehendak tak di tekan oleh segala suatu makhluqNya maka tak mungkin ada hukum
yang memerintah atau yang melarang kepadaNya.. Adapun Hubungan Sifat
QudrotNya dengan makhluq yang di ciptakanNya adalah dari sisi Ta'tsir yaitu
Membekaskannya ..adapun Sifat IrodahNya dari sisi Takhshiish yaitu sisi
menentukannya baik waktunya ,tempatnya , warna-warninya, hikmahnya dll, Adapun
Sifat Ilmu dan Sifat Kalam segenep perkara yang wajib ,yang mustahil juga yang jaiz,
adapun Sifat Ilmu dari Sisi Meliputnya juga keterbukaannya segala perkara..dan Sifat
Kalam dari Sisi Dilalahnya atau keteranganya . Adapun Sifat Sama' dan Sifat Bashor
Berhubungan dengan segenap keadaan daripada hal-hal yang wajib dan yang jaiz dari
sisi keterbukaannya itu semua.. Adapun Sifat Hayat tak Berhubungan dengan perkara
apapun..

14.Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Qoodiron yang Ma'nanya Keberadaan


Allaah Maha Kuasa yang Ma'nanya bahwa Allaah selalu Mengunakan Sifat
Kekuasaaanya supaya tidak ada pemikiran " Allaah nganggur " Dan itu mustahil..

15.Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Muriidan yang Ma'nanya Keberadaan


Allaah Maha Menghendaki yang Ma'nanya Allaah Selamanya Menggunakan Sifat
KehendakNya supaya tidak ada pemikiran "Allaah nganggur" dan itu mustahil..

16.Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu 'Aaliman yang Ma'nanya Keberadaan


Allaah Maha Mengetahui Yang Ma'nanya Allaah Selamanya Menggunakan Sifat
PengetahuanNya supaya tidak ada pemikiran "Allaah nganggur " dan itu mustahil..

17.Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Hayyan yang Ma'nanya Keberadaan Allaah
Maha Hidup supaya tidak ada pemikiran "mungkin sewaktu-waktu Allaah mati " dan
itu mustahil ..

18. Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Samii'an yang Ma'nanya Keberadaan
Allaah Maha Mendengar yang Ma'nanya Allaah Selalu Menggunakan Sifat
MendengarNya supaya tidak ada pemikiran "mungkin sewaktu-waktu Allaah tak
Mendengar " dan itu mustahil..
19.Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Bashiiron yang Ma'nanya Keberadaan
Allaah Maha Melihat yang Ma'nanya Allaah Selalu Menggunakan Sifat MelihatNya
supaya tidak ada pemahaman mumkin sewaktu-waktu Allaah tidak Melihat dan itu
mustahil..

20.Allaah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Mutakalliman yang Ma'nanya Keberadaan


Allaah Maha Berfirman yang Ma'nanya Allaah Selalu Mengunakan Sifat
BerfirmanNya supaya tidak ada pemahaman mungkin sewaktu-waktu Allaah diam
dan itu mustahil..

Selanjutnya 7 ini di sebut dengan Sifat Ma'nawiyyah yang di nisbatkan kepada Sifat
Ma'na , jika di lihat dari sisi bahwa Sifat Ma'nawiyyah tersifati dengan Sifat Ma'na
maka Sifat Ma'nawiyyah seolah cabang dari Sifat- Sifat Ma'na Yang 7 yang sudah di
bahas tadi namun pada haqiqatnya bukan cabang karena tidak mumkin Dzat Yang
BerIlmu di sebut Yang BerIlmu kecuali jika Sifat Ilmu ada pada Dzat itu....
4. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian tauhid
b. Bagaimana proses terbentuknya ketauhidan(keimanan)
c. Apakah tanda – tanda orang bertauhid
d. Bagaimana Konsep Tauhid
e. Bagaimana kah objek-objek ketauhidan
f. Seberapa pentingkah tauhid bagi manusia
g. Apa hal yang menjadikan kurang nya ketauhidan di masyarakat
h. Apa dampak negative dari kemusyrikan

5. Tujuan Penelitian
Tujuan pertama adanya penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester
ganjil 2021, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat membantu dalam
mengetahui bentuk – bentuk sikap seseorang yang beriman, bagaimana sikap
seseorang yang beriman dan agar seseorang meningkatkan keimanan serta
meluruskan hal hal yang bertolak belakang dengan iman.

6. Teori yang digunakan


salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang di susun secara sistematis. Teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (Explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
Teori dalam penelitian kualitatif sering disebut teori lensa (lens theory) atau teori
perspektif. Dalam hal ini Creswell (2009) menyatakan:
“Theoretical lens or perspective in qualitative research: provides an overall orienting
lens that used to study question of gender class, and race (or other issues of
marginalized group). This lens becomes an advocacy perspective that shapes the types
of questions asked, informs how data are collected and analyzed, and provide a call
for action or change”. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikemukakan di sini bahwa,
teori dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teori lensa atau teori
perspektif. Teori berfungsi membantu peneliti untuk membuat berbagai pertanyaaan
penelitian, memandu bagaimana mengumpulkan data dan analisis data. Kalau dalam
penelitian kuantitatif teori diuji berdasarkan data lapangan, tetapi dalam penelitian
kualitatif teori berfungsi untuk memandu peneliti dalam bertanya. mengumpulkan
data dan analisis data.
Perspektif adalah suatu kerangka konseptual (conceptual framework), suatu perangkat
asumsi, nilai, atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita, dan pada gilirannya
mempengaruhi cara kita bertindak dalm suatu situasi. Meskipun suatu perspektif
mungkin lebih mendekati realitas yang dimaksud, tapi pada dasarnya perspektif itu
mungkin hanya menangkap sebagian dari realitas tersebut. Tidak satupun perspektif
dapat menangkap keseluruhan realitas yang diamati, jadi suatu perspektif bersifat
terbatas, karena hanya memungkinkan manusia melihat satu sisi saja dari realitas “di
luar sana”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perspektif itu merupakan suatu pandangan
dari suatu dasar pemikiran atau yang menjadi dasar pemikiran.

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research)
yang menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama
(Hadi, 1995: 3). Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data yang penelitian ini menggunakan dua jenis kepustakaan, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Rincian sumber data yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah suatu referensi yang dijadikan sumber utama acuan
penelitian. Dalam penelitian ini, sumber primer yang digunakan adalah buku
keimanan karya Abdurrazaq bin abdil Muhsin AlBadr dan mewawancara
masyarakat sekitar
b. Sumber data sekunder
Selanjutnya yang dimaksud dengan sumber data sekunder ini adalah sumber
pendukung yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini . sumber data sekunder ini
diambil dari buku mengenai keimanan , artikel, jurnal, dan lainnya meskipun pada
dasarnya tidak membahas mengenai tema tersebut tetapi mempunyai andil dan
kontribusi dalam melancaran penelitian.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan, dan
dianalisis. Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang
substansinya membutuhkan tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi
pustaka di sini adalah studi pustaka tanpa disertai uji empirik (Muhadjir, 1998: 159).
Data yang disajikan adalah data yang berbentuk kata yang memerlukan pengolahan
supaya ringkas dan sistematis (Muhadjir, 1998: 29). Pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-buku, E-Book,
Jurnal, karya tulis, skripsi, dan lainnnya. Kemudian dipilih, disajikan dan dianalisis
serta diolah supaya ringkas dan sistematis.
4. Teknik Analisi Data
Analisis adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data penelitian pada
gilirannya dikembangkan dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana (Zed, 2004:
70). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi,
namun terlebih dahulu data tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya (Mantra, 2008:
123). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisi data berupa analisis isi
(content analysis). Analisis isi merupakn analis ilmiah tentang isi pesan suatu data
(Muhadjir, 1998: 49).
BAB III

KETAUHIDAN DIKALANGAN MASYARAKAT SEKITAR

HASIL PENELITIAN

1. Pengertian Tauhid
Ilmu tauhid terdiri dari 2 kata :
1. Ilmu
2. Tauhid

Apa itu ilmu?


Ilmu adalah bentuk Masdar dari kata alima- ya’lamu -Ilman ,tsulatsi mujarod bab ke 4 bina
shohih. Yang artinya : mengetahui atau pengetahuan
Sedangkan menurut istilah adalah
‫العلم صفة ينکشض بها المطلوب انکشافا تاما‬
Artinya: ilmu adalah sifat yang ditimbulkan dengan sifat tersebut pencarian bentuk yang
sempurna”
Ilmu pengetahuan terbagi 3 :
1. Filsafat ( orangnya disebut filsuf) : yakni sebuah ilmu yang berlandaskan awal / ro’yu
, berbentuk sistematis , belum di empiriskan( diaplikasikan)
2. Sains : berbentuk logis , sistematis , dan sudah di empiriskan.
3. Mistis : tidak logis , akan tetapi dengan hati (rasa)

Meninjau 3 kategori di atas , perihal ilmu tauhid menurut saya , wajib terpenuhi..
Alasannya sesuai dengan ma’na syahadat.

Syahadat terbagi 2 ada :


Ada syahadat syaran( lisan) dan syahadat munjin ( dengan hati)

Di dalam syahadat munjin ma’na asyahu adalah aku mengi’tikadkan dengan ma’rifat dan
tasek.
Apa itu ma’rifat ?
‫ادرك جازم بحيث ال يقع معه تردد موافق للواقع ناشٸ عن دليل‬
“pamanggih anu Kazim , nu teu keuna owah gingsir , anu akur Jeung biktina , timbul Tina
alesan”

3 point ma’rifat :
1. Keyakinan tanpa keraguan (mistis), namun tidak cukup dengan yakin saja.
2. Sesuai dengan bukti-buktinya ( sifat Allah)
3. Timbul dari dalil ( filsafat) , dalil terbagi 2 : ada dalil Naqli (Qur’an dan hadits) dan
ada dalil aqli ( dari awal ) , dari dalil Naqli dan aqli terbagi lagi 2 , ada dalil Naqli
yang izmali dan tafshilu , dan ada dalil aqli yang izmali dan tafshili , namun yang
wajib di sini adalah dalil yang ijmali. Adapun mengetahui dalil yang tafshili
hukumnya Fardu kifayah , dengan syarat awal harus kuat , tanpa cacat.

Sedangkan tasdeq adalah


‫مع العذعان والقبول‬
Di ikuti pengakuan dan penerimaan ( sains)
Jadi kita harus meyakinkan diri kita dengan ma’rifat tasdeq bahwasanya
‫الاله‬
Tiada tuhan selain Allah , ma’na nya 4:
1. Yang maujud
2. Yang wajib di ibadahi
3. Yang Haq di taati perintah dan larangan
4. Yang di maksud

‫االهللا‬
“kecuaki Allah SWT”

Dan kita harus meyakini dengan ma’rifat dan tasdeq , bahwasanya nabi Muhammad
Saw adalah utusan Allah SWT.
Sedangkan tauhid adalah bentuk Masdar dari kata wahada – yuwahidu- tauhidan , bina mistal
wawi.
Yang artinya : Tunggal/esa.
Untuk lebih memahami maksud dari kata tauhid ,, yang asalnya dari kata wahada ,, maka
perlu memahami sifat wajib Allah SWT yakni sifat wahdaniyat.
Sifat wahdaniyat itu di sebut juga sifat salabiyah, asal kata salabiyah adalah salab yang
artinya mencabut.
Mencabut apa?
Yakni mencabut kepada maqulat (data sifat pertanyaan pertanyaan) yang tidak pantas
ditujukan kepada Allah SWT. Maka khusus untuk sifat wahdaniyat mencabut kepada maqulat
Kam (yang berhubungan dengan bilangan)
Ma’na wahdaniyat itu terbagi kepada 3 , dari 3 terbagi lagi menjadi 5.
4. Wahdaniyat fii dzat(tunggalnya Allah SWT dalam dzat) , terbagi 2:
a. Wahdaniyat fii dzat salab Kam munfasil (tunggalnya Allah dalam dzat
mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya: Allah tidak 1 , tidak 2 , tidak 3
, Yani tiada tuhan selain Allah SWT.
b. B wahdaniyat fii dzat salab Kam muttasil (tunggalnya Allah SWT dalam dzat
mencabut kepada bilang gabungan) , maksudnya : tunggalnya Allah bukan
bagian dari banyak , misalkan : 1 manusia terdiri dari tangan , kaki ,
kepala ,dll. Hal ini mustahil kepada Allah.
5. Wahdaniyat fii shifat (tunggalnya Allah SWT dalam shifat) , berbagi 2:
a. Wahdaniyat fii shifat salab Kam munfasil ( tunggalnya Allah SWT dalam
shifat mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya : tiada yang mempunyai
sifat sifat ketuhanan kecuali Allah SWT.
b. Wahdaniyat fii shifat salab Kam muttasil (tunggalnya Allah SWT dalam shifat
mencabut kepada bilang gabungan) , maksudnya : q sifat Allah bukan 2 , 3 dst.
Misalkan : sifat qudrot, Allah menciptakan langit memakai qudrot 1 , Allah
menciptakan bumi , menggunakan qudrot 2 , dll . Hal ini mustahil kepada
Allah SWT
6. Wahdaniyat fii af’al salab Kam munfasil ( tunggalnya Allah SWT dalam perbuatan
mencabut kepada bilang terpisah) , maksudnya : tiada yang mempunyai pekerjaan,
tapak damel , kecuali Allah SWT. Hal ini selaras dengan kalimat:
‫ال حول وال قوة اال با هللا‬
“ tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah SWT)

Itulah ma’na meng-Esa-kan Allah SWT.


Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah :
Definisi tauhid ada 3 macam :
a.Menurut Lughot , ethymologhy (kata asal) , yaitu :
ّ ‫العلم‬
‫بان شٸ واحد‬
Artinya :“Mengetahui bahwa sesuatu itu adalah satu”
b. Menurut syar’an , terminologi religion :
‫العلم يقتدربه علي إثبات العقاعد الدنية مكتسب من أدلتها اليقنية‬
Artinya :“Ilmu yang menetapkan aqidah agama Islam yang di ambil dari dalil-dalil yang
Yaqin”.
c. Menurut syar’i
‫افراد المعبود< بالعبادة مع اعتقاد وحدته والتصديق بها ذاتا وصفاتا وافعاال‬
Artinya : “Allah yang di sembah , serta mengi’tikadkan tunggal-NYA disertai dengan
pengakuan dan penerimaan ketunggalan dzat ,shifat, dan af’alnya”.

Al-ismu/ Nama ilmu tauhid


a. Ilmu tauhid ( karena mengi’tikad Allah tunggal salab kam munfasil dan muttasil)
b. Ilmu Ushuluddin ( ilmu asalnya agama yang wajib di pelajari dan di amalkan)
*Nadzhom kitab majmuatul aqidah*
‫ معرفة اإله باستقان‬#‫اول واجب علي االنسان‬
“Pangheulana anu wajib ka manusia # Ma’arifat ka Allah sarta dalilnya bisa”
c. Ilmu haqiqat ( ilmu hasil dari semua ilmu , dari syari’at , thoreqat dan Ma’arifat)
d. Ilmu aqoid ( ilmu tentang i’tiqad /keyakinan)
e. Ilmu ma’rifat (ilmu yang berhubungan dengan ma’rifat kepada Allah)
F. Ilmu uluhiyah (ilmu yang membahas sifat wajib Allah 20. Mustahil 20 , dan sifat Jaiz
Allah yang 1.
G .ilmu Kalam /fiqh Akbar ( ilmu membahas keagungan Allah SWT, karna ilmu tauhid jelas
bersumber dari Kalamullah ( Al-Qur’annurkarim).
*Kitab aqoidul iman halaman 2*
*Ta’rif ma’rifat:
#nadzhom#
‫ادرك جازم بحيث ال يقع معه تردد موافق للواقع ناشٸ عن دليل‬
“pamanggih anu Kazim , nu teu keuna owah gingsir , anu akur Jeung biktina , timbul Tina
alesan”
f. Dll.
.
2. Proses Terbentuknya Ketauhidan
Cara bertahuid ada 2 cara :
1 cara filsuf(pemikiran)
2.Cara suffi (ibadah dzikir dll)
Dalam hal ini proses terbantuknya dari ilmu . sebagaiamana dalam cerita nabi ibrohim
yang mencari ilmu tentang ketuhanan.
Dari ilmu menjadi iman . prosesnya tidak akan langsung 100% bertahuhid. Ada
tingkatan-tingkatannya. Yaitu:
1. tingkatan syak (iman masih ada keraguan)
2. dzonni (sangkaan)
3. haqqul yaqin (benar-benar yaqin 100%)
wajin untuk kita berusaha kepada tingkat haqqul yaqin.

Tanda – Tanda Orang Bertauhid

Ada beberapa tanda orang yang beriman diantaranya :

Takut Kepada Allah

Takut pada Allah adalah bukti iman kepada-Nya, seperti yang tercantum dalam
(Q.S Al-Anfal : 2)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama
Allah Subhanahu Wata’ala gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.”

Yakni dengan menyadari betapa Allah Maha Kuasa sementara kita adalah
manusia yang tidak punya daya tanpa-Nya. Menyadari bahwa Allah mencintai
hamba-Nya akan memupuk rasa takut dan kehilangan cinta tersebut, dan
mengingat bahwa ada azab Allah yang pedih bagi mereka yang melanggar
perintah-Nya.

Shalat dengan Khusyuk


Khusyuk adalah wujud tertinggi di mana hati kita hanya takhluk kepada Allah dan
landasan tegaknya shalat dan dzikir. Ini juga sesuai dengan firman Allah di surah
al-Mukminum yaitu:

Menjauhkan Diri dari Hal yang Sia-Sia

Seperti yang tertuang dalam hadist yang diriwayatkan oleh HR. At-Tirmizi
bahwa:

“Diantara tanda bagusnya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan apa-apa


yang tidak berguna baginya.”

Mengenai ciri-ciri orang beriman ini juga sesuai dengan (QS. Al-Mukminun)

"dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-
sia.."

Senantiasa Bersyukur

Orang yang beriman kepada Allah selalu menyadari bahwa apa yang mereka
dapatkan adalah sebagai bentuk kemurahan Allah sehingga mereka harus slelau
bersyukur dan rendah diri atas segala nikmat.

Ciri-ciri orang beriman berupa syukur juga termuat dalam Al-Quran surah
Luqman Ayat : 12

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:


“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS:
Luqman Ayat : 12)

Berakhlak Baik

Akhlak yang mulia memiliki tempat yang spesial di hari kiamat seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Darda :
“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat
daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa
mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (At-Tirmidzi, 2002)

Sabar

Dikutip dari Wasathiyah, sabar dan iman adalah satu kesatuan yang tak boleh
dipisahkan. Dalam suatu ayat, Allah berfirman bahwa ikrar iman seseorang akan
diuji dnegan mendatangkan suatu cobaan untuk mengujinya. Dan mereka yang
sabar adalah ciri-ciri orang yang beriman, seperti yang tertuang pada surah Al
Imran berikut.

"Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan


bersiap siagalah serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali
Imran [3]: 200).

Tawakkal

Tawakkal bukanlah sifat pasrah, melainkan menyandarkan diri kepada Allah saat
sedang susah, berteguh hati saat ditimpa kesukaran dalam kondisi hati yang
tenang dan tentram.

Menjadikan Rasul sebagai Teladan

diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa:

“Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Aku tinggalkan dua


perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah
sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).”

Senang Mendengar Bacaan Al-Quran

Salah satu ciri-ciri orang beriman seperti yang digambarkan oleh firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang apabila


disebut (nama) Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakal.” (Al-Anfal ayat 2).

3. Makna bertauhid Kepada Kitab Allah


Bertauhid kepada allah sama halnya dengan ma’na iman kepada allah swt.
Asas Pokok Keimanan Kepada Kitab Allah
Iman kepada Allah swt merupakan asas dan pokok akan adanya keimanan
kepada kitab-Nya, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah swt adalah Rabb
dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala
sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-
Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan
beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan.
Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah swt adalah Tuhan
Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang
mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain Allah swt yang wajib disembah.
Umat Islam meyakini adanya Allah swt dan mengetahui sifat-sifat Nya, agar
menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Kitab-kitab yang dimaksudkan pada ayat di atas adalah kitab yang berisi
peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi
umat manusia. Kitab-kitab Allah swt, tersebut diturunkan pada masa yang
zamannya berbeda-beda. Semua kitab tersebut berisi ajaran pokok yang sama,
yaitu ajaran meng-esa-kan Allah swt (tauhid). Yang berbeda hanyalah dalam
hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
Manusia yang dapat menjalani hidupnya dengan benar dan terarah akan
merasakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Sebaliknya, mereka yang
menjalani hidup tanpa menggunakan aturan dan seenaknya sendiri tentu akan
lebih sering mengalami masalah, kesulitan, dan kegelisahan. Orang yang tidak
pernah mengindahkan aturan juga dapat membuat orang lain di sekelilingnya
merasa terganggu bahkan gelisah.
Pengertian iman kepada kitab Allah swt
Beriman kepada kitab Allah swt merupakan rukun iman yang ketiga.
Mengimani kitab Allah swt berarti kita harus mempercayai dan mengamalkan
segala sesuatu yang terkandung di dalam kitab tersebut.
Iman terhadap kitab Allah swt merupakan salah satu landasan agama kita.
Allah swt berfirman yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman dengan Allah swt, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi….” (QS. Al-Baqarah: 177).
Cakupan Iman dengan Kitab Suci
Masih dalam kitab yang sama, beliau juga mengatakan: “Iman dengan kitab
suci mencakup 4 perkara:

Iman bahwasanya kitab-kitab tersebut turun dari Allah swt.


Iman dengan nama-nama yang kita ketahui dari kitab-kitab tersebut, seperti al-
Qur`an yang Allah swt turunkan kepada Muhammad saw, Taurat kepada Musa
a.s, Injil kepada Isa a.s, dan lain sebagainya.
Pembenaran terhadap berita-berita yang shahih, seperti berita-berita yang ada
dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya selama kitab-kitab tersebut
belum dirubah atau diselewengkan.
Pengamalan terhadap apa -apa yang tidak di-nasakh dari kitab-kitab tersebut,
menerimanya dan berserah diri dengannya, baik yang diketahui hikmahnya,
maupun yang tidak diketahui.”
Dalil iman kepada kitab Allah swt
Menurut Imam Qurtubi, firman Allah swt di atas,‫ يَاَأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا آ ِمنُوْ ا‬,ayat ini
diturunkan dan ditujukan untuk semua orang yang beriman, makna ayat
tersebut adalah wahai orang-orang yang berbuat benar, tunjukkan kebenaran
yang kalian lakukan dan teruslah kalian berada pada garis kebenaran itu,
ِ ‫“ َو ْال ِكتَا‬Dan kepada Kitab yang Allah swt turunkan kepada
‫ب الَّ ِذى نَ َّز َل َعلَى َرسُوْ لِ ِه‬
rasul-Nya,” maksudnya adalah al-Qur’an, ‫ب الَّ ِذى ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْب< ُل‬ ِ ‫“ َو ْال ِكتَا‬Serta Kitab
yang Allah swt turunkan sebelumnya,” artinya kepada setiap kitab yang
diturunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw.
Ibnu Katsir, Abu Umar, dan Ibnu ‘Amir membaca dengan Qira’ah “nuzzila”,
dan “unzila” dengan harakat dhammah, sedangkan yang lain membacanya
dengan Qira’ah “nazzala” dan “anzala” dengan harakat fathah. Pendapat lain
mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan kepada orang yang beriman kepada
Nabi Muhammad saw dari kalangan para Nabi terdahulu.
Rukun Iman disebutkan hanyalah lima perkara yaitu:
Percaya kepada Allah swt
Percaya kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul
Percaya kepada Malaikat-Malaikat
Percaya kepada Kitab-Kitab
Percaya kepada Hari Akhirat
Menurut sayyid Quthb adapun beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab-
kitab, rasul dan hari kiamat bagi orang beriman sudah merupakan fitrah di
lubuk hatinya yang dalam.
M. Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya Wawasan Al Quran , Al-
Quran mengisayaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan.
Demikian dipahami dari firman-Nya dalam surah al-Rum: 30.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah swt; (tetaplah
atas) fitrah Allah swt yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada perubahan pada fitrah Allah swt. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Karena sudah menjadi fitrah manusia untuk beriman kepada Allah swt, maka
sewajarnyalah untuk senantiasa meningkatkan dan memperkokoh keimanan
itu. Umat terdahulu meyakini sebagian yang disampaikan oleh para rasul dan
kufur dengan sebagian yang lain.

Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdu ‘I-
Lah bin Salam, Asad dan Usaid yang keduanya putra Ka’ab, Tsa’labah bin
Qais, Salam bin saudara perempuan Abdu ‘I-Lah bin Salam, dan Yamin bin
Yamin. Mereka datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, “Kami beriman
kepadamu dan kitabmu, kepada Musa dan Taurat, dan kepada ‘Uzair; tetapi
kami ingkar kepada selain kitab-kitab dan rasul-rasul itu”. Maka, Rasulullah
saw. bersabda, “Bahkan, hendaknya kalian beriman kepada Allah swt dan
Rasul-Nya, Muhammad, beserta kitab-Nya, al-Qur’an, dan seluruh kitab yang
diturunkan sebelum itu.” Mereka berkata, “Kami tidak akan melakukannya”.
Maka turunlah ayat ini, kemudian mereka semua beriman.
(Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi 5, hal. 301.)
Diturunkannya kitab-kitab Allah swt ini merupakan anugerah bagi manusia.
Mengapa demikian? Manusia dikaruniai akal oleh Allah swt agar dapat
mengkaji al-Quran untuk memahami ajaran-ajaran Allah swt sebagai rambu-
rambu yang menunjukkan jalan kebenaran, serta menciptakan tatanan
kehidupan dunia yang baik dan benar. Jadi, dengan adanya kitab-kitab Allah
swt ini, manusia dapat membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang
salah (bathil), mana yang bermanfaat dan mana yang mengandung mudarat.
5. Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam termasuk
dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya
terompet Malaikat Israfil. Dijelaskan bahwa pada hari itu daratan, lautan dan benda-
benda di langit porak-poranda. Gunung-gunung meletus, hancur, dan berhamburan.
Bumi berguncang dan memuntahkan isi perutnya. Lautan meluap dan menumpahkan
seluruh isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang,
planet, dan bulan saling bertabrakan.

DUA MACAM KIAMAT


Para ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu:
Kiamat Shughra (Kiamat Kecil)
Yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya: matinya
seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan
sebagainya.
Kiamat Kubra (Kiamat Besar)
Yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta.
Dunia porak-poranda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan
alam yang baru yakni alam akhirat.
6. Makna Iman Kepada Malaikat
Malaikat berasal dari bahasa Arab ‘malak’ yang memiliki arti pembawa pesan, bentuk
jamaknya adalah ‘malaikah’. Malaikat diyakini sebagai makhluk surgawi, diciptakan
dari cahaya oleh Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh muslim. Hadits tersebut berbunyi,
‫ق‬َ < ِ‫<ار َو ُخل‬
ٍ <َ‫ج ِم ْن ن‬ ِ <‫ان ِم ْن َم‬
ِ ‫<ار‬ َ ِ‫ت ال َم ٰلِئ َكةُ ِم ْن نُوْ ِر َو ُخل‬
ُّ <‫ق ْال َج‬ ِ َ‫ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم ُخلِق‬ ْ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ قَال‬
َ ِ‫ت قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
‫صفَ لَ ُك ْم‬ ِ ‫( ٰا َد َم ِم َّما ُو‬HR. Muslim:5314)
“an ‘aa`isyat qaalat qala rasulullahi shallalahu ‘alaihi wa sallam khuliqatil malaaikati
min nuri wa khuliqal jaannu min maari min naar wa khuliqa aadama mimmaa
wushifalakum
Artinya: “Malaikat diciptakan dari cahaya dan Jin diciptakan dari campuran api, dan
adam diciptakan dari tanah.”
Malaikat memiliki peran seperti memuji Allah SWT dan menjalankan hukum alam.
Islam bahkan tidak memiliki representasi grafik atau simbolik dari malaikat. Namun
demikian, malaikat sering digambarkan sebagai makhluk indah yang bersayap.
Malaikat membentuk hierarki dan tatanan kosmik yang berbeda.
Malaikat tidak makan atau minum, tidak memiliki amarah, dan tidak pernah lelah.
ٍ <ُ‫ف ِإنَّا ُأرْ ِس< ْلنَا ِإلَى قَ<<وْ ِم ل‬
{ٌ‫<وط َوا ْم َرَأتُ<هُ قَاِئ َم< ة‬ َ ‫ص ُل ِإلَ ْي ِه نَ ِك َرهُ ْم َوَأوْ َج‬
ْ <‫س ِم ْنهُ ْم ِخيفَ<ةً قَ<<الُوا اَل تَ َخ‬ ِ َ‫فَلَ َّما َرَأى َأ ْي ِديَهُ ْم اَل ت‬
ْ ‫ض ِح َك‬
‫ت‬ َ َ‫( }ف‬Surat Hud: 70-71)
Artinya: Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut terhadap mereka. Malaikat itu
berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang
diutus kepada kaum Lut.” Dan istrinya berdiri (di balik tirai), lalu dia tersenyum.
Malaikat yang pernah dilihat dengan mata telanjang oleh manusia adalah malaikat
Jibril. Malaikat Jibril pernah menjumpai Nabi Muhammad SAW.
Itu diceritakan dalam Kitab Shahih Ibn Hiban, dari sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud,
Rasulullah bersabda:
- ‫ ق<<ال رس<<ول هللا‬،]13 :‫ {ولق<<د رآه ن َْزلَ<ةً ُأخ<<رى} [النجم‬:‫ أنه قال في هذه اآلي<<ة‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫عن ابن مسعود‬
ُّ‫ ال< ُّدر‬:ُ‫هاوي<ل‬ ِ ‫ يَ ْنتَثِ< ُر من ِر‬،‫ علي<ه س<تُّمائة َجن<اح‬،‫جبري<ل عن<د ِس< ْدر ِة ال ُم ْنتَهى‬
ِ َّ‫يش<ه الت‬ َ ُ
‫رأيت‬ :-‫صلى هللا علي<ه وس<لم‬
ُ ُ‫والياق‬
‫وت‬
Dari Ibnu Mas’ud RA bahwa dia berkata tentang ayat ini, “Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.”
(QS. An-Najm: 13)
Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat Jibril di Sidratul Muntaha, ia memiliki enam
ratus sayap yang berhamburan di bulunya intan dan permata dengan warna yang
berbeda-beda.”
Malaikat juga tidak pernah berhenti atau merasa bosan untuk menyembah Allah SWT,
hal ini diutarakan di dalam Al-Quran surat ke 21 ayat 20 yang berbunyi,
َ‫َواِنَّا لَنَحْ نُ ْال ُم َسبِّحُوْ ن‬
Artinya: Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah).(QS: As
Shafat: 166)
Meskipun tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa kapan malaikat diciptakan,
namun banyak yang menganggap bahwa malaikat merupakan ciptaan Tuhan yang
pertama, dan tinggal di alam surgawi.
Banyak ulama-ulama memperdebatkan apakah manusia atau malaikat yang memiliki
derajat lebih tinggi. Namun di dalam Al-Quran, sujud malaikat kepada Adam sering
dianggap sebagai bukti supremasi manusia di atas malaikat. Namun ada juga yang
menganggap bahwa malaikat lebih unggul dari manusia karena mereka tidak memiliki
amarah dan nafsu.
Dalil iman Kepada Malaikat Allah
Iman kepada malaikat merupakan kewajiban yang Allah perintahkan. Hal ini tertera
dalam Al-Quran surat An-nisa ayat 136 yang berbunyi,

‫هّٰلل‬ ‫هّٰلل‬
ِ ‫ب الَّ ِذيْ نَ< َّز َل ع َٰلى َر ُس<وْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ِ ‫ب الَّ ِذيْٓ اَ ْن< َز َل ِم ْن قَ ْب< ُل ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُ<<رْ بِا‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ< ْٓ<وا ٰا ِمنُ<<وْ ا بِا ِ َو َر ُس<وْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ۤ
‫ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا‬
َ ‫ض َّل‬َ ‫َو َم ٰل ِٕى َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada
Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa yang ingkar kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.”
Di dalam ayat tersebut Allah tidak hanya memerintahkan manusia untuk beriman
kepada malaikat saja, namun Allah memerintahkan kita untuk beriman kepada kitab-
kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhir atau hari kiamat. Pelajari buku SD/MI Iman
Kepada Malaikat Allah SWT untuk lebih memiliki pengetahuan, pemahaman, serta
mengamalkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. 10 Malaikat yang wajib kita
Imani. Adapun 10 Malaikat yang wajib kita imani yaitu,
Malaikat Jibril Tugasnya menyampaikan wahyu
Malaikat Mikail Tugasnya membagi Rizki
Malaikat Izroil Tugasnya mencabut nyawa
Malaikat isrofil Tugasnya meniup sangkakala
Malaikat Rokib Tugasnya mencatat perbuatan manusia
Malaikat Atid Tugasnya mencatat perbuatan manusia
Malaikat Munkar Tugasnya menanya dialam kubur
Malaikat nakir Tugasnya menanya dialam kubur
Malaikat Malik Tugasnya menjaga neraka
Malaikat Ridwan Tugasnya menjaga surga
Tugas Malaikat Jibril
Jibril adalah malaikat yang bertugas untuk menyampaikan wahyu dari Allah
SWT. Malaikat Jibril mengikuti peperangan diterangkan dalam sebuah hadits yang
diriwaytkan oleh Ibnu Hisyam bahwa Rasulullah berseru kepadanya “Bergembiralah
wahai Abu Bakar karena pertolongan Allah telah datang. Malaikat Jibril telah meraih
tali kekang kudanya, kemudian menghelanya ke arah kepulan debu (medan
peperangan).” Allah berfirman:
َ‫ص َر ُك ُم هّٰللا ُ بِبَ ْد ٍر َّواَ ْنتُ ْم اَ ِذلَّ ۚةٌ فَاتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
َ َ‫َولَقَ ْد ن‬
Artinya: Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar. (Ali Imran:
ۤ
123) َ‫ف ِّمنَ ْال َم ٰل ِٕى َك ِة ُم ْن َزلِ ْي ۗن‬
ٍ ‫اِ ْذ تَقُوْ ُل لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَلَ ْن يَّ ْكفِيَ ُك ْم اَ ْن يُّ ِم َّد ُك ْم َربُّ ُك ْم بِثَ ٰلثَ ِة ٰااَل‬

Artinya: (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah


tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang
diturunkan (dari langit)?” (At Taubah:27
7. Iman Kepada Qodo Dan Qodar
Qadha yaitu ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu sebelum
diciptakan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan mahluknya. Qadar yaitu Perwujudan dari qadha atau ketetapan
Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya. Qadarnya Allah ini
juga biasa disebut dengan istilah takdir. Hubungan antara qadha dan qadar yaitu
hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Mengapa?
Karena qadha diibaratkan “rencana”, sedangkan qadar sebagai “perwujudan atau
kenyataan” yang terjadi. Jadi, apa itu beriman kepada qadha dan qadar? Iman kepada
qadha dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia, telah
diciptakan dengan ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman azali.
Meski ada takdir Allah SWT, bukan berarti kita sebagai manusia bermalas-malasan
menunggu nasib tanpa berusaha atau berikhtiar. Karena sebuah keberhasilan tidak
akan tercapai tanpa adanya usaha.
Jadi qadha dan qadar Allah SWT itu adalah benar adanya. Hal tersebut disebutkan
baik dalam al-Quran maupun hadits. Karena itu, terkait dengan qadha dan qadar Allah
SWT ini kita harus mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu: baik
yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang
tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.

8. Hal yang meliputi kurang nya ketauhidan di Kalangan Masyarakat Sekitar

Dimasyarakat suatu desa yang saya teliti , ajaran agama islam sudah sangat
tersebar , hanya karena keawaman masyarakat masih bercampurnya antara
tauhid dan kemusyrikan. Diantaranya yang akan saya jelaskan sebagai beriku:

Pengertian (Syirik)

Arti syirik adalah apa-apa yang bertentangan dengan tauhid. Sedangkan Makna tauhid secara
bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di
tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja, dan yang dijadikan satu disini adalah
Allah SWT sebagai Tuhan dan sembahan manusia. Oleh karenanya maksud ma yunafi al-
ٌ ْ‫)شر‬
tauhid sering kita sebut dengan istilah syirik. Kata syirik ( ‫ك‬ ِ berasal dari kata syarika (
َ yang berarti: berserikat, bersekutu, bersama atau berkongsi. Sedangkan menurut
َ‫)ش<< ِرك‬
terminologi syirik adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.
Adapun orang yang melakukan syirik disebut dengan musyrik.
Konsep syirik yakni hal yang menyalahi wahdaniyat Allah Ta’ala. Makna wahdaniyyat Allah
Ta’ala ada 5:
1. Wahdaniyat fi salab kam munfashil
2. Wahdaniyat fi dzat salab kam muttashil
3. Wahdaniyat fi shifat salab kam munfashil
4. Wahdaniyat fi shifat salab kam muttashil
5. Wahdaniyat fi Af’al salab kam munfashil
Maknanya: 1. Tiada Tuhan selain Allah
2. Adanya Allah bukan bagian dari banyak
3. Tiada yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan selainAllah
4. Tunggalnya Allah dalam satu sifatnya
5. Tiada yang mempunyai hasil pekerjaan selain Allah
Maka ketika seseorang meyakini atau mengi’tikadkan untuk meyalahi wahdaniyat Allah
maka disebut musyrik. Termasuk menyalahi sifat-sifat Allah, karena Allah mempunyai 20
sifat wajib, 20 sifat mustahil dan sifat jaiz.
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan :
‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ َأالَ ِإ َّن َرسُوْ َل هللا‬:‫ال‬ َ َ‫اويَةَ ْب ِن َأبِ ْي ُس ْفيَانَ َأنَّهُ قَا َم فِ ْينَا فَق‬ِ ‫ع َْن َأبِ ْي عَا ِم ٍر ْالهَوْ َزنِ ِّي َع ْب ِد هللاِ ْب ِن لُ َح ِّي ع َْن ُم َع‬
ٍ َ‫ق َعلَى ثَال‬
. َ‫ث َو َسب ِْع ْين‬ ِ ‫ ََأالَ ِإ َّن َم ْن قَ ْبلَ ُك ْم ِم ْن َأ ْه ِل ْال ِكتَا‬:‫قَا َم فِ ْينَا فَقَا َل‬
ُ ‫ب اِ ْفتَ َرقُوْ ا َعلَى ثِ ْنتَ ْي ِ<ن َو َس ْب ِع ْينَ ِملَّةً َوِإ َّن هَ ِذ ِه ْال ِملَّةَ َستَ ْفت َِر‬
ُ‫ار َو َوا ِح َدةٌ فِي ْال َجنَّ ِة َو ِه َي ْال َج َما َعة‬
ِ َّ‫ ثِ ْنتَا ِن َو َس ْبعُوْ نَ فِي الن‬.
Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan,
bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami,
kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli
Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan
sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan,
(adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk
Surga, yaitu “al-Jama’ah”.
Hadits diatas menjelaskan menjelaskan bahwa umat nabi Muhammad Saw akan terpecah
menjadi 73 golongan tetapi yang selamat hanya 1 golongan yaitu “ahlu sunnah wal jama’ah”.
Maksud dari golongan ini bukanlah suatu ormas (organisasi masyarakat) melainkan aliran.
Dan yang dimaksud “72 golongan yang masuk neraka” disini adalah :
1. Kafir Fulasifah; yang dimana mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang dikerjakan
makhluk adalah buatan Allah, Dzat Allah menyatu dengan alam sehingga mereka
berkeyakinan bahwa alam itu qadim
2. Kafir Najjariyyah; mereka meyakini bahwa yang dikerjakan makhluk adalah hasil
perbuatan Allah Swt yang Mukhtar. Namun ketika hasil perbuatan tersebut sesuai dengan
pikiran makhluk maka itu buatan makhluk tetapi jika tidak sesuai pikiran makhluk maka itu
buatan Allah. (Kitab Jauhar Tauhid, halaman
3. Kafir Mu’tajilah; mereka meyakini bahwan segala kebaikan adalah af’al dari Allah,
sebaliknya keburukan adlah af’alnya makhluk
4. Kafir Thobi’iyyah; yang meyakini bahwa bahwa watak makhluk bisa menghasilkan atsar
kerja. Misal adanya hangus karena adanya api ( Kitab khoridatul Bahiyyah, halaman 170)
5. Kafir Jabariyyah; yang meyakini bahwa tiadanya ikhtiar makhluk (Kitab Bughayatul
mustarsyidin, halaman 298)
6. Kafir Qadariyyah; yang meyakini tiadanya rasa tawakal. ( Kitab Bughayatul mustarsyidin,
halaman 298)
7. Ahli Bid’ah; yang meyakini bahwa adat mempunyai kekuatan yang dititipkan Allah Swt.
8. Mukmin jahil; yang meyakini adat mustahil gagal
9. Syi’ah.

2.2 Jenis-jenis Syirik

Di lihat dari sifat dan tingkat sanksinya syirik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Syirik Besar (asy-syirku al-akbar)
Syirik besar adalah menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) dia berdoa kepadanya seperti
berdoa kepada Allah. Ia takut, harap, dan cinta kepadanya seperti ibadah kepada Allah.
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a
kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan menyembelih kurban atau
bernadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, dan lainnya. Atau
seseorang takut kepada orang mati ( mayit) yang (dia menurut perkiraannya) akan
membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah yang tidak kuasa
memberikan manfaat ataupun madarat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain
Allah, dimana tidak ada manusiapun yang mampu memberikan selain Allah, seperti
memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah
yang tidak boleh di lakukan melainkan di tujukan kepada Allah saja. Syirik besar dapat
mengeluarkan pelakunya dari agama islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia
meninggal dalam kadaan musyrik dan belum bertaubat darinya.
Syirik besar Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama islam dan
menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal dalam kadaan musyrik dan belum
bertaubat darinya.Dan ada yang bathinun khafiyun (tersembunyi), seperti doa kepada orang
sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya untuk dikabulkan permintaannya, minta
disembuhkan dari penyakit, atau dihindarkan dari bahaya.
Syirik besar ada banyak macamnya, seperti;
 Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga
berdo’a kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم ِإلَى ْالبَ ِّر ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُكون‬ ِ ‫فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل‬
ِ ِ‫ك َد َع ُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka
(kembali) mempersekutukan (Allah).” [Al-‘Ankabuut: 65]
 Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫َم ْن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا اَل يُ ْب َخسُونَ ُأو ٰلَِئكَ الَّ ِذينَ لَي‬
ۖ ‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل النَّا ُر‬
َ‫صنَعُوا فِيهَا َوبَا ِط ٌل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ‫َو َحبِطَ َما‬
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.” [Huud: 15-16]
 Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫احدًا ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو ۚ ُس ْب َحانَهُ َع َّما‬


ِ ‫اتَّ َخ ُذوا َأحْ بَا َرهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم َأرْ بَابًا ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َو ْال َم ِسي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا ِإ ٰلَهًا َو‬
َ‫يُ ْش ِر ُكون‬
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain
Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya
disuruh beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi
dengan benar) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah:
31]
 Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
selain-Nya dalam hal kecintaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َأ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ َش ُّد ُحبًّا هَّلِل ِ ۗ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِإ ْذ يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬
‫اب‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫َأ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوَأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat
zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka
menyesal).” [Al-Baqarah: 165]
2. Syirik Kecil (asy-syirku al-asghar)
Syirik kecil adalah semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada
kemusyrikan. Syirik kecil termasuk perbuatan dosa yang di khawatirkan akan menghantarkan
pelakunya kepada syirik besar .
Syirik ashghar ada dua macam:
a) Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapanan perbuatan. Dalam bentuk
ucapan misalnya, bersumpah dengan selain nama Allah, Rassulullah s.a.w. bersabda:
َ ‫ َم ْن َحلَفَ بِ َغي ِْر هللاِ فَقَ ْد َكفَ َر َأوْ َأ ْش َر‬.
‫ك‬
“barang siapa bersumpah dengan selain nama Allah maka ia telah berbuat kufur atau syirik”.
(HR. At-Tirmidzi).
Syirik dan kufur yang di maksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. Adapun contoh syirik
dalam perbuatan yaitu seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau
penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah) karena takut dari ‘ain
(mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu
sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini
adalah syirik ashghar. Karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnuya marabahaya)
dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dngan memakai gelang, kalung
atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka perbuatan ini adalah
syirik akbar (syirik besar) karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.
b) Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seprti riya’ (ingin
dipuji orang) dan sum’ah (ingin di dengar orang, dan lainnya, seperti melakukan suatu amal
tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia,
misalnya dengan memperbagus shalatnya (karna di lihat orang) atau bershadaqah agar dipuji.
Jadi, syirik kecil adalah semua perkataan atau perbuatan yang akan membawa seseorang
kepada kemusyrikan. Jika orang yang melakukan syirik kecil meninggal sebelum bertobat
dan diakhirat ternyata Allah tidak berkenan mengampuninya, ia akan masuk neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ اَل ِّريَا ُء‬:‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قا َ َل‬،ُ‫ك اَْألصْ َغر‬
ُ ْ‫ َو َما ال ِّشر‬:‫ فَقَالُوْ ا‬،ُ‫ك اَْألصْ َغر‬
ُ ْ‫ِإ َّن َأ ْخ َوفَ َما َأخَافُ َعلَ ْي ُك ُم ال ِّشر‬.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para
Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Yaitu riya’.” [HR. Ahmad]
Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk kepentingan
duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk mendapatkan harta
benda.
2.3 Dampak Syirik dan Cara Menghindarinya

a. Dampak Syirik terhadap manusia:


1. Penghinaan manusia
Syirik merupakan penghinaan terhadap kemuliaan manusia dan penurunan martabat serta
kedudukannya. Allah memuliakan manusia dan mengajarkannya semua nama dan sebagian
ilmu. Dia menciptakan bagi manusia segala yang ada di langit dan di bumi dan
menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Tetapi manusia tidak dapat menghayati
martabatnya, sehingga menjadikan sebagian dari alam ini sebagai tuhannya. Dia tunduk
merendahkan dirinya, padahal sebenarnya dia adalah tuan dari seluruh makhluk.
2. Sarang tahayyul
Orang yang berkeyakinan terhadap adanya pengaruh lain di alam ini selain Allah baik berupa
binatang, jin dan lain sebagainya akal pikirannya telah siap menerima setiap yang berbau
tahayul
3. Kezaliman yang besar
Zalim terhadap kebenaran, karena kebenaran yang paling agung adalah kalimat la ilaha
illallah. Zalim terhadap diri sendiri, karena orang musyrik menjadikan dirinya sebagai budak
dan hamba bagi makhluk lain, padahal ia dicipta oleh Allah sebagai makhluk yang merdeka.
4. Sumber ketakutan
Orang yang mempercayai khurafat, tahayul serta kebatilan akan menjadi seorang penakut.
Semuanya menimbulkan rasa pesimis, kebosanan, keguncangan jiwa, serta ketakutan yang
tidak dimengerti asal usul dan sebabnya.
5. Penghambat jiwa optimis
Syirik mengajari penganutnya untuk berserah diri dan bertawakkal kepada perantara dan
pemberi syafaat mereka, sehingga terjerumus ke dalam berbagai dosa besar dan
menggantungkan diri kepada tuhan-tuhan batil dan palsu untuk mendapatkan pengampunan
dosa di sisi Allah.
Ancaman bagi orang yang berbuat syirik:
 Allah swt tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, jika ia mati
dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذلِكَ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َر ٰى ِإ ْث ًما َع ِظي ًما‬
َ ‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأ ْن يُ ْش َر‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
[An-Nisaa’: 48]
 Diharamkannya Surga bagi orang musyrik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِإنَّهُ َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّةَ َو َمْأ َواهُ النَّا ُر ۖ َو َما ِللظَّالِ ِمينَ ِم ْن َأ ْن‬
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zhalim itu seorang penolong pun.” [Al-Maa-idah: 72]
 Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:


۟ ُ‫وا لَ َحبطَ َع ْنهُم َّما َكان‬
َ‫وا يَ ْع َملُون‬ ِ َ ِ َ ِ‫ٰ َذل‬
۟ ‫ك هُدَى ٱهَّلل ِ يَ ْه ِدى بِۦه من يَ َشٓا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِهۦ ۚ َولَوْ َأ ْش َر ُك‬

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah,
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al-An’aam: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْٱل ٰخَ ِس ِرين‬ َ ‫َولَقَ ْد ُأو ِح َى ِإلَ ْي‬
َ ُ‫ك َوِإلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِكَ لَِئ ْن َأ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) sebelummu: ‘Jika
kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi.’” [Az-Zumar: 65]

b. Cara Menghindari Perbuatan Syirik


1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha
Allah ta'ala semata.
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan
contoh-contohnya. Karena untuk memmahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal
lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid
dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita
ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
5. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan
menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak
terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Fenomena- fenomena menyimpan di zaman ini . Memang rasululah Saw. Sudah memberi
tahukan sejak dulu. Bahwa zaman setelah nabi akan semakin memburuk.
Dauhan nabi:

Dalam hadis ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Siapakah sebaik-baik manusia?’ Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘(Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini, kemudian kurun
berikutnya, kemudian kurun berikutnya’.”
Hal ini terbukti di zaman kita , banyak orang yang bodoh namun seolah olah pintar .
Contohnya mengaku Islam tapi tidak melaksanakan syariat Islam.
Makanya kita selaku orang yang belajar tauhid. Wajib memahami agama dengan Al Qur’an
dan hadits . Bukan mengutamakan aqal. Karena dalam teori kebenaran ada 2 kebenaran.
1 kebenaran mutlak
2.kebenaran relatif.
Kebenaran mutlak yakni bersumber dari Allah dan rasulnya.
Sedangkan kebenaran relatif bersumber dari aqal.
Aqal bisa mengantarkan kepada kebenaran mutlak.
Jadi tetap yang di utamakan kebenaran Allah dan Rasul. Baru di perkuat oleh aqal.

Tindakan kita seorang muslim terhadap seorang Muslim. Bisa di kategorikan 3 hal.
1. Dengan diam.( Maksudnya diam nya kita dengan munasabah diri, kita jangan seperti
itu)
2. Menasihati dengan ucapan.
3. Mencegah dengan tangan(perbuatan)

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw. Dalam kitab Shohih muslim
Dari Abu Sa'id al-Khudriy Ra., ia berkata,
"Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegah kemungkaran itu
dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak
mampu juga, hendaklah mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman."
‫وهللا اعلم باالصواب‬

‫وهللا اعلم بمراده‬

Referensi : kitab tijan doruri , kitab kifayatul awam , kitab majmuatul aqidah, buku aqidatul
islamiyah karya KH. Choer Affandi , kitab tafsir jalalain , Al-Qur’an terjemah mujjamil ,
kitab taudeh Ua ajeungan. Kitab Ushul fiqih. Kitab amtsilah tashrifiyah . Kitab Shohih
musim.
BAB IV
PENNUTUP

KESIMPULAN

Ketauhidan adalah dasar paling pokok semua amal. Jika sholat adalah tiangnya ibadah
maka tauhid adalah tiangnya agama(syahadat).
Mempelajari ilmu tauhid wajib , supaya terhindar dari perilaku syirik yang tidak di
sadari.
Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang
mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana
Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang
memerangi agama Islam. Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid
Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan
mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir,
dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka. Dan tidaklah tauhid seseorang
sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi
karena Allah dan tidak memberi karena Allah
DAFTAR PUSTAKA

A. Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Kitab tijan doruri

Kitab majmuathul aqidah

Kitab jauhar tauhud

Kitab taudeh uwa ajeungan

Kitab aqidah islamiyyah

http://sc.syekhnurjati.ac.id 

Kitab Khoridatul bahiyyah hal 170

Kitab Bughoyatul mustarsyidin hal 298


Kitab Bughoyatul mustarsyidin hal 298

Kitab Bululugul maram

https://almanhaj.or.id/3262-syirik-dan-macam-macamnya.html
LAMPIRAN

TENTANG PENULIS

INFO UMUM

Nama : ILHAM FAUZI

Tempat Tanggal Lahir: Sumedang, 15 AGUSTUS 2000

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Agama : Islam

Alamat : Desa pasireungit tonggoh, RT. 03/11 Kecamatan Paseh


kab,Kabupaten Sumedang Jawa Barat Indonesia.
SUMEDANG

No. Tlp : 081312042615

Email : staiilhamfauzi@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD/MI/Sederajat : SDN Cijambe 2

SMP/MTs/Sederajat : PERSIS 37 SUMEDANG

SMA/SMK/MA/ Sederajat :PPI 67 BENDA TASIKMALAYA

Universitas : Sekolah Tinggi Agama Islam Sebelas April


Sumedang

Anda mungkin juga menyukai