Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TAUHID DAN MACAM MACAMNYA

Dosen Pengampu: Ely Agustami.,S.A.,MA

DISUSUN OLEH :
1. MAISARAH AL HUSNA (71230312037)
2. ADINDA DAMANIK (71230312028)
3. FARAH YUSTYARA (71230312007)

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Tauhid dan Macam-
macamnya” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami buat untuk
melengkapi tugas mata kuliah pendidikan agama islam. Saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung makalah ini.
Kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PEMBAHASAN ......................................................................................... 1
A. Pengertian Tauhid .................................................................................... 1
B. Pengertian Tauhid Rububiyah .................................................................. 2
C. Pengertian Tauhid Uluhiyyah................................................................... 4
D. Pengertian Tauhid Asma Wa Sifat ........................................................... 6
E. Pengertian Ilmu Kalam ............................................................................. 8
BAB II PENUTUP ................................................................................................ 11
A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................... 11
BAB III DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin.
Karena pada umumnya kita menginginkan atau bahkan telah mengaku
sebagai seorang yang bertauhid. Disamping itu, kata ‘tauhid’ ini sangat
sering disampaikan oleh para penceramah baik pada waktu khutbah atau
pengajian-pengajian. Akan tetapi bisa jadi masih banyak orang yang belum
memahami hakikat dan kedudukan tauhid ini bagi kehidupan manusia,
bahkan bagi yang telah merasa bertauhid sekalipun. Berangkat dari
banyaknya pemahaman orang yang telah kabur tentang hakikat tauhid dan
lupa akan kedudukannya yang begitu tinggi maka penjelasan yang
gamblang tentang masalah ini sangat penting untuk disampaikan.Dan
karena permasalahan tauhid merupakan permasalahan agama maka
penjelasannya tidak boleh lepas dari sumber ilmu agama yaitu Al Quran dan
As Sunnah dengan merujuk kepada penjelasan ahlinya, yaitu para ulama.

Para Ulama Aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: Tauhid


adalah keyakinan tentang keesaan Allah SWT. dalam rububiyah-Nya,
mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya serta menetapkan nama-nama
dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya. Dengan demikian maka biasa
dikatakan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga macam yaitu: Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Kesimpulan ini
diambil oleh para ulama setelah mereka meneliti dalil-dalil AL Quran dan
hadits yang terkait dengan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk lebih
jelasnya akan dijabarkan dibawah ini masing-masing tauhid tersebut.1

Menurut aspek bahasa atau etimologi (ilmu asal kata) adalah berasal dari
kata ‘ilm (Arab), artinya pengetahuan atau tahu. Adapun tauhid berarti
pengesaan atau meyakini bahwa tuhan itu cuma satu, yaitu Allah Swt. Jadi,
llmu Tauhid itu bisa pula diartikan sebagai pengetahuan yang berisikan
ajaran tentang pengesaan terhadap sesuatu yang ditauhidkan.2

1
Dr. H. Muhammad Hasbi, “ILMU TAUHID Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam”, 2016,
TrustMedia Publishing, hal 1-2
2
ANSHARULLAH, S.Ag, M.Fil.I, “Tauhid Sebuah Pengantar”, 2021, Lembaga Pemberdayaan
Kualitas Ummat (LPKU), hal 9

1
Golongan yang termasuk kepada golongan orang yang bertauhid atau
mukmin adalah :

1. Orang yang berilmu tauhid , mengesakan pengarahan ibadah


hanya kepada Allah , serta di dalam hatinya tidak akan
membenarkan adanya Tuhan lain selain Allah Swt
2. Orang yang mau mengesakan ibadahnya kepada Allah Swt .
secara kebetulan tetapi tidak ingin mempelajari limu Tauhid .
Dalam hal in , dia hanya berdosa karena tidak mempelajari Ilmu
Tauhid sehingga terjebak pada hal yang bertentangan dengan
ajaran dalam Ilmu Tauhid.

Adapun yang termasuk kepada golongan orang - orang ibadahnya


hanya kepada Allah

1. Orang yang berilmu tauhid , tetapi dia tidak mau mengesakan


2. Orang yang berilmu tauhid serta mengesakan ibadah cuma Tuhan
selain Allah , menuhankan yang lain dan kepada Allah , tetapi di
dalam hatinya mengesakan kepada Allah Swt . satu – satunya.
3. Orang yang berilmu tauhid serta beribadah kepada Allah Swt , tetapi
hatinya tidak mengakui bahwa Tuhan itu adalah Allah SWT, Satu
satunya3

Dari definisi ini dapat diketahui bahwa tauhid ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma'
wa Shifat

B. Pengertian Tauhid Rububiyah


Tauhid Rububiyyah adalah menegaskan Allah SWT. dalam
pekerjaannya seperti mencipta, mengendalikan, mengatur, memberi rezeki,
menghidupkan, mematikan, hujan dan sejenisnya. maka belum
sempurnalah seorang hamba tauhidnya hingga ia mengakui bahwa Allah
Swt. itulah Tuhan segala sesuatu, Pemilik, Pencipta, Pemberi rezeki, bahwa
Dialah Pemberi Hidup dan Mati, Pemberi Manfaat dan Kesusahan, Satu-
satunya Yang mengabulkan doa. Segala permasalahan adalah milik-Nya,
segala kebaikan ada dalam genggaman-Nya, Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Ini termasuk keyakinan pada takdir, baik atau buruk.4

3
Ibid, Hal 2-3
4
Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA., “Teologi Untuk Pendidikan Islam”, 2015, Penerbit K-
Media Yogyakarta, hal 103

2
Keyakinan yang pasti bahwa Allah Swt. satu-satunya pencipta, pemberi
rezeki, hidup dan mati, dan mengatur segala urusan makhluk-Nya tanpa ada
sekutu bagi-Nya.

Dalil naqli yang berhubungan dengan ke - Esaan rububiyah Allah swt .


, antara lain :

1. Firman Allah swt . dalam QS . Al - A'raf / 7 : 54 yang artinya :


"Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak – Nya”
2. Firman Allah swt . dalam QS . Al - Fatihah / 1 : 2 yang artinya :
"Segala puji bagi Allah , Tuhan seluruh alam”
3. Firman Allah swt . dalam QS . Ali - Imran / 3 : 189 , yang artinya :
" Dan milik Allah - lah kerajaan langit dan bumi”
4. Firman Allah swt . dalam QS . Al - Mu'minun / 23 . 88 , yang artinya
: " Katakanlah , ' Siapakah yang ditangan Nya berada kekuasaan
segala sesuatu . Dia melindungi , dan tidak ada yang dapat
dilindungi ( dari azab Nya ) , jika kamu mengetahui?”5

Yang termasuk dalam pengertian Rububiyah ialah


1. mengatur perjalanan matahari , bulan dan bintang , pertukaran
siang dan malam ;
2. Menurunkan hujan dan mengaturnya untuk menumbuhkan pohon
- pohon , dan buah - buahan ;
3. perbuatan manusia itu pada hakekatnya adalah ciptaan Allah Swt
Maksudnya adalah bahwa pada hakikatnya segala perbuatan
manusia itu juga ciptaan Allah . Kekuasaan Allah Swt . itu mutlak
tidak tergantung kepada adanya sebab , tapi biasanya Allah
menjadikan apa yang dikehendakinya itu dengan sebab.Itulah
yang dinamakan sunnatullah yang sifatnya tetap di manapun dan
kapanpun berlakunya.
Kalau kita perhatikan ternyata , bahwa alam ini terdiri dari tiga
tingkatan . Tingkatan pertama yang merupakan dasar dari setiap makhluk
terdiri dari batu - batuan , tanah dan air ( jamaat ) , tingkat kedua , terdiri
dari tumbuh - tumbuhan dan pohon - pohon ( nabatat ) .Dan tingkat ketiga

5
Ibid, hal 96

3
terdiri dari hewan termasuk manusia ( hayawanat ) . Di antara tiga tingkat
makhluk itu yang tertinggi adalah hewan , karena sifat hidupnya . Kemudian
di kalangan hewan itu sendiri ternyata manusia yang tertinggi mutu
kehidupannya , sebab manusia dengan otak dan akal pikirannya dapat
mengolah dan memanfaatkan benda - benda alam ini guna kepentingan
hidupnya . Mereka menggunakan kayu yang diambilnya dari hutan - hutan
, batu diambilnya dari gunung - gunung dan sungai - sungai , besi , baja ,
timah tembaga , emas , perak , platina dan lain - lain6
Tauhid Rububiyah mencakup beberapa dimensi keimanan, diantaranya,
yang pertama Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat
umum.Misalnya menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan,
menguasai, dan lain-lain. Kedua, Beriman kepada takdir Allah dan yang
ketiga Beriman kepada Zat Allah SWT.7

C. Pengertian Tauhid Uluhiyyah


Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-
perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti
berdoa, bernadzar, menyembelih kurban, bertawakal, ber- taubat, dan lain-
lain.

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Baqoroh: 163)

“Allah berfirman: Janganlah kamu menyembah dua tuhan.


Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku
saja kamu takut.” (QS. An Nahl: 51)

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain disamping Allah,


padahal tidak ada sesuatu dalilpun baginya tentang itu maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
tiada beruntung.” (QS. Al Mu’minun: 117).8

Tauhid Uluhiyah Yaitu mengesa-kan Allah dengan perbuatan-perbuatan


hamba yang diperintahkanNya. Karena itu semua bentuk ibadah harus

6
Ibid, Hal 104
7
Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Aqidah, (Sukoharjo : Roemah Buku,2010), h. 49.
8
Ibid, hal l 0

4
ditujukan ha- nya kepada Allah semata, tidak ada seku-tu bagiNya, seperti
do'a (permo-honan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta
pertolongan, meminta perlindu-ngan dan sebagainya.9

Tauhid uluhiyah merupakan inti dakwah Muhammad. dan para rasul


lainnya, mereka diutus untuk menegakkan kalimat “La ilaha illallah”. “La
ilaha illallah artinya La ma buda bi haqqi illallah (tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah). Penekanan pada kata “haqqi” berarti
mengingkari segala bentuk ibadah lain dalam ajaran Islam.10

Tauhid Uluhiyah Yaitu membahas tentang ke-Esaan Allah dalam dzat-


Nya tidak terdiri dari beberapa unsur atau oknum, tidak sebagaimana dalam
teologi Yahudi dan Masehi. Dia (Allah) sebagai dzat yang wajib disembah
dan dipuja dengan ikhlas, semua pengabdian hamba-Nya semata-mata
untuk-Nya seperti berdo‟a, nahr (kurban), raja‟ (harap), khauf (takut),
tawakal (berserah diri), inabah (pendekatan diri) dan lain-lain.11

Tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut


demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
namaNya, “Allah”, yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah).

Juga disebut “tauhid ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat „abd


(hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketauhilah, kebutuhan


seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukanNya dengan
sesuatu pun, tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari
sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan
minuman. Akan tetapi di antara keduanya ini terdapat perbedaan
mendasar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan ruhnya. Ia tidak
bisa tenang di dunia kecuali dengan mengingatnya. Seandainya hamba
memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah, maka hal itu akan
berlangsung lama, tetapi berpindah-pindah dari satu macam ke macam
yang lain, dari satu orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia
dibutuhkan setiap saat dan setiap waktu, di mana pun ia berada maka Dia
selalu bersamanya.”

9
DR. ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD ALUABD. LATHIF,” Tauhid Untuk Tingkat Pemula
Danlajutan”, Direktorat Percetakan Dan Penerbitan Departemen Agama Saudi Arabia,hal 40
10
Ibid, hal 57
11
Mulyono dan Bashori, ”Studi Ilmu Tauhid atau Kalam”, (Malang, UIN-MALIKI, 2010),
hal. 16.

5
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan
pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya,
semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena ia tidak terwujud, maka
bercokollah lawannya, yaitu syirik.12

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah dengan segala


yang disyari’atkan-Nya, agar kita beribadah kepada Allah dengan amal-
amal hati dan anggota badan dan tanpa mempersekutukan Allah dengan
apapun dalam ibadah-ibadah itu dan tidak mengakui adanya ibadah selain
kepada Allah.13

Menurut Shalih Ibnu Fauzan Bin Abdullah Al-Fauzan mngatakan tauhid


uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba
berdasarkan niat taqarrub yang disyariakan seperti do’a, Nadzar, kurban,
raja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senanga), rahbah (takut) dan
inabah (kembali/taubat).14

D. Pengertian Tauhid Asma Wa Sifat


Tauhid Asma Wa Sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya, sebagaimana yang telah diterangkan dalam al-Qur‟an dan
Sunnah RasulNya menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa ta‟wil dan
ta‟thil, tanpa takyif, dan tamtsil.15

Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia


menetapkan bahwa Dia adalah Pendengar dan Maha Melihat. Maka Dia
diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh
RasulNya. Al-Qur‟an dan as-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar,
karena tidak seorang pun lebih mengetahui Allah daripada RasulNya
dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau menakwilkan dari
yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta
terhadap Allah dan RasulNya.16

Firman Allah surat Al-Kahfi ayat 15:

Artinya : “Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang


mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ?”17

12
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan,”Kitab Tauhid 1”,2013, hal. 90-91
13
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, Op. Cit, hal, 83.
14
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Op. Cit, h. 53.
15
Ibid, hal. 99
16
Ibid, hal. 100
17
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, The Holy Qur‟an Al-Fatih, (Jakarta : PT.
Insan Media Pustaka, 2009), hal. 294

6
Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah
subhanahu wa ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al
quran dan Al Hadits dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan
hukum-hukumnya.

Allah berfirman:”Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah


kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. Al A’rof:
180)“Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi.” (QS.
Ar Rum: 27).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid Asma dan Sifat adalah
sebagai berikut:

1. Menetapkan semua nama dan sifat tidak menafikan dan


menolaknya.
2. Tidak melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah di
luar yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya
3. Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan
sifat makhluk-Nya.
4. Tidak mencari tahu tentang hakikat bentuk sifat-sifat Allah.
5. Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntutan asma dan sifat-
Nya.

Kedua macam tauhid di atas termasuk dalam satu pembahasan yaitu


tentang keyakinan atau pengenalan tentang Allah. Oleh karena itu kedua
macam tauhid tersebut biasa disatukan pembahasannya dengan nama tauhid
ma’rifah dan itsbat (pengenalan dan penetapan).18

Pengesaan Allah Azza wa Jalla dengan asma dan sifat yang menjadi
milik-Nya. Hal ini mencakup dua hal:

1. Penetapan. Artinya kita harus menetapkan seluruh asrna' dan sifat


bagi Allah, sebagaimana yang Dia tetapkan bagi Diri-Nya dalarn Kitab-Nya
atau sunnah Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam.

2. Penafian permisalan, bahwa kita tidak menjadikan sesuatu yang


semisal dengan Allah dalam asma dan sifat-Nya, sebagaimana fir- man-
Nya. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)

18
Ibid, hal 3.

7
Ayat ini menunjukkan bahwa semua sifat Allah tidak diserupai oleh
siapa pun dari makhluk. Meskipun ada persekutuan dalam dasar makna, tapi
toh hakikat keadaannya tetap berbeda. Siapa yang tidak menetapkan apa
yang ditetapkan Allah bagi Diri-Nya, berarti dia orang yang menia- dakan,
seperti apa yang ditiadakan Fir'aun. Siapa yang menetapkannya dengan
disertai penyerupaan, berarti dia serupa dengan orang-orang musyrik yang
menyembah selain Allah di samping menyembah Allah. Siapa yang
menetapkannya tanpa penyerupaan, berarti dia termasuk golongan
muwahhidin.

Karena jenis tauhid inilah ada sebagian umat Islam yang tersesat, hingga
mereka terpecah menjadi beberapa golongan yang banyak. Di antara mereka
ada yang mengambil jalur peniadaan, sehingga mereka meniadakan dan
menafikan sifat-sifat Allah, dan menyangka bahwanya ia telah mensucikan
Allah. Mereka sesat, karena orang yang mensucikan pada hakikatnya
meniadakan dari-Nya sifat-sifat kekurangan dan alb. Dan mensucikan
perkataan-Nya, bukan dengan cara penyamaran dan penyesatan. Jika
seseorang berkata, "Bahwasanya Allah tidak mempu nyai pendengaran,
penglihatan, ilmu dan kekuasaan", ia tidak mensu- cikan sifat-sifat Allah,
tapi justru melemparkan aib yang paling tinggi kepada-Nya, mensifati
perkataan dengan penyamaran dan penyesatan.19

Disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Metode iman dengan al-asma‟ wa Ashifat ada dua; Pertama, itsbat,


kedua, nafyu. Itsbat maksudnya mengimani bahwa Allah Swt memiliki al
asma‟ wa Ashifat yang menunjukan ke-Mahasempurnaan-Nya, misalnya:
Allah SWT Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana dan lain-lain. Sedangkan nafyu maksudnya menafikan atau
menolak segala al asma‟ wa Ashifat yang menunjukan ketidaksempurnaan-
Nya, misalnya dengan menafikan adanya makhluk yang menyerupai Allah
SWT, atau menafikan adanya anak dan orangtua dari Allah SWT dan lain-
lain.20

E. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu kalam pada dasarnya adalah ilmu yang membicarakan segala yang
menyangkut dengan keyakinan kepada Tuhan, utusan-utusan- Nya serta hal

19
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, "SYARAH KITAB TAUHID (Jilid I)", 2019,Darul
Falah, hal 23-24
20
YUNAHAR ILYAS, “Kuliah Akidah Islam”, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI),
2016),hal.51

8
yang berkenaan dengan alam ghaib. Ada beberapa definisi yang
dikemukakan sebagai berikut:

Ilmu kalam ialah ilmu membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah),


sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan
membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan, untuk menetap- kan ke-
Rasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat
yang tidak mungkin terdapat pada-nya.

Pengertian lain tentang Ilmu kalam ialah: membahas masalah- masalah


yang masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat di antara
ulama-ulama kurun pertama yaitu apakah “Kalam Allah” (wahyu) yang
dibacakan itu baharu atau qadim. Dan ada kalanya pula karena ilmu Tauhid
itu dibina oleh dalil akal atau ratio, dimana bekas nyata kelihatan dari
perkataan setiap para ahli yang turut berbicara tertang ilmu itu.21

Diberikan nama ilmu kalam karena persoalan yang amat penting


dibicarakan adalah “Firman Allah” (Kalam Allah) itu azaly atau non azaly
(baharu). Di samping menggunakan dasar ilmu ini adalah dalil fikiran. Hal
ini berpengaruh dalam pembicaraan para Mutakallimin, mereka jarang
menggunakan atau kembali kepada dalil naqali (Al-Quran dan Hadits)”.
Kecuali mereka sudah mene- tapkan kebenaran pokok persoalan lebih
dahulu, serta mereka membuktikan kepercayaan-keperyaan agama
menyerupai logika dan filsafat.22

Ilmu ini di namakan Ilmu Kalam karena:

1. Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad


permulaan hijrahialah”Firman Tuhan” (Kalam Allah) dan non-azalinya
Qur’an (Khalq Al-Qur’an).

2. Dasar Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini
Nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan Mutakallimin. Mereka
jarang-jarang kembali kepada dalil naql (Quran dan Hadits), kecuali
sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.

Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai


logika dalam fisafat, maka pembuktian dalam soal-soal agama ini di namai
Ilmu Kalam untuk membedakan dengan logika dalam fisafat. Teologi Islam
merupakan istilah lain dari ilmu kalam. Istilah ini berasal dari bahasa

21
PROF. DR. SUKIMAN, M.SI., “Tauhid Ilmu Kalam Dari Aspek Aqidah Menuju Pemikiran
Teologi Islam”,2021, PERDANA PUBLISHING, hal .83
22
Ibid,hal 86

9
Inggris, theology. William L. Reese (1.1921 M) mendefinisikannya dari
dengan discourseor reson concerining God (diskursus atau pemikiran
tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata William Ockham (1287-1347),
Reese lebih jauh mengatakan, Theology tobe a discipline resting on
revealed truth and independent of both philosophy andscience (Teologi
merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta
indepedensi filsafat dan ilmu pengetahuan). Sementara itu, Gove
menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbutan,
dan pengalaman agama secara rasional .23

Banyak hal yang menarik dari akidah Islam. Doktrin Islam selama ini
telah membentuk cara pandang . cara berpikir umatnya . Dan cara berpikir
ataupun interpretasi terhadap wahyu Ilahiah akan membentuk kesadaran
serta perilaku. Lalu dengan realitas umat Islam saat ini, ambul suatu
paradoks yang membuat kita harus melakukan interpretasi ulang terhadap
sistem bepikir maupun wahyu Ilahiah dalam konteks keseharian.24

23
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/7e82b-makalah-ilmu-kalam-kel.-1.pdf
24
Murtadha Muthahhari, "Mengenal Ilmu Kalam", 2002, Pustaka Zahra, hal 10

10
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tauhid merupakan ilmu yang berperan penting bagi umat Islam
dikarenakan ulasan ilmu tauhid menyangkut dengan aqidah Islam. Seperti
diketahui aqidah ialah merupakan suatu pondasi keyakinan beragama bagi
seorang muslim dalam memelihara aqidah seorang Muslim itu sendiri dari
kesesatan dan keraguan. Hubungan antara aqidah dan akhlak adalah dua
hal yang sama sekali tidak dapat dipisahkan. Aqidah mendasari akhlak,
sedangkan akhlak yang baik terlahir didasarkan pada aqidah yang benar
pula. Pembinaan aqidah dalam Islam tentunya tidak terlepas dari kata
tauhid. . Konsep ini terbagi menjadi beberapa jenis, termasuk tauhid
rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma wa sifat. Sementara itu,
ilmu kalam adalah cabang ilmu teologi dalam Islam yang membahas

Dalam kesimpulannya, tauhid rububiyyah menekankan kepercayaan


akan keesaan Allah dalam mengatur segala urusan di alam semesta. , Tauhid
uluhiyyah menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang layak untuk
disembah.Tauhid asma wa sifat menegaskan keyakinan terhadap nama-
nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur'an.
Kemudian Ilmu Kalam adalah cabang ilmu teologi dalam Islam yang
membahas keyakinan-keyakinan agama secara rasional dan filosofis. Ilmu
ini sering digunakan untuk membela ajaran agama dari serangan dan kritik.
Dalam kesimpulannya, ilmu kalam membahas keyakinan-keyakinan agama
secara rasional dan filosofis, dan sering digunakan untuk membela ajaran
agama dari serangan dan kritik.

B. Saran
Dalam menyusun makalah tentang konsep tauhid dan ilmu kalam, terdapat
beberapa saran yang dapat diberikan. Pertama, menjelaskan konsep tauhid
secara jelas dan terperinci, termasuk jenis-jenisnya seperti tauhid
rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma wa sifat. Kedua,
menjelaskan pentingnya konsep tauhid dalam agama Islam dan bagaimana
konsep ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari umat Muslim.

11
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Muhammad Hasbi, “ILMU TAUHID Konsep Ketuhanan Dalam Teologi
Islam”, 2016, TrustMedia Publishing.

ANSHARULLAH, S.Ag, M.Fil.I, “Tauhid Sebuah Pengantar”, 2021, Lembaga


Pemberdayaan Kualitas Ummat (LPKU).

Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA., “Teologi Untuk Pendidikan Islam”,
2015, Penerbit K-Media Yogyakarta

Drs. H. Thoyib Sah Saputra, M.Pd. Drs. H. Wahyudin, M.Pd.,” Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah Kelas X”, PT. Karya Toha Putra, Semarang

DR. ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD ALUABD. LATHIF,” Tauhid Untuk


Tingkat Pemula Danlajutan”, Direktorat Percetakan Dan Penerbitan
Departemen Agama Saudi Arabia,

Mulyono dan Bashori, ”Studi Ilmu Tauhid atau Kalam”, (Malang, UIN-MALIKI,
2010,

Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan,”Kitab Tauhid 1”,2013

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, Op. Cit.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, The Holy Qur’an Al-,
Fatih,2009 PT. Insan Media Pustaka, Jakarta.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, "SYARAH KITAB TAUHID (Jilid I)",


2019,Darul Falah.

YUNAHAR ILYAS, “Kuliah Akidah Islam”, Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam (LPPI) 2016

PROF. DR. SUKIMAN, M.SI., “Tauhid Ilmu Kalam Dari Aspek Aqidah Menuju
Pemikiran Teologi Islam”,2021, PERDANA PUBLISHIN.

Murtadha Muthahhari, "Mengenal Ilmu Kalam", 2002, Pustaka Zahra

Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Aqidah, Sukoharjo : Roemah


Buku,2010

12

Anda mungkin juga menyukai