Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Tanpa itu, tidak ada kekuatan atau usaha
dalam hal apapun. Semoga kita selalu menerima rahmat dan karunia-nya dalam menjalani hidup
ini. Nabi Muhammad SAW. Selalu disapa dengan ucapan sholawat. Dimanapun dia berada,
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin dan kehendak Allah kami dapat menulis makalah ini. Dengan
judul macam-macam tauhid dan urgensinya. Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang selalu memberikan arahan dan petunjuk agar pemakalah dapat
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan
ataupun kesalahan dalam penulisan kata pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pengampu dan
teman-teman agar dapat membangun makalah ini lebih sempurna sehingga dapat disempurnakan
di masa yang akan datang.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Karena
pada umumnya kita menginginkan atau bahkan telah mengaku sebagai seorang yang
bertauhid. Di samping itu, kata tauhid ini sangat sering disampaikan oleh para
penceramah baik pada waktu khutbah atau pengajian-pengajian. Akan tetapi bisa jadi
masih banyak orang yang belum memahami hakikat dan kedudukan tauhid ini bagi
kehidupan manusia, bahkan bagi yang telah merasa bertauhid sekalipun. Berangkat dari
banyaknya pemahaman orang yang telah kabur tentang hakikat tauhid dan lupa akan
kedudukannya yang begitu tinggi maka penjelasan yang mudah dimengerti tentang
masalah ini sangat penting untuk disampaikan. Dan karena permasalahan tauhid
merupakan permasalahan agama maka penjelasannya tidak boleh lepas dari sumber al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan merujuk kepada penjelasan ahlinya, yaitu para ulama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa kedudukan tauhid dalam agama?
2. Apa macam-macam tauhid?
3. Bagaimana urgensi tauhid berdasarkan macam-macamnya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kedudukan tauhid dalam agama.
2. Untuk mengetahui macam-macam tauhid.
3. Untuk mengetahui urgensi tauhid berdasarkan macam-macamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu”. (QS. Az
Zumar:62)
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi
rezekinya" (QS. Hud : 6)
1
Muhammad Afif Bahaf, Ilmu perbandingan Agama, 2015, 136
2
Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 28
- Penguasa dan pengatur segala fenomena alam, yang meninggikan dan menghinakan,
menghidupkan dan mematikan, menjalankan malam dan siang dan yang maha kuasa atas
segala sesuatu.
Dengan demikian Tauhid Rububiyah mencakup keimanan kepada tiga hal yaitu:
Kedua macam tauhid diatas termasuk dalam satu pembahasan yaitu tentang keyakinan
atau pengenalan tentang Allah. Oleh karena itu kedua macam tauhid tersebut biasa
disatukan pembahasannya dengan nama tauhid ma’rifah dan itsbat (pengenalan dan
penetapan).4
c. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan tujuan perbuatan-perbuatan hamba
yang dilakukan dalam rangka taqorrub dan ibadah. Seperti berdoa, bernadzar,
menyembelih qurban, bertawakkal, bertaubat, dan lain-lain.
Allah berfirman: ”janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya dialah Tuhan
yang maha esa, maka hendaklah kepadaku saja kamu takut” (QS. An Nahl : 51)
Kemurnian tauhid uluhiyah akan didapatkan dengan mewujudkan dua hal mendasar
yaitu:
1. Seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah bukan kepada yang lainnya.
2. Dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan perintah dan larangan Allah.
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Karena pada
dasarnya manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan
Allah bukan untuk memperkenalkan Allah semata. Namun hakikat dakwah para Rasul
adalah untuk menuntut mereka agar beribadah kepada-Nya. Dengan demikian materi
dakwah para Rasul adalah tauhid uluhiyah.5
4
Ibid.
5
Ibid.
Sebetulnya cuma ia yang maha pencipta, maha pengatur alam semesta, serta cuma Dialah
yang pantas disembah tiada sekutu bagi-Nya.
Bagian ini wajib dimengerti secara utuh supaya maknanya yang sekaligus memiliki
klasifikasi jenis-jenisnya bisa terealisasi ke dalam kehidupan bermasyarakat tiap hari.
Urgensi tauhid dalam perihal ini mencakup tiga perihal sebagai berikut:
b. Tauhid Asma Wa sifat: Tauhid Asma Wa Sifat merupakan beriman kepada nama-nama
Allah SWT serta sifat-sifat-Nya sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an serta sunah
Rasul-Nya. Tujuan tauhid ini supaya mengenali kalau apa yang Allah SWT sifatkan buat
dirinya meruapakan benar (haq) serta absolut.
c. Tauhid Uluhiyah: Tauhid Uluhiyah memiliki tauhid rububiyah serta tauhid asma wa sifat. Ini
disebabkan yang berhak disembah merupakan yang esa dalam rububiyah serta esa dalam
asma wa sifat. Perlu diketahui bahwa Allah yang mengahasilkan alam semesta dan Allah lah
yang berhak disembah. Bila nyatanya ada Dzat lain yang turut dalam penciptaan alam
semesta pasti ia pula berhak disembah. Tetapi realitasnya tidak terdapat yang turut bersama
Allah dalam penciptaan alam semesta, sebab Allah maha esa dalam Rububiyah-Nya.
Keesaan dalam Rububiyah maksudnya Allah maha esa dalam menghasilkan, memahami
alam semesta, serta mengendalikan alam semesta.6
6
Firanda Andirja, “Urgensi Tauhid Rububiyah”, https://bekalislam.firanda.com/4736-urgensi-tauhid-rububiyyah-
tauhid-rububiyyah-1.html. Diakses pada 30 Maret 2023.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi, hakikat tauhid ialah kewajiban seluruh umat muslim untuk menegaskan bahwa
Allah SWT dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedudukannya
sangat penting karena dengan tauhid inilah yang merupakan tujuan pertama diciptakannya
manusia, diutusnya Rasul dan tujuan pokok kehdiupan manusia. Dan sudah dijelaskan
bahwasanya tauhid ini ada tiga macam yang pertama Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma Wa
Sifat, dan Tauhid Uluhiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 28
Muhammad Hasbi, Ilmu Tauhid (Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2016), 2-3