Anda di halaman 1dari 29

ARTIKEL KEISLAMAN

1.TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2.SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL- QUR’ AN DAN ALHADITS
3.GENERASI TERBAIK MENURUT ALHADIST
4.PENGERTIAN SALAFT ( REFERENSI HADIST)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGAI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Di susun Sebagai TugasTerstruktur Mata Kuliah:pendidikan Agama Islam


DosenPengampuh
:

Dr .Taufik Ramdani, S.Th.I.,M.Sos

Di susun Oleh:
Nama : BAIQ RABIATUL ADAWIYAH
Nim : C1G020058
Fakultas&Prodi: PERTANIAN/AGRIBISNIS

Smester : 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
T. A .2020/ 2021

i
KATAPENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan kepada ALLAH SWT. atas


selesai nya tugas ini, karena dengan rahmat dan karunianya saya bisa mengerjakan
makalah ini dengan lancar tanpa hambatan.
Sholawat serta salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang
lurus,sehingga kita tidak tersesat dari jalan yang sesat.
Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr .Taufiq
RamdaniS.Th.l.,M. Sos. sebagai dosen pengampuh mata kuliah pendidi kan agama
islam,sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini,dan mengerti serta memahami
materi dari makalah ini .
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi
pembaca,dan diri saya sendiri sebagai media intrsopeksi diri sebagai
mahasiswa.akhirul kalam saya menyadari tugas ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga membutuhkan kritik dan saran.

Penyusun, mataram 21 Oktober2020

Nama: BAIQ RABIATUL ADAWIYAH

NIM : C1G020058

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1-6
BAB II.Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 7-9
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9-15
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 15-20
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 20-23
DAFTAR PUSTAKA 24-25
LAMPIRAN 26

iii
BAB I

TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM

 pengertian Tauhid

Iman kepada Allah Swt merupakan konsep dasar seseorang meyakini,


mempercayai tentang keberadaan Tuhan sang Pencipta alam semesta. Hal ini
merupakan pondasi dasar keberagamaan seseorang sehingga itu setiap mahasiswa
perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung
dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya
amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.Adapun yang
dimaksud syarat adalah apa-apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan
harus sampai akhir pelaksanaan.Hal ini berhubungan dengan niat sesorang. Jika
seseorang melakukan sesuatu hanya Allah, maka syarat untuk di terima ialah niat
karena Allah tersebut harus tetap sama sampai akhir. Disamping itu, jika apa yang
dilaksanakan sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, maka kemungkinan besar
amalan tersebut diterima sebagai ibadah di hadapan Allah. Dan sebaliknya, jika apa-
apa yang dilakukan di landaskan selain karena Allah, atau ternyata niatnya sudah
karena Allah tetapi ditengah-tengah niatnya berubah maka sudah barang tentu amalan
tersebut tertolak di hadapan Allah walaupun sudah sesuai tuntunan Rasulullah.
Tauhid adalah keyakinan bahwa Tuhan penguasa Alam semesta hanyalah satu,
tidak beranak, tidak beristri, tidak bersaudara.Satu, dan hanya Allah SWT. Tauhid
secara bahasa artinya keesaan, mengesakan Tuhan.Mengesakan Tuhan berarti
menyakini bahwa Tuhan itu Maha Esa.Tuhan Maha Esa itu ialah Allah SWT. Dan ilmu
tauhid ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas yentang segala sesuatu
kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dailil–dalil keyakinan dan hukum dalam
islam termasuk hukum tentang mempercayakan Allah itu esa.

Tauhid juga merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa
arab yaitu “wahhada-yuwahhidu-tauhiidan” yang artinya menunggalkan sesuatu atau
keesaan. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa.Sedangkan
secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-
kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam
termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada
pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-
sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin
terdapat pada mereka.

Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting
dan paling utama. Allah SWT berfirman:

ُ ‫َفاعْ لَ ْم أَ َّن ُه اَل إِلَ َه إِاَّل هَّللا‬

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan
Allah.” (Q.S. Muhammad: 19)

Tauhid menurut Islam ialah tauhid I,tiqadi-„ilmi (keyakinan teoritis) dan Tauhid
amali-suluki (tingkahlaku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara ketauhidan
teoritis dan ketauhidan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid
bentuk makrifat (pengetahuan), itsbat (pernyataan), I‟tiqad (keyakinan), qasd (tujuan)
dan iradah (kehendak).

 Jenis-jenis Tauhid
 Tauhid Rububiyah

Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb
ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mencipta, memelihara, memperbaiki, mengelola, memiliki
dan lain-lain. Secara Terminolgis Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa
Allah Swt adalah Tuhan pencipta semua mahluk dan alam semesta.Dia-lah
yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan hidup serta mengendalikan
segala urusan.Dia yang memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan
dan kehinaan. Tauhid Rububiyah ini tergambar dalam ayat al-Quran antara
lain QS. al-Baqarah21-22
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.“

“Katakanlah :Aku berlindung kepada rabb manusia “ (QS.an-nas: 1)

 Tauhid Mulkiyah

Kata mulkiyah berasal dari kata malaka. Isim fa‟ilnya dapat dibaca dengan
dua macam cara: Pertama, malik dengan huruf mim dibaca panjang; berarti yang
memiliki, kedua, malik dengan huruf mim dibaca pendek; berarti, yang menguasai.
Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah
swt., adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki dan menguasai seluruh mahluk
dan alam semesta. Keyakinan Tauhid Mulkiyah ini tersurat dalam ayat-ayat al-
Quran seperti berikutini:

“ Yang menguasai hari pembalasan “ (QS. al-Fatihah ; 4)

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada dalamnya, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu “ ( QS. al-Maidah ; 120 )

 Tauhid Uluhiyah

Kata Uluhiyah adalah masdar dari kata alaha yang mempunyai arti
tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Namun makna yang paling
mendasar adalah abada, yang berarti hamba sahaya (abdun), patuh dan tunduk
(ibadah), yang mulia dan agung (al-mabad), selalu mengikutinya (abada bih).

Tauhid Uluhiyah merupakan keyakinan bahwa Allah swt., adalah satu-


satunya Tuhan yang patut dijadikan yang harus dipatuhi, ditaati, digungkan dan
dimuliakan. Hal ini tersurat dalam QS. Thaha:

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku
 TauhidUbudiyah

Kata „ubudiyah berasal dari akar kata abada yang berarti menyembah,
mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat dan patuh, memuja, yang diagungkan (al-
ma‟bud.)Dari akar kata diatas, maka diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah

suatu keyakinan bahwasanya Allah Swt. Merupakan Tuhan yang patut disembah,
ditaati, dipuja dan diagungkan.Tiada sesembahan yang berhak dipuja manusia
melainkan Allah semata. . Tauhid Ubudiyah tercermin dalam ayat dibawah ini:

“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkau


( pula ) kami mohon pertolongan”

 Keistimewaan Tauhid

Tauhid memiliki keistimewaan dan keutamaan yang sangat banyak, yang menunjukkan
akan tingginya kedudukan tauhid. Di antara keistimewaan tauhid adalah sebagai
berikut: [59]

1. Tauhid adalah tujuan diciptakannya manusia dan jin

Allah berfirman :

‫ُون‬ َ ِ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل‬


ِ ‫نس إِاَّل لِ َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.”  [60]

2. Tauhid adalah poros dakwah para Nabi dan Rasul

Maksudnya, bahwa dakwah seluruh para Nabi terpusat dan tegak di atas tauhid. Allah
berfirman,

َّ ‫َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة رَّ سُواًل أَ ِن اعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا‬
َ‫الطا ُغوت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” [61] 

3. Tauhid adalah kewajiban yang paling pertama bagi seorang mukalaf

Maka hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang manusia untuk masuk ke dalam
agam Islam adalah tauhid. Demikian pula hal pertama yang wajib didakwahkan oleh
seorang pendakwah adalah  tauhid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ت أَنْ أ ُ َقا ِت َل ال َّن‬


ُ ‫اس َح َّتى َي ْش َهدُوا أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هَّللا‬ ُ ْ‫أُمِر‬

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah.” [62] [63] 

4. Tauhid adalah sebab untuk mendapatkan keamanan dan petunjuk di dunia dan
akhirat

Allah berfirman,

‫ُون‬ َ ‫ظ ْل ٍم أُو ٰلَئ‬


َ ‫ِك لَ ُه ُم اأْل َمْ نُ َوهُم ُّم ْه َتد‬ ُ ‫ِين آ َم ُنوا َولَ ْم َي ْل ِبسُوا إِي َما َنهُم ِب‬
َ ‫الَّذ‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan


kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” [64] 

5. Dalam tauhid terdapat keselamatan dari kebingungan dan kontradiksi

Berbeda dengan akidah dan keyakinan lainnya, pasti akan terdapat kontradiksi dan
kebingungan bagi para pemeluknya. Hal ini karena tauhid bersumber pada Al-Quran
yang berasal dari Allah. Sedangkan akidah dan keyakinan lain berasal dari makhluk.
Dan Allah telah berfirman,

ْ ‫ان مِنْ عِ ن ِد غَ ي ِْر هَّللا ِ َل َو َجدُوا فِي ِه‬


‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا‬ َ ‫َولَ ْو َك‬

“Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” [65]

6. Tauhid adalah keyakinan yang sesuai dengan fitrah dan akal yang sehat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ َك َما ُت ْن َت ُج ْال َب ِهي َم ُة َب ِهي َم ًة َج ْم َعا َ†ء َه ْل ُت ِحس‬، ‫ َفأ َ َب َواهُ ُي َهوِّ دَ ا ِن ِه أَ ْو ُي َنص َِّرا ِن ِه أَ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِ†ه‬، ‫َما مِنْ َم ْولُو ٍد إِالَّ يُولَ ُد َعلَى ْالف ِْط َر ِة‬
‫ُّون فِي َها‬
‫مِنْ َج ْد َعا َء‬

“Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan dilahirkan di atas fitrah.Lalu
kedua orang tuanya menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi.Sebagaimana
binatang ternak mengeluarkan anak yang sempurna, apakah kamu mendapati cacat
(telah terpotong sebagian anggota tubuhnya) padanya?” [66] [67]

Binatang ternak terlahir dari induknya dalam keadaan sempurna anggota


tubuhnya.Kemudian apabila terputus salah satu anggota tubuhnya, baik kaki, tangan,
telinga atau yang lain, maka itu bukanlah dari asal penciptaan binatang ternak
tersebut.Akan tetapi itu adalah akibat perbuatan manusia setelah binatang itu lahir
dalam keadaan sempurna.

Demikianlah anak manusia yang dilahirkan.Dia berada dalam keadaan fitrah sampai
orang tuanya yang menyimpangkan anak tersebut dari fitrahnya. Dan dalam hadits ini
Rasulullah n tidak mengatakan “atau kedua orang tuanya menjadikannya muslim”,
karena agama Islam dan tauhid itulah agama fitrah.

7. Tauhid adalah tali ikatan yang hakiki dan akan terus berlaku di dunia dan akhirat

Allah berfirman,

َ ‫ض َع ُدوٌّ إِاَّل ْال ُم َّتق‬


‫ِين‬ ُ ْ‫اأْل َ ِخاَّل ُء َي ْو َم ِئ ٍذ َبع‬
ٍ ْ‫ض ُه ْم ِل َبع‬

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang
lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”  [68]
Maka semua hubungan di antara sesama manusia akan terputus kecuali hubungan
yang dibangun di atas tauhid dan keimanan kepada Allah.

BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADIST

Sains dalam pengertian umum yaitu ilmu pengetahuan.Di dalam Al- Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyentuh tengtang Ilmu pengetahuan dan ilmuan, al-
Qur’an sentiasa mengarahkan manusia untuk menggunakan akal fikirannya
memerangi kemukjizatan dan memberi motivasi meningkatkan ilmu
pengetahuan.Selain itu Al-Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadap
ilmuan.Al-Qur’an menyuruh manusia berusaha dan bekerja serta selalu berdo’a agar
ditambah ilmu pengetahuan.Sementara itu Rasulullah memberi pengakuan bahwa
ilmuan itu merupakan pewaris para nabi.9 Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan ulama adalah ilmuan yang mengenali dan mentaati Allah.

Sains dalam pengertian khusus mempunyai peran penting dalam kehidupan seorang
muslim, ia disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan bila diklasifikasikan
maka sains ini termasuk fardu kifayah, karena dapat memberikan dampak positif bagi
peningkatan keimanan seseorang.

 Pengertian Al-Quran

Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja
Qoro’a (‫ )قرأ‬yang bermakna Talaa (‫ )تال‬keduanya berarti: membaca, atau bermakna
Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa
Qur’aanan (‫وقرآنا‬ ‫قرءا‬ ‫)قرأ‬. Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah
mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang
dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah
mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum. Qaraa-yaqrau-quraanan
yang berarti bacaan.

Secara istilah Al-Quran


 Menurut Manna’ Al-Qhattan :

َ ‫هللا ال ُم َن ًّ•†ًز ُل َعلَي م َُح َّم ٍد‬


‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَ ْل ُم َت َع َب ُد ِب ِتاَل َو ِت ِه‬ ِ ‫َكاَل ُم‬

Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang
membacanya memperoleh pahala.

 Menurut Al-Jurjani :

ُ ‫صاحِفِ اَ ْل َم ْنقُو ُل َع ْن ُه َن ْقاًل ُم َت َواتِرً ا ِباَل‬


‫ش ْب َه ٍة‬ َ ‫ب فِى ْال َم‬ ِ ‫ه َُو اَ ْل ُم َن َّز ُل َعلَى الرَّ س‬
ِ ‫ُول ال َم ْك ُتو‬

“Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan
secara mutawattir tanpa keraguan”.

 Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh, dan bahasa Arab :

‫صاحِفِ مِنْ اَ َّو ِل س ُْو َر ٍة اَ ْل َفات َِح ِة‬


َ ‫ب فِى اَ ْل َم‬
ِ ‫م اَ ْلمُعْ ِج ِز اَ ْل ُم َت َع َّب ُد ِب ِتاَل َو ِت ِه اَ ْل َم ْنقُو ُل ِبال َّت َوا ُت ِر اَ ْل َم ْك ُتو‬.‫هللا ال ُم َن َّز ُل َعلَى َن ِب ِّي ِه م َُح َّم ٍد ص‬
ِ ‫َكاَل ُم‬
‫اس‬ِ ‫ُور ٍة ال َّن‬ َ ‫ِالَى س‬

“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad.Lafadz-lafadznya


mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara
mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada
surat An-Nass”

FUNGSI AL-QURAN

o Petunjuk bagi Manusia.

o Sumber pokok ajaran islam.

o Peringatan dan pelajaran bagi manusia.

o Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw

 Pengertian Al-Hadist

Menurut bahasa hadits adalah jadid, yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti khabar, artinya berita,
yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain. Selain itu, hadits juga berarti qarib, artinya dekat, tidak lama lagi
terjadi.

Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan,


perbuatan, dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang
lainnya adalah “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan,
perbuataan, maupun ketetapannya.”

BAB III
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADIST

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اس َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫َخ ْي ُر ال َّن‬

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian


generasi berikutnya.”(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan
Muslim, no. 2533)

Adapun 3 generasi yang dimaksud Rasululah ialah, generasi sahabat, Tabiin, dan
Tabitabiin

A.Pengertian Sahabat

 Arti Sahabat

Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam


dalam keadaan muslim, meninggal dalam keadaan Islam, meskipun sebelum mati
dia pernah murtad seperti Al Asy’ats bin Qais.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat
Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan
sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia
menyertai Rasulullah. para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman
kepada beliau, dan mati dalam keadaan muslim. Mereka adalah generasi terbaik dari
umat ini.

Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

‫ ُث َّم َن َظ َر‬،ِ‫ َفاصْ َط َفاهُ لِ َن ْفسِ ِه َفا ْب َت َع َث ُه ِب ِر َسالَ ِته‬،ِ‫ب ْال ِع َباد‬
ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخي َْر قُلُ ْو‬
َ ‫ب م َُح َّم ٍد‬ َ ‫ب ْال ِع َبا ِد َف َو َجدَ َق ْل‬
ِ ‫إِنَّ هللاَ َن َظ َر فِي قُلُ ْو‬
‫ َف َما َرأَى‬،ِ‫ب ْال ِع َبا ِد َف َج َعلَ ُه ْم وُ َز َرا َء َن ِب ِّي ِه ُي َقاتِلُ ْو َن َعلَى ِد ْي ِنه‬ِ ‫ب أَصْ َح ِاب ِه َخي َْر قُلُ ْو‬ ِ ‫ب ْال ِع َبا ِد َبعْ دَ َق ْل‬
َ ‫ َف َو َجدَ قُلُ ْو‬،ٍ‫ب م َُح َّمد‬ ِ ‫فِي قُلُ ْو‬
ِ ‫ َو َما َرأَ ْوا َس ِّي ًئا َفه َُو عِ ْن َد‬، ٌ‫هللا َح َسن‬
‫هللا َس ِّي ٌئ‬ ِ ‫ْالمُسْ لِم ُْو َن َح َس ًنا َفه َُو عِ ْن َد‬

“Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya.Allah mendapati hati


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah
memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya.Kemudian
Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad.Allah mendapati hati para
sahabat beliau adalah hati yang paling baik.Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka
sebagai para pendukung Nabi-Nyayang berperang demi membela agama-Nya.Apa
yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa
yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.”(Diriwayatkan oleh
Ahmad dalam al-Musnad, I/379, no. 3600.Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa
sanadnya shohih).

 Dalil-dalil dari As Sunnah tentang keutamaan para Sahabat

1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela


seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila
seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar
Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara
mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya
saja.” (Muttafaq ‘alaih)
2. Beliau juga bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat),
kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-
orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
3. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bintang-bintang itu adalah
amanat bagi langit. Apabila bintang-bintang itu telah musnah maka tibalah
kiamat yang dijanjikan akan menimpa langit. Sedangkan aku adalah amanat
bagi para sahabatku. Apabila aku telah pergi maka tibalah apa yang dijanjikan
Allah akan terjadi kepada para sahabatku. Sedangkan para sahabatku adalah
amanat bagi umatku. Sehingga apabila para sahabatku telah pergi maka akan
datanglah sesuatu (perselisihan dan perpecahan, red) yang sudah dijanjikan
Allah akan terjadi kepada umatku ini.” (HR. Muslim)
4. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela para
sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para
malaikat dan laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)
5. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila disebutkan
tentang para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24) (lihat Al Is’aad,
hal. 78)

 Urutan keutamaan para Sahabat

Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Para sahabat itu memiliki


keutamaan yang bertingkat-tingkat.

[1] Yang paling utama di antara mereka adalah khulafa rasyidin yang empat; Abu
Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali, radhiyallahu’anhum al jamii’. Mereka adalah orang
yang telah disabdakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wa salam, “Wajib bagi kalian untuk
mengikuti Sunnahku dan Sunnah khulafa rasyidin yang berpetunjuk sesudahku,
gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.”

[2] Kemudian sesudah mereka adalah sisa dari 10 orang yang diberi kabar gembira
pasti masuk surga selain mereka, yaitu : Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al Jarrah, Sa’ad bin
Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubeir bin Al Awwaam, Thalhah bin Ubaidillah dan
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhum.

[3] Kemudian diikuti oleh Ahlul Badar

[4] Ahlu Bai’ati Ridhwan, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah
ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji
setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan
membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18).
[5] Kemudian para sahabat yang beriman dan turut berjihad sebelum terjadinya Al
Fath. Mereka itu lebih utama daripada sahabat-sahabat yang beriman dan turut
berjihad setelah Al Fath. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tidaklah sama antara
orang yang berinfak sebelum Al Fath di antara kalian dan turut berperang. Mereka itu
memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang berinfak sesudahnya dan
turut berperang, dan masing-masing Allah telah janjikan kebaikan (surga) untuk
mereka.” (QS. Al Hadid : 10). Sedangkan yang dimaksud dengan Al Fath di sini adalah
perdamaian Hudaibiyah.

[6] Kemudian kaum Muhajirin secara umum,

[7] kemudian kaum Anshar. Sebab Allah telah mendahulukan kaum Muhajirin sebelum
Anshar di dalam Al Qur’an, Allah subhanahu berfirman (yang artinya), “Bagi orang-
orang fakir dari kalangan Muhajirin yang diusir dari negeri-negeri mereka dan
meninggalkan harta-harta mereka karena mengharapkan keutamaan dari Allah dan
keridhaan-Nya demi menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang
yang benar.” (QS. Al Hasyr :

[8]. Mereka itulah kaum Muhajirin. Kemudian Allah berfirman tentang kaum Anshar,
Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut (Anshar) dan beriman sebelum
mereka juga mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di
dalam hati mereka tidak ada rasa butuh terhadap apa yang mereka berikan dan
mereka lebih mengutamakan saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun
mereka juga sedang berada dalam kesulitan. Dan barangsiapa yang dijaga dari rasa
bakhil dalam jiwanya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr

[9]Allah mendahulukan kaum Muhajirin dan amal mereka sebelum kaum Anshar dan
amal mereka yang menunjukkan bahwasanya kaum Muhajirin lebih utama. Karena
mereka rela meninggalkan negeri tempat tinggal mereka, meninggalkan harta-harta
mereka dan berhijrah di jalan Allah, itu menunjukkan ketulusan iman mereka…” (Ta’liq
‘Aqidah Thahawiyah yang dicetak bersama Syarah ‘Aqidah Thahawiyah Darul ‘Aqidah,
hal. 492-494)

B.Pengertian tabi’in

Tabi’in secara bahasa diartikan dengan pengikut.sementara itu secara


istilah tabi’in diartikan dengan orang yang bertemu denga sahabat dan
meninggal dalam keadaan islam, sekalipun masih berusia muda, baik
bertemu dalam waktu yang singkat maupun lama. Disisi lain, Al-Khatib
memberikan definisi yang sederhana bahwa tabi’in ialah orang yang bertemu
dengan sahabat.

Tabi’I pada asalnya berarti pengikut. Dimaksudkan dalam ilmu hadist


ialah  “seluruh umat islam yang bertemu dengan sahabat, berguru
kepadanya, tidak bertemu dengan Nabi SAW dan tidak pula semasa dengan
Nabi SAW”.  Mufrad dari tabi’in ialah tabi’. Dan tabi’ini bisa dijamakkan
dengan atba’

Tokoh tokoh Tabi’in

 Abdul Rahman bin abdillah


 Abu Hanifah
 Abu Muslim al-Khawlani
 Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman
 Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr
 Al-Rabi bin Khuthaym
 Ali Akbar
 Ali bin Abu Talha
 Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin)
 Alqama bin Qays al-Nakha'i
 Amir bin Shurahabil ash-sha'bi
 Ata bin Abi Rabah
 Atiyya bin Saad
 Fatimah binti Sirin
 Hasan al-Bashri
 Iyas bin Muawiyah al-Muzani
 Masruq bin al-Ajda'
 Muhammad bin al-Hanafiya
 Muhammad bin Wasi' al-Azdi

 Muhammad bin SirinAbdul Rahman bin abdillah


 Abu Hanifah
 Abu Muslim al-Khawlani
 Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman
 Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr
 Al-Rabi bin Khuthaym
 Ali Akbar
 Ali bin Abu Talha
 Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin)
 Alqama bin Qays al-Nakha'i
 Amir bin Shurahabil ash-sha'bi
 Ata bin Abi Rabah
 Atiyya bin Saad
 Fatimah binti Sirin
 Hasan al-Bashri
 Iyas bin Muawiyah al-Muzani
 Masruq bin al-Ajda'
 Muhammad bin al-Hanafiya
 Muhammad bin Wasi' al-Azdi
 Muhammad bin Sirin

Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik
bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
Tokoh-tokoh Tabi’ut Tabi’in.

1. Abd al-Rahman al-Ghafiqi

2. Imam Hanbal

3. Ja'far ash-Shadiq

4. Malik bin Anas

5. Imam Asy-Syafi'i

6. Tariq bin Ziya

BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH

 kata salaf secara bahasa

SALAF secara bahasa Arab artinya setiap amalan shalih yang telah lalu;
segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek
moyang atau kerabat (Lihat Qomus Al Muhith, Fairuz Abadi). Secara istilah, yang
dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik,
seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

َ ‫ُور َع ْنإِب َْراهِي َم َع ْن َع ِبيدَ ة ََع ْن َع ْبدِاللَّ ِه َرضِ َياللَّ ُه َع ْنهُأ َ َّنال َّن ِب َّي‬
‫صلَّىاللَّه َُعلَي ِْه َو َسلَّ َم َقالَ َخ ْيرُال َّناسِ َقرْ ن ُِيثمَّالَّذِي َن َيلُو َن ُه ْم ُث‬ ٍ ‫ِيرأَ ْخ َب َر َنا ُس ْف َيا ُن َع ْن َم ْنص‬
ٍ ‫َح َّد َث َنام َُح َّم ُد ْب ُن َكث‬
‫مَّالَّذِي َن َيلُو َنهُمْ ُث َّم َي ِجي ُء َق ْو ٌم َتسْ ِبقُ َش َهادَ ةُأَ َح ِدهِمْ َيمِي َنه َُو َيمِي ُن ُه َش َهادَ َت ُه َقاإَل ِب َْراهِيم َُو َكا ُنوا َيضْ ِربُو َن َنا َعلَىال َّش َها َدة َِو ْال َع ْهد َِو َنحْ ُنصِ غَا ٌر‬

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada


kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu
'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Sebaik-baik manusia
adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang
yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata;
"Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang
janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan
persaksian) ".
Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu,
keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan.Seorang pakar bahasa Arab Ibnu
Manzhur mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu
nenek moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan
keutamaan.Oleh karenanya maka generasi awal yang mengikuti para sahabat
disebut dengan salafush shalih (pendahulu yang baik).”Makna semacam ini serupa
dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah yang artinya, “Maka tatkala
mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan
mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai salaf (pelajaran) dan
contoh bagi orang-orang kemudian.” (QS. Az Zukhruf: 55-56).

 kata salaf menurut para ulama

>Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat
Nabi saja.

>Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat
Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).

>Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-
277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama
ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.

>Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada
di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Jejak Salafus Shalih yang Menggetarkan Hati

Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam.Sebab itulah kita
dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak salafus shalih
yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu menomersatukan ketakwaan,
menjauhi hal syubhat  dan syahwat, serta mereka sering menangisi diri sendiri yang
belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam
kitabnya Mauidzatul Mu’minin:

‫كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات† والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات‬

Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang
belum tentu diridhai Allah

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


ْ ‫ِين ُن َولِّ ِه َما َت َولَّى َو ُنصْ ِل ِه َج َه َّن َم َو َسا َء‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ِ ‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْالهُدَى َو َي َّت ِبعْ غَ ي َْر َس ِب‬

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

ٍ ‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬


‫ت َتجْ ِري‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ين َواأل ْن‬ َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬
َ ُ‫ون األوَّ ل‬َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
َ ِ‫ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل‬
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫َتحْ َت َها األ ْن َها ُر َخالِد‬

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara


orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-
Taubah : 100]
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan
selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi
siapa yang mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah

1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wasallam telah bersabda,

َ ‫ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن‬


،‫ون‬ َ ‫ ُث َّم إِنَّ َبعْ دَ ُك ْم َق ْومًا َي ْش َهد‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد‬
َ ‫ َو َي ُخو ُن‬، ‫ُون‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫َخ ْي ُر أُ َّمتِي َقرْ نِي‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
ِ ‫ َو َي ْظ َه ُر ف‬،‫ون‬
ُ‫ِيه ُم ال ِّس َمن‬ َ ‫َو َي ْن ُذر‬
َ ُ‫ُون َوالَ َيف‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))

2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ ثنتان وسبعون‬،‫ وإن هذه الملة ستفترق على ثالث وسبعين‬،‫أال إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة‬
‫ وهي الجماعة‬،‫ وواحدة في الجنة‬،‫في النار‬

Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”

[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin
Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-
204)]
Dalam riwayat lain disebutkan:

‫ما أنا عليه وأصحابي‬

Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73
golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah
dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).

3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu


Alaihi Wasallam bersabda,

َ ‫ِين ْال َم ْه ِدي‬


‫ َوإِيَّا ُك ْم‬،ِ‫ِّين ُعضُّوا َعلَ ْي َها ِبال َّن َوا ِجذ‬ َ ‫ َف َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ د‬،‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا‬
ْ ‫َفإِ َّن ُه َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك ْم َف َس َي َرى‬
‫ضاَل لَ ٌة‬ ُ ِ ‫»ومُحْ دَ َثا‬
ِ ‫ت اأْل م‬
َ ‫ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬ َ

Artinya:

“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham,
dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena
sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang hidup
sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

BAB V

AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI,PENEGAKAN SERTA KEADILAN


HUKUM DALAM ISLAM.

Penegakan Hukum

Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat tergantung penguasa
bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga
Negara ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis
juga tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika sistem
pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi
pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental
mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan kelambanan
(kasus “hotel bintang” di Lapas).

Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu
berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah
mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut
menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka
kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum. Kaidah
hukum atau peraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara
kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu.
Dalam hal penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah
seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas
diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan
petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya baik tetapi
petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk, maka kualitas
petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana tidak cukup
memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga negara
atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada peraturan.
Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah,
hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.

Keadilan

Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan
sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang
harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus
diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan
implementasi hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan
pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak
hukum.

Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia sangat
penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk penjahat
(pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada yang cenderung
bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus bertindak
mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan malah berlaku
zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan masyarakat,
terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat naluri
saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnya tidak bersifat mutlak. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik
harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,
sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan
kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan
memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat.

Hukum dan Keadilan Dalam Islam


Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan,
ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata berlaku dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang
maju dalam berjama’ah (Society).

Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin,
yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan
berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya
problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw,
meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna
memecahkan persoalan-persoalan.

Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-


tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua
anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi
dalam Negara
Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri
kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di
masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan
lebih terhadap orang yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah,
sehingga rakyat banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini
keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya
Political Science and Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan
Demokrasi (1999) yaitu, yakni;
a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equalit)

b. setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil

c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan
d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik

Pertama, memutuskan perkara secara adil. Rasulullah SAW bersabda,


"Barang siapa yang menjadi hakim lalu menghukumi dengan adil, niscaya
ia akan dijauhkan dari keburukan." (HR Tirmidzi).

Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua
di neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak
benar, padahal ia mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka.
Seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka ia
masuk neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan benar maka
ia masuk surga." (HR Tirmidzi).

Ketiga, tidak meminta jabatan hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang


siapa mengharap menjadi seorang hakim maka (tugas dan tanggung
jawab) akan dibebankan kepada dirinya. Dan barang siapa tidak
menginginkannya maka Allah akan menurunkan malaikat untuk menolong
dan membimbingnya dalam kebenaran." (HR Tirmidzi).

Keempat, jangan silau menjadi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Barang


siapa yang diberi jabatan hakim atau diberi kewenangan untuk
memutuskan suatu hukum di antara manusia, sungguh ia telah dibunuh
tanpa menggunakan pisau." (HR Tirmidzi).

Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat
penegak hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan
keadilan. keadilan disesuaikan dengan berbagai undang-undang dan
peraturan baku yang bersifat tekstual-yuridis dan mesti ditegakkan oleh
para penegak hukum. Maka hukum digunakan sebagai perangkat untuk
menemukan dan menegakkan keadilan teori keadilan menurut ajaran
Islam, yaitu apa yang tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, yaitu Surat An
Nisa ayat 58 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
DAFTAR PUSTAKA

1.ichakhoirunisa03.wordpress.com. icha Khoirunisa. Artikel Tentang Tauhid. 13


Oktober 2017. diakses dari https://ichakhoirunisa03.wordpress.com/2017/10/13/artikel-
tentang-tauhid/

2.www.seputarpengetahuan.co.id. Seputar Pengetahuan. Tauhid Adalah : Pengertian


dan Macam-Macam. Agustus 2020. diakses dari
https://www.seputarpengetahuan.co.id/ 2020/07/tauhid-adalah.html

3.umma.id. Umma. Pengertian Tauhid dan Pembagiannya dalam Islam. Diakses dari
https://umma.id/post/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya-dalam-islam-375142?
lang=id

4.www.pesantrenalirsyad.org. Pesantren Al-Irsyad. Tauhid dan Pembagiannya. 21


Desember 2010. Diakses dari https://www.pesantrenalirsyad.org/tauhid-dan-
pembagiannya/

5.wikimuslim.or.id. Wiki Muslim. Tauhid. diakses dari https://wikimuslim.or.id/tauhid/

6.quranic2016.wordpress.com. Quranic Quotient. DefinisiI Al-Qur’an Dan Hadist Dan


Kedudukan Dalam Bidang Ilmu Keislaman. 21 Juni 2013. diakses dari https://quranic
2016.wordpress.com/2013/06/21/definisi-al-quran-dan-hadits-dan-kedudukannya-
dalam-bidang-ilmu-keislaman/

7.irvansyahfa.blogspot.com . irvan Syahfa. Pengertian dan fungsi Al-quran dan Hadits.


Selasa, 12 Maret 2013. diakses dari http://irvansyahfa.blogspot.com/2013/03/
pengertian-dan-fungsi-al-quran-dan.html

8.qurandansunnah.wordpress.com. Qur’an Dan Sunnah. Tiga Generasi Terbaik Umat


Manusia. 20 Agustus 2009. Diakses dari
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29//tiga-generasi-terbaik-umat-
manusia/

9.ibtimes.id. Ibitimes. Golongan Umat Islam Dalam Menjalankan Ajaran Islam. Diakses
dari https://ibtimes.id/tiga-golongan-umat-islam-dalam-menjalankan-ajaran-islam/

10.republika.co.id. Republika. Pesan Rasulullah Untuk Penegak Hukum. Diakses dari


republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/1611/25/oh6pth313-4-pesan-rasulullah-
untuk-penegak-hukum
11.Majalah ilmu diakses darihttp://islamicandmedicalupdetes.blogspot

12.Asy syariah diakses dari online www.asysyariah.com

13.Abdussalam bin Salim al-Suhaimi, Menjadi Salaf Sejati, Terj” Abu Muhammad
Harits Abror Thalib, Pustaka al-Haura’, Yogyakarta, 1429 H.
14. Abdul Salam bin Barjas, Sikap Politik Ahlul Sunnah waj Jama’ah Terhadap
Pemerintah, Terj” Abdul Rahman, Pustaka al Salaf, Solo, 1999.15.Pustaka Acuan
Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, 2005.

16. Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.
17. Hutabarat, Ramly Hukum dan Demokrasi menurut M.Natsir, Biro Riset DDII
Jakarta, 1999.
18. Soekamto, Soeryono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Radja
Gravindo Persada, Jakarta 1993
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai