Di susun Oleh:
Nama : BAIQ RABIATUL ADAWIYAH
Nim : C1G020058
Fakultas&Prodi: PERTANIAN/AGRIBISNIS
Smester : 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
T. A .2020/ 2021
i
KATAPENGANTAR
NIM : C1G020058
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1-6
BAB II.Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 7-9
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9-15
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 15-20
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 20-23
DAFTAR PUSTAKA 24-25
LAMPIRAN 26
iii
BAB I
pengertian Tauhid
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung
dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya
amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.Adapun yang
dimaksud syarat adalah apa-apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan
harus sampai akhir pelaksanaan.Hal ini berhubungan dengan niat sesorang. Jika
seseorang melakukan sesuatu hanya Allah, maka syarat untuk di terima ialah niat
karena Allah tersebut harus tetap sama sampai akhir. Disamping itu, jika apa yang
dilaksanakan sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, maka kemungkinan besar
amalan tersebut diterima sebagai ibadah di hadapan Allah. Dan sebaliknya, jika apa-
apa yang dilakukan di landaskan selain karena Allah, atau ternyata niatnya sudah
karena Allah tetapi ditengah-tengah niatnya berubah maka sudah barang tentu amalan
tersebut tertolak di hadapan Allah walaupun sudah sesuai tuntunan Rasulullah.
Tauhid adalah keyakinan bahwa Tuhan penguasa Alam semesta hanyalah satu,
tidak beranak, tidak beristri, tidak bersaudara.Satu, dan hanya Allah SWT. Tauhid
secara bahasa artinya keesaan, mengesakan Tuhan.Mengesakan Tuhan berarti
menyakini bahwa Tuhan itu Maha Esa.Tuhan Maha Esa itu ialah Allah SWT. Dan ilmu
tauhid ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas yentang segala sesuatu
kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dailil–dalil keyakinan dan hukum dalam
islam termasuk hukum tentang mempercayakan Allah itu esa.
Tauhid juga merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa
arab yaitu “wahhada-yuwahhidu-tauhiidan” yang artinya menunggalkan sesuatu atau
keesaan. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa.Sedangkan
secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-
kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam
termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada
pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-
sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin
terdapat pada mereka.
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting
dan paling utama. Allah SWT berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan
Allah.” (Q.S. Muhammad: 19)
Tauhid menurut Islam ialah tauhid I,tiqadi-„ilmi (keyakinan teoritis) dan Tauhid
amali-suluki (tingkahlaku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara ketauhidan
teoritis dan ketauhidan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid
bentuk makrifat (pengetahuan), itsbat (pernyataan), I‟tiqad (keyakinan), qasd (tujuan)
dan iradah (kehendak).
Jenis-jenis Tauhid
Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb
ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mencipta, memelihara, memperbaiki, mengelola, memiliki
dan lain-lain. Secara Terminolgis Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa
Allah Swt adalah Tuhan pencipta semua mahluk dan alam semesta.Dia-lah
yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan hidup serta mengendalikan
segala urusan.Dia yang memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan
dan kehinaan. Tauhid Rububiyah ini tergambar dalam ayat al-Quran antara
lain QS. al-Baqarah21-22
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.“
Tauhid Mulkiyah
Kata mulkiyah berasal dari kata malaka. Isim fa‟ilnya dapat dibaca dengan
dua macam cara: Pertama, malik dengan huruf mim dibaca panjang; berarti yang
memiliki, kedua, malik dengan huruf mim dibaca pendek; berarti, yang menguasai.
Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah
swt., adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki dan menguasai seluruh mahluk
dan alam semesta. Keyakinan Tauhid Mulkiyah ini tersurat dalam ayat-ayat al-
Quran seperti berikutini:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada dalamnya, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu “ ( QS. al-Maidah ; 120 )
Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah adalah masdar dari kata alaha yang mempunyai arti
tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Namun makna yang paling
mendasar adalah abada, yang berarti hamba sahaya (abdun), patuh dan tunduk
(ibadah), yang mulia dan agung (al-mabad), selalu mengikutinya (abada bih).
“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku
TauhidUbudiyah
Kata „ubudiyah berasal dari akar kata abada yang berarti menyembah,
mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat dan patuh, memuja, yang diagungkan (al-
ma‟bud.)Dari akar kata diatas, maka diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah
suatu keyakinan bahwasanya Allah Swt. Merupakan Tuhan yang patut disembah,
ditaati, dipuja dan diagungkan.Tiada sesembahan yang berhak dipuja manusia
melainkan Allah semata. . Tauhid Ubudiyah tercermin dalam ayat dibawah ini:
Keistimewaan Tauhid
Tauhid memiliki keistimewaan dan keutamaan yang sangat banyak, yang menunjukkan
akan tingginya kedudukan tauhid. Di antara keistimewaan tauhid adalah sebagai
berikut: [59]
Allah berfirman :
Maksudnya, bahwa dakwah seluruh para Nabi terpusat dan tegak di atas tauhid. Allah
berfirman,
َّ َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة رَّ سُواًل أَ ِن اعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا
َالطا ُغوت
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” [61]
Maka hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang manusia untuk masuk ke dalam
agam Islam adalah tauhid. Demikian pula hal pertama yang wajib didakwahkan oleh
seorang pendakwah adalah tauhid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah.” [62] [63]
4. Tauhid adalah sebab untuk mendapatkan keamanan dan petunjuk di dunia dan
akhirat
Allah berfirman,
Berbeda dengan akidah dan keyakinan lainnya, pasti akan terdapat kontradiksi dan
kebingungan bagi para pemeluknya. Hal ini karena tauhid bersumber pada Al-Quran
yang berasal dari Allah. Sedangkan akidah dan keyakinan lain berasal dari makhluk.
Dan Allah telah berfirman,
“Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” [65]
6. Tauhid adalah keyakinan yang sesuai dengan fitrah dan akal yang sehat
َ َك َما ُت ْن َت ُج ْال َب ِهي َم ُة َب ِهي َم ًة َج ْم َعا َ†ء َه ْل ُت ِحس، َفأ َ َب َواهُ ُي َهوِّ دَ ا ِن ِه أَ ْو ُي َنص َِّرا ِن ِه أَ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِ†ه، َما مِنْ َم ْولُو ٍد إِالَّ يُولَ ُد َعلَى ْالف ِْط َر ِة
ُّون فِي َها
مِنْ َج ْد َعا َء
“Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan dilahirkan di atas fitrah.Lalu
kedua orang tuanya menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi.Sebagaimana
binatang ternak mengeluarkan anak yang sempurna, apakah kamu mendapati cacat
(telah terpotong sebagian anggota tubuhnya) padanya?” [66] [67]
Demikianlah anak manusia yang dilahirkan.Dia berada dalam keadaan fitrah sampai
orang tuanya yang menyimpangkan anak tersebut dari fitrahnya. Dan dalam hadits ini
Rasulullah n tidak mengatakan “atau kedua orang tuanya menjadikannya muslim”,
karena agama Islam dan tauhid itulah agama fitrah.
7. Tauhid adalah tali ikatan yang hakiki dan akan terus berlaku di dunia dan akhirat
Allah berfirman,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang
lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” [68]
Maka semua hubungan di antara sesama manusia akan terputus kecuali hubungan
yang dibangun di atas tauhid dan keimanan kepada Allah.
BAB II
Sains dalam pengertian umum yaitu ilmu pengetahuan.Di dalam Al- Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyentuh tengtang Ilmu pengetahuan dan ilmuan, al-
Qur’an sentiasa mengarahkan manusia untuk menggunakan akal fikirannya
memerangi kemukjizatan dan memberi motivasi meningkatkan ilmu
pengetahuan.Selain itu Al-Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadap
ilmuan.Al-Qur’an menyuruh manusia berusaha dan bekerja serta selalu berdo’a agar
ditambah ilmu pengetahuan.Sementara itu Rasulullah memberi pengakuan bahwa
ilmuan itu merupakan pewaris para nabi.9 Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan ulama adalah ilmuan yang mengenali dan mentaati Allah.
Sains dalam pengertian khusus mempunyai peran penting dalam kehidupan seorang
muslim, ia disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan bila diklasifikasikan
maka sains ini termasuk fardu kifayah, karena dapat memberikan dampak positif bagi
peningkatan keimanan seseorang.
Pengertian Al-Quran
Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja
Qoro’a ( )قرأyang bermakna Talaa ( )تالkeduanya berarti: membaca, atau bermakna
Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa
Qur’aanan (وقرآنا قرءا )قرأ. Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah
mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang
dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah
mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum. Qaraa-yaqrau-quraanan
yang berarti bacaan.
Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang
membacanya memperoleh pahala.
Menurut Al-Jurjani :
“Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan
secara mutawattir tanpa keraguan”.
FUNGSI AL-QURAN
Pengertian Al-Hadist
Menurut bahasa hadits adalah jadid, yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti khabar, artinya berita,
yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain. Selain itu, hadits juga berarti qarib, artinya dekat, tidak lama lagi
terjadi.
BAB III
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADIST
اس َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم
ِ َخ ْي ُر ال َّن
Adapun 3 generasi yang dimaksud Rasululah ialah, generasi sahabat, Tabiin, dan
Tabitabiin
A.Pengertian Sahabat
Arti Sahabat
ُث َّم َن َظ َر،ِ َفاصْ َط َفاهُ لِ َن ْفسِ ِه َفا ْب َت َع َث ُه ِب ِر َسالَ ِته،ِب ْال ِع َباد
ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخي َْر قُلُ ْو
َ ب م َُح َّم ٍد َ ب ْال ِع َبا ِد َف َو َجدَ َق ْل
ِ إِنَّ هللاَ َن َظ َر فِي قُلُ ْو
َف َما َرأَى،ِب ْال ِع َبا ِد َف َج َعلَ ُه ْم وُ َز َرا َء َن ِب ِّي ِه ُي َقاتِلُ ْو َن َعلَى ِد ْي ِنهِ ب أَصْ َح ِاب ِه َخي َْر قُلُ ْو ِ ب ْال ِع َبا ِد َبعْ دَ َق ْل
َ َف َو َجدَ قُلُ ْو،ٍب م َُح َّمد ِ فِي قُلُ ْو
ِ َو َما َرأَ ْوا َس ِّي ًئا َفه َُو عِ ْن َد، ٌهللا َح َسن
هللا َس ِّي ٌئ ِ ْالمُسْ لِم ُْو َن َح َس ًنا َفه َُو عِ ْن َد
[1] Yang paling utama di antara mereka adalah khulafa rasyidin yang empat; Abu
Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali, radhiyallahu’anhum al jamii’. Mereka adalah orang
yang telah disabdakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wa salam, “Wajib bagi kalian untuk
mengikuti Sunnahku dan Sunnah khulafa rasyidin yang berpetunjuk sesudahku,
gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.”
[2] Kemudian sesudah mereka adalah sisa dari 10 orang yang diberi kabar gembira
pasti masuk surga selain mereka, yaitu : Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al Jarrah, Sa’ad bin
Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubeir bin Al Awwaam, Thalhah bin Ubaidillah dan
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhum.
[4] Ahlu Bai’ati Ridhwan, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah
ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji
setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan
membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18).
[5] Kemudian para sahabat yang beriman dan turut berjihad sebelum terjadinya Al
Fath. Mereka itu lebih utama daripada sahabat-sahabat yang beriman dan turut
berjihad setelah Al Fath. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tidaklah sama antara
orang yang berinfak sebelum Al Fath di antara kalian dan turut berperang. Mereka itu
memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang berinfak sesudahnya dan
turut berperang, dan masing-masing Allah telah janjikan kebaikan (surga) untuk
mereka.” (QS. Al Hadid : 10). Sedangkan yang dimaksud dengan Al Fath di sini adalah
perdamaian Hudaibiyah.
[7] kemudian kaum Anshar. Sebab Allah telah mendahulukan kaum Muhajirin sebelum
Anshar di dalam Al Qur’an, Allah subhanahu berfirman (yang artinya), “Bagi orang-
orang fakir dari kalangan Muhajirin yang diusir dari negeri-negeri mereka dan
meninggalkan harta-harta mereka karena mengharapkan keutamaan dari Allah dan
keridhaan-Nya demi menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang
yang benar.” (QS. Al Hasyr :
[8]. Mereka itulah kaum Muhajirin. Kemudian Allah berfirman tentang kaum Anshar,
Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut (Anshar) dan beriman sebelum
mereka juga mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di
dalam hati mereka tidak ada rasa butuh terhadap apa yang mereka berikan dan
mereka lebih mengutamakan saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun
mereka juga sedang berada dalam kesulitan. Dan barangsiapa yang dijaga dari rasa
bakhil dalam jiwanya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr
[9]Allah mendahulukan kaum Muhajirin dan amal mereka sebelum kaum Anshar dan
amal mereka yang menunjukkan bahwasanya kaum Muhajirin lebih utama. Karena
mereka rela meninggalkan negeri tempat tinggal mereka, meninggalkan harta-harta
mereka dan berhijrah di jalan Allah, itu menunjukkan ketulusan iman mereka…” (Ta’liq
‘Aqidah Thahawiyah yang dicetak bersama Syarah ‘Aqidah Thahawiyah Darul ‘Aqidah,
hal. 492-494)
B.Pengertian tabi’in
Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik
bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
Tokoh-tokoh Tabi’ut Tabi’in.
2. Imam Hanbal
3. Ja'far ash-Shadiq
5. Imam Asy-Syafi'i
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH
SALAF secara bahasa Arab artinya setiap amalan shalih yang telah lalu;
segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek
moyang atau kerabat (Lihat Qomus Al Muhith, Fairuz Abadi). Secara istilah, yang
dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik,
seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
َ ُور َع ْنإِب َْراهِي َم َع ْن َع ِبيدَ ة ََع ْن َع ْبدِاللَّ ِه َرضِ َياللَّ ُه َع ْنهُأ َ َّنال َّن ِب َّي
صلَّىاللَّه َُعلَي ِْه َو َسلَّ َم َقالَ َخ ْيرُال َّناسِ َقرْ ن ُِيثمَّالَّذِي َن َيلُو َن ُه ْم ُث ٍ ِيرأَ ْخ َب َر َنا ُس ْف َيا ُن َع ْن َم ْنص
ٍ َح َّد َث َنام َُح َّم ُد ْب ُن َكث
مَّالَّذِي َن َيلُو َنهُمْ ُث َّم َي ِجي ُء َق ْو ٌم َتسْ ِبقُ َش َهادَ ةُأَ َح ِدهِمْ َيمِي َنه َُو َيمِي ُن ُه َش َهادَ َت ُه َقاإَل ِب َْراهِيم َُو َكا ُنوا َيضْ ِربُو َن َنا َعلَىال َّش َها َدة َِو ْال َع ْهد َِو َنحْ ُنصِ غَا ٌر
>Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat
Nabi saja.
>Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat
Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
>Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-
277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama
ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
>Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada
di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam.Sebab itulah kita
dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak salafus shalih
yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu menomersatukan ketakwaan,
menjauhi hal syubhat dan syahwat, serta mereka sering menangisi diri sendiri yang
belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam
kitabnya Mauidzatul Mu’minin:
كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات† والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات
Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang
belum tentu diridhai Allah
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))
ثنتان وسبعون، وإن هذه الملة ستفترق على ثالث وسبعين،أال إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة
وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،في النار
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin
Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-
204)]
Dalam riwayat lain disebutkan:
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73
golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah
dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
Artinya:
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham,
dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena
sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang hidup
sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.
BAB V
Penegakan Hukum
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat tergantung penguasa
bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga
Negara ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis
juga tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika sistem
pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi
pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental
mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan kelambanan
(kasus “hotel bintang” di Lapas).
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu
berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah
mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut
menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka
kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum. Kaidah
hukum atau peraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara
kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu.
Dalam hal penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah
seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas
diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan
petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya baik tetapi
petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk, maka kualitas
petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana tidak cukup
memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga negara
atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada peraturan.
Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah,
hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.
Keadilan
Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan
sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang
harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus
diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan
implementasi hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan
pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak
hukum.
Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia sangat
penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk penjahat
(pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada yang cenderung
bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus bertindak
mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan malah berlaku
zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan masyarakat,
terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat naluri
saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnya tidak bersifat mutlak. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik
harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,
sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan
kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan
memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat.
Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin,
yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan
berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya
problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw,
meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna
memecahkan persoalan-persoalan.
c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan
d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik
Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua
di neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak
benar, padahal ia mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka.
Seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka ia
masuk neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan benar maka
ia masuk surga." (HR Tirmidzi).
Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat
penegak hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan
keadilan. keadilan disesuaikan dengan berbagai undang-undang dan
peraturan baku yang bersifat tekstual-yuridis dan mesti ditegakkan oleh
para penegak hukum. Maka hukum digunakan sebagai perangkat untuk
menemukan dan menegakkan keadilan teori keadilan menurut ajaran
Islam, yaitu apa yang tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, yaitu Surat An
Nisa ayat 58 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
DAFTAR PUSTAKA
3.umma.id. Umma. Pengertian Tauhid dan Pembagiannya dalam Islam. Diakses dari
https://umma.id/post/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya-dalam-islam-375142?
lang=id
9.ibtimes.id. Ibitimes. Golongan Umat Islam Dalam Menjalankan Ajaran Islam. Diakses
dari https://ibtimes.id/tiga-golongan-umat-islam-dalam-menjalankan-ajaran-islam/
13.Abdussalam bin Salim al-Suhaimi, Menjadi Salaf Sejati, Terj” Abu Muhammad
Harits Abror Thalib, Pustaka al-Haura’, Yogyakarta, 1429 H.
14. Abdul Salam bin Barjas, Sikap Politik Ahlul Sunnah waj Jama’ah Terhadap
Pemerintah, Terj” Abdul Rahman, Pustaka al Salaf, Solo, 1999.15.Pustaka Acuan
Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, 2005.
16. Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.
17. Hutabarat, Ramly Hukum dan Demokrasi menurut M.Natsir, Biro Riset DDII
Jakarta, 1999.
18. Soekamto, Soeryono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Radja
Gravindo Persada, Jakarta 1993
LAMPIRAN