Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK


ACARA III
PENETAPAN KADAR NaOH dan Na2CO3 DALAM SAMPEL
(TITRASI ASAM BASA)

DISUSUN OLEH :
NURUL FITRIANI PARHAN
G1C019055

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ACARA III
PENETAPAN KADAR NaOH dan Na2CO3 DALAM SAMPEL
(TITRASI ASAM BASA)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Dapat membuat latutan asam klorida 0,1 N.
b. Dapat melakukan standarisasi larutan asam klorida dengan natrium
tetraborat.
c. Dapat menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel dengan
titrasi.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 22 Oktober 2020
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Oleokimia dan Analitik, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pegetahu an Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Titrasi asam basa meliputi reaksi asam basa baik kuat maupun lemah.
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekuivalen
antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau
basa kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104.
Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara
drastis apabila volume titrasinya mencapai titik ekuivalennya (Khopkar, 1990
: 41).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
flouresen  atau  kekeruhan pada suatu proyek pH tertentu. Indikator asam-
basa terletak pada ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat
berupa asam atau basa,  larut,  stabil dan menunjukkan perubahan yang kuat
serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh
resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi
yang berbeda. Secara garis besar, indikator asam basa dapat diklasifikasi
dalam tiga golongan yaitu indikator fenolftalein, indikator sul foftalein dan
indikator azo (Rivai, 2006 : 102).
Indikator alami yang disiapkan dari ekstrak etanol dari combretum
indicum. Dua asam (HCl dan CH 3COOH) dan dua basa (NaOH dan NH 4OH)
dipilih untuk titrasi asam basa 0,1 N; 0,5 N; 1 N; dan 5 N kekuatan asam basa
ini disiapkan. Intensitas warna ekstrak etanol dari cembretum indicum dan
keduanya combretaceae dibandingkan dengn PP, MM, MO, indikator
campuran, dan indikator lain, dievaluasi dengan asam kuat-basa kuat, asam
kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, dan asam lemah-basa lemah. Titrasi
akhir diperoleh oleh ekstrak bunga bertepan dengan titik akhir yang diperoleh
oleh standar indikator. Penggunaan indikator alai karena mudah tersedia,
ramah lingkungan dan sederhana (Mane, dkk, 2016).
Pengujian pada titrasi asam basa titrasi asam kuat dengan basa kuat
menunjukkan titrasi dengan HCL dan NaOH 0,1 M menggunakan ekstrak
dadap merah terlihat titik ekuivalen tercapai pada saat penambahan volume
titer 19,8 mol dengan pH 10,03 dan perubahan warna dari merah muda
menjadi bening kebiruan. Untuk hasil titrasi dengan indikator fenolftalein
sebagai pembanding terlihat pada titik ekuivalen tercapai pada saat volume
titrasi 19,4 mL dengan pH 9,54 dan perubahan warna dari titik berwarna biru
menjadi ungu. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat yaitu penggunaan
CH3COOH 0,1 M dan n NaOH 0,1 N menggunakan ekstrak bunga dadap
merah mencapai titik ekuivalen pada volume 19,8 mL dan pH 10,05 dan
merah muda menjadi coklat penambahan indikator fenolftalein mencapai titik
ekuivalen pada volume 19,5 mL dan pH 9,47 dan perubahan warna dari
bening menjadi biru (Rahmawati, dkk., 2016).
Titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan dengan
pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan. Alkalimetri
adalah metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang
direaksikan dengan larutan baku bersifat basa. Antasida merupakan obat yang
dapat digunakan untuk mengatasi gangguan lambung akibat dari produksi
asam lambung yang berlebih. Kandungan zat aktifnya adalah campuran dari
magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida yang merupakan basa
lemah sehingga bereaksi dengan asam. Metode yang digunakan alkalimetri
dengan teknik titrasi kembali yaitu sampel ditambahkan asam secara berlebih
supaya bereaksi dengan antasida dan kelebihan asam dititrasi menggunakan
natrium hidroksida dengan larutan fenolftalein sebagai indicator (Ulfa, 2016).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Buret 50 mL
c. Corong kaca
d. Erlenmeyer 100 mL
e. Gelas arloji
f. Gelas kimia
g. Klem
h. Labu ukur 50 mL
i. Pipet tetes
j. Pipet volume 10 mL
k. Rubber bulb
l. Statif
m. Timbangan Analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Indikator fenoftalein (C20H14O4)
c. Indikator metil orange (C14H14N3NaO3S)
d. Larutan asam klorida (HCl) 32,5%
e. Larutan sampel (NaOH + Na2CO3)
f. Padatan natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) anhidrat
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N dari HCl pekat
1 mL HCl pekat 32,5%
 Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
 + Aquades sampai batas labu ukur 100 mL
Hasil
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan Na2B4O7.10H2O
0,4 gram Na2B4O7.10H2O
 Dimasukkan ke dalam gelas kimia
 Dilarutkan dengan aquades sampai larut
 Diencerkan dengan labu ukur sampai 50 mL
Hasil
 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
 + 2 tetes indikator MO (metil orange)
Hasil
 Dititrasi dengan HCl
Hasil
3. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel
25 mL larutan sampel
 Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
 + 2 tetes indikator PP
Hasil
 Dititrasi dengan HCl sampai warna pink hampir hilang
Hasil
 + 2 tetes indikator MO (metil orange)

Hasil
 Ditirasi kembali dengan HCl sampai terjadi perubahan
warna
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan Perubahan Warna
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
.
1. Pembuatan larutan 0,1 N
dari HCl pekat
 1 mL HCl pekat  Warna awal HCl pekat = bening
diencerkan hingga 100  Warna campuran HCl + aquades =
mL bening

2. Standarisasi larutan HCl


0,1 N dengan
Na2B4O7.10H2O
 0,4 gram  Warna awal Na2B4O7.10H2O = putih
Na2B4O7.10H2O  Warna awal aquades = bening
diencerkan hingga 50  Warna campuran = bening
mL

 + 2 tetes indikator MO  Warna indikator MO = orange


 Wujud indikator MO = cair

 Dititrasi dengan HCl  Volume HCl yang digunakan untuk


titrasi sebesar 23 mL

3. Penentuan kadar NaOH


dengan Na2CO3 dalam
sampel
 + 25 mL larutan  Warna sampel = bening
sampel + 2 tetes  Warna indikator PP = bening
indikator PP  Warna campuran = ungu
 Dititrasi pertama  Volume HCl yang digunakan 6,7 mL
dengan HCl
 + 2 tetes  Warna awal = bening
indikator MO  Warna campuran = orange

 Titrasi kedua  Volume HCl yang digunakan 3,8 mL


dengan HCl  Warna larutan = orange kemerahan

2. Tabel pengamatan volume titrasi


No. Percobaan Hasil pengamatan
1. Standarisasi larutan HCl 0,1 N  VHCl = 23 mL
dengan Na2B4O7. 10H2O
2. Penentuan kadar NaOH dan  VHCl(a) = 6,7 mL
Na2CO3 dalam sampel  VHCl(b) = 3,8 mL
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. HCl(aq) pekat + H2O(l) → HCl(aq) encer + H2O(l)
b. Na2B4O7.10H2O(s) + H2O(l) → Na2B4O7.11H2O(aq)
c. Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl → 2NaCl(aq) + H2B4O7.10H2O(aq)
d. NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
e. Na2CO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + NaHCO3(aq)
f. NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
2. Perhitungan
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Diketahui : MrHCl = 36,5 gram/mol
VHCl = 100 mL
% HCl = 32.5%
= 0,325
NHCl = 0,1 N
ρHCl = 1190 gram/L
Ditanya : VHCl pekat ……?
Penyelesaian :
%HCl x ρ HCl
 N =
Mr HCl
0,325 x 1190 gram/L
N =
36,5 gram/mol
= 10,5958 N
(VxN)HCl pekat = (VxN)HCl
V HCl x N HCl
 VHCl pekat =
N HCl pekat
100 mL x 0,1 N
=
10,5958
= 0,9438 mL
b. Standarisasi larutan HCl
Diketahui :
mg Na2B4O7.10H2O = 400 mg
MrNa2B4O7.10H2O = 382 gram/mol
VaNa2B4O7.10H2O =2
VNa2B4O7.10H2O = 50 mL
VHCl = 23 mL
Ditanya : NHCl……?
Penyelesaian:
Mr Na 2 B 4 O7.10 H 2O
 BENa2B4O7.10H2O =
Va Na2 B 4 O 7.10 H 2 O
382 gram/mol
=
2

= 191 gram/mol

mg Na 2 B 4 O7.10 H 2O
 NNa2B4O7.10H2O =
( BE xV ) Na2 B 4 O7.10 H 2O
400 mg
=
191 g/molx 50 mL

= 0,0419 N

 Mek Na2B4O7.10H2O = Mek HCl


(NxV)Na2B4O7.10H2O = (NxV) HCl

( NXV ) Na 2 B 4 O7.10 H 2O
NHCl =
V HCl

0,0419 N x 50 mL
=
23 mL

= 0,091 N

c. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel


Diketahui:
Mr NaOH = 40 gram/mol
Mr Na2CO3 = 106 gram/mol
Valensi NaOH =1
Valensi Na2CO3 =2
N HCl = 0,091 N
Va = 3,8 mL
Vb = 6,7 mL
Ditanya : Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel ……?
Penyelesaian:
 Mek NaOH = Mek HCl
mg
( ) NaOH = (NxV) HCl
Be
Mr NaOH
mg NaOH = N HCl x V HCl (a-b) x
Valensi NaOH
40 gram/mol
= 0,091 N x | 3,8 – 6,7 | x
1
= 10,556 mg
 Mek Na2CO3 = Mek HCl
mg
Na2CO3 = (NxV) HCl
BE
Mr Na2 CO 3
mg Na2CO3 = N HCl x V HCl (2b) x
Valensi Na 2 CO 3
106 gram/mol
= 0,091 N x (2 x 3,7 mL) x
2
= 64,628 mg
 Kadar NaOH
massa NaOH
Kadar NaOH = x 100%
massa NaOH + massa Na 2CO 3
10,556 mg
= x 100%
10,556 mg+ 64,628mg
= 14,04%
 Kadar Na2CO3
massa Na2 CO 3
Kadar Na2CO3 = x 100%
massa Na 2CO 3+massa NaOH

64,628 mg
= x 100%
64,628 mg+10,556 mg

= 85,96%

G. PEMBAHASAN
Titrasi ialah salah satu metode kimia untuk dapat menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya itu sudah
diketahui. Titrasi dibagi dalam empat yaitu titrasi redoks sesuai dengan
namanya titrasi redoks merupakan jenis titrasi dengan reaksi redoks, secara
umum terdapat tiga macam titrasi redoks yaitu titrasi iodometri titrasi
iodimetri dan dititrasi permanganometri. Kedua titrasi kompleksasi
merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi atau juga pembentukan ion
kompleks, biasanya digunakan untuk dapat menganalisa kadar logam pada
larutan sampel yang dapat membentuk kompleks dengan larutan standar yang
biasanya itu merupakan ligan. Ketiga titrasi asam basa ialah metode analisis
kuantitatif yang berdasarkan reaksi asam basanya, indikator yang digunakan
ialah yang dapat memprofilkan perubahan warna pada trayek pH tertentu.
Dan keempat titrasi argentometri merupakan jenis titrasi yang digunakan
khusus untuk reaksi pengendapan titik prinsip umumnya mengenai kelarutan
serta juga tetapan hasil kali kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi norma
secara umum metode titrasi argentometri terdapat tiga macam yaitu metode
mohr, metode volhard, dan metode fajans.
Titrasi asam basa merupakan teknik yang banyak digunakan untuk
menetapkan secara tepat konsentrasi asam basa suatu larutan. Untuk titrasi
asam basa biasanya disiapkan larutan asam basa dari konsentrasi yang
diinginkan dan kemudian menstandarisasikan salah satunya dengan sebuah
standar primer. Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada
titik ekuivalen antara 4 sampai 10. Prinsip dari titrasi asam basa ini
menerapkan prinsip reaksi asam-basa dimana ketika suatu asam basa
dicampur kan atau direaksikan maka akan terjadi reaksi penetralan yang
menghasilkan suatu garam dan air dengan pH yang netral.
Pada praktikum kali ini tentang penentuan kadar NaOH dan Na2CO3
dalam sampel (titrasi asam-basa) yang bertujuan untuk membuat larutan
larutan HCl 0,1 N, dapat melakukan standarisasi larutan HCl dengan natrium
tetraborat untuk dapat menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel
dengan titrasi. Pada percobaan pertama yang dilakukan yaitu pembuatan
larutan HCl 0,1 N dengan mengencerkan terlebih dahulu HCl pekat
menggunakan aquades, yang dimana pengenceran ini bertujuan agar
konsentrasi HCl menurun. Kemudian larutan tersebutlah yang dijadikan
sebagai larutan standar. Menggunakan 1 mL HCl pekat.
Pada percobaan kedua yaitu standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan
Na2B4O7.10H2O yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi HCl. Dimana
diketahui bahwa HCl perlu distandarisasi untuk mengetahui normalitas yang
sesungguhnya yang akan dijadikan sebagai titrasi perhitungan dapat akurat.
HCl tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat asam kuat
sedangkan Na2B4O7.10H2O adalah garam dari basa lemah. Penggunaan
natrium tetraborat atau boraks ini sebagai larutan standar primer karena
tingkat kemurnian yang tinggi, stabil, mudah larut dalam air serta mempunyai
massa ekuivalen yang tinggi. Pertama dilakukan pembuatan larutan
Na2B4O7.10H2O dengan melarutkan padatan Na2B4O7.10H2O dalam aquades.
Warna awal padatan Na2B4O7.10H2O adalah putih, namun ketika dilarutkan
dengan aquades membentuk larutan bening. Larutan inilah yang kemudian
dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N. Sebelum dititrasi Na 2B4O7.10H2O
ditambahkan larutan indikator metil orange (MO) setelah penambahan MO
warna larutan Na2B4O7.10H2O berubah menjadi orange. Kemudian sampai
pada titik akhir titrasi ketika terjadinya perubahan warna menjadi berwarna
merah.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kadar NaOH dan Na2CO3
dalam sampel. NaOH biasanya tercemar oleh pengotor dalam jumlah kecil.
Untuk menganalisis campuran senyawa ini dapat digunakan titrasi asam
standar melalui dua tahap, dengan dua kali titrasi, dan dua jenis indikator
yang berbeda, yaitu metil orange (MO) dengan rentang pH 3,1-4,4 serta
indikator pp (fenolftalein) dengan trayek pH 8,3-10,0. Pada tahap awal
dimana larutan sampel ditetesi dengan indikator pp, warna larutan menjadi
ungu hal ini menandakan larutan bersifat basa. Oleh karena itu digunakan
indikator pp, karena indikator ini akan memberikan perubahan warna yang
mencolok pada larutan yang bersifat basa.
Pada saat titrasi awal didapatkan titik akhir titrasi ketika warna larutan
yang awalnya berwarna pink pekat berubah menjadi pink bening.
Dikarenakan adanya reaksi netralisasi antara asam dengan basa yang
menghasilkan garam, untuk mencapai titik akhir titrasi dibutuhkan volume
HCl sebanyak 6,7 mL (Va), setelah dititrasi tahap pertama selesai,
dilanjutkan dengan titrasi tahap kedua. Pada titrasi yang kedua ini digunakan
indikator metil orange, dimana indikator ini akan memnberikan warna pada
larutan yang bersifat asam yang merubah warna larutan menjadi orange.
Warna larutan berubah menjadi orange. Volume HCl yang diperlukan untuk
mencapai titik akhir titrasi adalah 3,8 mL (Vb). Setelah dilakukan
perhitungan analisis data, diperoleh hasil bahwa kadar NaOH sebesar 14,04%
dan kadar Na2CO3 adalah 85,96%.

H. KESIMPULA N
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan HCl 0,1 N dapat dilakukan dengan mengencerkan HCl pekat
32,5 % yang kemudian diencerkan dengan aquades 100 mL. Diperlukan
nilai normalitas HCl pekat sebesar 10,5958 N dan volume HCl pekat
sebesar 0,9438 mL.
2. Pada standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan natrium tetraborat
sebagai larutan standar primernya, membutuhkan volume titrasi sebesar
23 mL dengan diperoleh nilai normalitas larutan HCl pekat sebesar
0,091 N.
3. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel dilakukan dengan
dua tahap titrasi dengan dua indikator yang berbeda, yaitu metil orange
dan indikator PP. Didapatkan kadar NaOH dalam sampel dengan
persentase 14,04% sedangkan kadar Na2CO3 dalam sampel dengan
persentase sebesar 85,96%.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.


Mane, A. H., Dhanashri, S. J., and Vinayak, B. K. (2016). Use of Combretum
Indicum Flower Extract As A Natural Indikator In Acid-Base Titration.
International Journal Of Institusional Pharmacy and Ufe Sciences. 6(3) :
316.
Rahmawati, S., Nurhayati., dan Ratman. (2016). Indikator Asam-Basa Dari Bunga
Dadap Merah (Erythrina Crista-Galili L). Jurnal Akademi Kimia. 5(1) : 32-
33.
Rivai, H. (2006). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.
Ulfa, A. M. (2016). Analisa Kadar Tablet Antasida di Beberapa Apotek Kota
Bandar Lampung Secar a Alkalimetri. Jurnal Kebidanan. 2(1) : 1-6.

Anda mungkin juga menyukai