Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

KI-2122

PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT
MELALUI TITRASI ASAM BASA

Nama Praktikan : Anggi Febrina


NIM : 13010107
Kelompok : 5 (Shift Pagi)
Tanggal Praktikum : 28 September 2011
Tanggal Pengumpulan : 5 Oktober 2011
Nama Asisten : Fanny Aditya
(20511014)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT
MELALUI TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi asam-
basa menggunakan indikator visual.

II. TEORI DASAR


Metode titrasi asam basa dapat digunakan untuk memantau sifat asam atau basa suatu
larutan serta untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam atau basa, baik zat organik maupun
anorganik. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan kadar garam dari asam atau basa
lemah dengan standar basa atau asam kuat.Indikator visual yang digunakan adalah perubahan
warna pada interval titik pH titik ekivalen (TE) sehingga pembacaan jumlah volume harus tepat
dan cermat.
Asam karbonat adalah asam diprotik yang membentuk garam karbonat dan garam
hidrogen karbonat. Kedua garam ini bersifat basa dalam air, sehingga dapat dititrasi oleh asam
kuat secara bertahap. Indikator yang digunakan adalah phenolptalein (pp) dengan trayek pH 8,0
9,6, sedangkan untuk pH rendah (asam), indikator yang cocok yaitu metil jingga dengan trayek
pH 3,1 4,4. Persamaan reaksi yang terjadi antara asam garam karbonat dan garam hidrogen
karbonat dengan asam kuat adalah :
CO32- (aq) + H+ (aq) HCO3- (aq)
HCO32- (aq) + H+ (aq) H2CO3 (aq)

III. CARA KERJA


Dalam penentuan kadar karbonat dan hidrogen karbonat melalui titrasi asam basa, hal
pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan standar natrium karbonat 0.05 M. Setelah zat
diterima, zat ditimbang bersama dengan botolnya, baru kemudian dikurangi massa botol
kosongnya untuk mendapatkan massa Na2CO3 standar kering. Kemudian sampel dilarutkan
dalam labu takar 250 mL.
1
Selanjutnya yaitu pembuatan larutan sampel. Sama seperti dalam pembuatan larutan
standar natrium karbonat, sampel juga dihitung massa keringnya dan kemudian dilarutkan dan
dipindahkan ke dalam labu takar 250 mL, serta diencerkan sampai tanda batas dengan air bebas
mineral dan CO2. Hal selanjutnya yaitu larutan standar HCL 0.5 M diencerkan lima kalinya
dengan menggunakan air bebas mineral.
Larutan standar natrium karbonat sebanyak 25 mL dipipet ke dalam labu erlenmeyer 250
mL, kemudian ditambahkan 50 mL air bebas mineral dan 3 tetes indikator phenoftalein, dan
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar sekunder HCL. Duplo dilakukan dalam titrasi ini.
Kemudian dilakukan hal yang sama dalam titrasi sampel dengan larutan standar sekunder HCL.
Namun, pada titrasi sampel, setelah dilakukan titrasi, indikator metil jingga ditambahkan ke
dalam labu titrasi, kemudian dititrasi lagi dari warna kuning menjadi warna jingga. Dilakukan
duplo untuk percobaan ini.

IV. DATA PENGAMATAN


Penimbangan
Senyawa Massa (gram)
Sampel 1.9196
Na2CO3 1.2609

Titrasi Pembakuan HCl


Indikator : Phenolftalein ( merah tidak berwarna)
Titrasi I (mL) Titrasi II (mL)
Volume HCl 8.6 8.2
Rata-Rata Volume HCl 8.4

Titrasi Penentuan Kadar Sampel


Indikator : Phenolftalein ( merah tidak berwarna)
Titrasi I (mL) Titrasi II (mL)
Volume HCl 7.4 6.6
Rata-Rata Volume HCl 7

Indikator : Metil Jingga ( kuning jingga)


Titrasi I (mL) Titrasi II (mL)
Volume HCl 10.4 11.3
Rata-Rata Volume HCl 10.85

2
V. PERHITUNGAN
Pembakuan HCL
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
nNa2CO3 = nHCl
(V2 / V1) (m / Mr) = MHCl Vt
(25 / 250) (1.26 / 106) = MHCl 8.4 x 10-3
MHCl = 0.14161 M
Penentuan Kadar Karbonat
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
nNa2CO3 = nHCl
(V2 / V1) nNa2CO3 = MHCl Vt
(25 / 250) nNa2CO3 = 0.14161 8,4 10-3)
nNa2CO3 = 9,912735 10-3
mNa2CO3 = nNa2CO3 Mr
= 9,912735 10-3 106 = 1,05075 g
%-mNa2CO3 = (mNa2CO3 / msampel) 100
= (1,05075/ 1,9196) 100 = 54,73%
Penentuan Kadar Sampel
NaHCO3 + HCl Na2CO3 + NaCl
nNaHCO3 = nHCl
(V2 / V1) nNaHCO3 = MHCl Vt
(25 / 250) nNaHCO3 = 0.14161 10,85 10-3
nNaHCO3 = 0.0153 mol
Mol di atas merupakan mol NaHCO3 total yang berasal dari sampel dan dari hasil
reaksi sebelumnya.
nNaHCO3 pers1 = nNa2CO3 = 9,912735 10-3g
nNaHCO3sampel = nNaHCO3tot nNaHCO3 pers1
= 0.0153 9,912735 10-3= 0.00545195 mol
mNaHCO3 = nNaHCO3sampel Mr
= 0.00545195 84 = 0.45796 g
%-mNaHCO3 = (mNaHCO3sampel / msampel) 100
= (0.45796 / 1.9196) 100 = 23.857%

VI. PEMBAHASAN
Pada titrasi kali ini digunakan larutan standar Na2CO3 sebagai standar primer, dan larutan
standar HCl sebagai standar sekunder. Pembakuan larutan ini bertujuan supaya konsentrasi
larutan dapat diketahui secara tepat sehingga titik ekivalennya dapat dihitung. Pada standar
primer digunakan senyawa yang sangat murni sebagai bahan rujukan dalam metode titrasi.
Suatu zat dapat menjadi standard primer apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

3
merupakan senyawa yang stabil, tidak bereaksi dengan udara, dan tidak higroskopis.
memiliki berat ekivalen yang besar sehingga dapat meminimalkan galat titrasi.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diketahui melalui
standardisasi dari larutan primer. Suatu zat dapat menjadi standard sekunder apabila
memenuhi syarat-syarat berikut.
stabil
bereaksi dengan cepat dan sempurna dengan analit
mempunyai selektivitas yang baik
Pada titrasi asam basa ini, sampel yang digunakan adalah campuran sampel Na 2CO3 dan
NaHCO3 yang dalam air merupakan spesi basa dan zat penitrasi yang digunakan adalah HCl.
Untuk memastikan konsentrasi HCl dilakukan standar pembakuan terlebih dahulu. Standar
pembakuan ini penting karena HCl akan digunakan sebagai titran untuk titrasi selanjutnya.
Larutan HCl hasil pengenceran distandarisasi dengan larutan standar primer Na 2CO3. Larutan
HCl yang didapat melalui larutan standar primer disebut sebagai larutan standar sekunder.
Reaksi yang terjadi pada standarisasi ini adalah CO 32- + H+ HCO3-. Pada tahap reaksi ini
digunakan indikator phenolftalein sehingga akhir titrasi ditandai saat warna keunguan dari
larutan tepat akan hilang (menjadi bening).
Dalam titrasi penentuan kadar sampel, digunakan dua indikator yaitu phenolftalein dan
metil jingga yang trayek pHnya disesuaikan dengan titik ekivalen dari reaksi yang terjadi.
Pada titrasi pertama, indikator yang digunakan adalah phenolftalein yang mempunyai trayek
pH 8.3-10 karena letak titik ekivalennya berada di kisaran tersebut. Titrasi akan berhenti
ketika larutan telah berubah warna dari ungu menjadi bening. Pada titrasi kedua, indikator
yang digunakan adalah metil jingga yang mempunyai trayek pH 3,1 4,4 karena titik ekivalen
antara NaHCO3 dan HCl terletak antara trayek pH indikator tersebut. Titrasi dihentikan ketika
larutan telah berubah warna dari kuning menjadi jingga.
Pada pembuatan larutan, air yang digunakan adalah air bebas mineral dan bebas CO 2.
Alasan dipergunakannya air bebas CO2 adalah karena CO2 dapat menghambat pencapaian titik
akhir dalam titrasi akibat pergeseran kesetimbangan dalam reaksi. Berikut reaksi CO 2 dengan
air:
CO2 + H2O + CO32 2HCO3

4
Kehadiran CO2 menggeser kesetimbangan ke arah kanan yang artinya memicu pembentukan
HCO3-. Hal ini menyebabkan volume HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
berkurang akibat CO32- sudah lebih dulu beraksi dengan CO 2. Mineral juga bisa mengganggu
titrasi. Air yang digunakan harus bebas mineral karena bisa mengakibatkan munculnya ion-
ion yang mempengaruhi proses maupun hasil titrasi.
Dari perhitungan kadar, terlihat bahwa jumlah kadar belum 100% yang artinya
kemungkinan terdapat senyawa yang merupakan pengotor pada sampel. Senyawa pengotor
dapat berupa senyawa yang dapat bereaksi dengan asam kuat seperti HCl, yang berarti volume
HCl yang dipakai tidaklah sama dengan seharusnya atau dapat berupa senyawa inert yang
tidak terdeteksi saat titrasi.

VII. KESIMPULAN
Sampel memiliki kadar karbonat 54,737 % dan kadar hidrogen karbonat 23,857%.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Day, R.A, J.R, & A.L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif .2001. Jakarta : Erlangga.
hlm. 126-163
Harvey, David. Modern Analytical Chemistry. 2000. USA : Mc Graw Hill. hlm 274-295.

Anda mungkin juga menyukai