KI-2122
PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT
MELALUI TITRASI ASAM BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi asam-
basa menggunakan indikator visual.
2
V. PERHITUNGAN
Pembakuan HCL
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
nNa2CO3 = nHCl
(V2 / V1) (m / Mr) = MHCl Vt
(25 / 250) (1.26 / 106) = MHCl 8.4 x 10-3
MHCl = 0.14161 M
Penentuan Kadar Karbonat
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
nNa2CO3 = nHCl
(V2 / V1) nNa2CO3 = MHCl Vt
(25 / 250) nNa2CO3 = 0.14161 8,4 10-3)
nNa2CO3 = 9,912735 10-3
mNa2CO3 = nNa2CO3 Mr
= 9,912735 10-3 106 = 1,05075 g
%-mNa2CO3 = (mNa2CO3 / msampel) 100
= (1,05075/ 1,9196) 100 = 54,73%
Penentuan Kadar Sampel
NaHCO3 + HCl Na2CO3 + NaCl
nNaHCO3 = nHCl
(V2 / V1) nNaHCO3 = MHCl Vt
(25 / 250) nNaHCO3 = 0.14161 10,85 10-3
nNaHCO3 = 0.0153 mol
Mol di atas merupakan mol NaHCO3 total yang berasal dari sampel dan dari hasil
reaksi sebelumnya.
nNaHCO3 pers1 = nNa2CO3 = 9,912735 10-3g
nNaHCO3sampel = nNaHCO3tot nNaHCO3 pers1
= 0.0153 9,912735 10-3= 0.00545195 mol
mNaHCO3 = nNaHCO3sampel Mr
= 0.00545195 84 = 0.45796 g
%-mNaHCO3 = (mNaHCO3sampel / msampel) 100
= (0.45796 / 1.9196) 100 = 23.857%
VI. PEMBAHASAN
Pada titrasi kali ini digunakan larutan standar Na2CO3 sebagai standar primer, dan larutan
standar HCl sebagai standar sekunder. Pembakuan larutan ini bertujuan supaya konsentrasi
larutan dapat diketahui secara tepat sehingga titik ekivalennya dapat dihitung. Pada standar
primer digunakan senyawa yang sangat murni sebagai bahan rujukan dalam metode titrasi.
Suatu zat dapat menjadi standard primer apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
3
merupakan senyawa yang stabil, tidak bereaksi dengan udara, dan tidak higroskopis.
memiliki berat ekivalen yang besar sehingga dapat meminimalkan galat titrasi.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diketahui melalui
standardisasi dari larutan primer. Suatu zat dapat menjadi standard sekunder apabila
memenuhi syarat-syarat berikut.
stabil
bereaksi dengan cepat dan sempurna dengan analit
mempunyai selektivitas yang baik
Pada titrasi asam basa ini, sampel yang digunakan adalah campuran sampel Na 2CO3 dan
NaHCO3 yang dalam air merupakan spesi basa dan zat penitrasi yang digunakan adalah HCl.
Untuk memastikan konsentrasi HCl dilakukan standar pembakuan terlebih dahulu. Standar
pembakuan ini penting karena HCl akan digunakan sebagai titran untuk titrasi selanjutnya.
Larutan HCl hasil pengenceran distandarisasi dengan larutan standar primer Na 2CO3. Larutan
HCl yang didapat melalui larutan standar primer disebut sebagai larutan standar sekunder.
Reaksi yang terjadi pada standarisasi ini adalah CO 32- + H+ HCO3-. Pada tahap reaksi ini
digunakan indikator phenolftalein sehingga akhir titrasi ditandai saat warna keunguan dari
larutan tepat akan hilang (menjadi bening).
Dalam titrasi penentuan kadar sampel, digunakan dua indikator yaitu phenolftalein dan
metil jingga yang trayek pHnya disesuaikan dengan titik ekivalen dari reaksi yang terjadi.
Pada titrasi pertama, indikator yang digunakan adalah phenolftalein yang mempunyai trayek
pH 8.3-10 karena letak titik ekivalennya berada di kisaran tersebut. Titrasi akan berhenti
ketika larutan telah berubah warna dari ungu menjadi bening. Pada titrasi kedua, indikator
yang digunakan adalah metil jingga yang mempunyai trayek pH 3,1 4,4 karena titik ekivalen
antara NaHCO3 dan HCl terletak antara trayek pH indikator tersebut. Titrasi dihentikan ketika
larutan telah berubah warna dari kuning menjadi jingga.
Pada pembuatan larutan, air yang digunakan adalah air bebas mineral dan bebas CO 2.
Alasan dipergunakannya air bebas CO2 adalah karena CO2 dapat menghambat pencapaian titik
akhir dalam titrasi akibat pergeseran kesetimbangan dalam reaksi. Berikut reaksi CO 2 dengan
air:
CO2 + H2O + CO32 2HCO3
4
Kehadiran CO2 menggeser kesetimbangan ke arah kanan yang artinya memicu pembentukan
HCO3-. Hal ini menyebabkan volume HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
berkurang akibat CO32- sudah lebih dulu beraksi dengan CO 2. Mineral juga bisa mengganggu
titrasi. Air yang digunakan harus bebas mineral karena bisa mengakibatkan munculnya ion-
ion yang mempengaruhi proses maupun hasil titrasi.
Dari perhitungan kadar, terlihat bahwa jumlah kadar belum 100% yang artinya
kemungkinan terdapat senyawa yang merupakan pengotor pada sampel. Senyawa pengotor
dapat berupa senyawa yang dapat bereaksi dengan asam kuat seperti HCl, yang berarti volume
HCl yang dipakai tidaklah sama dengan seharusnya atau dapat berupa senyawa inert yang
tidak terdeteksi saat titrasi.
VII. KESIMPULAN
Sampel memiliki kadar karbonat 54,737 % dan kadar hidrogen karbonat 23,857%.