Anda di halaman 1dari 6

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan konsentrasi HCl dengan titrasi.
2. Mennetukan kadar karbonat dan hydrogen karbonat yang ada dalam sampel.

II.TEORI DASAR

Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi, yaitu
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui,
yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi, yaitu
pada titik akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis,misalnya warna campuran
yang bereaksi (Oxtoby,2001:161).

Titik ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan
banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari
keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga
berlaku hukum kekekalan mol.

III.CARA KERJA

Pada percobaan tentang penentuan kadar karbonat dan bikarbonat ini, dilakukan pembakuan
terhadap larutan HCl dan pennetuan kadar karbonat dan hydrogen karbonat dalam sampel.

Pada pembakuan HCl, langkah pertama ialah diambil 40 ml larutan HCl 0,5 M lalu
dimasukan ke dalam gelas kimia 250 ml. Kemudian diencerkan hinggal 200 ml yang digunakan
perorang. Setelah itu, larutan HCl yang telah diencerkan ditempatkan ke dalam buret.
Selanjutnya padatan Na2CO3 ± 1,3 gram ditimbang dan dilarutkan ke labu takar 250 ml dengan
aqua dm untuk digunakan per-4 orang. Kemudian, 25 ml larutan Na2CO3 dipipet kedalam labu
titrasi, lalu ditambahkan 3 tetes indicator metil jingga dan 25 ml aqua dm. Selanjutnya dilakukan
titrasi pembakuan HCl dan ditentukan konsentrasi dari larutan HCl tersebut.

Pada penentuan kadar karbinat dan hydrogen karbonat, langkah awal ialah ditimbang sampel
campuran karbonat dan hydrogen karbonat sebanyak 0,8 gram untuk perorang. Kemudian
dilarutkan ke dalam labu takar 100 ml. Lalu dipipet 25 ml larutan sampel ke labu titrasi dan
ditambahkan 3 tetes indicator fenolftalein juga 25 ml aqua dm. Setelah itu, larutan dititrasi
dengan larutan baku HCl sampai bening. Titrasi dilakukan duplo. Selanjutnya, larutan
ditambahkan 3 tetes indicator metil jingga dan 25 ml aqua dm. Lalu dititrasi lagi dengan larutan
baku HCl hingga larutan menjadi merah jingga. Titrasi dilakukan duplo. Terakhir, ditentukannya
kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel.
IV.DATA PENGAMATAN
1. Pembakuan larutan HCl
- Massa Na2CO3 = 1,3018 gram
- Volume larutan = 250 ml
- Volume analis = 25 ml
- Tabel 1. Hasil volume titrasi pembakuan larutan HCl
Titrasi ke- Volume titran (ml)
1. 19,9
2. 19,8
Volume rata-rata 19,85

2. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel


- Volume larutan = 250 ml
- Volume analis = 25 ml
- Tabel 2. Hasil volume titrasi penentuan kadar karbonat dan bikarbonat

Titrasi ke- Volume fenolftalein (ml) Volume metil jingga (ml)


1. 9,6 17,6
2. 9,7 17,5
Volume rata-rata 9,65 17,55

V.PENGOLAHAN DATA
1. Pembakuan larutan HCl
- Dengan fenolftalein
CO32- + H+ → HCO3-
Mol CO32- = mol H+
[Na2CO3] x Volume Na2CO3 = [HCl] x Volume rata-rata titran
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1
𝑥 𝑥 𝑉. 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠 = [𝐻𝐶𝑙] 𝑥 𝑉. 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑀𝑟 𝑉. 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1,3018 1
𝑥 𝑥 0,025 = [𝐻𝐶𝑙] 𝑥 0,01985
105,98 0,25
[HCl] = 0,06188 M

- Dengan metil jingga


CO32- + H+ → HCO3-
HCO3- + H+ → H2CO3-
_____________________________ +

CO32- + 2H+ → H2CO3-


Mol CO32- = ½ mol H+
[Na2CO3] x volume Na2CO3 = ½ [HCl] x volume rata-rata titran
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 1
𝑥 𝑥 𝑉. 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠 = [𝐻𝐶𝑙] 𝑥 𝑉. 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑀𝑟 𝑉. 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 2
1,3018 1
𝑥 𝑥 0,025 = [𝐻𝐶𝑙] 𝑥 0,01985
105,98 0,25
[HCl] = 0,12376 M

2. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel


- Penentuan kadar karbonat
CO32- + H+ → HCO3-
Mol CO32- sampel = mol H+ = [HCl] x Volume rata-rata fenilftalein = 0,06188 M x
9,65 x 10−3 = 5,97142 x 10−4 mol

% CO32- = mol CO32- x Mr CO32-/massa sampel x 100/25 x 100 % = (5,97142 x 10−4


x 60,01)/1,3018 x 4 x 100 % = 11,01 %

- Penetuan kadar bikarbonat


HCO3- + H+ → H2CO3
Mol HCO3- = mol H+
Mol HCO3- sampel + mol HCO3- dari titik ekivalen fenolftalein = mol H+
Mol HCO3- sampel + [HCl] x Volume fenolftalein = [HCl] x (volume rata-rata metil
jingga – volume rata-rata fenolftalein)
Mol HCO3- sampel = [HCl] x (volume rata-rata metil jingga – (2 x volume rata-rata
fenolftalein))
Mol HCO3- sampel = 0,12376 M x (17,55 – (2 x 9,65))
Mol HCO3- sampel = 0,01382 mol

% HCO3- = mol HCO3- sampel x Mr HCO3-/massa sampel x 100/25 x 100 % =


(0,01382 x 61)/1,3018 x 4 x 100 % = 25,9 %

VI.PEMBAHASAN

Pada percobaan tentang penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dilakukan pembakuan
larutan HCl dan penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dengan cara titrasi. Cara titrasi dipilih
karena cepat dan akurat dalam menentukan suatu kadar senyawa.

Pada titrasi ada yang disebut larutan titran dan larutan pentitran. Larutan pentitran disebut
larutan standar sekunder, sedangkan titran disebut larutan standar primer. Larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan
standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa -volum larutan). Larutan
standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi (Day Underwood, 1999). Larutan standar sekunder yang diperlukan untuk bereaksi
secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwa
reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam
larutan yang dititrasi. Pada percobaan ini di gunakan indicator fenolftalein dan metil jingga untuk
melihat perubahan warna apabila pH lingkungannya berubah.

Metil jingga adalah indicator asam basa sintetik yang memiliki rentang pH 3,1-4,4. Pada
larutan asam, metil jingga berwarna merah dan pada larutan basa metil jingga berwarna orange.
Struktur metil jingga sebagai berikut :

Fenolftalein adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang memiliki rentang pH
antara 8,3 – 10. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila
dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah/pink. Struktur
fenolftalein dapat dilihat sebgai berkut :
Fenolftalien yang memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna
dalam lingkungan asam, dan metil jingga yang memberikan warna merah dalam lingkungan
asam dan kuning dalam lingkungan basa. Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan
pH tertentu yang disebut trayek pH. Letak trayek berbeda pH bergantung pada besar kecilnya
tetapan kesetimbangan asam (Ka) atau tetapan kesetimbangan basa (Kb). Trayek pH terjadi
akibat terjadinya kesetimbangan dan keterbatasan mata membedakan campuran warna.
Kesetimbangan ionisasi indikator sebagai asam organik lemah dapat dijelaskan melalui
persamaan berikut: HIn (aq)  H + (aq) + In - (aq).
Percobaan ini dilakukan dengan titrasi duplo agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Pada
pembakuan HCl juga dipilih senyawa Na2CO3 untuk menstandarisasi asam kuat dan juga
Na2CO3 merupakan garam murni, bersifat higroskopis tetapi mudah ditimbang, basa kuat yang
cocok untuk titrasi asam kuat. Ada metode lain yang digunakan dalam penentuan kadar karbonat
dan bikarbonat yaitu fotometri. Fotometri merupakan teknik pengukuran menggunakan sinar,
yang diukur adalah penyerapan sinar atau pelemahan sinar yang diberikan akibat interaksi reaksi
antara sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan zat warna yang akan
ditentukan kadarnya. Penyerapan disini biasanya disebut absorbsi dan nilainya berupa absorben
dalam angka desimal. Antara absorbsi dan transmisi sinar berbanding terbalik, semakin tinggi
absorbsi maka semakin rendah nilai transmisi sinar yang diterima. Transmisi sinar biasanya
disebut transmitted dan nilainya berupa transmittan dalam persen (%).
Hasil dari percobaan pembakuan larutan HCl diperoleh konsentrasi HCl dengan indicator
fenilftalein sebesar 0,06188 M dan dengan indicator metil jingga sebesar 0,12376 M. Pada
percobaan penetuan kadar karbonat dan bikarbonat diperoleh kadar karbonat sebesar 11,01 %
dan kadar bikarbonat sebesar 25,9 %.

VII.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari percobaan pembakuan larutan HCl diperoleh konsentrasi HCl
dengan indicator fenilftalein sebesar 0,06188 M dan dengan indicator metil jingga sebesar
0,12376 M. Pada percobaan penetuan kadar karbonat dan bikarbonat diperoleh kadar karbonat
sebesar 11,01 % dan kadar bikarbonat sebesar 25,9 %.

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby. 2011. “Kimia Dasar”. Jakarta: Erlangga.p. 161


W. Haryadi, (1990).Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
David Harvey, (2000). Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons
Tutik, Regina Padmaningrum. “Jurdik Kimia UNY : Titrasi Asidimetri”. Laboratorium kimia
UNY. 29 November – 4 Desember 2006

Anda mungkin juga menyukai