yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat.
Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke
permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras
sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.
Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan
mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan
zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan
negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain
Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna
basa antara lain Eosin, Congo Red dll.
Cara Kerja :
1
(dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan tunggu kurang
lebih 30 detik.
Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas tissue
Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
Prosedur:
Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan salah satu
object glass
Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin tadi, lalu
dicampurkan
Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan di atas api.
1. 2.
3 4.
2
violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna
tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin.
Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian
Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang
terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif
dan Bakteri Gram Negatif.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya
akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif
akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu
diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin
akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam
struktur kimiawi dinding selnya.
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding
sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara
dua lapis membran sel.
Berikut ini adalah beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif:
3
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Bentuk sel Bulat, batang atau filamen Bulat, ova, batang lurus atau
melingkar seperti tanda koma,
heliks atau filament, beberapa
mempunyai selubung atau
kapsul
Reproduksi Pembelahan biner Pembelahan biner, kadang-
kadang pertunasan
Metabolisme Kemoorganoheterotrof Fototrof, kemolitoautotrof, atau
kemoorganoheterotrof
Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam
Kepekaan terhadap penisilin Lebih peka Kurang peka
Kepekaan terhadap Tidak peka Peka
streptomisin
Motilitas Kebanyakan nonmotil, bila Motil atau nonmotil. Bentuk
motil tipe flagelanya adalah flagella dapat bervariasi
petritikus (petritrichous)
Anggota tubuh Biasanya tidak memiliki Dapat memiliki pili, fimbriae,
apandase tangkai
Endospora Beberapa grup dapat Tidak dapat membentuk
membentuk endospora endospore
Penghambatan warna basa Lebih dihambat Kurang dihambat
Kebutuhan nutrien Kompleks Relatif sederhana
Ketahanan terhadap perlakuan Lebih tahan Kurang tahan
fisik
Bakteri yang termasuk ke dalam bakteri Sedangkan bakteri yang termasuk ke dalam
gram positif di antaranya: bakteri gram negatif jenis-jenisnya yaitu:
Staphylococcus Enterobactericeae (Escherichia
Streptococcus coli, Salmonella, Shigella)
Enterococcus Pseudomonas
Bacillus Moraxella
Corynebacterium Helicobacter
Nocardia Stenotrophomas
Clostridium Bdellovibrio
Actinobacteria Bakteri asam laktat
Listeria Legionella
Cyanobacteria
Sprichaeta
Green sulfur & non-sulfur bacteria
4
Berikut merupakan prosedur Pewarnaan Gram
5
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sbb:
Pelaksanaan Fiksasi panas terhadap olesan, Olesan bakteri yang dipanaskan secara
berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel bakteri, dalam kondisi demikian
maka proses pewarnaan tidak effektif atau dengan kata lain gram positif dan gram
negative sama-sama akan melepaskan zat warna ketika proses pelunturan dgn alcohol
Kerapatan sel pada olesan, olesan yang baik hendaknya tidak terlalu tebal atau terlalu
tipis karena jika terlalu tebal maka akan memperlambat pelunturan zat warnanya
Jenis dan konsentrasi zat peluntur, komposisi yang salah dr larutan pemucat juga akan
memperlambat atau mempercepat proses pemucatan, larutan pemucat yang paling
banyak digunakan adalah campuran etanol 95 % dgn aseton ( 1 : 1 )
Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang
mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan sampai berlebih
yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti
gram negatif. Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol
(underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna
sehingga sel gram negatif seperti gram positif.
Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih
lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap
warna utama (CV), khususnya pada gram positif. Hal ini dikarenakan jika terlalu tua
maka dinding sel mikroba dikawatirkan akan rusak
6
1.2.2 Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena
dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari
sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut,
dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar
dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun
Gabber, dan Fluorochrom.
Ada beberapa metode pewarnaan Bakteri Tahan Asam, antara lain :
a. Metode Ziehl Neelsen
b. Metode Kinyoun – Gabbet
1.2.2.1 Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pewarnaan Ziehl Neelsen, termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk
mewarnai golongan Mycobacterium (M. tuberculosis dan M. leprae) dan Actinomyces.
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan
biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam.
Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
tuberculosis.
Pewarnaan ini merupakan prosedur untuk membedakan bakteri menjadi 2 kelompok
tahan asam dan tidak tahan asam.
Bila zat warna yang telah terpenetrasi tidak dapat dilarutkan dengan alkohol asam,
maka bakteri tersebut disebut tahan asam sedangkan sebaliknya disebut tidak tahan
asam.
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin
0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama,
yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna
merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi
pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat
warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir
untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna
merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin
dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna
kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994)
7
Cara Pewarnaan ZN:
a) Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh
b) Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih
c) Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air
d) Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci dengan air
e) Tuangi dengan methylen blue selama 20-30 detik, cuci dengan air
8
c) Selanjutnya larutan Gabbet (methylene blue 1g, H2SO4 96% 20ml, alkohol absolut
30ml, H2O destilata 50ml) dituang pada permukaan sediaan,
d) Didiamkan 1 menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air
yang mengalir perlahan, kemudian sediaan dikeringkan di udara
e) Setelah kering, sediaan dibaca dibawah mikroskop cahaya.
11
Lembar Praktikum 1
Percobaan 1.1 Pewarnaan Bakteri Gram
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah pewarnaan bakteri gram
2. Peserta didik mampu mengamati bakteri gram
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Kaca preparat ( 5 buah)
e) Penjepit tabung reaksi (1 buah)
f) Mikroskop (1 buah)
2. Bahan
a) Sampel mikroba
b) Pewarna Crystal violet
c) Pewarna Safranin
d) Larutan Lugol Iodin /Mordan
e) Larutan Aseton alcohol / decolorizer
f) Aquades
C. Cara Kerja
1. Bersihkan dan sterilkan kaca preparat
2. Oleskan sampel mikroba diatas kaca preparat secukupnya
3. Memfiksasi olesan sampel mikroba dengan cara melewatkan 5-10 kali diatas pembakar spiritus
4. Meneteskan 2-3 tetes pewarna crystal violet tepat diatas olesan sampel mikroba
5. Menunggu sekitar 3-5 menit
6. Membilas dengan aquades hingga sisa pewarna yang ada disekitar olesan sampel hilang
7. Meneteskan 2-3 tetes larutan lugol-iodin tepat diatas olesan sampel mikroba
8. Membilas dengan aquades secukupnya
9. Membilas lagi dengan larutan aseton alcohol sekitar 10 – 15 tetes tepat diatas sampel mikroba
10. Membilas dengan aquades secukupnya
11. Meneteskan 2-3 tetes pewarna safranin tepat diatas olesan sampel mikroba
12. Menunggu sekitar 30 detik – 1 menit
13. Membilas dengan aquades hingga sisa pewarna yang ada disekitar olesan sampel hilang
14. Mengeringkan preparat di udara terbuka
15. Mengamati hasil pewarnaan bakteri
16. Lakukan langkah 1 – 15 untuk 3 sampel yang lain
D. Data Pengamatan
Sampel ke 1 2 3 4
Gambar
Penjelasan
12
Lembar Praktikum 2
Percobaan 1.2 Pewarnaan Ziehl-Neelseen
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan pewarnaan bakteri tahan asam dengan metode Ziehl-Neelsen
2. Peserta didik mampu mengidentifikasi BTA pada sampel dahak
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Kaca preparat ( 5 buah)
e) Penjepit tabung reaksi (1 buah)
f) Mikroskop (1 buah)
2. Bahan
a) Sampel dahak
b) Reagen karbol fuchsin
c) Decolorizer (asam – alcohol)
d) Reagen methylene biru
C. Cara Kerja
1. Mencuci bersih kaca preparat menggunakan air steril
2. Membilas kaca preparat dengan alcohol dan mengeringkannya
3. Mengulaskan sampel diatas kaca preparat (untuk hasil yang bagus gunakan cetakan di bawah kaca
preparat)
4. Mengecek ketebalan ulasan sampel
5. Memfiksasi ulasan sampel di kaca preparat, lalu diamkan sekitar 5 detik
6. Menetesi ulasan sampel menggunakan karbol fuchsin ( kira-kira 5 tetes, dan usahakan semua ulasan
terkena semua)
7. Memanaskan ulasan sampel hingga keluar asap
8. Mendinginkan selama 5 menit
9. Membilas ulasan sampel dengan air steril
10. Menambahkan decolorizer ke ulasan sampel
11. Membilas dengan air steril
12. Menetesi ulasan sampel dengan menggunakan methylene biru (kira-kira 5 tetes, dan usahakan
semua ulasan terkena semua)
13. Membilas dengan air steril
14. Mengeringkan kaca preparat dengan cara di diamkan
15. Menngamati hasil pewarnaan dengan menggunakan mikroskop
16. Melakukan langkah 1-15 untuk 3 sampel yang lain
D. Data Pengamatan
Sampel ke 1 2 3 4
Gambar
Penjelasan
13
Tugas
14
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel
mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan
jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup,
menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel
menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran
memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan
pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel
dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan
kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10 -2. Dari pengenceran 10-2
diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga
didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita
harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran dijelaskan dalam gambar 1.
16
Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan
waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara
25-250. Total Plate Count dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan
faktor pengencer.
Cara menghitung koloni pada cawan harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
a) Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 25 sampai
250.
b) Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang
besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.
c) Suatu deretan atau rantai koloni yang terlihat seperti suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni.
d) Rumus umum perhitungan koloni adalah
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
=
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
e) Satuan yang dipakai untuk perhitungan TPC adalah CFU (Colony forming unit)
Sedangkan data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count (SPC) harus mengikuti
peraturan sebagai berikut (SNI 01-2897-1992):
a) Jika semua koloni pada sampel berada di bawah jumlah 25, maka yang dilaporkan adalah
jumlah koloni yang mendekati jumlah 25
Yang dilaporkan adalah jumlah koloni yang mendekati 25 yaitu pada pengenceran 10 -2.
Sehingga hasil akhir
15
= −2 = 1.500 cfu
10
b) Jika semua koloni pada sampel berada di atas jumlah 250, maka yang dilaporkan adalah
jumlah koloni yang mendekati jumlah 250
Yang dilaporkan adalah jumlah koloni yang mendekati 250 yaitu pada pengenceran 10 -3.
Sehingga hasil akhir
230
= −3 = 230.000 cfu
10
17
c) Jika semua koloni pada sampel berada di range 25 – 250 maka jumlah koloni pada
pengenceran tertinggi ( 10-3) dibagi dibagi terlebih dahulu dengan jumlah koloni pada
pengenceran terendah (10-2),
Jika hasil pembagian lebih kecil sama dengan 2 ( ≤ ) maka yang dilaporkan adalah hasil
rata – rata jumlah koloni pengenceran tertinggi dengan terendah
Jika hasil pembagian lebih besar dengan 2 ( > ) maka yang dilaporkan adalah hasil pada
pengenceran terendah
Contoh
Factor pengenceran 10-2 10-3
Jumlah koloni 230 75
Contoh
Factor pengenceran 10-2 10-3
Jumlah koloni 235 30
d) Jika pada tiap pengenceran ditanam di dua cawan petri ( duplo ) atau lebih, maka sebelum
dihitung hasil di masing masing pengenceran harus di rata- rata terlebih dahulu, baru
dihitung sesuai perhitungan pada penjelasan di point a – c (diatas)
Contoh
Factor pengenceran 10-2 10-3
Cawan 1 120 65
Cawan 2 135 70
18
Karena pada semua pengenceran datanya berada di range 25 – 250, maka kita bagi
dulu jumlah koloni pada pengenceran tertinggi ( 10-3) dengan jumlah koloni pada
pengenceran terendah (10-2)
67500
= = 5,29 (lebih besar 2)
12750
Sehingga yang dilaporkan dari data diatas adalah pada jumlah koloni pada
pengenceran terendah yaitu 12.750 CFU
19
dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien agar
adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L.
20
2.2.4. Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Sabouraud (diucapkan sah-bu-Ro ') medium agar dikembangkan oleh dokter kulit
Perancis, Raymond JA Sabouraud pada akhir 1800 untuk mendukung pertumbuhan
jamur yang menyebabkan infeksi kulit, rambut, atau kuku, secara kolektif disebut
sebagai dermatofit. Investigasi medis Sabouraud berfokus pada bakteri dan jamur
yang menyebabkan lesi kulit, dan ia mengembangkan banyak agar dan teknik untuk
cetakan patogen budaya dan ragi, seperti dermatofita dan Malassezia. Media ini
sangat diharapkan bahwa semua mycologists detil formulasi mereka tepat media,
suhu dan waktu inkubasi spesimen, dalam rangka standarisasi observasi lapangan dan
dengan demikian mengurangi perbedaan dalam penampilan sebagai kemungkinan
sumber kesalahan dalam identifikasi. Secara historis, Sabouraud agar dikembangkan
untuk mendukung studi dermatofit, yang membutuhkan masa inkubasi yang lama
(minggu). Ada dua kekuatan pendorong di belakang pengembangan Sabouraud
tentang media ini: kebutuhan untuk menghindari kontaminasi bakteri sementara
dermatofit kultur dan jamur lainnya, dan kebutuhan untuk menyediakan media yang
akan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan untuk identifikasi jamur di
laboratorium.
21
a) Menurut konsistensinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media
berbentuk padat (solid).
b) Menurut fungsinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media selektif
untuk pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan bakteri.
c) Menurut bahan penyusunnya: media Sabouraud Dextrose Agar tersusun dari
bahan sintetis.
d) Menurut wadahnya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media yang
disimpan dalam plate (cawan petri).
Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media SDA yang telah dibuat, yaitu:
a) Secara Visual
Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-lain. Bila
warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk dapat diperiksa dengan kertas pH atau pH meter. Bila pH
23
media berbeda ± 0,2 satuan, dapat ditambahkan asam atau basa atau membuat
media yang baru. Warna media SDA adalah kuning sedikit kecoklatan
b) Uji Sterilitas
Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang diperkaya
dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat. Cara untuk
menguji sterilitas media adalah dengan:
Mengambil sejumlah 5 %volume dari tiap wadah media yang dibuat.
Media diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu 35° C.
Apabila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni mikroorganisme/cawan
petri atau lebih, hal itu menandakan seluruh media dari wadah tersebut tidak
dapat digunakan.
c) Uji Spesifitas
Uji spesifitas dengan penanaman mikroorganisme kontrol positif dan control
negatif. Mikroorganisme kontrol kualitas (strain kuman) adalah mikroorganisme
spesifik yang seharusnya tumbuh pada media tertentu. Mikroorganisme tersebut
memiliki ciri morfologi, biokimia, serologi yang dapat diuji dan mampu
menunjukkan stabilitas reproduksi yang tetap ketika ditempatkan pada kondisi
yang sesuai.
24
Nilai Kritis Pembuatan Media SDA
a) Penimbangan media harus sesuai dengan perhitungan yaitu menggunakan rumus
v1/m1 = v2/m2 dimana massa awal dan volume awalnya terdapat pada kemasan
media.
b) Pada saat penghomogenan dengan cara pemanasan, media tidak boleh sampai
mendidih. Pemanasan berlebihan dapat menyebabkan penyimbangan pH, warna
lebih gelap (darkening), kekuatan gel menjadi berkurang, menurunnya kualitas
media. Pelarutan harus sempurna sehingga tidak ada Kristal yang bersisa agar
media dapat memadat dengan sempurna.
c) Tingkat keasaman (pH) media harus diperhatikan karena mikroorganisme yang
tumbuh hanya akan tumbuh optimal pada pH tersebut. Ph yang tepat pada media
SDA adalah 5,6 ±0,2. Pengecekan pH harus dilakukan pada suhu 25oC agar hasil
pengukuran pH akurat. Apabila pH kurang asam dapat ditambahkan HCl 0,01 N,
sedangkan apabila pH kurang basa dapat ditambah NaOH setetes demi setetes
hingga menunjukkan pH yang diinginkan.
d) Penambahan antibiotik pada media dilakukan setelah proses sterilisasi oleh
karena itu, penuangan antibiotik harus dilakukan dengan cara aseptis atau dekat
dengan api spiritus agar tidak ada kontaminan yang masuk.
e) Antibiotik yang biasa digunakan adalah kloramfenikol namun penggunaan
antibiotik dapat menggunakan antibiotik apa saja karena fungsi antibiotik pada
media ini adalah untuk mencegah bakteri tumbuh pada media karena media SDA
berfungsi untuk menumbuhkan jamur. Apabila bakteri tumbuh pada media akan
mengganggu pengamatan pada media.
f) Antibiotik yang ditambahkan adalah sebanyak 1% dari media atau 1 ml dalam 100
ml media. Volume tersebut cukup untuk mencegah bakteri tidak tumbuh pada
media.
25
2.2.6 Media Reasoner's 2A agar
Agar R2A digunakan untuk perhitungan dan budidaya bakteri dari air minum dalam
pengaturan laboratorium. Agar R2A tidak untuk digunakan dalam diagnosis penyakit atau
kondisi lain pada manusia.
Agar R2A dikembangkan oleh Reasoner dan Geldreich untuk perhitungan cawan bakteri
pada air minum. Agar R2A mengandung nutrisi yang rendah, dan dalam kombinasi dengan
suhu inkubasi yang lebih rendah dan waktu inkubasi yang lebih lama, media ini dapat
merangsang pertumbuhan bakteri yang rusak dan bakteri di dalam klorin. Biasanya media
yang kaya nutrisi dapat mempercepat pertumbuhan bakteri yang pertumbuhannya cepat
tapi sebaliknya malah menekan pertumbuhan bakteri yang lambat pertumbuhannya
dalam air minum . Jika dibandingkan dengan Tryptone Glucose Yeast Extract Agar atau
Standard Methods Agar. R2A Agar lebih dapat memperbaiki pertumbuhan bakteri yang
rusak dan bakteri toleran klorin dalam air minum. Teknik inokulasi pada R2A dapat
menggunakan metode spread plate, pour plate, dan metode filter membrane untuk
perhitungan cawan heterotrofik.
26
Perkiraan hasil pertumbuhan kultur pada R2A
Pertumbuhan kultur pada R2A agar ketika diinkubasi secara aerobic pada suhu 35 ± 2oC
dan waktu inkubasi selama 40 – 72 jam.
Mikroba Rata-rata pertumbuhan Hasil Pertumbuhan
koloni
Enterococcus faecalis 10 - 300 Poor to Good
ATCC® 29212
Escherichia coli ATCC® 10 - 300 Fair to Excellent
25922
Staphylococcus aureus 10 - 300 Poor to Good
ATCC® 25923
27
Lembar Praktikum 3
Percobaan 2.1 Perhitungan Bakteri Metode TPC menggunakan media PCA
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah perhitungan mikroba menggunakan media PCA
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Botol penyemprot alkohol ( 1 buah)
e) Cawan petri (4 buah)
f) Tabung reaksi tutup ulir (3 buah)
g) Erlenmeyer ( 2 buah)
h) Timbangan ( 1 buah )
i) Autoklaf ( 1 buah )
j) Inkubator ( 1 buah )
2. Bahan
a) Sampel mikroba
b) Media PCA
c) Larutan butterfield phosphate buffer
d) Aquades
C. Cara Kerja
1. Tahap Sterilisasi Alat
a. Sebelum bekerja, siswa memakai semua APD sesuai SOP yaitu jas lab, sarung tangan dan
masker
b. Sebelum bekerja, siswa mensterilkan area kerja dengan menyemprot meja kerja dan tangan
dengan alcohol 76 %
c. Beberapa alat disterilisasi menggunakan autoklaf.
d. Mensterilisasi alat dengan autoklaf selama 15 menit ( pemanasan 30 – 60 menit )
2. Tahap Pembuatan medium biakan
a. Menimbang medium biakan yang dibutuhkan
1) Media PCA sebanyak 2 gram
b. Memasukkan media PCA ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 50 ml aquades lalu
mengaduk hingga homogen
c. Memasukkan media PCA ke dalam autoklaf
d. Setelah media di autoklaf, menuang media PCA ke cawan petri sebanyak 4 cawan petri sesuai
prosedur aseptis
e. Menyimpan media sampai memadat
3. Tahap pengenceran sampel
a. Mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian memasukkan ke tabung reaksi pertama
( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -1) dan menambahkan pelarut butterfield
phosphate buffer sebanyak 9 ml.
b. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi pertama , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi kedua ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -2) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
c. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi kedua , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi ketiga ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -3) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
28
d. Semua langkah diatas dilakukan sesuai prosedur aseptis
4. Tahap inokulasi
a. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 1 dan cawan petri 2 dengan metode spread plate
b. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi ketiga, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 3 dan cawan petri 4 dengan metode spread plate
5. Tahap inkubasi dan pengamatan
a. Menginkubasi ke eempat cawan petri dengan suhu 30oC selama 2 hari
b. Mengamati dan menghitung koloni yang tumbuh kemudian menghitungnya
D. Data Pengamatan
Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3
Cawan Petri 1
Cawan Petri 2
Lembar Praktikum 4
Percobaan 2.2 Perhitungan Bakteri Metode TPC menggunakan media SDA
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah perhitungan mikroba menggunakan media SDA
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Botol penyemprot alkohol ( 1 buah)
e) Cawan petri (4 buah)
f) Tabung reaksi tutup ulir (3 buah)
g) Erlenmeyer ( 2 buah)
h) Timbangan ( 1 buah )
i) Autoklaf ( 1 buah )
j) Inkubator ( 1 buah )
2. Bahan
a) Sampel mikroba
b) Media SDA
c) Larutan butterfield phosphate buffer
d) Aquades
C. Cara Kerja
1. Tahap Sterilisasi Alat
a. Sebelum bekerja, siswa memakai semua APD sesuai SOP yaitu jas lab, sarung tangan dan
masker
b. Sebelum bekerja, siswa mensterilkan area kerja dengan menyemprot meja kerja dan tangan
dengan alcohol 76 %
c. Beberapa alat disterilisasi menggunakan autoklaf.
d. Mensterilisasi alat dengan autoklaf selama 15 menit ( pemanasan 30 – 60 menit )
2. Tahap Pembuatan medium biakan
a. Menimbang medium biakan yang dibutuhkan
1) Media SDA sebanyak 2 gram
b. Memasukkan media SDA ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 50 ml aquades lalu
mengaduk hingga homogen
29
c. Memasukkan media SDA ke dalam autoklaf
d. Setelah media di autoklaf, menuang media SDA ke cawan petri sebanyak 4 cawan petri sesuai
prosedur aseptis
e. Menyimpan media sampai memadat
3. Tahap pengenceran sampel
a. Mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian memasukkan ke tabung reaksi pertama
( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -1) dan menambahkan pelarut butterfield
phosphate buffer sebanyak 9 ml.
b. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi pertama , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi kedua ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -2) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
c. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi kedua , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi ketiga ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -3) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
d. Semua langkah diatas dilakukan sesuai prosedur aseptis
4. Tahap inokulasi
a. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 1 dan cawan petri 2 dengan metode spread plate
b. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi ketiga, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 3 dan cawan petri 4 dengan metode spread plate
5. Tahap inkubasi dan pengamatan
a. Menginkubasi ke eempat cawan petri dengan suhu 37oC selama 1 hari
b. Mengamati dan menghitung koloni yang tumbuh kemudian menghitungnya
D. Data Pengamatan
Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3
Cawan Petri 1
Cawan Petri 2
Lembar Praktikum 5
Percobaan 2.3 Perhitungan Bakteri Metode TPC menggunakan media TSA
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah perhitungan mikroba menggunakan media TSA
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Botol penyemprot alkohol ( 1 buah)
e) Cawan petri (4 buah)
f) Tabung reaksi tutup ulir (3 buah)
g) Erlenmeyer ( 2 buah)
h) Timbangan ( 1 buah )
i) Autoklaf ( 1 buah )
j) Inkubator ( 1 buah )
2. Bahan
a) Sampel mikroba
b) Media TSA
30
c) Larutan butterfield phosphate buffer
d) Aquades
C. Cara Kerja
1. Tahap Sterilisasi Alat
a. Sebelum bekerja, siswa memakai semua APD sesuai SOP yaitu jas lab, sarung tangan dan
masker
b. Sebelum bekerja, siswa mensterilkan area kerja dengan menyemprot meja kerja dan tangan
dengan alcohol 76 %
c. Beberapa alat disterilisasi menggunakan autoklaf.
d. Mensterilisasi alat dengan autoklaf selama 15 menit ( pemanasan 30 – 60 menit )
2. Tahap Pembuatan medium biakan
a. Menimbang medium biakan yang dibutuhkan
1) Media TSA sebanyak 2 gram
b. Memasukkan media TSA ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 50 ml aquades lalu
mengaduk hingga homogen
c. Memasukkan media TSA ke dalam autoklaf
d. Setelah media di autoklaf, menuang media TSA ke cawan petri sebanyak 4 cawan petri sesuai
prosedur aseptis
e. Menyimpan media sampai memadat
3. Tahap pengenceran sampel
a. Mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian memasukkan ke tabung reaksi pertama
( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -1) dan menambahkan pelarut butterfield
phosphate buffer sebanyak 9 ml.
b. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi pertama , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi kedua ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -2) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
c. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi kedua , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi ketiga ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -3) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
d. Semua langkah diatas dilakukan sesuai prosedur aseptis
4. Tahap inokulasi
a. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 1 dan cawan petri 2 dengan metode spread plate
b. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi ketiga, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 3 dan cawan petri 4 dengan metode spread plate
5. Tahap inkubasi dan pengamatan
a. Menginkubasi ke eempat cawan petri dengan suhu 37oC selama 2 hari
b. Mengamati dan menghitung koloni yang tumbuh kemudian menghitungnya
D. Data Pengamatan
Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3
Cawan Petri 1
Cawan Petri 2
31
Lembar Praktikum 6
Percobaan 2.4 Perhitungan Bakteri Metode TPC menggunakan media R2A Agar
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah perhitungan mikroba menggunakan media R2A
Agar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Batang oase ( 1 buah)
b) Pembakar spiritus ( 1 buah )
c) Botol akuades ( 1buah )
d) Botol penyemprot alkohol ( 1 buah)
e) Cawan petri (4 buah)
f) Tabung reaksi tutup ulir (3 buah)
g) Erlenmeyer ( 2 buah)
h) Timbangan ( 1 buah )
i) Autoklaf ( 1 buah )
j) Inkubator ( 1 buah )
2. Bahan
a) Sampel mikroba
b) Media SDA
c) Larutan butterfield phosphate buffer
d) Aquades
C. Cara Kerja
1. Tahap Sterilisasi Alat
a. Sebelum bekerja, siswa memakai semua APD sesuai SOP yaitu jas lab, sarung tangan dan
masker
b. Sebelum bekerja, siswa mensterilkan area kerja dengan menyemprot meja kerja dan tangan
dengan alcohol 76 %
c. Beberapa alat disterilisasi menggunakan autoklaf.
d. Mensterilisasi alat dengan autoklaf selama 15 menit ( pemanasan 30 – 60 menit )
2. Tahap Pembuatan medium biakan
a. Menimbang medium biakan yang dibutuhkan
1) Media R2A Agar sebanyak 2 gram
b. Memasukkan media R2A Agar ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 50 ml aquades
lalu mengaduk hingga homogen
c. Memasukkan media R2A Agar ke dalam autoklaf
d. Setelah media di autoklaf, menuang media SDA ke cawan petri sebanyak 4 cawan petri sesuai
prosedur aseptis
e. Menyimpan media sampai memadat
3. Tahap pengenceran sampel
a. Mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian memasukkan ke tabung reaksi pertama
( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -1) dan menambahkan pelarut butterfield
phosphate buffer sebanyak 9 ml.
b. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi pertama , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi kedua ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -2) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
32
c. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi kedua , kemudian memasukkan ke
tabung reaksi ketiga ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -3) dan menambahkan
pelarut butterfield phosphate buffer sebanyak 9 ml.
d. Semua langkah diatas dilakukan sesuai prosedur aseptis
4. Tahap inokulasi
a. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 1 dan cawan petri 2 dengan metode spread plate
b. Mengambil 1 ml sampel dari tabung reaksi ketiga, kemudian menginokulasikan ke cawan
petri 3 dan cawan petri 4 dengan metode spread plate
5. Tahap inkubasi dan pengamatan
a. Menginkubasi ke eempat cawan petri dengan suhu 37oC selama 1 hari
b. Mengamati dan menghitung koloni yang tumbuh kemudian menghitungnya
D. Data Pengamatan
Pengenceran 10-2 Pengenceran 10-3
Cawan Petri 1
Cawan Petri 2
Tugas
1. Jelaskan prinsip dari perhitungan mikroba dengan teknik TPC
2. Sebutkan kelebihan dan kelemahan dari perhitungan mikroba dengan teknik TPC
3. Jelasakan kenapa dalam perhitungan mikroba dengan teknik TPC syarat koloni terhitung adalah
30 – 300 koloni ( 25 – 250 untuk SNI)
4. Jelaskan fungsi pengenceran (pengenceran bertingkat) sampel, dan tuliskan secara rinci langkah
– langkah dlam melakukan pengenceran sampel
5. Jelaskan fungsi media PCA dan bagaimana prosedur pembuatannya
6. Jelaskan fungsi media PDA dan bagaimana prosedur pembuatannya
7. Jelaskan fungsi media TSA dan bagaimana prosedur pembuatannya
8. Jelaskan fungsi media SDA dan bagaimana prosedur pembuatannya
9. Jelaskan fungsi media R2A agar dan bagaimana prosedur pembuatannya
10. Hitung jumlah koloni mikroba pada data hasil pengamatan di bawah
a. b.
Faktor 10-2 10-3 Faktor 10-2 10-3
pengenceran pengenceran
Jumlah 11 6 Jumlah 326 311
koloni koloni
c. d.
Faktor 10-2 10-3 Faktor 10-2 10-3
pengenceran pengenceran
Jumlah 147 46 Cawan 1 150 38
koloni
Cawan 2 165 40
33
3.1. Bakteri Coliform
Bakteri coliform merupakan golongan bakteri intestinal, yakni hidup dalam saluran pencernaan
manusia. Bakteri coliform sendiri ialah bakteri indikator keberadaan dari bakteri patogenik lain.
Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal merupakan bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya yang pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas dari air minum.
Kelompok dari bakteri coliform, antara lain, yaitu Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, serta
Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu menunjukkan tingkat sanitasi
yang rendah. Keberadaan dari bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain,
misalnya, Shigella, yang mengakibatkan diare hingga muntaber.
Golongan Bakteri coliform selain Escherichia coli :
a) Golongan Klebsiella-Enterobacter-Serratia, meliputi, antara lain : Klebsiella pneumoniae,
dalam saluran pernapasan dan tinja dari 5% orang normal, serta penyebab sebagian kecil (kira-
kira 3%) pneumonia. Terkadang menginfeksi saluran kemih atau enteritis pada anak dan
bakteremia dengan lesi-lesi fokal pada penderita yang lemah; Enterobacter aerogenes hidup
bebas, dalam saluran pencernaan, atau pada infeksi saluran air kemih, dan pada sepsis;
Enterobacter hafniae, terkadang dihubungkan dengan gastroenteritis; Serratia marcescens,
hidup bebas dan berpigmen merah kuat (biakan);
b) Golongan Arizona-Edwardsiella-Citrobacter. Golongan ini mirip Salmonella dalam ciri-ciri
biokimia dan kadang-kadang menyebabkan gastroenteritis atau sepsis.
c) Golongan “Providence”(Providentia). Secara biokimia, golongan ini memiliki kesamaan
dengan Proteus. Kebanyakan spesies ini hidup bebas dalam air, tanah, dan sampah, serta
terdapat dalam flora normal saluran pencernaan
Bakteri coliform sendiri timbul karena buangan kotoran manusia serta limbah laundry dari rumah
tangga yang merembes dari sungai-sungai dan disebabkan juga oleh pencemaran mata air atau
air baku, lemahnya sistem filterisasi. Oleh karena itu, air minum haruslah bebas dari semua jenis
coliform. Karena semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, maka semakin tinggi pula
risiko akan kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia &
hewan. E. coli bila masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak bisa membahayakan
kesehatan.
Menurut Pelczar & Chan (2008) walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran
pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu mengakibatkan
gastroeritris taraf sedang hingga parah pada manusia & hewan.
34
3.2. Escherichia coli
Bakteri merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah panas.Bakteri ini
tergolong bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat
motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan
gas dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak bersifat
membahayakan, tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti
Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli merupakan tipe EHEC bersifat
patogen terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia
terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak
setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan pangan.
Untuk menghitung bakteri Coliform ( Total Colifrom) dapat digunakan metode MPN (Most
ProbableNumber). MPN merupakan suatu metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan
menggunakan media cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran
menggunakan 3 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara
statistik. Tabung positif ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dan gas (SNI 2332.9:2001).
Nilai MPN diperoleh dengan asumsi sebagai berikut:
• Bakteri dalam contoh menyebar secara random
• Bakteri dalam contoh tidak berkelompok tetapi saling terpisah
• Organisme yang terdapat dalam contoh dapat tumbuh dalam media selama inkubasi
• Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan seperti media, suhu, dan waktu inkubasi.
Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh
mikroba setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat
dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil
(tabung durham) yang diletakan terbalik, yaitu jasad renik yang membentuk gas (Waluyo, 2008).
Selain E. coli strain apatogen, strain patogen dapat menginfeksi manusia, terdiri dari :
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),
dan Enteroinvasive E. coli(EIEC). Sebanyak 500 E. coli/100 ml air (minum), berpeluang
menimbulkan gastroenteritis pada manusia. Kira-kira 2%-8% E. coli dalam air, ditemukan sebagai
Enteropathogenik E. coli.
3.3. Media yang dipakai dalam uji bakteri coliform dan Escherichia coli
3.3.1. Lauryl Tryptose Broth
Lauryl Tryptose Broth dibuat diperkenalkan pertama oleh Mallmann dan Darby.
Natrium Lauryl sulfat sebagai agen selektif yang mencegah tumbuhnya sebagian besar
bakteri gram positif. Penambahan laktosa pada medium ini dapat digunakan untuk
mendeteksi kemampuan bakteri coliform dlam memfermentasi laktosa. Casein pepton
merupakan bahan pertumbuhan yang mengandung Nitrogen, senyawa karbon dan
sulfur. Kalium phosfat berfungsi sebagai buffer sedangkan natrium klorida sebagai
pengendali tekanan osmotic pada media. Bakteri coliform yang tumbuh di media Lauryl
Tryptose Broth dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas, sedangkan bakteri
lain biasanya terhambat pertumbuhannya dan tidak menghasilkan gas.
Untuk menangkap gas yang terbentuk biasanya digunakan tabung durham
35
Positive control: Expected result at 35°C
Escherichia coli ATCC® 25922 * keruh; muncul gas
Negative control:
Staphylococcus aureus ATCC® 25923* Terhambat atau tidak tumbuh
Media Brillian Green Lactose Broth (BGLB) khususnya digunakan untuk pemeriksaan
MPN coliform, yaitu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah
terdekat bakteri coli dan coliform dalam 100ml sampel. Penggunaan media BGLB ini
digunakan pada tahap uji penguat. Media ini digunakan dengan maksud untuk media
penyubur bagi bakteri coliform sekaligus sebagai media selektif bagi bakteri selain
bakteri coliform. Dengan komposisi media yang mengandung laktossa dan garam
empedu inilah yang dapat mengizinkan dan mendorong bakteri-bakteri coliform untuk
tumbuh secara optimal.
Media BGLB merupakan media yang digunakan untuk uji bakteri coliform yang biasanya
terdapat pada air minum, air limbah, makanan dan produk susu serta produk lain yang
menjadi perhatian sanitasi. Komposisi media ini adalah petone untuk menyediakan
nitrogen , vitamin, mineral dan asam amino esensisal untuk pertumbuhan bakteri,
laktosa merupakan karbohidrat yang difermentasi sehingga dapat menyediakan
karbon dan energi. Oxbile dan brilliant ngreen dapat menghambat bakteri gram positif
dan bakteri garm negatif kecuali coliform. Media BGLB dibuat dengan menimbang
bubuk media sebanyak 8 g dan dilarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml, warna
dari media BGLB adalah hijau tua . Kemudian dipanaskan dengan kompor listrik sampai
homogen, dan di cek pH media BGLB yakni 7,4 ± 0,2 setelah itu di tuang media BGLB
kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham (posisi terbalik) sebanyak 10
ml, dan dipastikan tidak terdapat gelembung udara dalam tabung durham. Kemudian
36
di tutup tabung reaksi dengan kapas berlemak dan kertas buram untuk selanjutnya
disterilisasi di autoclave dengan suhu 121ºC selama 15 menit. Jika tidak segera
digunakan media disimpan dalam kulkas.
Khusus untuk media yang menggunakan tabung durham ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatannya, antara lain:
Seluruh bagian tabung durham harus terendam oleh media.
Tidak boleh ada gelembung udara dalam tabung udara.
Tabung durham harus menyentuh dasar tabung reaksi yang digunakan.
Enterococcus
faecalis 24hr 35°C Aerobic Inhibited
ATCC® 29212
37
3.3.4. Lactosa Broth (LB)
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam
air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk
Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya.
Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri.
Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme
koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk
koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan
0,5% laktosa.
38
Media EMB Agar agar yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
Berdasarkan sifat fisiknya media EMB Agar merupakan media padat atau solid
karena mengandung agar sekitar 15g /liter sehingga setelah dingin media akan
menjadi padat.
Berdasarkan kandungan bahannya media EMB Agar merupakan media sintetis
karena komposisinya tersusun dari bahan-bahan kimia yang telah diketahui
komposisinya secara pasti.
Berdasarkan tujuan pembuatannya media EMB Agar merupakan media selektif
diferensial untuk menubuhkan bakteri gram negatif dari golongan
Enterobacteriaceae.
Media EMB Agar yang masih berupa serbuk memiliki warna ungu berbentuk serbuk
dan media yang sudah jadi berwarna ungu gelap dengan konsistensi padat.
Berdasarkan jenisnya media EMB Agar merupakan media plate, karena dicetak di
dalam petridisk steril.
Media EMB Agar memiliki pH asam yaitu pH 6.8 ± 0,2.
39
menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan
jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga menampakkan difusi hasil
metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam pengujian suatu hasil metabolit.
40
Uji Kualitas Media
Kualitas media harus diperiksa terlebih dahulu sebelum media digunakan. Secara
umum ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menguji mutu media yang telah
diuat, antara lain.
a) Secara visual
Secara visual dapat dilakukan dengan cara melihat warna, kekeruhan, dan
perubahan lain yang dapat dilihat, contohnya :
Bila warna media EMB berubah warna dari warna standarnya yaitu ungu gelap. Jika
hal ini terjadi patut dicurigai terjadi pergeseran nilai pH. Untuk itu dapat nilai pH
dapat diukur kembali menggunakan alat ukur pH, seperti pH stik atau pH meter.
Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan , maka media harus dibuat baru, atau dapat
pula ditambahkan larutan basa seperti NaOH jika kurang basa, atau larutan asam
seperti HCl jika kurang asam.
b) Uji sterilitas
Uji sterilitas merupakan satu keharusan untuk mengetahui kualitas media apakah
masih layak digunakan atau tidak. Uji sterilitas ini dilakukan dengan mengambil 5
% media dari setiap batch media yang dibuat. Kemudian diinkubasi selama dua hari
pada suhu 350 C. Bila terdapat pertumbuhan lebih dari dua koloni kuman pada satu
cawan petri atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat
dipakai.
c) Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif
Kuman kontrol positif adalah kuman yang seharusnya tumbuh pada media
tertentu, sedangkan kontrol kuman negatif adalah kuman yang seharusnya tidak
tumbuh pada media tertentu.
Nilai-Nilai Kritis Dalam Pembuatan Madia EMB Agar ( Eosin Methylene Blue Agar)
Penimbangan bubuk media harus sesuai dengan volume yang akan dibuat, maka
dari itu dapat dibantu dengan perhitungan.
Pelarutan media jangan sampai mendidih karena dapat merusak komposisi media,
khususnya kandungan gula (laktosa), merubah pH media, dan membuat media
susah memadat.
Pengecekan pH media harus pada suhu 25 °C agar tidak merusak indikator pH yang
digunakan.
Proses sterilisasi harus tepat suhu, waktu dan tekanan pada autoklaf agar media
yang dibuat terhindar dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Proses pengerjaan harus cepat dan tepat, khususnya saat media akan dituang ke
petridisk, agar media tidak memadat sebelum dipindahkan ke petridisk.
Penuangan media ke petri disk harus pada kondisi steril yaitu melalui proses fiksasi.
Media diinkubasi selama ± 24 jam, dengan posisi petridisk terbalik, untuk
menyediakan sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhan bakteri, dan agar uap
air yang berkondensasi menjadi tetesan air tidak jatuh ke permukaan media dan
menyebabkan kontaminasi.
41
Jika tidak digunakan media harus disimpan terhindar dari sinar matahari langsung
dan disimpan di dalam kulkas pada suhu 20 – 80 C.
43
mikroorganisme dapat diketahui dengan menumbuhkannya dalam media biakan yang kaya
dengan triptofan.
Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi
paradimetil amino bensaldehid. Interpretasi hasil : negatif (-) : Tidak terbentuk lapisan cincin
berwarna merah pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari
triptophan sebagai sumber karbon. Positif (+) : Terbentuk lapisan cincin berwarna merah
pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari triptophan sebagai
sumber karbon(Cowan, 2004).
45
Lembar Praktikum 7
Percobaan 3.1 Pengujian bakteri coliform dan Escherichia coli dengan metode MPN
A. Tujuan Praktikum
1. Peserta didik mampu melakukan langkah-langkah perhitungan mikroba menggunakan media R2A
Agar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
k) Batang oase ( 1 buah)
l) Pembakar spiritus ( 1 buah )
m) Botol akuades ( 1buah )
n) Botol penyemprot alkohol ( 1 buah)
o) Cawan petri (4 buah)
p) Tabung reaksi tutup ulir (3 buah)
q) Erlenmeyer ( 2 buah)
r) Timbangan ( 1 buah )
s) Autoklaf ( 1 buah )
t) Inkubator ( 1 buah )
2. Bahan
e) Sampel mikroba
f) Media SDA
g) Larutan butterfield phosphate buffer
h) Aquades
C. Cara Kerja
6. Tahap Sterilisasi Alat
e. Sebelum bekerja, siswa memakai semua APD sesuai SOP yaitu jas lab, sarung tangan dan
masker
f. Sebelum bekerja, siswa mensterilkan area kerja dengan menyemprot meja kerja dan tangan
dengan alcohol 76 %
g. Beberapa alat disterilisasi menggunakan autoklaf.
h. Mensterilisasi alat dengan autoklaf selama 15 menit ( pemanasan 30 – 60 menit )
7. Tahap Pembuatan medium biakan
f. Menimbang medium biakan yang dibutuhkan
2) Media R2A Agar sebanyak 2 gram
g. Memasukkan media R2A Agar ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 50 ml aquades
lalu mengaduk hingga homogen
h. Memasukkan media R2A Agar ke dalam autoklaf
i. Setelah media di autoklaf, menuang media SDA ke cawan petri sebanyak 4 cawan petri sesuai
prosedur aseptis
j. Menyimpan media sampai memadat
8. Tahap pengenceran sampel
e. Mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian memasukkan ke tabung reaksi pertama
( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -1) dan menambahkan pelarut butterfield
phosphate buffer sebanyak 9 ml.
Mengambil sampel sebanyak 1 ml dari tabung reaksi pertama , kemudian memasukkan ke tabung reaksi
kedua ( tabung reaksi dengan factor pengenceran 10 -2) dan menambahkan pelarut butterfield phosphate
buffer sebanyak 9 ml.
46