Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK II
ACARA II
PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST

DISUSUN OLEH:
NURUL FITRIANI PARHAN
G1C019055

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA II
PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERST

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Membuktikan persamaan Nernst pada sistem Cu-Zn dan menentukan tetapan
persamaan Nernst.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 2 juni 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Fisika dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik
ketika reaksi di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang
dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua
elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam bentuk volt (V).
Jika potesial sel besar maka jumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elektrode
dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya jika potensial sel kecil maka elektron
dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja.Sel yang reaksinya ada
dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel demikian memiliki potensial
sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua elektrode yang sama namun
konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektroda dalam larutan pekat merupakan katode
(tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan
anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi) (Sukardjo, 2004).

Pengaruh konsentrasi laksosa sebagai substrat bakteri Lactobacillus bulgaricus


terhadap potensial sel yang dihasilkan pada Sistem Microbial Fuel Cell telah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh konsentrasi laktosa sebagai substrat
bakteri ,untuk menghasilkan listrik, potensial listrik maksimum dan menentukan nilai
potensial standar laktosa (E°Laktosa) berdasarkan persamaan Nernst. System MFC dua
kompartemen dan jembatan garam sebagai penghubungnya digunakan dalam penelitian
ini. Anoda berisi laktosa dengan variasi konsentrasi 3-7% dan bakteri. Katoda berisi
KM04 lM. Elektroda yang dipakai adalah grafit. Waktu operasional MFC adalah 14 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi laktosa berpengaruh terhadap potensial
sel yang dihasilkan pada sistem MFC. Potensial sel maksimum yang dihasilkan pada
konsentrasi laktosa 4%, yaitu sebesar 710 mV kemudian berdasarkan teori persamaan
Nerst diperoleh nilai E°Laktosa pada sistem MFC sebesar + 0,236 V (Kusuma, dkk.,
2018).

Baterai berdensitas energi tinggi telah lama menjadi target keberlanjutan, tetapi
densitas energi baterai lithium-ion canggih sebagian dibatasi oleh kapasitas kecil bahan
elektroda positif. Meskipun menggunakan reaksi redoks oksigen tambahan dari oksida
logam transisi kelebihan Li adalah pendekatan yang menarik untuk meningkatkan
kapasitas, pemahaman tingkat atom tentang mekanisme reaksi belum ditetapkan sejauh
ini. Di sini, menggunakan spektroskopi hamburan sinar-X resonansi inelastis yang peka
terhadap curah yang dikombinasikan dengan perhitungan abinitio, kami
mendemonstrasikan keberadaan orbital oksigen 2p terlokalisasi yang dihibridisasi secara
lemah dengan orbital logam transisi t2g yang secara teoritis diprediksi memainkan peran
kunci dalam reaksi redoks oksigen. Setelah oksidasi oksigen, lubang di orbital 2p oksigen
distabilkan oleh pembentukan ikatan multiorbital a (σ + ) melalui donasi balik strong yang
kuat atau peroksida O22− melalui dimerisasi oksigen. Pembentukan ikatan multiorbital
dengan logam transisi penerima dan pendonor dapat menyebabkan reaksi redoks oksigen
reversibe (Sudayama, dkk., 2020).

Pendekatan berdasarkan EM baterai dan Persamaan Nernst diusulkan untuk


memperkirakan SOC dari baterai lithium-ion. Model partikel tunggal yang mengurangi
kompleksitas EM baterai khas sambil mempertahankan kemampuannya untuk menangkap
dinamika baterai digunakan dalam pekerjaan ini untuk memberikan wawasan langsung
untuk menghitung konsentrasi lithium-ion dalam partikel padat. Tegangan kesalahan
antara tegangan terminal dan model yang direferensikan sel tegangan keluaran digunakan
untuk mengoreksi konsentrasi ion litium melalui modul umpan balik negatif tegangan
sederhana. Jumlah konsentrasi lithium-ion yang dikoreksi secara kuantitatif disimpulkan
dengan persamaan Nernst. Kinerja metode yang diusulkan telah divalidasi dalam kondisi
operasi yang berbeda, termasuk berbagai pengisian dan pemakaian tarif saat ini, SOC
awal yang salah, dan sel tingkat penuaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa meskipun
SOC awal yang salah sebesar 50% diterapkan pada yang diusulkan algoritma, perkiraan
yang menjanjikan dengan kesalahan absolut rata-rata kurang dari 1,35% masih dapat
dicapai untuk konstan dan kondisi pemuatan dinamis, menunjukkan tingkat tinggi
ketahanan dan efektivitas estimasi SOC yang diusulkan metode (Liu, dkk., 2020).

Residu pestisida tertinggal pada tanaman dapat mengikat enzim cholinesterase


dan menimbulkan gangguan sistem saraf. Analisis residu diazinon dalam tanaman kubis
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat toksitas yang ditimbulkan. Metode biosensor
elektrokimia sebagai sensor elektrokimia menggunakan elektroda kerja kawat platina
terlapis enzim butirilkholinesterase (BChE) dan membrane selulosa asetat (SA) serta
glutaraldehid (GA) dapat digunakan untuk analisis residu pestisida. Hasil uji kinerja
elektroda komposisi membran SA 10 % GA 20%, diperoleh harga faktor Nernst 28,1
µV/dekade dengan kisaran pengukuran 10-9 – 10-6 M, nilai limit deteksi1,29 x
10-7 M waktu respon 30 – 300 detik. Penentuan faktor Nernst dan kisaran pengukuran
diperoleh dengan cara mengalurkan potensial E(mV) terhadap konsentrasi substrat
Butirilkholim kloroda ditambahkan inhibitor diazinon dengan konsentrasi 10-3M – 10-
9M. Nilai teoritis faktor Nernst adalah 29,6 mV/dekade dan kurva linearitas terbaik
memberikan harga R mendekati satu. Hubungan antara potensial elektroda E (mV) dengan
keaktifan ion dapat dinyatakan persamaan berikut E = E0  S log Aa (Azis, dkk., 2020).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Amplas
b. Corong kaca 75 mm
c. Gelas arloji
d. Gelas kimia 100 mL
e. Kertas saring
f. Labu ukur 100 mL
g. Voltmeter
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Larutan kalium nitrat (KNO3) jenuh
b. Larutan seng sulfat (ZnSO4) 1 M
c. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,001 M
d. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,01 M
e. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,1 M
f. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 1 M
g. Logam seng (Zn)
h. Logam tembaga (Cu)

D. SKEMA KERJA
2 gelas kimia 100 mL

Masing-masing diisi dengan ZnSO4 1 M dan CuSO4 1


M

Gulung kertas saring

Dicelupkan kedalam KNO3 jenuh

Digunakan untuk menghubungkan kedua gelas


kimia

Elektroda Cu dan Zn

 Diamplas hingga bersih


 Dihubungkan dengan voltemeter
 Dicelup ke larutan yang sesuai
 Dicatat nilai voltase/Esell

Hasil

Percobaan diulangi dengan konsentrasi larutan Cu2+ 0,1; 001 dan 0,001
M
 Dicatat masing-masing nilai Esell

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel data Eosell
No [Zn2+] [Cu2+] Eosell (V)
1. 1M 1M 0,035
2. 1M 0,1 M 0,032
3. 1M 0,01 M 0,029
4. 1M 0,001 M 0,025
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan reaksi

Reaksi anoda : Zn (s) → Zn2+(aq) + 2e- Esel =+ 0,76 Volt


Reaksi katoda : Cu2+(aq) + 2e- → Cu (s) Esel = + 0,34 Volt
Reaksi total : Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq)+ Cu (s) E°sell = + 1,10 Volt
2. Perhitungan
a. Menentukan konsentrasi Cu2+ 1 M sampai Cu2+ 0,001 M

Rumus : ln¿ ¿ ¿
 Untuk [Cu2+] 1 M

¿ ln ¿ ¿ ¿

[1 M ]
¿ ln
[1 M ]

¿0
 Untuk [Cu2+] 0,1 M

¿ ln ¿ ¿ ¿

[1 M ]
¿ ln
[0,1 M ]

¿ 2,303
 Untuk [Cu2+] 0,01 M

¿ ln ¿ ¿ ¿

[1 M ]
¿ ln
[0,01 M ]

¿ 4,605
 Untuk [Cu2+] 0,001 M

¿ ln ¿ ¿ ¿

[1 M ]
¿ ln
[0,001 M ]

¿ 6,908
b. Tabel hubungan antara ln ¿ ¿ ¿dengan E°sell
No. [Zn2+] [Cu2+] E°sel (V) ¿¿¿ ln ¿ ¿ ¿
1. 1M 1M 0,035 1 0
2. 1M 0,1 M 0,032 10 2,303
3. 1M 0,01 M 0,029 100 4,605
4. 1M 0,001 M 0,025 1000 6,908

c. Grafik hubungan antara ln ¿ ¿ ¿ dengan E°sel

Grafik Hubungan ln [Zn2+ ]/[Cu2+] dengan


Eosel
0.04
0.04
f(x) = − 0 x + 0.04
0.03 R² = 0.99 E sel
0.03 Linear (E sel)
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Dari grafik didapatkan nilai slope dan intersep


1. Slope dan intersep berdasarkan percobaan
 Slope
-0,0014
 Intersep
E°sel

Intersep 0,0352
E°sel 0,0352Volt
2. Slope dan intersep berdasarkan teori
 Δy
Slope
Δx
RT
nF
8,314 ×298
2× 96.500
0,013
 Intersep E°sel
+ 1,10 Volt
3. Perhitungan persamaan Nernst
a. Persamaan Nernst berdasarkan teori

E°sel Zn = – 0,76 Volt (anoda)


E°sel Cu = + 0,34 Volt (katoda)
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Jadi E°sel = E°katoda – E°anoda

= E°katoda – E°anoda

= + 0,34 Volt – (– 0,76 Volt)

= + 1,10 Volt
RT
EselE=° sel− ln ¿ ¿ ¿
nF
Diketahui:
R = 8,314 J/mol K

T = 298 K

n = 2 mol

F = 96.500 C/mol
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 1 M
8,314 J / mol K ×298 K 1
Esel = 1,10−( ln )
2 mol × 96.500C 1
1,10−(0,013
= ×0)
1,10
= Volt
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,1 M
8,314 J /mol K ×298 K 1
Esel = 1,10−( ln )
2 mol × 96.500C 0,1
1,10−(0,013
= ×2,303)
1,07
= Volt
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,01 M
8,314 J /mol K ×298 K 1
Esel = 1,10−( ln )
2 mol × 96.500C 0,01
1,10−(0,013
= × 4,605)
1,04
= Volt
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,001 M
8,314 J /mol K ×298 K 1
Esel = 1,10−( ln )
2 mol × 96.500C 0,001
1,10−(0,013
= ×6,908)
1,01
= Volt
b. Persamaan Nernst berdasarkan percobaan
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 1 M
RT
Esel = E ° sel− ln ¿ ¿ ¿
nF
= 8,314 × 298 1
0,035− ln
2× 96.500 1

0,035−0
=
0,035
= Volt
 Untuk [Zn ] 1 M dan [Cu2+] 0,1 M
2+

RT
Esel = E ° sel− ln ¿ ¿ ¿
nF
= 8,314 × 298 1
0,032− ln
2 × 96.500 0,1
= 0,032−(0,013 ×2,303)
= 0,032−0,03
= 0,002 Volt
 Untuk [Zn ] 1 M dan [Cu2+] 0,01 M
2+

RT
Esel = E ° sel− ln ¿ ¿ ¿
nF
= 8,314 × 298 1
0,029− ln
2× 96.500 0,01
= 0,029−(0,013 × 4,605)
=
= -0,031 Volt
 2+ 2+
Untuk [Zn ] 1 M dan [Cu ] 0,001 M
RT
Esel = E ° sel− ln ¿ ¿ ¿
nF
= 8,314 × 298 1
0,025− ln
2× 96.500 0,001
0,025−(0,013
= × 6,908)
=
= -0,065 Volt
c. Perhitungan % Error E sel

Esel teori−Esel percobaan


% Error Esel= ( Esel teori )
× 100 %
 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 1 M

% Error= ( 1,10−0,035
1,10 )× 100 %
¿ ( 1,065
1,10 )
×100 %

¿ 96,81%

 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,1 M

% Error= ( 1,07−0,002
1,07 )× 100 %
¿ ( 1,068
1,07 )
×100 %

¿ 99,8%

 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,01 M

% Error= ( 1,04−(−0,031)
1,04 ) ×100 %
¿ ( 1,071
1,04 )
×100 %

¿ 102,9%

 Untuk [Zn2+] 1 M dan [Cu2+] 0,001 M

% Error= ( 1,01−(−0,065)
1,01 )× 100 %
¿ ( 1,075
1,01 )
×100 %

¿ 106,4%

d. Perhitungan % error E°sel

% error E°sel = |slope teori−slope percobaan


slope teori | x 100 %
= |0,013−0,0014
0,013 |× 100 %
= 0,89 ×100 %

= 89 %

F. PEMBAHASAN 
Pada percobaan kali ini yaitu tentang persamaan nernst yang bertujuan
membuktikan persamaan Nernst pada sistem Cu-Zn dan menentukan tetapan persamaan
Nernst. Pada praktikum ini digunakan lempengan Zn dan Cu, larutan CuSO 4 1M dan
ZnSO4 1M dengan KNO3 sebagai jembatan garam. Lempengan Cu dicelupkan dalam
larutan CuSO4 dan lempengan Zn dicelupkan pada larutan ZnSO4, dimana kedua elektroda
dihubungkan dengan voltmeter yang berfungsi untuk mengukur perbedaan potensial pada
kedua sistem sedangkan kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam yang
terbuat dari kertas saring yang digulung dan telah dicelupkan dalam larutan KNO3 sebagai
jembatan garam. Jembatan garam berfungsi sebagai penyetara anion dan kation dalam
sistem ini karena pada saat elektron teralir, maka secara otomatis kation Zn 2+ makin
bertambah, di dalam larutan ZnSO4 sedangkan disebelahnya terjadi penurunan jumlah ion
(kation) Cu2+  karena terus menerus tereduksi menjadi lempengan tembaga padahal secara
normalnya seharusnya jumlah antara ionnya(kation) adalah sama, sehingga itulah yang
menyebabkan dipasangnya jembatan garam untuk mengimbangi jumlah kation Zn dan Cu
dengan SO42-. Pada larutan ZnSO4 akan terdiri dari anion NO32- oleh jembatan garam
sesuai dengan jumlah Zn2+ yang makin bertambah sedangkan pada CuSO4 yang semakin
kekurangan kation Cu2+, SO42- yang tersisa akan masuk ke dalam jembatan garam untuk
menggantikan posisi NO32-yang terlepas dari jembatan garamnya.
Pada percobaan ini kami memvariasikan konsentrasi dari larutan CuSO 4 yang
mana variasi konsentrasinya ialah 1 M, 0,1 M, 0,01 M, dan 0,001 M. Dimana ini bertujuan
untuk melihat pengaruh dari konsentrasi tembaga sulfat pada rangaiakan sel volta terhadap
nilai Eosel yang dihasil dan dari perbedaan konsetrasi dari kedua larutan yang di
gunakan. Dari hasil percobaan nilai Eosel dari masing-masing konsentrasi, semakin kecil
konsentrasi nilai Eosel semakin besar. Namun hasil dari percobaan ini berbanding terbalik
dengan teori. Secara teoritis seharusnya nilai Eosel dari konsentrasi yang nilainya rendah
maka nilai Eoselnya juga semakin rendah. Nilai Eosel merupakan suatu nilai yang sangat
ditentukan oleh jenis bahan dan konsentrasi bahan serta temperature larutan elektrolit
sehingga itulah sebabnya dalam percobaan ini dilakukan pengamatan Eosel terhadap
perubahan konsetrasi. Dari percobaan ini kita peroleh penjelasan bahwa semakin bersar
konsetrasi larutan elektrolit yang digunakan maka semakin besar beda potensial sel yang
dihasilkan. Hal ini karena makin besar konsentrasi dalam suatu larutan maka makin
banyak spesi-spesi yang dapat mentranfer elektron sehingga beda potensialnya otomatis
makin besar. Seharusnya setiap kali larutan CuSO4 ini diganti maka jembatan garamnya
pun ikut diganti. Hal ini karena jembatan garam yang telah dipakai artinya telah bereaksi
dengan larutan tembaga sulfatdengan konsentrasi sebelumnya. Begitupun logam pada
elektrodanya harus diamplas sebelum dipakai dan saat setelah dilakukan penggantian
larutan untuk membersihkan endapan yang dihasilkan karena proses ini sangat sensitive
sedikit saja pengotor dapat menimbulkan kesalahan yang besar.

G. KESIMPULAN
KNO 3 berfungsi sebagai jmbatan garam yang memberikan keseimbangan antara
ion zink dan tembaga. K+ dn KNO3 memberikan keseimbangan antara ion Zn dengan Cu.
Karena konsentrasi ion Cu berkurang maka elektrode Cu akan membesar dan warna biru
akan semakin menghilang. slope yang didapat adalah -0,0014 %error Eosel yang didapat
adalah 89 %. persamaan reaksinya adalah Zn + Cu2+                Zn2+ + Cu.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, T., Nurhaeni., Bijang, C., & Nurwahida, A. (2020). Kinerja Elektroda Platina Terlapis
Enzim ButirilkholinesteraseSelulosa Asetat-Glutaraldehida untuk Deteksi Diazinon.
Jurnal Riset Kimia, 6(2): 106-111 .
Kusuma, R. A., Rahmanto, W. H., & Suyati, L. (2018). Effect of Lactose Concentration as
Lactobacillus bulgaricus Substrate on Potential Cells Produced in Microbial Fuel Cell
Systems. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21 (3), 144- 148.
Liu, L., Zhu, J., & Zheng, L. (2020). An Effective Method for Estimating State of Charge of
Lithium-Ion Batteries Based on an Electrochemical Model and Nernst Equation. IEEE
ACCESS. 8 (1), 211738- 211749,
Sudayama, T., Uehara, K., Mukai, T., Asakura, D., Shi, X. M., Tsuchimoto, A., Boisse, B. M.
D., Shimada, T., Watanabe, E., Harada, Y., Nakayama, M., Okubo, M., & Yamada, A.
(2020). Multiorbital bond formation for stable oxygen-redox reaction in battery
electrodes. Energy & Environmental Science. 1 3, 1492—1500.
Sukardjo. (2004). Kimia Fisik.Yogyakarta. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai