Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAUHID

“MACAM-MACAM ILMU TAUHID”

Oleh

Muhammad Yazid Ahda

Fahrezi Syarief Arrasyid

Mufid Muzzaky

DOSEN PEMBIMBING :

Ibu Afni Lindra, S.Pd.I, MA

JURUSAN PENDIDIDKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AHLUSSUNNAH BUKIT TINGGI

TP. 1443/2021

1
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur kita kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kepada kita rahmat serta hidayahnya,sehingga makalah Tauhid
tentang Iman kepada hari kiamat dan iman kepada qadha dan qadhar dapat kami
selesaikan.

Sholawat dan salam tidak lupa kami ucapkan kepada baginda kita dialah
nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT untuk memberikan
petunjuk kejalan yang benar kepada seluruh manusia di dunia ini.

Penulis menyadari bahwasannya makalah yang dibuat ini masih terdapat


kekurangan dan kesalahan,sehingga memerlukan perbaikan.Oleh karena
itu,penulis menerima kritik dan saran yang dapat menjadikan makalah ini lebih
baik lagi.Atas kritik dan saran yang diberikan,penulis mengucapkan segenap
terimakasih sebesar besarnya,dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Bukit Tinggi,5 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Masalah............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pengertian Tauhid……………………........................................................6
B. Keistimewaan Tauhid………………………………..................................7
C. Macam Macam Tauhid………....................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

A. Kesimpulan...............................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................16

C. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa,
yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau
perbuatan perbuatan-Nya (Prof. Dr. M. Yusuf Musa, 1961, hal. 45).
Tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan
penuh penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan
peribadatan selain kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang
Mulia (asma’ul husna), dan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan
menafikan sifat kurang dan cela dari-Nya (Shalih Fauzan bin Abdullah al
Fauzan, hal. 15). Demikianlah pengertian tauhid menurut para ulama
ternama, yang intinya adalah keyakinan akan Esa-nya ketuhanan Allah
SWT, dan ikhlasnya peribadatan hanya kepada-Nya, dan keyakinan atas
nama-nama serta sifat sifat-Nya.
Pembahasan mengenai tauhid merupakan hal yang paling urgen
dalam Agama Islam, di mana tauhid mengambil peranan penting dalam
membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau
akar daripada Aqidah Islamiyah. Kalimat tauhid atau lebih dikanal dengan
kalimat syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah (Laailaahaillallah)
begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang
muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang
lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah aqidah menjadi
sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan
masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat,
sehingga urusan urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian
manusia daripada hal hal lainnya, termasuk masalah keberagamaan,

4
sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan
yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin
hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua
akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama paripurna yang tidak
mengatur urusan ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan
duniawi, yang menjadikan aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Diharapkan dari penulisan makalah ini, selain pengetahuan yang lebih luas
tentang Tauhid sebagai intisari peradaban yang telah mengantarkan umat
Islam menuju kejayaan demi kejayaan yang tidak pernah tertandingi.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini rumusan makalah yang dapat kami paparkan
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian tauhid?
2. Apa keistimewaan tauhid?
3. Apa saja macam-macam tauhid?
4. Apa makna kalimat tauhid dan keutamaanya?
C. Tujuan Berdasarkan
rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain:

1. Memahami dan mempelajari pengertian.

2. Memahami keistimewaan tauhid.

3. Memahami dan mempelajari macam-macam tauhid.

4. Memahami makna dan keutamaan kalimat tauhid.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah mengesakan Allah semata dalam beribadah dan
tidak menyekutukan-Nya. Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul
alaihimusshalatuwassalam. Bahkan tauhid merupakan pokok yang
dibangun di atasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal
perbuatan menjadi tidak bermanfaat dan gugur karena tidak sah sebuah
ibadah tanpa tauhid.1
Firman-firman Allah SWT yang menyeru umat manusia untuk
tidak menyekutukan-Nya. Surah Adz-Dzariyat: 56 :
“Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanya untuk beribadah
kepadaku.”
Surah An-Nahl: 36
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap umat
untuk menyerukan: “Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah
thaghut”.”
Surah Al-Isra: 23-24
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah
kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali kamu jangan mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

1
Muh. Mu’inudinillah Basri dan Erwandi Tarmizi. 2010. Tauhid dan Makna
Syahadatan. Hal: 4

6
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya bagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil”.”

Surah Al-Isra: 39
“Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain,
sehingga kamu (nantinya) dicampakkan dalam neraka jahannam dalam
keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Allah).”
Surah An-Nisa: 36
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan jangan kamu
mempersekutukannya dengan sesuatupun.”
Tauhid sebagai suatu pengetahuan kesaksian, keimanan, dan
keyakinan terhadap keesaan Allah dengan segala kesempurnaan-Nya.
Berdasar ayat-ayat Al-Qur’an tersebut di atas, keesaan Allah itu meliputi
tiga hal, yaitu esa zat-Nya, tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada
sekutu bagi Allah; esa af’al-Nya, tidak ada seorang pun yang dapat
melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Menurut Osman Raliby,
kemahaesaan Allah adalah: Allah Maha Esa dalam zat-Nya. Kemahaesaan
Allah dalam zatNya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa zat Allah
tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan apapun juga. Zat Allah tidak
akan mati, tetapi akan kekal dan abadi. Allah juga bersifat wajibul wujud,
artinya hanya Allah yang abadi dan kekal wujud-Nya. Selain Allah,
semuanya bersifat mumkinul wujud, artinya boleh ada dan boleh tidak
ada.2
B. Keistimewaan Tauhid
Tauhid memiliki banyak keistimewaan. Hal ini berdasarkan firman Allah
dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan mengenai
besarnya makna tauhid bagi orang-orang yang menanamkan ketauhidan dalam
dirinya.
Surah Al-Anam: 82
2
http://alkisahikmah.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

7
“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan mereka dengan
kedzaliman (kemusyrikan) mereka itulah orang-orang yang mendapat
ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah.”
Ubadah bin Shamit menuturkan, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar)
selain Allah saja, tiada sekutu baginya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, dan kalimatnya yang
disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu benar
adanya, dan neraka juga benar adanya maka Allah pasti memasukkannya
ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya.” Imam Buhari
dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang
mengucapkan “Laa Ilaaha Illallah” dengan ikhlas dan hanya
mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah.”
Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu
hasan) dari Anas bin Malik ia berkata:
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah berfirman: “Hai
anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa
sejagat raya, dan engkau mati dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa
ampunan sejagat raya pula”.
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk
mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”, Allah berfirman: “Ucapkan hai
Musa “Laa Ilaaha Illallah”. Musa berkata: “Ya Rabb, semua hamba-Mu
mengucapkan itu”, Allah menjawab: “Hai Musa, seandainya ketujuh
langit serta seluruh penghuninya selain Aku dan ketujuh bumi diletakkan
dalam satu sisi timbangan dan kalimat “Laa Ilaaha Illallah” diletakkan
pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat “Laa Ilaaha Illallah” lebih

8
berat timbangannya.” (H.R Ibnu Hibban dan Hakim sekaligus men-
shahih-kannya).
C. Macam-macam Tauhid
Tauhid terbagi menjadi 4, yaitu tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah, tauhid
uluhiyah, dan tauhid rahmaniyah.
1. Tauhid Rububiyah
Secara estimologis kata rabb sebenarnya memiliki banyak arti,
antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara,
menanggung, memperbaiki, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin,
mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan pembahasan
tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari akar
kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan. Tauhid rububiyah
sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa dalam penciptaan,
pemberian rezeki dan penguasaan atas makhluk-makhluk-Nya. Kenyataan
alam secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat tauhid rububiyah.3
Tauhid rububiyah yaitu menyatakan bahwa tidak ada tuhan
penguasa seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan dan memberi
mereka rizki. Tauhid ini juga telah diikrarkan oleh orang-orang musyrik
pada masa dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha
Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-
Ankabut: 61, yang artinya:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?”
Tentu mereka akan menjawab, “Allah” maka betapakah mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar)”
Akan tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat
mereka masuk Islam dan tidak membebaskan mereka dari api neraka serta
tidak melindungi harta dan darah mereka dari misi jihad Islam, karena

3
http://alkisahikmah.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

9
mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan sebaliknya mereka
berbuat syirik kepada Allah dalam bneribadah kepada-Nya dengan
memalingkan ibadah mereka kepada selain Allah.4
2. Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari kata mulk yang terbentuk
pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang
meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya zat yang mengusai alam
semesta ini. Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa
saja untuk makhluk-Nya. Sebagai pemilik segala yang ada, Allah adalah
raja atau penguasa. Raja berfungsi menjadi penguasa manakala ia adalah
pemimpin yang dipatuhi. Keberadaan keyakinan mulkiyah ini
membedakan antara pribadi muslim dan bukan muslim. Dengan demikian,
tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan,
pembelaan, dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali
pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan syariat Allah. Karena
dengan penegakan syariat Allah di muka bumi akan menjamin
kemashlahatan dan kemakmuran kehidupan di bumi.5
3. Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab
kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti tentram, tenang,
lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat
dan kekhususan zat Allah. Tauhid uluhiyah merupakan pengejawantahan
dari sikap kepasrahan dan penghambaan yang utuh kepada Allah. Seorang
yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan mengabdikan segenap
kehidupannya kepada Allah semata. Makna tauhid uluhiyah adalah sebuah
keyakinan bahwa selain Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan
menguasai langit, bumi, dan seisinya, satu-satunya yang wajib ditaati dan
yang menentukan segala aturan serta yang melindungi. Ibnu Rajab berkata,
4
Muh. Mu’inudinillah Basri dan Erwandi Tarmizi. 2010. Tauhid dan Makna
Syahadatan. Hal: 4-5
5
http://alkisahikmah.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

10
“Ilah adalah yang wajib ditaati dan tidak didurhakai, merasa takut karena
mengagungkan. Cinta takut dan penuh pengharapan, berserah diri,
memohon hanya kepada-Nya. Siapa yang menyekutukan-Nya dengan
suatu makhluk dalam perkara ini akan merusak keikhlasan seseorang
dalam berikrar laa ilaaha ilallah”.
Ilah bagi manusia bisa bermacam-macam bentuknya. Oleh karena
itu konsekuensi pernyataan laa ilaaha ilallah sangat berat karena harus
meninggalkan seluruh ilah selain kepada Allah. Tauhid uluhiyah
mengandung konsekuensi tertentu bagi orang beriman. Keyakinan ini
menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah dalam segenap aktivitas
kita.6
Tauhid uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah
dalam seluruh amalan ibadah yang Allah perintahkan, seperti berdoa,
khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), khusyu’,
khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta pertolongan,
menyembelih, nazar, dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya.
Dalilnya firman Allah ta’ala: (Q.S Al-Jin: 18)
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorang di dalamnya di samping
(meyembah) Allah.”
Manusia tidak boleh memalingkan sedikitpun ibadahnya kepada
selain Allah ta’ala, tidak kepada malaikat kepada para Nabi dan tidak juga
kepada para wali yang shaleh dan tidak kepada siapapun makhluk yang
ada. Karena ibadah tidak sah kecuali dilakukan dengan ikhlas untuk Allah,
maka siapa yang memalingkannya kepada selain Allah dia telah berbuat
syirik yang besar dan semua amalnya gugur.
Kesimpulannya adalah seseorang harus berlepas diri dari
penghambaan (ibadah) kepada selain Allah, menghadapkan hati
sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak cukup dalam

6
http://alkisahikmah.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

11
tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar
dari ajaran orang-orang musyrik serta apa yang mereka lakukan seperti
berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang telah mati dan
semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang-orang mati) agar
Allah menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya dan meminta
pertolongan kepada mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan
syirik.
Wujud nyata tauhid adalah memahaminya dan berusaha untuk
mengetahui hakikatnya serta melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi
ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah mengarahkan ruhani dan hati
kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khauf), taubat, tawakkal,
berdoa, ikhlas, mengagungkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah
kepada-Nya. Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba
sesuatupun selain Allah, dan tidak ada keinginan terhadap apa yang Allah
tidak inginkan dari perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun
kecil dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan. Itulah
hakikat tauhid dan hakikat Laa Ilaaha Illallah.7
4. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat merupakan bagian dari mentauhidkan
(mengesakan) Allah dalam akidah Islam. Tauhid ini merupakan bentuk
penerapan pengesaan dari makhluk terhadap Allah mengenai nama-nama-
Nya dan sifat-sifat-Nya, yang mana nama-nama dan sifat-sifat ini telah
diatributkan oleh-Nya sendiri.
Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah dengan cara
menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan sendiri
oleh-Nya (dalam firmannya) atau yang disebutkan oleh Rasul-Nya (dalam
hadits), tanpa mengilustrasikan (Takyif), menyerupakan dengan sesuatu
(Tamtsil), menyimpangkan makna (Tahrif), atau bahkan menolak nama
atau sifat tersebut (Ta’thil).

7
Muh. Mu’inudinillah Basri dan Erwandi Tarmizi. 2010. Tauhid dan Makna
Syahadatan. Hal: 6-7

12
Dalil mengenai Tauhid Asma' dan Sifat dari al-Quran di antaranya ialah
firman Allah yang artinya:

1. “Hanya milik Allah nama-nama yang paling baik, maka berdoalah


kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu, dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran mengenai nama-nama-
Nya.” (QS. al-A’raaf: 180)
2. “Dan hanya bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di
bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Ruum: 27)
3. “Maka janganlah kalian mengadakan penyerupaan-penyerupaan bagi
Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian tidak
mengetahui.” (An-Nahl: 74)

Dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah perkataan Nabi :

1. “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama,


barangsiapa menghafalnya maka ia akan masuk surga.” (HR. at-
Tirmidzi 3508)
2. “Aku meminta kepada-Mu dengan segenap nama-Mu, yang telah Kau
namakan diri-Mu dengannya, atau Kau turunkan dalam kitab-Mu, atau
Kau ajarkan kepada salah satu hamba-Mu atau Kau simpan di dalam
ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu.” (HR. Ahmad 3712)8

Beberapa kaidah dalam memahami dan mengimani Tauhid Asma was


Shifat:

A. Nama dan sifat Allah adalah sesuatu yang tauqifiyah (hanya


berdasarkan wahyu; tidak ditetapkan kecuali hanya berdasarkan lafal
al-Quran dan as-Sunnah).

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid_Asmaa%27_dan_Sifat

13
B. Keyakinan tentang sifat Allah seperti keyakinan tentang Dzat-Nya.
Maksudnya, sifat, dzat, dan perbuatan Allah tidak serupa dengan
apapun. Karena Allah memiliki dzat secara hakiki dan dzat-Nya itu
tidak serupa dengan dzat apapun selain-Nya, maka demikian pula sifat-
sifat Allah yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Allah
menyandang sifat-sifat tersebut secara hakiki dan tidak serupa dengan
apapun.
C. Semua nama Allah adalah baik dan sama sekali tidak ada yang buruk,
karena nama-nama itu menunjukkan dzat yang memiliki nama tersebut
yaitu Allah. Nama-nama itu menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan
yang tidak mengandung kekurangan sedikitpun dari segala sisi.
D. Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu.Nabi
Muhammad Bersabda: “Aku meminta kepada-Mu dengan segenap
nama-Mu, yang telah Kau namakan diri-Mu dengannya, atau Kau
turunkan dalam kitab-Mu, atau Kau ajarkan kepada salah satu hamba-
Mu atau Kau simpan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu.” (HR.
Ahmad 3712)

5. Tauhid Dzat wa Af’aal


Meng Esakan Allah Ta’ala pada dzat adalah jalan yang terakhir
dari perjalan seorang salik. Disnilah titik terahir bagi arif billah untuk
menuju Allah dan disini perhentian perjalanan kaum sufi dan para
wali-wali Allah.
Dan disinilah batasnya mi’rojnya orang-orang mukmin sejati.
Apabila sudah mencapai kepada makam tauhidul dzat itu, maka
diperolehnya kelezatan dan kenikmatan yang tiada taranya.
Hanya dengan itulah yang dapat memuaskan dahaga jiwanya :
menenangkan qolbunya,nikmat-nikmat yang tak dapat diperoleh orang
lainnya. Inilah puncak rasa menikmati ridhonya , puncak kebahagiaan
yang kekal dan abadi sepanjang masa.

14
Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian yang terdahulu mungkin
kita sudah mendapatkan pelajaran bahwa selain untuk membersihkan
hati juga kita mempunyai titik tujuan pelajaran dan ilmu Thoriqat
tasawuf yaitu adalah menuju jalan kembali kepada Allah dan supaya
wusul dan liqo/ bertemu Allah.
Maka bagi seorang salik/ penuntut haruslah dimulai dengan
mempelajari dan mengamalkan tauhidul af’al, artinya : meng esakan
Allah Ta’ala pada segala perbuatan. Yakni meninggalkan seluruh
perbuatan yang ada pada makhluk ini kepada Allah.
Maksudnya pandanganlah olehmu dengan syuhud hati dan dengan
mata kepala dengan itikad yang putus dan dengan haqqul yakin, bahwa
segala perbuatan dan gerakan yang ada terlihat dalam alam ini, baik
yang datang dari diri kita sendiri maupun yang datang dari semua
mahluk yang ada dalam alam ini , baik perbuatan yang diridhoi oleh
syara' maupun yang dilarang oleh syara' adalah kesemuanya itu
perbuatan Allah Ta’ala.
Memang itu perbuatan Allah , maka kalau kita lihat pada lahirnya
segala perbuatan itu dilakukan oleh manusia/hamba dan segala
hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi namun kita teliti dengan
cermat dan dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan akal,
dengan seksama bahwasanya memang mahluk ini lemah, dhaif, hina
tak punya daya upaya sama sekali. Dan tidak punya sifat ta’sir dan
sebagainya. Sedangkan segala pebuatan itu tidak akan ada kalau sifat
yang memperbuat itu tidak memiliki sifat-sifat tsb. Sifat-sifat ta’sir itu
ialah Qudrat, Iradat, ilmu, hayat sedang semua sifat-sifat itu ialah
kepunyaan dan milik Allah. Jadi segala perbuatan yang ada terlihat
pada alam ini dan diri kita, itulah perbuatan mazazi namanya dan
bukan hakiki. Itu adalah kenyataan perbuatan Allah kepada kita.

15
Allah menyandarkan perbuatannya kepada kita, adalah tanda kasih
sayangnya, supaya kita punya titik dan penempatan mengenal
perbuatan Allah dan dzat-Nya.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan Tauhid
adalah mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak
menyekutukan-Nya. Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul
alaihimusshalatuwassalam. Bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun di
atasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi
tidak bermanfaat dan gugur karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.
Berdasarkan Al-Quran dan Hadits, Tauhid ini memiliki keistimewaan bagi
manusia yang menanamkan dalam dirinya, yaitu ketenangan jiwa, pertolongan
dunia, dan pertolongan akhirat. Kalimat tauhid adalah “Laa Ilaaha Illallah”,
yang memiliki makna bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali
Allah sebagai tuhan yang haq dan hakiki. Ada empat macam tauhid, yaitu
tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid rahmaniyah.
Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa
dalam penciptaan, pemberian rezeki dan penguasaan atas makhluk-makhluk-
Nya. Tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan,
pembelaan, dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali
pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan syariat Allah. Sedangkan
tauhid uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh
amalan ibadah yang Allah perintahkan. Dan tauhid rahmaniyah menghendaki
nilai dasar kasih sayang dikembangkan dalam hubungan dan pergaulan

9
https://www.tvtarekat.com/2021/01/tauhidul-afal-asma-sifat-dan-dzat.html

16
kehidupan kita. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan nilai kasih
sayang yang sangat dibutuhkan dalam menopang kehidupan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
saran serta kritikan yang membangun sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakrun Syafi’I, Muh. Mu’inudinillah Basri , dan Erwandi Tarmizi. 2007.


Kitab Tauhid. Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah: Indonesia.

http://alkisahikmah.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-
us-x none.html
Muh. Mu’inudinillah Basri dan Erwandi Tarmizi. 2010. Tauhid dan
Makna Syahadatan. Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah:
Indonesia

https://www.tvtarekat.com/2021/01/tauhidul-afal-asma-sifat-dan-dzat.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid_Asmaa%27_dan_Sifat

17

Anda mungkin juga menyukai