Anda di halaman 1dari 8

Kata Penghantar

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya,
yang telah membimbing kita dalam memahami teologi Islam dengan benar. Kami berterima
kasih kepada mereka semua. Tulisan ini membahas penyebab penyimpangan dalam teologi
Islam. Karena tanpa mengetahui ilmu ini, seseorang dapat dengan mudah terjerumus ke dalam
jurang kesalahan dan dosa besar yang tidak dapat diampuni oleh Allah SWT. Makalah ini perlu
perbaikan di berbagai bidang seperti persiapan dan keterbatasan penulis. Saran untuk perbaikan
diperlukan. Semoga makalah ini dapat membantu umat Islam meningkatkan Aqidahnya.

Tanggerang, 19 September 2022


DAFTAR ISI

Kata Penghantar..........................................................................................................................1

Daftar Isi......................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan...............................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................................................
2.1 Fungsi Aqidah Dalam Kehidupan Sehari – hari.......................................................................4
2.2 Pembagian – Pembagian Tauhid............................................................................................5
2.3 Kedudukan Aqidah yang Benar...............................................................................................6
2.4 Sebab – Sebab Penyimpangan Aqidah....................................................................................7

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................8
3.2 Daftar Pustaka........................................................................................................................8
1.1 Latar Belakang

Aqidah adalah sistem kepercayaan Islam, yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Percaya pada
sesuatu penting untuk kesejahteraan kita. Kita harus percaya pada sesuatu untuk dianggap
sebagai orang percaya. Namun bukan berarti keyakinan ditanamkan secara dogmatis dalam diri
seseorang, karena proses keyakinan harus dibarengi dengan dalil-dalil aqli. Namun, karena
pikiran manusia terbatas, tidak semua hal yang perlu diyakini dapat dirasakan dan dicapai oleh
pikiran manusia. Para ulama sepakat bahwa argumentasi sayap kanan dapat membawa kepada
keimanan dan ketaqwaan yang kuat. Satu-satunya argumen Nakuri yang dapat memberikan
keyakinan yang diharapkan adalah argumen Kati. Tulisan ini memberikan beberapa ide yang
dapat membantu siapa saja yang ingin belajar tentang teologi Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang Aqidah,maka diperlukan sub pokok bahasan yang
saling berhubungan sehingga penyusun dapat membuat rumusan masalah sebagai
berikut ini :
a. Apa itu Aqidah untuk fungsi dalam kehidupan sehari – hari?
b. Sebab apa saja penyimpangan Aqidah?
c. Bagaimana kedudukan Aqidah yang benar?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun Tujuan dari pembahasan yang terdapat dari makalah ini adalah memenuhi tugas
agama dan diharapkan dapat mejawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 FUNGSI AQIDAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Secara etimologis (harfiah), aqidah berasal dari kata aqada ya'qidu - 'aqdan-aqidatan. Aqdan
artinya simpul, penghubung, kesepakatan, dan kepastian. Setelah1 terbentuk dalam aqidah
artinya amanah. Hubungan antara makna kata 'aqdan dan 'aqidah adalah keyakinan yang
tertanam kuat di dalam hati, mengikat dan mengandung kesepakatan (Yumnahar Ilyas, 1993:1).
Kata aqidah berarti “mengikat”, sedangkan dalam istilah Islam aqidah adalah mata rantai antara
hati dan perbuatan (Purba Hadis, 2015:38). Artinya hal-hal yang harus dibenarkan oleh hati dan
jiwa dengan pasti dan tanpa keraguan karena memiliki pedoman hidup yang bersumber dari Al-
Qur'an dan hadits Nabi. Dengan memberikan pandangan Islam yang lebih luas kepada mereka
yang biasanya mengetahui dan mengetahui Islam hanya dari perspektif Fiqih saja. Fiqh
menggambarkan Islam sebagai agama yang banyak berbicara tentang haram dan halal, yang
dapat membuat Islam tampak seperti agama yang sempit. Jika kesan itu melekat pada pikiran
manusia saat ini, maka akan mempersempit gerak manusia di zaman modern ini. Islam tidak
hanya mencakup aspek fiqih, tetapi Islam memiliki aspek lain seperti aspek aqidah, aspek
filosofis, aspek mistik, aspek budaya dan ilmiah, aspek sejarah dan lain-lain. Dari segi aqidah,
berkaitan dengan masalah keimanan dan ketaqwaan, siapa yang benar-benar muslim dan masih
menganut Islam. Dibahas pula tentang umat Islam yang melakukan hal-hal yang diharamkan.
Dengan demikian, fungsi aqidah adalah untuk membahas isu-isu fundamental dan isu-isu pokok,
bukan isu-isu sampingan yang menjadi pembahasan fikih (Proyek Pengembangan Perguruan
Tinggi Agama, 1986: Dapat kita simpulkan bahwa fungsi aqidah adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan dan menunaikan kewajiban yang telah disepakati, yaitu mengenal Allah
SWT. Semua sifat itu wajib baginya serta mensucikannya dari sifat-sifat yang tidak
mungkin baginya.
2. Untuk memungkinkan para Rasul-Nya, dengan keyakinan, untuk menenangkan jiwa,
dengan berpegang pada yang jelas, dan tidak hanya menuruti peniruan buta, sesuai
dengan apa yang diajarkan Al-Qur'an, merekomendasikan menggunakan akal untuk
mempelajari sifat dari segala sesuatu yang ada. di sekitar kita, menembus rahasia alam
sesuai dengan apa yang dapat dicapai, sampai mempercayai sesuatu telah disarankan
untuk diselidiki.
3. Hapuskan taklid terhadap sesuatu yang diceritakan oleh nenek moyang dalam cerita
orang-orang kuno karena tindakan seperti itu sangat dikritik oleh Al-Qur'an. Taklid
semacam itu dapat melemahkan iman dan menghapus kesadaran beragama.
4. Untuk mengetahui bahwa tempat akal dalam Islam menempati tempat yang tinggi di
samping Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
5. Tanamkan iman dalam landasan kokoh yang tidak mudah goyah oleh perubahan
zaman.
2.2 PENYEBARAN - PENYEBARAN TAUHID

Untuk memahami secara garis besar, sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua jenis, yaitu
tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah.

1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah diartikan sebagai beriman kepada Allah SWT. Hanya dia
yang berhak disembah dan berhak dibicarakan oleh seluruh hambanya, atau
dengan kata lain Tauhid Uluhiyah adalah pengakuan bahwa hanya Tuhan
yang berhak disembah dan berjanji untuk selalu disembah. :10) Tauhid
Uluhiyah atau Tauhid Al-Ibadah (Sheikh Bin Fauzan Al-Fauzan Shalih,
2013).Sebagai Uluhiyah berarti beribadah kepada Allah SWT. Dengan
mencintai Dia. Oleh karena itu Tauhid Uluhiyah adalah pengakuan Allah
SWT melalui perbuatan hamba-hamba-Nya sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah SWT bagi mereka. Tauhid Uluhiyah mengakui bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah SWT Ditemukan dalam Firman Allah SWT: Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan, tetapi Dia adalah
Yang Maha Penyayang dan Maha Penyayang. (Q.S. Al - Baqarah: 163)
Mengatakan: "Dialah Allah Yang Maha Esa. (Q.S. Al - Ikhlash: 1).
2. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan bahwa yang menciptakan alam semesta
dan alam beserta isinya hanyalah Allah SWT. sendirian tanpa bantuan siapa
pun. Dunia ini tidak ada dengan sendirinya, tetapi ada satu hal yang
menciptakannya, yaitu Allah SWT. Allah SWT dengan segala perbuatannya
seperti menciptakan, menyediakan makanan, menghidupkan, membunuh,
mengatur alam semesta. Jadi tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Allah SWT
adalah pencipta alam semesta dan isinya sebagaimana firman-Nya dalam Al-
Qur'an: (Yang memiliki sifat itu) demikianlah Allah SWT. Tuhan mu; tidak
ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, sembahlah Dia; dan Dia
adalah pemelihara segala sesuatu. (Q.S. Al An'am: 102) Tauhid Rububiyah
akan hancur jika kita mengakui bahwa ada Tuhan selain Allah SWT yang
menjaga dunia ini. Al-Qur'an menetapkan kesatuan Tuhan dalam
penciptaan alam (tawhid rububiyyah) dengan argumen logis yang berbeda.
Al-Qur'an menegaskan keunikan Allah SWT seperti halnya Al-Qur'an
menegaskan keberadaan Allah SWT (Jainuddin, 1974: 22).
3. Tauhid Ubudiyah
Karena kami percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. (Tauhid
Uluhiyah) dan tidak ada yang menciptakan, mengelola dan menjalankan
alam semesta ini selain Allah SWT. (Tawhid Rububiyah), maka kita harus
meyakini bahwa tidak ada yang berhak menerima pengabdian (ibadah) dari
kita selain Allah SWT. Inilah Arti Tauhid Ubudiyah Kata Ubudiyah berasal
dari kata “abada” yang artinya mengabdikan diri atau beribadah kepada
Allah SWT (Jainuddin, 1974: 22). Beribadah di sini bukan berarti Allah SWT
ingin disembah oleh hamba-Nya karena Allah SWT tidak ingin disembah,
tetapi beribadah di sini adalah ketaatan atau ketaatan dalam selalu menjaga
dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Jadi,
ibadah langsung seperti shalat dan puasa, serta ibadah sosial melalui
perbuatan baik untuk kebaikan sosial seperti zakat, sedekah, membantu
orang miskin dan lain-lain, semua ini untuk kebahagiaan dan keselamatan
kita. Di sisi lain, Allah SWT tidak membutuhkan kita, orang-orang kafir
menolak untuk menyembah-Nya karena ini tidak akan mengurangi
keagungan Allah SWT.

2.3 KEDUDUKAN AQIDAH YANG BENAR

Dalam ajaran Islam, aqidah menempati tempat yang sangat penting. Ibarat sebuah bangunan,
akidah adalah fondasinya, sedangkan ajaran Islam lainnya, seperti ibadah dan akhlak, dibangun
di atasnya (Hasbi Ashshiddiqiey, 1973:69). Dengan demikian, posisi aqidah adalah sebagai
berikut:
4. Aqidah adalah misi pertama yang dibawa oleh para rasul Allah SWT. Allah
SWT berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul ke
setiap negeri (untuk seruan): “Sembahlah Allah SWT (saja), dan
berangkatlah dari Thaghut ini” (QS. An-Nahl: 36).
5. Manusia diciptakan untuk tujuan beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “Dan Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
6. Iman yang benar dikenakan pada setiap mukallaf. Nabi berkata: "Saya telah
diperintahkan untuk berperang dengan orang-orang sampai mereka
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang benar selain Allah SWT dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah SWT." (Muttafaq 'alaih).
7. Menghormati keyakinan yang benar adalah kewajiban manusia seumur
hidup. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kita
adalah Allah SWT, mereka berdiri teguh (bertahan) kemudian para malaikat
akan turun ke atas mereka (berkata): “Jangan takut, jangan sedih dan
berbahagialah (dapatkan). ) surga yang dijanjikan Allah SWT kepadamu.”
(QS. Fushilat: 30).
8. Aqidah adalah akhir dari kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia
fana ini. Nabi, saw, mengatakan: "Barangsiapa mengakhiri pidatonya
dengan 'Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT, orang itu
pasti akan masuk surga.' (Sumber Daya Manusia. Al-Hakim dan lainnya).
9. Iman yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah
manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi kesulitannya. "Kamu
adalah yang terbaik lahir bagi umat manusia, Anda memerintahkan apa
yang baik dan mencegah apa yang buruk dan percaya kepada Allah SWT."
(QS. Ali-Imran: 110).
10. Kebutuhan manusia akan aqidah yang sejati melampaui semua kebutuhan
lainnya karena merupakan sumber kehidupan, kedamaian dan kenikmatan
hati. Dan semakin sempurna pengenalan dan ilmu seorang hamba kepada
Allah SWT, maka semakin sempurna pula dia dalam memuliakan Allah SWT
dan menjunjung syariat-Nya.

2.4 SEBAB PENYIMPANGAN AQIDAH

Dalam kamus KBBI, kata “menyimpang” berasal dari kata “deviasi” yang berarti sesuatu yang
memisahkan (memutar, membagi) dari hak orang tua. Dan penyimpangan adalah proses, cara
dan tindakan yang menyimpang dari atau di luar aturan yang berlaku. Penyimpangan dari
agama Islam yang benar adalah kehancuran dan penyimpangan, yaitu penyimpangan dari Al-
Qur'an dan As-Sunnah. Karena konsepsi Islam tentang manusia adalah untuk mengetahui
bahwa manusia adalah tujuan utama penciptaan alam (Ahmad Hanafi, 2016:161)
Penyimpangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Gagal menguasai pemahaman aqidah yang benar karena karena kurangnya


pemahaman dan perhatian. Akibatnya, mereka sering murtad dan
melanggar bahkan menentang akidah yang hakiki. Jurnal Pendidikan Islam
dan Teknologi Pendidikan.
2. Fanatik terhadap pewarisan tradisi, marga (leluhur). Karena itu, ia menolak
kepercayaan yang benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman tentang
ummat sebelumnya dengan enggan menerima keyakinan yang dibawa oleh
para nabi. Surah Al-Baqarah: 170 "Dan ketika mereka diberitahu: 'Ikuti apa
yang diturunkan Allah', mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang kami temukan (perbuatan) dari nenek moyang kami.
"(Ketika mereka juga akan mengikuti), meskipun nenek moyang mereka
bodoh dan tidak menerima instruksi."
3. Ketaatan buta terhadap kata-kata tokoh yang disegani tanpa melewati
seleksi yang tepat menurut Al-Qur'an dan Sunnah Sampai ketika pola
menyimpang arah, menyimpang.
4. Cinta yang berlebihan (ekstrim) dan peninggian orang-orang kudus dan
orang-orang kudus yang telah meninggal, sehingga menempatkan mereka
setara dengan Tuhan atau mampu melakukan tindakan Tuhan. Kuburan
mereka digunakan sebagai tempat shalat, sumpah dan berbagai ibadah
lainnya yang didedikasikan hanya untuk Allah. Hal ini dilakukan oleh kaum
Nabi Nuh AS ketika mereka menghormati kuburan sholihin.
5. Kecerobohan dan ketidakpedulian dalam mempelajari ajaran Islam akibat
kecemerlangan peradaban Barat. Bukan hal yang aneh untuk merayakan
para pemikir dan ilmuwan Barat dan hasil teknologi yang dicapai sambil
menerima perilaku dan budaya mereka.
6. Pendidikan dalam keluarga, sebagian besar tidak berdasarkan ajaran Islam,
sehingga anak-anak tumbuh tidak mengenal akidah Islam. Padahal Nabi
Muhammad SAW memperingatkan artinya: “Setiap anak dilahirkan
menurut fitrahnya, maka orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,
menjadikannya Yahudi, wajib menyembah atau meninggikannya” (HR:
Bukhari).
7. Peran pendidikan formal tidak memberikan porsi yang memadai dalam
pembinaan keagamaan seseorang.

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Aqidah Islamiyah dalam tubuh manusia adalah ibarat kepalanya.. Jadi ketika suatu umat rusak,
bagian yang perlu dipulihkan adalah kepercayaannya terlebih dahulu. Disinilah pentingnya
aqidah, apalagi aqidah ini berkaitan dengan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat.
Aqidah adalah kunci surga kita. Aqidah juga merupakan dasar dari semua hukum agama di
atasnya. Keyakinan Islam adalah tauhid, keesaan Tuhan yang diwujudkan dalam keyakinan
pertama. Pada dasarnya tauhid masuk akal untuk semua aspek “kehidupan beragama” baik
secara ideologis, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Setelah pembahasan
makalah ini, diharapkan kepada kita semua,dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal
Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan
sehari-hari. Akhirnya atas perhatian dan klritikan yang baik kami ucapkan terimakasih.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar. 1993.Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam
Jainuddin. 1992. .Ilmu Tauhid Lengkap.Jakarta : Reneka Cipta
M. At-tamimi, Syaikh.2003. Kitab tauhid.Jakarta : Mega Tama Sofwa Persindo Purba, Hadis.
2015.Tauhid(Ilmu Syahadat dan Amal).Medan : IAIN Press Software Alquran.2007

Anda mungkin juga menyukai