ILMU TAUHID
“Pokok Aqidah Islam”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Disusun Oleh:
PBI 1-B
Kelompok 2
Aura Amalia (2323031)
Muhammad Yazid (2323043)
Nurul Aisyah Balkis (2323042)
Restika Maidasari (2323039)
Dosen Pengampu :
Hendrisab, MA.
Penulis
DAFTAR ISI
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah
adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota
badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi yang artinya:
“Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan
anggota badan. “(HR Thabrani)
Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT
membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu
hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman
kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka
orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman.
Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman
kepada Allah SWT, seseorang tidak akan berimani kepada yang lain, seperti beriman kepada
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari akhir.
Mengutip dari buku Rukun Iman Islam dan Ihsan karya Agus Setiyanto, pengertian iman
kepada Allah SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu
ada (wujud). Artinya, setiap muslim wajib mempercayai-Nya walaupun belum pernah melihat
wujud-Nya, mendengar suara-Nya, bahkan menyentuh-Nya.
Iman kepada Allah artinya mempercayai atau meyakini adanya Allah di dunia ini yang
menciptakan alam semesta beserta isinya. Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang
pertama yang wajib diimani oleh umat muslim. Kewajiban umat muslim dalam memahami
rukun iman dijelaskan dalam ayat Al-Quran maupun keterangan hadits.
Menurut istilah iman berarti mempercayai dengan sepenuh hati mengenai Ketuhanan Allah
SWT sebagai Tuhan kita. Dengan beriman pada-Nya niscaya Allah SWT akan hadir dalam
hati kita. Beriman kepada-Nya juga ditandai dengan banyak hal. Misalnya dengan kita
mena'ati segala perintah-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya. Iman juga bisa dibuktikan
dengan kita tidak menyekutukan Allah SWT sebagai satu - satunya Tuhan yang berhak untuk
disembah. Namun secara luas, makna iman telah diperinci untuk menjadi pemahaman dan
pegangan hidup umat muslim. Dengan pemahaman makna iman yang sebenarnya, umat
muslim bisa mengerti mengenai batasan - batasan iman.
Makna iman
Dalam memahami makna iman, bisa kita implikasikan dalam hidup dengan keyakinan
yang kuat bahwasanya Allah SWT merupakan Tuhan segala sesuatu dan rajanya. Dialah
Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu di alam semesta ini.
Bisa kita lihat makna iman yang pertama adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah
Tuhan Yang Maha Kuasa atas ciptaan-Nya. Maka tak heran dengan kita mentadabburi
ciptaan-Nya akan bisa meningkatkan keimanan kita pada-Nya.
Makna yang kedua adalah meyakini hanya Allah SWT saja sebagai Tuhan yang berhak
untuk disembah. Makna kedua ini mengisyaratkan bahwa keimanan dibuktikan dengan kita
secara konstan mampu meningkatkan kualitas ibadah kita pada-Nya.
Yang ketiga, makna iman adalah dengan kita yakin atas kesempurnaan sifat yang dimiliki
oleh Allah SWT. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sempurna, sehingga kita harus yakin
bahwa apa yang sudah Allah SWT jalankan untuk kita dalam hidup ini adalah suatu yang
terbaik bagi kita.
Maka implikasi dari makna iman yang ketiga ini adalah dengan kita selalu berhusnudzon
pada Allah SWT. Kita yakin atas takdir Allah SWT yang sudah ditentukan untuk kita adalah
takdir yang terbaik yang harus kita jalani. Karena Dialah Dzat Yang Maha Sempurna dalam
menjalankan sesuatu.
Pengertian iman dalam bahasa Arab memiliki arti Percaya. Sedangkan menurut istilah,
iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta
diamalkan dengan perbuatan.
ِإَّن َر َّبُك ُم ٱُهَّلل ٱَّلِذ ى َخ َلَق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر َض ِفى ِس َّتِة َأَّياٍم ُثَّم ٱْسَتَو ٰى َع َلى ٱْلَع ْر ِش ُيْغ ِش ى ٱَّلْيَل ٱلَّنَهاَر َيْطُلُب ۥُه َح ِثيًثا َو ٱلَّش ْمَس َو ٱْلَقَم َر
َو ٱلُّنُجوَم ُمَس َّخ َٰر ٍۭت ِبَأْم ِرِهٓۦۗ َأاَل َلُه ٱْلَخ ْلُق َو ٱَأْلْم ُرۗ َتَباَرَك ٱُهَّلل َر ُّب ٱْلَٰع َلِم يَن
Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah, Rabb semesta alam."
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri mengatakan, melalui surat Al A'raf ayat 54, Allah
SWT menceritakan sendiri tentang wujud-Nya, tentang rububiyah-Nya atas makhluk-Nya.
"Dan tentang asma-Nya (nama-nama-Nya) dan sifat-sifat-Nya," tulis Syaikh Abu Bakar.
Dalil naqli iman kepada Allah SWT juga disebutkan dalam Al Qur'an Surat Al-Qashash
ayat 30. Ini adalah firman Allah SWT ketika menyeru kepada Nabi Musa AS dari sebatang
pohon, di tepi kanan sebuah lembah, di suatu tempat yang diberkahi.
َفَلَّم ٓا َأَتٰى َها ُنوِدَى ِم ن َٰش ِط ِئ ٱْلَو اِد ٱَأْلْيَمِن ِفى ٱْلُبْقَعِة ٱْلُم َٰب َر َك ِة ِم َن ٱلَّش َج َرِة َأن َٰي ُم وَس ٰٓى ِإِّنٓى َأَنا ٱُهَّلل َر ُّب ٱْلَٰع َلِم يَن
Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir
lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu,
yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-
Qashash ayat 30)
Artinya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, niscaya hancurlah
keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan.”
Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, melalui Surat Al-Anbiya’ ayat 22, Allah
SWT menegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah di langit dan bumi selain Dia.
Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah
dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah:163).
َو َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك اْلِكٰت َب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه َفاْح ُك ْم َبْيَنُهْم ِبَم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا َو اَل َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء ُهْم َع َّم ا َج ۤا َء َك
ِم َن اْلَح ِّۗق ِلُك ٍّل َج َع ْلَنا ِم ْنُك ْم ِش ْر َع ًة َّوِم ْنَهاًجاۗ َو َلْو َش ۤا َء ُهّٰللا َلَج َع َلُك ْم ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َّو ٰل ِكْن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْم َفاْس َتِبُقوا اْلَخ ْي ٰر ِۗت ِاَلى ِهّٰللا
َم ْر ِج ُع ُك ْم َج ِم ْيًعا َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم ِفْيِه َتْخ َتِلُفْو َۙن
Artinya: "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukanNya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.
)اِإل ْيَم اُن َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل َوَم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ْلِه واْلَيْو ِم ْاآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخ ْيِرِه َو َش ِّر ِه (رواه مسل
“Iman itu adalah engkau percaya (adanya) Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para
RasulNya dan hari akhirat serta percaya ekpada taqdir yang baik dan yang buruk.” (HR.
Muslim).
Setidaknya ada 3 hal yang disebutkan Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri sebagai dalil
Aqli iman kepada Allah SWT.
Pertama, adanya alam semesta dengan aneka makhluk hidup ini menjadi bukti dan
memberi kesaksian tentang adanya wujud Sang Pencipta, Allah SWT. "Karena tidak ada
seorang pun di alam raya ini yang mengklaim telah menciptakan alam raya ini beserta isinya
selain dari Allah SWT," tulis Syaikh Abu Bakar.
Kedua adalah adanya firman-firman Allah SWT di dalam Al Quran yang selalu dibaca
oleh umat Islam. Tak hanya dibaca tetapi juga dihayati dan dipahami maknanya.
Dalil Aqli iman kepada Allah SWT yang ketiga adalah adanya sistem yang teratur Hadits
Rasulullah SAW :
)اِإل ْيَم اُن َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل َوَم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ْلِه واْلَيْو ِم ْاآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخ ْيِرِه َو َش ِّر ِه (رواه مسلم
“Iman itu adalah engkau percaya (adanya) Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para
RasulNya dan hari akhirat serta percaya ekpada taqdir yang baik dan yang buruk.” (HR.
Muslim).
Ada banyak contoh perilaku iman kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
yaitu:
- Mendirikan Sholat
- Menafkahkan sebagian rezeki
- Beriman Kepada Kitab Allah
- Menafkahkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
- Selalu berbuat kebajikan
- Mampu menahan amarah
- Mampu memaafkan kesalahan orang lain
- Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
- Berhenti dari perbuatan keji dan tidak mengulanginya lagi
- Mempercayai dengan benar rukun iman
- Menjaga shalat lima waktu berjamaah di masjid (bagi laki-laki).
- Menunaikan zakat, berinfak dan sedekah dengan ikhlas dan banyak.
- Menjaga aqidah dalam diri dari perilaku syirik, khurafat, dan bid’ah.
- Senantiasa beramal sholeh dalam bermuamalah.
- Menunaikan segala sesuatu yang diwajibkan oleh Allah SWT dari segi beribadah maupun
bermuamalah.
- Mencintai sesama muslim sebagai saudara seiman.
- Meninggalkan segala bentuk perilaku yang dibenci oleh Allah SWT dan Rosul-Nya.
- Mentadabburi segala ciptaan Allah yang ada di langit maupun di bumi beserta seluruh
alam semesta serta menyakini bahwa Allah Maha kuasa atas segala yang telah
diciptakan-Nya.
- Senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan
memperbaiki serta meningkatkan kualitas ibadah.
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH
A. Pengertian Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu kata amana yu'minu-imanan yang berarti beriman atau
percaya. Percaya dalam KBBI adalah mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata.
Poerwadarminta megatakan iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan hati.
Abul Ala alMahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa inggris Faith, yaitu to know, to believe, to
be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini
yang didalamnya tidak terdapat keraguan apapun. HAR Gibb dan JH Krammers memberikan
pengertian iman ialah percaya kepada Allah, percaya kepada utusan-Nya, dan percaya kepada amanat
atau apa yang dibawa berita yang dibawa oleh utusannya. Bila kita perhatikan penggunaan kata Iman
dalam Al- Qur'an, akan mendapatinya dalam dua pengertian dasar yaitu:
a. Iman dengan definisi membenarkannya ialah membenarkan berita yang datang dari Allah dan
Rasul- Nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan bahwa Rasulullah ketika menjawab
pertanyaan Jibril tentang Insan yang artinya bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul- rasul-Nya, hari kiamat dan engkau beriman
bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT.
b. Iman dengan definisi beriltizam dengan amal adalah segala perbuatan kebajikan yang tidak
bertentangan dengan hukum syara. Dalam sebuah ayat Allah.
B. Pengertian Malaikat
Malaikat secara terminologis memiliki banyak pendapat. Pertama, malaikat adalah hamba Allah
yang mulia yang tidak sama dengan makhluk lainNya. Malaikat selalu setia menaati perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT. Barangsiapa
yang tidak lelah dan malas dalam beribadah dan menjalankan tugasnya, memuliakan dan
mensucikannya, tidak akan pernah merasa sombong meskipun ada perintah sujud kepada Nabi Adam.
Adapun Muhammad Abduh berpendapat, yang memperjuangkan penafsiran rasional, ia
menegaskan bahwa “malaikat adalah makhluk gaib yang esensinya tidak diketahui tetapi bentuknya
masuk akal”. Syekh Muhammad Abduh menafsirkan ayat ini seperti yang dijelaskan oleh Rashid
Ridha dan mengungkapkan pendapat kontroversial bahwa bukan tidak mungkin dan tidak ada alasan
atau keberatan agama untuk memahami apa yang disebut malaikat apa yang orang lain sebut hukum
alam.
Menurut Muhammad Abduh, malaikat itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: yang artinya
“Dan (Malaikat) yang mengatur urusan (dunia)”. (Qs. An-Nazi'at:5(
Tugas malaikat adalah mengatur semuanya. Ini dilakukan menurut hukum alam, jadi tidak ada
salahnya memahami malaikat atau pengaruh perannya, yang dipahami manusia sebagai hukum alam.
Sifat-Sifat Malaikat:
Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan . Jumlah, rupa, keadaan mereka tidak ketahui,
melainkan hanya oleh Allah.
a. Mereka bertugas menjadi tentara Allah. Allah berfirman:
b. Malaikat memiliki fisik yang besar Allah SWT menyebutkannya dalam Qur'an surah Fathir : 1
Ini berarti bahwa jumlah sayap malaikat bermacam-macam, dua , tiga, ataupun empat sayap.
Selain itu ada juga malaikat yang memiliki jumlah sayap melebihi itu. Hal itu dibuktikan dengan
ketika Nabi SAW melihat Malaikat Jibril yang memiliki 600 sayap – setiap sayap memenuhi ufuk.
Ketiga: Malaikat diberikan yang sangat besar.
Hal ini ditunjukkan dengan jika Allah memerintahkan hanya satu dari mereka, maka sungguh
para malaikat mengeluarkan teriakan keras di dunia yang menyebabkan hancurnya mahluk,
sebagaimana yang telah terjadi pada kaum Tsamud, yang dikepung oleh jeritan keras. Jibril
meneriakkan teriakan secara keras kepada mereka. Jantung mereka berhenti berfungsi dalam tubuh
mereka dan berakibat sebagai akibatnya mati dan menjadi seperti rantingranting kering. Kebiasaan
bangsa Arab adalah apabila mereka ingin berdiam di suatu tempat, maka mereka mengumpulkan
ranting-ranting kayu yang dijadikan kandang yang mengelilingi domba dan ternak mereka.
Kandang ini pada akhirnya akan mengering dan menjadi rumput-rumput yang kering. Meskipun
Tsamud memiliki kekuatan yang hebat, mereka tetap akan menjadi seperti rumput-rumput kering
sebagai akibat teriakan keras dari salah satu malaikat.
Allah memerintahkan Jibril untuk mengangkat negeri kaum Luth, yang didalamnya berdiri
tujuh kota berisikan manusia, bangunan, barang-barang dan binatang. Dia membawanya di satu sisi
sayap-sayap dan mengangkat kota-kota tersebut hingga para malaikat mendengar gongongan anjing
dan kokokan ayam jantan. Kemudian dia membalikkan kota-kota itu dan Allah menenggelamkan
mereka ke dalam bumi.
Hal tersebut menjadi salah satu contoh dari besarnya kekuatan malaikat. Contoh selanjutnya
yaitu Malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala. Sangkakala merupakan sebuah terompet
yang kelak akan mengumpulkan ruh Bani Adam (manusia) dari awal sampai yang akhir. Kemudian
Israfil akan meniupkan Sangkakala satu kali, dan ruh-ruh akan melayang karena tiupan tersebut,
kembali ke tubuhnya. Tiupan itu disebut dengan Tiupan Kebangkitan (Nakhatul Ba’ats). Sebelumnya,
malaikat Israfil akan meniupkan Tiupan Kiamat (Nakhatus Sa’ah), sehingga segala sesuatu yang
berada di langit dan di bumi akan mati, terkecuali yang Allah kehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2018). Meneladani Sifat-Sifat Malaikat Allah Sebagai Bentuk Mengimani Adanya
Malaikat. Jurnal Pendidikan Agama Islam Taklim.
Farah, N., & Fitriya, I. (2018). Konsep Iman, Islam dan Taqwa. Jurnal Ilmu Studi Ushuluddin dan
Filsafat.
Fatoni, A. (2021). Malaikat.
Jalil, M. (2019). Falsafah Hakikat Iman Islam dan Kufur. Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi.
Marzuki, M. (2008). Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad SAW Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Jurnal Humanika.
Nasikhin, K. (2008). Malaikat Dalam Perspektif AlQur'an.
Putri, N. F. (2022). Penerapan Media Aplikasi Edmodo pada Pembelajaran Iman Kepada Malaikat-
Malaikat Allah SWT di SMKN 2 Sidrap.
Rahmat, M. (2009). Implementasi Metode Tematik Al-Quran untuk Memahami Makna Beriman
kepada Para Malaikat. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta'lim.
https://www.pelajaran.co.id (8 Juli 2023)