MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Tematik-1
Oleh :
Nama : Rizka Hidayatul Hasanah
NIM : 210601081
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Memahami Ma’na Al-Nafyu Wal Al-Ithbat Dalam Tauhid” ini tepat
pada waktunya. Tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................2
BAB 2................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Ma’na Al-Nafyu wa al-Ithbat dalam Tauhid...........................................................3
B. Ayat-Ayat Tauhid Yang Menggunakan Redaksi Al-Nafyu Wa Al-Ithbāt...............4
BAB 3..............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
Kesimpulan..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan majunya peradaban umat Islam dan berakhirnya
generasi terbaik dari umat ini yaitu sekitar abad tiga Hijriyah, maka
muncullah berbagai pemahaman dan penafsiran terhadap al-Qur´an. 1
aqidah Islam adalah tawhidullah (mengesakan Allah), pada
perkembangannya mengalami metamorfosis (perubahan) makna dan
menjadi salah satu disiplin ilmu yang dikenal oleh kalangan umat Islam
yaitu ilmu tawhid/aqidah.2
1
Tantangan paling mendebarkan dan paling sulit dihadapi umat
Islam adalah ketika peradaban Barat dan non-Islam muncul ke panggung
sejarah secara dominan, setelah masa keemasan peradaban Islam surut.
Kalimat laa ilaaha illaa Allah yang sama-sama kita tahu selama ini
mempunyai arti tiada Tuhan selain Allah, akan tetapi di abad modern ini
banyak bermunculan pemikir baru dalam memaknai kalimat laa ilaaha
illaa Allah tersebut. Sebagai seorang Muslim, kita tahu bahwa dalam
ajaran Islam iman kepada Allah diletakkan di atas landasan kalimat laa
ilaaha illaa Allah. Persoalannya adalah apa makna dari kalimat ini dalam
ma’na al-Nafyu dan ithbat. Semua orang tahu bahwa kalimat itu berarti
tiada Tuhan selain Allah, tetapi, apa yang terkandung didalamnya?.
B. Rumusan Masalah
1. Apa ma’na -Nafyu wa al-Ithbat dalam Tauhid?
2. Apa saja Ayat-Ayat Tauhid Yang Menggunakan Redaksi Al-Nafyu Wa
Al-Ithbāt?
C. Manfaat
1. Untuk dapat memahami ma’na al-Nafyu wal al-Ithbāt dalam Tauhid
2. Untuk dapat menafsirkan ayat-ayat Tawhid yang menggunakan
redaksi al-Nafyu wa al-Ithbāt
(2021), hlm.103
2
BAB 2
PEMBAHASAN
5
M. Hasballah Thaib & Zamakhsyari Bin Hasballah Thaib,2019. “Keutamaan Kalimat
Tauhid Laa Ilaaha Illa Allah” ( Medan: Universitas Dharmawangsa Press), Hlm.33
6
Ibid…,hlm.34
3
Tauhid tidak akan terealisasi tanpa nafy dan itsbat. Hal ini diisyaratkan
Allah dalam Firman-Nya:
ٓاَل ِاْك َر اَه ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َّيْكُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل َفَقِد
اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم
Artinya: “Tiada pemaksaan dalam beragama, telah jelas mana yang benar
dan mana yang sesat. Siapa yang kufur kepada thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang teguh pada tali Allah
yang kuat dan tidak putus, Dan Allah Maha mendengar lagi maha
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
7
Sa’id Abu Kasysyah, “Rukun Lā Ilāha Illallāh Dan Kandungannya” Dalam
Https://Muslim.Or.Id/28717-Irab-La-Ilaha-Illallah-Dan-Pengaruh-Maknanya-8.Html Diakses Pada
Tanggal 24 Februari 2023 Pada Pukul 15.12 Wita
8
M. Hasballah Thaib & Zamakhsyari Bin Hasballah Thaib,…hlm.36-37
4
beberapa ayat-ayat tauhid yang menggunakan redaksi Al-Nafyu Wa Al-
Ithbat, sebagai berikut:
ِإَّنُهْم َك اُنٓو ۟ا ِإَذ ا ِقيَل َلُهْم ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ٱُهَّلل َيْسَتْك ِبُروَن
Artinya: “Sungguh dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘Laa
ilaha illallah’ (Tidak ada tuhan selain Allah), mereka
menyombongkan diri.” (Q.S As-Saffat (37): 35)
5
untuk mengucapkannya, sebagaimana apa yang diucapkan oleh orang-
orang beriman.11
11
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurahman Bin Ishaq Al-Sheikh. “Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 7” Terj: M. Abdul Ghafar (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i,2005), hlm.9
12
Imam Abu Abdillah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakar Bin Farh Al Anshari Al
Khazraji Al Andalusi Al Qurthubi. “Tafsir Al-Qurthubi Jilid 10”, Terj: Muhammad Ibrahim Al-
6
Dan dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa ayat Ini
merupakan pemberitahuan bahwasanya tidak ada llah (yang berhak
diibadahi) selain Allah. Dan Dia tidak meminta untuk mengetahui
wujud-Nya.13 Sedangkan dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa
Maksud dari ayat diatas adalah ketahuilah tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) olehmu dan seluruh manusia selain Allah yang
menciptakan makhluk penguasa segala sesuatu. Segala sesuatu selain-
Nya mengakui rububiyah-Nya.14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada ayat ini menerangkan
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dan Allah
memerintahkan untuk memohan ampunan kepada-Nya, karena dialah
tempat untuk meminta dan dialah satu-satunya tuhan di alam semesta
ini.
3. Kalimat tauhid dalam Q.S An-Nahl (16) ayat 2
Allah SWT., berfirman dalam Al-Qur’an:
ُيَنِّز ُل ٱْلَم َٰٓلِئَكَة ِبٱلُّر وِح ِم ْن َأْم ِرِهۦ َع َلٰى َم ن َيَش ٓاُء ِم ْن ِعَباِدِهٓۦ َأْن َأنِذ ُر ٓو ۟ا َأَّن ۥُه ٓاَل ِإَٰل َه ِإٓاَّل
۠ا
َأَن َفٱَّتُقوِن
Artinya: “Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan
perintah-Nya kepada siapa yang dia kehendaki di antara hamba-
hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, ‘peringatkanlah (hamba-
hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu
bertakwa kepada-Ku.’” (Q.S An-Nahl (16):2)
Dalam Tafsir Al-Azhar pada ujung ayat menjelaskan bahwa
inti pokok dari segala wahyu yang turun kepada Rasul-Rasul dan
Nabi-Nabi pilihan Allah ialah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan kita hendaklah bertakwa kepada-Nya. Ajaran wahyu
yang lain adalah bersumber dari sana, itulah Tauhid “Tiada Tuhan
7
melainkan Allah.” Rasul-Rasul dan Nabi-Nabi itu telah datang dengan
berbagai bahasa kepada kaum atau bangsa, tetapi isi kedatangan
tidaklah lain, hanya satu, yaitu mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu,
yaitu Allah. Inilah yang pokok, sedang syariat bisa berubah-ubah
sedangkan ajaran Tauhid tidak akan pernah berubah.15
Untuk mengetahui, untuk memikirkan dan merasakan
keesaan Tuhan itu, dia tidak bersekutu dengan yang lain, disuruhlah
kita insan ini merenungkan alam yang di sekeliling kita ini sejak langit
dan bumi, sampai kepada binatang-binatang, sampai kepada kegunaan
air, kegunaan lautan, kegunaan siang dan malam. Hendak mengenal
Allah, kenallah dan perhatikanlah keajaiban penciptaannya.16
Dalam Tafsir Al-Misbah juga dijelaskan bahwa Ayat di atas
menyimpulkan semua ajaran Ilahi pada kalimat: “Tidak ada tuhan
melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”
Memang, ketuhanan Yang Maha Esa diibaratkan sebagai matahari
hidup manusia. Apabila dalam kehidupan dunia ini ada matahari yang
dijadikan sebagai sumber kehidupan makhluk, maka tauhid adalah
sumber kehidupan makhluk berakal. Apabila tanpa pancaran cahaya
matahari kehidupan makhluk di permukaan bumi ini akan binasa,
maka tanpa Ketuhanan Yang Maha Esa kehidupan jiwa manusia pun
akan binasa. Pada tauhid beredar kesatuan-kesatuan yang tidak boleh
dilepaskan dari daya tarik tauhid itu, karena jika dilepaskan manusia
pun jatuh meluncur menuju kebinasaan. 17
Keyakinan akan keesaan Allah itulah yang akan
membuahkan takwa. Dalam konteks ini ditemukan riwayat yang
menyatakan bahwa: iman telanjang dan pakaiannya adalah takwa.
Rasul saw. bersabda, “Iman adalah apa yang manetap di dalam hati
dan dibenarkan oleh amal perbuatan.” Apa yang didalam hati itu
15
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, “Tafsir Al-Azhar Jilid 5” (Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD, 1982) hlm.3890
16
Ibid
17
M. Quraish Shihab. “TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an
Jilid 07”, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). hlm.182-183
8
puncaknya adalah akidah ketuhanan dan amal-amal tersebut
disimpulkan dengan kata takwa.18
Sedangkan dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa
maksud dari ayat ini adalah Uluhiyah itu tidak pantas dimiliki oleh
siapa pun selain Allah, dan tidak ada yang pantas disembah selain
Allah. Dan Allah mengutus para Rasul untuk mengesakan-Nya,
menaati perintatr-Nya semata, dan menjauhi murka-Nya.19
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada ayat ini menerangkan
bahwa Allah memperingatkan kepada manusia bahwasanya tiada
tuhan selain Allah dan peringatan untuk tidak melakukan perbuatan
syirik. dan allah memerintahkan supaya melakukan perintah-Nya dan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan serta menjauhi larangan-
Nya, dan mengesakan Allah dalam peribadahan dengan penuh
keikhlasan.
18
Ibid
19
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib, Abu Ja'far.“ Tafsir Ath-Thabari
Jilid 16”, Terj: Ahmad Abdurraziq Al-Bakri Dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm.7
9
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Laa ilaaha illa Allah, memiliki arti tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah. Kalimat ini mencakup dua bagian; peniadaan dan penetapan. “Laa
ilaaha” peniadaan/penolakan (nafyu) terhadap segala bentuk sesembahan, dan
“illa Allah” penetapan (itsbat) bahwa sesungguhnya yang berhak disembah hanya
Allah semata. An-Nafyu saja bukanlah tauhid dan Al-Itsbat saja bukanlah tauhid
pula, karena tauhid adalah An-Nafyu dan Al-Iṡbāt. Sudah seharusnya dalam kata
An-Nafyu dan Al-Iṡbāt harus berbarengan dan saling melengkapi.
Didalam Al-Qur’an banyak yang menjelaskan tentang ketauhidan atau
keesaan Allah Swt., itu membuktikan begitu pentingnya tauhid dalam menjaga
aqidah kita karena tauhid inilah dasar Islam, kunci dalam bertauhid yang
sebenarnya adalah meninggalkan segala bentuk kemusyrikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Aceng Zakaria, “Al-Qur´An Dan Teologi” (Studi Perspektif Sarjana Muslim
Tentang Sifat Allah)” Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Muhammad Nur Ihsan, “Studi Korelasi Bab: Talqiinal - Muhtadh A R “Laa Ilaha
Illallah" Dalam Kitab " Riyadhus Sholihin " Dengan Tauhid
Uluhiyah (Studi Kualitatif Analisa Konten)” (Al-Majaalis: Jurnal
Dirasat Islamiyah). Volume 8 No. 2 Mei 2021
Susi Siviana Sari & Akhid Ilyas Alfata, “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid
Perspektif Syekh Ahmad Al-Marzuki Dalam Kitab Aqidatul Awam”
Jurnal Islam Nusantara Vol. 05 No. 01 (2021)
M. Hasballah Thaib & Zamakhsyari Bin Hasballah Thaib,2019. “Keutamaan
Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illa Allah”, Medan: Universitas
Dharmawangsa Press
Sa’id Abu Kasysyah, “Rukun Lā Ilāha Illallāh Dan Kandungannya” Dalam
Https://Muslim.Or.Id/28717-Irab-La-Ilaha-Illallah-Dan-Pengaruh-
Maknanya-8.Html Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2023
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib, Abu Ja'far.“ Tafsir Ath-
Thabari”, Terj: Ahmad Abdurraziq Al-Bakri Dkk, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007
11
M. Quraish Shihab. “TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an”, Jakarta: Lentera Hati, 2002
12