Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALIRAN SALAFIYAH DAN SALAFI

Disusun guna memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Ilmu Tauhid

Disusun oleh kelompok 13 :

Dinda Arifah : 3622050

Nipa Arnila : 3622053

Jerry Alfajri : 3622042

Ahmad Alwi : 3622051

Dosen pengampu :

FATIN FAUHATUN, M. Ag

PRODI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH (B)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat serta karunia dari-Nya kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “Aliran Salafiyah dan Salafi”. Alhamdulillah makalah ini selesai tepat
pada waktunya.Shalawat dan salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meletakkan peradaban kemanusiaan yang di ridhoi Allah SWT.

Saya tahu, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dari sisi isi
pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya, beranjak dari kesadaran itu saya mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat konstruktif sebagai penambahan pengetahuan bagi saya dalam
menyusun makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah memberikan
ilmunya serta arahannya kepada saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Bukittinnggi, 13 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Maslah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Aliran Salafiyah.......................................................................................................2
B. Aliran Salaf..............................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata salaf dalam bahasa Arab di Al-Quran itu disebut dalam berbagai bentuk untuk
menggambarkan sesuatu yang telah berlalu. Pemahaman as-salafiyyah itu sesungguhnya bukan
sebagai aliran, walau sekarang ini dikonotasikan aliran tertentu, yang disebut atau menyebut diri
salafi atau salafiyah sekarang ini adalah sebuah aliran dalam memahami agama itu lebih
cenderung tekstual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian dari aliran salafiyah metode doktrin- doktrin tokoh- tokoh dari
aliran ini ?
2. Apa saja pengertian dari aliran salaf metode berpikir macam macam tokoh- tokoh
aliran salafi ini ?
C. Tujun Penulisan
1. Mengetahui pengertian metode doktrin doktrin tokoh- tokoh aliran salafiyah
2. Mengetahui pengertian metode berpikir macam macam tokoh- tokoh aliran salafi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Salafiyah
1. Pengertian Salafiyah

Salafiyah adalah istilah yang mengacu kepada sikap atau pendirian para ulama Islam dari
generasi (qurun-qurun) awal Islam, atau mengacu kepada golongan umat Islam yang prinsip
pendiriannya seperti yang dimiliki oleh para ulama dari generasi salaf. Yang termasuk generasi
salaf di sini yaitu pasca Nabi Muhammad SAW. wafat, ya'ni zaman shahabat, tabi'in dan tabi'
tabi'in.1

Dalam hal ini keterangan yang dapat kita ketahui dari Al-Qur'an memberitahukan bahwa
orang-orang yang terdahulu (al-Sabiquna al- Awwalun), muhajirin dan anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dalam segala kebaikannya; mereka semua mendapat ke-ridhaan dari
Allah, dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah telah menyediakan buat mereka surga (QS. Al-
Taubah: 100). Ayat inilah yang memberitakan tentang kebaikan dan keistimewaan generasi
(orang-orang) salaf.

Sebuah hadits menyebutkan, bahwa Nabi SAW bersabda : "Sebaik kurun adalah kurunku,
kemudian yang berikutnya, dan kemudian yang berikutnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Arti
kurun dalam hadits tersebut ada yang memberi makna dengan 100 tahun (Al-Jundi, tt.: 27). Oleh
karenanya orang-orang yang dapat dinamakan ahlu al-Salaf itu tidak lebih dari orang- orang
yang hidup dalam jangka 300 tahun terhitung semenjak masa Nabi Muhammad SAW.

2. Doktrin- doktrin Salafiyah

Perlu dipahami bahwa yang mendasari dari doktrin-doktrin pokok salafiyah yaitu menjadikan
akal sebagai sesuatu yang berjalan di belakang nash. Dalam pengertian akal sebagai pendukung
dan penguat dalil-dalil nash (naql), sehingga akal tidak secara bebas untuk pembuktiannya,

1
Badrudin, 2015, firqah dalam dunia islam, Jakarta, Penerbit A- Empat

2
namun ia mendekatkan makna-makna nash. Dalam pembahasan ini, yang termasuk doktrin-
doktrin pokok Salafiyah adalah:

1. Tauhidullah

Para ulama salaf berpendapat bahwa wahdaniyat (ke-Esa-an) Allah merupakan prinsip pokok
dalam Islam. Hal ini mempunyai pandangan bahwasanya tawassul sebagai perantara menghadap
Allah adalah bertentangan dengan berziarah ke kuburan orang-orang mulia dengan mengharap
berkahnya merupakan pekerjaan yang bertentangan dengan prinsip wahdaniyat. Termasuk dalam
kategori ini adalah berdoa Al-Qur'an kepada Allah di depan kuburan Nabi dan wali sebagai
perantara. Larangan ini karena dikhawatirkan mengkultuskan kuburan, sedangkan
mengkultuskan kuburan itu bisa membawa seseorang kepada kemusyrikan. Dengan demikian ia
membuat rusak ke tauhid-annya kepada Allah. Berkaitan dengan ke-Esa-an Allah, sebagaimana
ditegaskan oleh para ulama bahwa wahdaniyat itu mempunyai tiga cabang, yaitu: ke-Esa-an dzat
dan sifat-Nya, ke-Esa-an sebagai yang disembah (QS. 112: 1-4), ke-Esa-an penciptaan-Nya (QS.
35:3).2

2. Pen-Ta'wil-an Ayat

Ulama Salaf, sebagaimana dikemukakan Ibnu Taimiyah, mengartikan ta'wil dengan dua arti.
Yang pertama, berarti tafsir al-kalam wa bayan ma'nahu (menafsirkan kalimat dan menjelaskan
maknanya). Yang kedua, ta'wil juga berarti nats al-murad bi al-kalam (hakikat yang dimaksud
oleh kalimat).

Dalam soal ru'yat Allah, ia membenarkan adanya pendirian bahwa Allah SWT. betul-betul
dapat dilihat oleh kita orang-orang beriman di akhirat nanti. Karena hal itu menurutnya,
ditunjukkan oleh Al-Qur'an secara jelas pada surat al-Qiyamah ayat 22 dan 23.

Adapun ayat-ayat yang menunjukkan adanya tasybin tentang sifat-sifat Allah, seperti pada
surat Thaha ayat 5, al-Rahman ayat 27, Shad ayat 75, al- Fajr ayat 22, dan Al-An'am ayat 158,
kesemuanya dapat dita'wil; diberi arti berdasarkan dzahirnya nash tanpa harus mempertanyakan

2
Badrudin, 2015, firqah dalam dunia islam, Jakarta, Penerbit A- Empat

3
bagaimana keadaannya (bila kaifa). Sebab mempertanyakan soal seperti itu sudah melebihi
kewenangan manusia

Dengan demikian ayat-ayat seperti itu dipahami secara harfiyah, dan membiarkan makna yang
lahiriyah pada pengertian asalnya, tetapi tidak mengumpamakannya dengan makhluk dan
menyerahkan kepada Allah (tafwidh).

3. Kemakhlukan Al-Qur'an

Para ulama salaf menetapkan bahwa Al-Qur'an merupakan kalam Allah. Allah SWT.
berbicara dan menurunkan wahyu melalui Al-Qur'an kepada Nabi-Nya yang mulia, sedangkan
qira'ar (bacaan) Al-Qur'an merupakan suara pembaca yang terdengar, dengan demikian suara
bacaan tersebut bukan Al-Qur'an, tetapi hanya bacaan saja. Sehingga perlu ditegaskan Al-Qur'an
adalah kalam Allah (QS. 9:6).

Al-Qur'an sebagai kalam Allah ini menunjukkan ia bukan makhluk. Untuk memperkuat
pandangan ini dianalogikan dengan kejadian Nabi 'Isa As. Adanya Nabi Isa AS. disebabkan Ruh
Allah dan Kalimah-Nya. Dalam hal ini Ruh Allah adalah makhluk, sedangkan kalimah-Nya
bukan makhluk.

Kelompok salaf mengatakan bahwa Allah senantiasa berbicara bahasa Arab jika la kehendaki
sebagaimana la berbicara (berfirman) dalam Al-Qur'an yang menggunakan bahasa Arab. Apa
yang dikatakan itulah Dia, bukan makhluk terpisah dari diri-Nya. Nama-nama Allah yang baik
(al-Asma al- Husna) dan kitab-kitab yang diturunkan-Nya bukan makhluk, karena Allah yang
berfirman.

Itulah beberapa pandangan golongan yang menamakan diri mereka sebagai salaf dan
menetapkannya sebagai pandangan ulama salaf yang saleh. Pembicaraan di atas memperlihatkan
secara jelas tingkat keabsahan mereka dalam mengidentika pendapat-pendapat mereka kepada
ulama salaf yang salch.3

3
Badrudin, 2015, firqah dalam dunia islam, Jakarta, Penerbit A- Empat

4
3. Metode Aliran Salafiyah

Kaum Salaf mempunyai manhaj (metode) berfikir dengan mengambil prinsip-prinsip aqidah
dan dalil-dalil yang mendasarinya dari Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Mereka menginginkan agar
pengkajian aqidah mengacu pada prinsip pemikiran yang dipegang oleh para sahabat dan tabi'in.
Pada dasarnya metode kalam seperti ini merupakan sebagai bentuk untuk membantah kepada
para ahli logika (Al Radd 'ala al-Manthiqiyyin).

Hal tersebut tidaklah berarti hendak meninggalkan keharusan berfikir logis, ini terbukti
dengan adanya qiyas syar'i. dalam penerapannya terhadap bidang keagamaan, manhaj seperti ini
mendorong kepada literalisme dalam Kitab Suci, dan membuatnya menolak dengan keras
interpretasi-interpretasi rasional yang menyimpang.

Kaum salaf sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah, berpendapat bahwa tidak ada jalan
untuk mengetahui aqidah, hukum-hukum, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, baik
dari segi i'tiqad maupun istidlal nya (mengambil dalilnya), kecuali dari Al-Qur'an dan Al-Sunnah
yang menrangkannya. Apa saja yang ditetapkan Al-Qur'an dan yang diterangkan Al-Sunnah
harus diterima, tidak diperbolehkan menolaknya supaya menghilangkan keraguan. Akal manusia
pretasikannya, atau mentakhrijkannya, kecuali sekedar yang ditunjukkan oleh ibarat (susunan Al-
Qur'an) dan yang terkandung dalam berbagai hadits nabawi (ahbar). Oleh karena itu akal
berfungsi untuk membenarkan dan menegaskan kedekatan hal yang manqul dengan yang
rasional, yang menunjukkan tidak ada pertentangan antara keduanya. Akal hanya menjadi bukti,
bukan pemutus. Ia menjadi pend-takrir (penegas) dan penguat, bukan pembatal dan penolak. Ia
menjadi penjelas terhadap dalil-dalil yang tercakup di dalam Al-Qur'an.4

Oleh karena itu ahli salaf yang senantiasa beriman dan bertakwa menempatkan posisi akalnya
berjalan dibelakang dalil-dalil nash, sehingga timbul kepasrahan dan ketenangan jiwanya (QS.
10: 62-64). Mereka adalah para kekasih Allah yang mendapat kebaikan karena punya prinsip
"Sami'na wa atho'na". Sifat keyakinan tersebut merupakan pahala bagi mereka.

4
Nurdin Amir, 2022, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta, Penerbit Hamzah

5
Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Taimiyah sebagai orang yang mengembangkan madzhab
salafnya mempunyai metode berfikir dengan senantiasa berpijak di atas yang telah digariskan Al-
Qur'an. Ia berusaha mengkodifikasikan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur'an. Disamping itu
ia mengambil dalil-dalil dari Sunnah Rasul. Kemudian mempertemukan dalil- dalil tersebut
dengan pertimbangan akal. Namun, ia pergunakan sal bukan untuk dijadikan pedoman, tetapi
sekedar untuk membanding-bandingkan dan menguatkan dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Sunnah
Rasul. Oleh karenanya barang siapa yang tidak taslim kepada keduanya (Al-Qur'an dan Al-
Sunnah Rasul) maka hal itu merupakan suatu kesesatan.

Ibnu Taimiyah tidak menerima begitu saja "Ijtihad", ia mengkritik qaul madzhab yang
berkembang pada masanya dan masa sebelumnya. Ia berani mengemukakan kaidah-kaidah
agama yang sesuai dengan Al-Qur'an, Al- Sunnah Rasul, dan pandangan para sahabat dan tabi'in.

Diantara kritik yang dilontarkan Ibnu Taimiyah yaitu tentang af al al- ibad. Dalam hal ini,
beliau mengkritik terhadap faham Qadariyah dan Jabariyah, demikian pula terhadap faham
Asy'ariyah. Menurutnya, manusia itu mempunyai kehendak yang bebas, tapi hanya di dalam
mewujudkan perbuatan yang buruk dan jahat saja,tidak dalam perbuatan yang baik. Allah juga
melakukan campur tangan terhadap perbuatan manusia, tetapi hanya terbatas dalam perbuatan
yang baik saja, tidak dalam perbuatan yang buruk dan jahat (QS. 2: 147).

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ibnu Taimiyah seperti di atas, maka bisa disimpulkan
bahwa ada tiga kemungkinan bagi terwujudnya perbuatan manusia. Kemungkinan pertama,
manusia dan Allah sama-sama menghendaki perbuatan baik, hal ini tentu akan terwujud
perbuatan baik. Kemungkinan kedua, manusia menghendaki perbuatan jahat sedangkan Allah
menghendaki perbuatan baik, maka kemungkinan ini akan terwujud perbuatan baik; sebab
sebagaimana kehendak manusia harus tunduk kepada kehendak Allah. Sedangkan kemungkinan
ketiga adalah manusia menghendaki perbuatan jahat sedangkan Allah tidak menghendaki apa-
apa, maka hasilnya yang akan terwujud adalah perbuatan jahat.5

5
Effendi Ridwan , 2021, TEOLOGI ISLAM Potret Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Mazhab
Kalam, Malang, Literasi Nusantara Abadi

6
B. Aliran Salafi
1. Pengertian Salafi
Gerakan Salafi yang didirikan oleh Jamaluddin (1838), Muhammad Rasyid Ridha dan
Muhammad Abduh tidak membenci apa yang ada di dalam ajaran Wahabi Salafi memiliki
karakter tersendiri dimana mereka lebih puritan terhadap tataran pemikiran yang murni, dan ada
beberapa dari mereka yang lebih puritan terhadap pemikiran serta tindakan. Mereka yang
memiliki pemikiran yang murni cenderung lebih agresif dalam menyebarkan pemahaman dengan
cara yang positif seperti menyebarkan buku, artikel hingga media masa, sampai mereka memiliki
situs internet percetakan, stasiun radio, hingga televisi tersendiri.
Pendiri Aliran salaf ini adalah orang Hanabilah muncul pada abad ke 4 H. dengan
mempertalikan dirinya dengan pendapat-pendapat Imam Ahmad ibn Hambal yang dipandang
sebagai ulama salaf karena pendapatnya selalu merujuk kepada teks al-qur'an dan keadaan masa
Nabi SAW dan para sahabatnya. Antara aliran Hanabilah dan aliran Asy'ariyah sering terjadi
pertentangan, karena masing-masing mengaku sebagai pewaris aliran salaf.6
Dalam hal penyebaran ajaran salafi terhadap kelompok yang memiliki tatanan pemikiran yang
mumi maka hal tersebut dapat memunculkan kreatifitas hingga menjadikan mereka kelompok
yang militan. Sedangkan yang lebih puritan terhadap pemikiran dan tindakan, mereka lebih
progresif dan membuat aksi-aksi teror di tengah masyarakat yang mereka anggap berbeda
pemahaman dengan kelompoknya. Kelompok salafi memiliki dukungan yang tidak terlepas dari
organisasi keagamaan maupun pemerintahan, hal ini yang membuat salafi menyebar cukup cepat
pada abad ke-20.

Jika ditelusuri asal mula penggunaan istilah "salaf" sesungguhnya bukanlah istilah yang baru
dalam literatul keagamaan. Istilah "salaf" artinya lafaz yang dapat ditemukan beberapa
penggunaannya di dalam al-Qur'an dan hadis Nabi SAW, artinya bukan lafaz baru yang muncul
di era belakangan.

2. Macam macam salafi


1. Salafi Puris, yaitu kelompok yang mengampanyekan jargon kembali kepada al-Qur'an
dan hadis, serta menjauhi praktik keagamaan yang dipahami mereka sebagai syirik,
6
Nurdin Amir, 2022, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta, Penerbit Hamzah

7
bid'ah, dan khurafat. Sikap kelompok ini terhadap pemerintah dan negara bervariasi: ada
yang menolak organisasi ataupun partai; ada yang koperatif dan terbuka dengan
komunitas lain.
2. Salafi Haraki, yaitu kelompok yang mendukung pemurnian ajaran Islam dan tidak setuju
dengan ideologi dan aturan negara yang tidak berlandaskan secara langsung kepada
syariat. Meskipun bersebarangan dengan negara yang tidak menerapkan syariat Islam,
kelompok ini tidak melakukan penyerangan dan pemberontakan. Hanya sebatas
pemikiran saja.
3. Salafi Jihadi, yaitu kelompok yang mendukung pemurnian ajaran Islam dan menolak
negara yang tidak berdasarkan syariat Islam sebagaimana Salafi Jihadi, serta melakukan
penyerangan terhadap praktek ataupun kelompok yang melakukan kesalahan. Kelompok
ini seringkali melakukan kerusakan, pembunuhan, dan pemboman mengatasnamakan
jihad.
3. Metode berpikir salafi
1. Mengampanyekan jargon kembali kepada al-Qur'an dan hadis dengan meninggalkan
madzhab fikih serta pandangan ulama terdahulu.
2. Memahami al-Qur'an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan perangkat
pengetahuan yang biasa digunakan ulama untuk memahami al-Qur'an dan hadis
misalnya, ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu 25/64 ilmu bahasa, dan lain-lain.
3. Memahami al-Qur'an dan hadis sepotong-sepotong dan tidak mengonfirmasi dan
menyesuaikannya dengan ayat ataupun hadis lainnya.
4. Menganggap setiap amalan yang tidak ada dalil spesifiknya dalam al-Qur'an dan hadis
sebagai bid'ah
5. Memahami setiap perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid'ah dan haram
dilakukan.
6. Meyakini bahwa andaikan perbuatan itu boleh dilakukan, sudah pasti dilakukan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya.
7. Mengajak orang untuk kembali kepada al-Qur'an dan hadis, serta meninggalkan.
madzhab fikih, tetapi mereka malah sering merujuk pendapat tokoh-tokoh mereka.

8. Memahami permasalahan dari bungkusnya saja, tanpa melihat isi dan substansinya.

8
Tokoh tokoh aliran salafiyah dan salafi

A. Ibnu Taimiyah

Nama lengkapnya adalah ialah Taqiyuddin Ahmad ibn Abdil Halim Ibn Taimiyah lahir di
Harran tahun 661 H dikota Irak. Pada masa penyerbuan orang-orang mongol, ibn taimiyah
melarikan diri ke Damsyik besama ayahnya. Ia belajar kepada ayahnya dan ulama-ulama
Damsyik.

Sepulang dari menunaikan ibadah haji ia semakin berani mengemukakan pendapat-


pendapatnya sehingga ia diberi gelar Muhyi al-Sunnah (pembangun sunnah). Pada masa
pemerintahan Islam dipegang oleh golongan banu Buwaihi menyokong aliran fiqh Syafi'ie dan
aliran kalam Asy'ariyah. Diantara muridnya yang terkenal adalah Ibnul Qayim. Karena pendapat-
pendapatnya banyak bertentangan dengan penguasa maka seringkali masuk keluar penjara,
kesempatan ini pula dipergunakan untuk menulis karya- karyanya.pendapatnya yang terakhir
yang mengatakan bahwa ziarah kekubur nabi-nabi dan orang-orang shaleh adalah tidak wajib
bahkan tidak dibenarkan oleh agama, karena itu ia dipenjarakan di Damaskus dan ditempat inilah
beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tahun 727 H.

Ibnu Taimiyah membagi golongan ulama dalam lapangan aqidah menjadi emapat yaitu:

1) Aliran filsafat, mereka mengatakan bahwa al-Qur'an itu berisi dalil penenang dan pemuas
hati bukan pemuas pikiran, sedang filosof menganggap dirinya ahli pembuktian rasional (burhan)
dan keyakinan.

2) Aliran Mu'tazilah terlebih dahulu memegang dalil-dalil akal pikiran rasional kemudian
mempelajari dalil-dalil al- Qur'an. Mereka ini mengambil kedua macam dalil ini, akan tetapi
lebih mengutamakan dalil-dalil akal fikiran sehingga mereka harus menakwilkan dalil-dalil al-
Qur'an untuk disesuaikan dengan hasil pikiran.

3) Golongan ulama yang percaya dalam aqidah dan dalil- dalil dalam al-Qur'an tetapi tidak
dijadikan pangkal penyelidikan akal pikiran, golongan yang dimaksudkan ini adalah
Maturidiyah.

9
4) Golongan yang mempercayai aqidah dan dalil-dalilnya dalam al-Qur'an tetapi juga
menggunakan dalil-dalil akal pikiran, golongan yang dimaksudkan ini adalah Asy'ariyah.

Menurut Ibnu Taimiyah, metode aliran salaf berbeda dengan ke empat aliran diatas. Aliran
salaf hanya percaya kepada aqidah-aqidah dan dalil-dalil yang ditunjuki oleh nas. Karena nas itu
adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Aliran salaf tidak
percaya pada logika rasional, karena metode ini tidak terdapat pada masa sahabat dan tabi'in.
Kalau metode ini sebagai suatu keharusan untuk memahami aqidah Islam, maka berarti Rasul
dan sahabat-sahabatnya tidak mengerti isi kandungan ayat al-Qur'an atau mereka tidak mengerti
isi kandungan ayat al-Qur'an atau mereka tidak mengerti maksud perkataan mereka sendiri
tentang sifat-sifat Tuhan. Jadi untuk mengetahui aqidah dan hukum-hukum dalam Islam dan
segala sesuatu yang bertalian dengan itu baik yang pokok ataupun bukan baik aqidah ataupun
pembuktiannya, tidak lain sumbernya adalah Al-Qur'an dan Hadis Nabi sebagai penjelasannya.
Apa yang telah ditetapkan al-Qur'an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW, harus diterima
dan tidak boleh ditolak.

Jadi fungsi akal pikiran hanya sebagai saksi pembenar dan penjelasan dalil-dalil al-Qur'an,
bukan menjadi hakim mengadili dan menolaknya. Begitulah metode aliran Salaf meletakkan akal
pikiran dibelakang nas-nas agama tidak boleh berdiri sendiri (Hanafi, 1987:141) Sikap aliran
salaf ini, bukan apatis, sekeptis dan pesimis melainkan suatu kesadaran dan pengakuan atas
keterbatasan kemampuan akal manusia dalam lapangan metafisika dan alam gaib, bilamana
dilampauinya maka ia akan sesat.7

B. Muhammad Ibn Abdil Wahab (1115-1201 H)

Muhammad ibn Abdil Wahab dilahirkan di Uyainah sebuah dusun kecil di Najed daerah
Saudi Arabiyah sebelah timur. Dipertalikan dengan namanya aliran yang didirikan bernama
Wahabiyah. Beliau ini termasuk pengikut aliran Ahmad ibn Hambal, ia banyak mengembara
diberbagai kota dunia Islam. Faham-fahamnnya ditulis dalam sebuah bukunya yang berjudul Al-
Tauhid. Aliran Wahabi adalah kelanjutan dari pada aliran Salaf yang telah dirintis oleh Ahmad

7
Mahmud Latif, 2018, Ilmu Tauhid, Jakarta, Duta Media Publishing

10
Ibn Taimiyah dan Abdul Wahab. Abdul Wahab mempelajari fikiran-fikiran Ibn Taimiyah lalu
beliau merealisasikannya dalam kenyataan dari pada sekedar teori.

Ajaran-ajarannya di bidang tauhid sebagai berikut:

1) Penyembahan kepada selain Tuhan adalah salah dan siapa yang melakukan harus dibunuh
2) Orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan orang-orang shaleh,
termasuk golongan musyrikin.

3) Termasuk dalam perbuatan musyrik memberikan pengantar kata dalam shalat terhadap
nama-nama Nabi atau wali atau malaikat (seperti sayidina Muhammad).

4) Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas al-Qur'an dan al-Hadis
atau ilmu yang bersumber dari akal-fikiran semata-mata.

5) Termasuk kufur mengingkari qadar dalam semua perbuatan dan penafsiran al-Qur'an
dengan jalan ta`wil.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran salaf merupakan aliran yang muncul sebagai kelanjutan dari pemikiran Imam Ahmad
ibn Hanbal yang kemudian pemikirannya diformulasikan secara lebih lengkap oleh imam Ahmad
Ibn Taimiyah. Sebagaimana aliran Al-Sy'ariyah, aliran Salaf memberikan reaksi yang keras
terhadap pemikiran-pemikiran ekstrim Mu'tazilah.

Menurut Harun Nasution, secara kronologis salafiyah bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal.
Lalu ajarannya dikembangkan Imam Ibn Taimiyah, kemudian disuburkan oleh Imam
Muhammad bin Abdul Wahab, dan akhirnya berkembang di dunia Islam pada hakikatnya
mazhab Salafiyah ini merupakan kelanjutan dari perjuangan pemikiran Imam Ahmad bin
Hanbal. Atau dengan redaksi lain, mazhab Hanbalilah yang menanamkan batu pertama bagi
pondasi gerakan Salafiyah ini.

B. Saran

Dalam pembahasan makalah ini dapat diambil pengertian makna dan mengetahui tentang
aliran salafiyah dan salafi . Oleh karena itu penulis menyarankan kepada para pembaca agar bisa
memahami makalah ini Kami berharap kritik dan saran dari ibu dosen agar dalam pembuatan
makalah yang akan datang dapat diselesaikan dengan lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin, 2015, firqah dalam dunia islam, Jakarta, Penerbit A- Empat

Nurdin Amir, 2022, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta, Penerbit Hamzah

Mahmud Latif, 2018, Ilmu Tauhid, Jakarta, Duta Media Publishing

Effendi Ridwan , 2021, TEOLOGI ISLAM Potret Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Mazhab
Kalam, Malang, Literasi Nusantara Abadi

13

Anda mungkin juga menyukai