Anda di halaman 1dari 15

SIFAT-SIFAT ALLAH MENURUT BERBAGAI

ALIRAN ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam:


Dosen Pengampu : Abdurrouf, M.Hum

Penyusun :
Gemilang Miftah Faizillah (211410066)
Auni Khairil Asri (211410023)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN
JAKARTA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pujian yang setinggi-tingginya di panjatkan kep


ada Allah. Tuhan yang membuat alam seisinya, yang menjadikan berba
gai macam perbedaan dalam diri manusia, yang menjadikan langit dan
bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaran-Nya. Sholawat serta sala
m semoga tetap dalam junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah m
embawa umat manusia, dari jalan yang salah menuju jalan yang benar,
dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang, dari zaman jahiliah me
nuju zaman yang di ridhai oleh-Nya. Tidak lupa pula penulis ucapkan t
erima kasih kepada Bapak Abdurrouf, M.Hum. selaku Dosen Pengamp
u pada mata kuliah Ilmu Kalam yang senantiasa membimbing penulis d
alam menyelesaikan tugas makalah ini.

Tujuan membuat makalah ini adalah untuk membahas mengena


i “SIFAT-SIFAT ALLAH MENURUT BERBAGAI ALIRAN ISLAM.
Meskipun demikian, pemakalah mengakui bahwa apa yang dapat di saji
kan di makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempur
na. Karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan dalam
perbaikan makalah ini. Dan, kalau dalam penulisan ini terdapat kebenar
an dan kegunaan, maka semuanya hanya dari Allah SWT. Sebaliknya,
kalau di dalamnya terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, semua
itu karena keterbatasan kami

Sekian

Jakarta, 23 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...1

1.1 Latar Belakang…………………………………… ………….1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................1
1.3 Tujuan Makalah........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………3

2.1 Latar belakang munculnya Aqidah Asy’ariyah.............................3


2.2 Tokoh-tokoh Aqidah Asy’ariyah...................................................4
2.3 Corak pemikiran Aqidah Asy’ariyah............................................9
BAB III KESIMPULAN………………………………………….......14

3.1 Kesimpulan..................................................................................14
BAB IV DAFTAR PUSTAKA……………………………………….15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang mukmin dimuka bumi ini wajib untuk beriman kepada
Allah. Allah-lah dzat yang maha kuasa, pencipta dan pengatur segala
yang ada di dunia ini. Agar bisa menumbuhkan iman dalam hati, hal
yang perlu dilakukan adalah mengenal terlebih dahulu siapa itu Allah
SWT
Melalui Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan sifat-sifat diri-Nya
yang menunjukkan dan sekaligus memberitahukan, menggambarkan
dan membuktikan kesempurnaan-Nya Allah. Allah SWT melakukan pil
ihan-pilihan sesuai kehendak-Nya untuk memberikan pahala atau mem
berikan siksa, mencipta atau tidak mencipta, memberi petunjuk atau tid
ak memberikannya dan sebagainya. Allah melakukan perbuatan-perbua
tanyang layak bagi-Nya dan sesuai dengan kehendak dan kekuasaan-N
ya. Begitulah Tuhan memberitahukan tentang diri-Nya kepada makhlu
k-Nya. Apapun yang terdapat pada diri Allah dan keluar dari-Nya adala
h kehendak, kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang Maha suci.
Itulah sifat Allah yang Maha sempurna dan meliputi segala sesuatu
Melalui penjelasan Al-Qur’an tersebut, para ulama kemudian
merumuskan kaidah-kaidah sifat-sifat tuhan agar setiap orang muslim
bisa mengenal Allah SWT. Namun sayangnya, dengan bermunculannya
1akan sifat Allah yang berbeda-beda. Terlebih lagi, terdapat juga aliran
yang menetapkan sifat Allah dengan sifat yang menyimpang dari Al-
Quran dan Sunnah. Karena itu, pentingnya kita mengetahui penetapan
sifat – sifat Allah menurut berbagai aliran di dunia islam sekarang ini.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sifat-sifat Allah menurut Aliran Syiah ?


2. Apa saja sifat-sifat Allah menurut Aliran Mu’tazilah ?
3. Apa saja sifat-sifat Allah menurut Aliran Asy’ariyah?
4. Apa saja sifat-sifat Allah menurut Aliran Maturidiyah ?
5. Apa saja sifat-sifat Allah menurut Aliran Salafiyyah ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui sifat-sifat Allah menurut Aliran Syiah


2. Mengetahui sifat-sifat Allah menurut Aliran Mu’tazilah
3. Mengetahui sifat-sifat Allah menurut Aliran Asy’Ariyah
4. Mengetahui sifat-sifat Allah menurut Aliran Maturidiyyah
5. Mengetahui sifat-sifat Allah menurut Aliran Salafiyyah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat-sifat Allah menurut aliran Syi’ah

Menurut pemahaman Syi’ah, Tuhan adalah Esa, baik esensi maupun


eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak, la bereksistensi dengan
sendiri-Nya. Tuhan adalah qadim Maksudnya, Tuhan bereksistensi
sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh
Tuhan. Tuhan Mahatahu, Maha Mendengar, selalu hidup, mengerti
semua bahasa, selalu benar, dan bebas berkehendak. Keesaan Tuhan
tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. la
berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat
dilihat dengan mata biasa 1

Menurut Pemahaman akan sifat-sifat Allah, Syiah mengakui bahwa


Zat dan Sifat-sifat Allah adalah identik. Sifat-sifat bermakna menafikan
pluralitas dalam Zat-Nya sebagai keniscayaan akan keesaan-Nya.2

Tauhid Sifat dalam kalam Syiah memiliki kesamaan dengan


Mu’tazilah yang cenderung menafikan Sifat Allah sebagai entitas yang
mandiri Dalam Kalam Syiah, Sifat Allah terbagi dalam dua kategori,
yaitu Sifat Zati dan Sifat Af’ali 3. Yang pertama merupakan Sifat Allah
yang dikaitkan dengan Diri-Nya sendiri, seperti Sifat Wujud, Qadim,
Esa, Quddus, dan lain-lain. Sedangkan Sifat Af’ali adalah Sifat-sifat
Allah yang dilekatkan atas dasar relasi antara Allah dan makhlukNya.
Seperti Sifat Rahman, Rahim, Khaliq, Ghafur, dan lain-lain.

Mayoritas tokoh Syi’ah Rafidhah menyifati Tuhannya dengan bada'


(perubahan). Mereka beranggapan bahwa Tuhan mengalami banyak
perubahan. Sebagian mengatakan bahwa Allah terkadang
memerintahkan sesuatu lalu mengubahnya. Terkadang la menghendaki
melakukan sesuatu pada suatu waktu, lalu mengurungkannya karena
ada perubahan di dalam diri-Nya. Perubahan ini bukan dalam artian

1
Salman Ghaffari, Shiaism, Haidari Press, Teheran, 1957 him. 42-52
2
Ja’far Subhani, Illahiyat Jilid I, (Cet, II; Qum: Maktabah Tauhid, 2002), h.43.
3
Ja’far Subhani, Illahiyat Jilid I, h.46.
nash, tetapi dalam arti bahwa pada waktu yang pertama ia tidak tahu
apa yang akan terjadi di waktu yang kedua.4

2.2 Sifat-sifat Allah menurut aliran Mu’tazilah

Mu'tazilah menolak konsep Allah memiliki sifat-sifat Menurut


Mu'tazilah, Sifat adalah sesuatu yang melekat. Sifat Bashir (melihat),
Sama' (mendengar), Qudrat (kuasa), dan seterusnya itu bukanlah sifat,
melainkan Dzatnya Allah itu sendiri. Mu'tazilah juga berpendapat
bahwa Al-Qur'an itu baru (makhluk) karena Al-Qur'an adalah
manifestasi Kalam Allah, sedangkan Al-Qur'an itu sendiri terdiri dari
rangkaian huruf-huruf, kata, dan bahasa yang salah satunya mendahului
yang lain. Karena adanya prinsip-prinsip ini, maka musuh-musuh
Mu'tazilah menggelari mereka dengan "Mu’atthilah", sebab mereka
telah meniadakan sifat-sifat Tuhan dan menghapuskannya. Sedangkan
kaum Mu'tazilah sendiri menyebut diri mereka dengan "Ahl al-Adli Wa
al-Tauhid" (pengemban keadilan dan ketauhidan).5

Dalam pemahaman Wasil bin 'Atha, Allah tidak mungkin di berikan


sifat yang mempunyai wujud sendiri dan melekat pada dzat Tuhan. Hal
ini karena Dzat Tuhan bersifat Qadim maka yang melekat pada Allah,
termasuk sifat pasti qadim pula. Ini tentunya akan mem bawa kepada
adanya dua Qadim atau dua Tuhan. Oleh karena itu, kata Wasil, untuk
memelihara dari kemurnian tauhid, Tuhan tidak boleh dikatakan
mempunyai sifat dalam arti di atas.6

Namun di dalam Al-Qur'an, Allah menyebut diri-Nya mempunyai si


fat-sifat, bagaimana menyesuaikan isi Al-Qur'an dengan logika di atas?
Di sini peran Abu Huzail menyempurnakan ajaran yang dibangun
Wasil bin 'Atha. Menurut Abu Huzail, betul bahwa Allah maha
Mengetahui tetapi bukan dengan sifat, melainkan dengan Pengetahuan-
Nya, dan Pengetahuan-Nya adalah Dzat-Nya. Dengan demikian, "Allah
Menge tahui dengan Pengetahuan dan Pengetahuan-Nya adalah Dzat-
Nya" (Inma al-Bari taala Alimun bilmin wa ilmuhů Zaruha). Demikian
4
Al-Asy'ari, Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam Terj. Rosihon Anwar da
n Taufiq Rahman, Bandung : Pustaka Setia, 2000, hlm. 204
5
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, dari Tauhid Munuju Keadilan: Ilmu Kalam Te
matik, Klasik, dan Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2016. hlm 106
6
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, dari Tauhid Munuju Keadilan: Ilmu Kalam Tem
atik, Klasik, dan Kontemporer.hlm 107
juga seterusnya, Tuhan Maha Kuasa dengan kekuasaan dan Kekuasaan-
Nya adalah Dzat-Nya, Tuhan Maha Bijaksana dengan kebijaksanaan
dan kebijaksanaan-Nya adalah Dzat-Nya.7

Modifikasi ajaran Mu'tazilah oleh Abu Huzail dimaksudkan untuk


mengatasi persoalan adanya Tuhan lebih dari satu jika dikatakan Tu
han mempunyai sifat yang berwujud sendiri di luar Dzat Tuhan. Maka,
dengan membawa sifat Tuhan sebagai Dzat Tuhan (sifatuhu huwa Za-
tuhů), persoalan adanya yang Qadim (selain Tuhan) menjadi hilang
dengan sendirinya.

2.3 Sifat-sifat Allah menurut aliran Asy’Ariyah

Menurut Imam Al-Asy'ari, Allah mempunyai sifat karena perbuatan-


perbuatannya. Selain itu , Allah mengetahui, menghendaki, berkuasa,
dan sebagainya di samping mempunyai pengetahuan, kemauan, dan
daya. Al-Asy'ari lebih jauh berpendapat bahwa Allah memiliki sifat-
sifat (bertentangan dengan Mu'tazilah). Sifat-sifat itu seperti
mempunyai tangan dan kaki, tidak boleh diartikan secara harfiah, tetapi
secara simbolis (berbeda dengan pendapat kelompok sifatiah).
Selanjutnya, Al-Asy'ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik
dan tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang
tampaknya mirip. Sifat-sifat Allah berbeda dengan Allah, tetapi sejauh
menyangkut realitasnya (haqiqah) tidak terpisah dari esensi-Nya.8

Sementara itu, Al-Baghdadi melihat adanya konsensus di kalangan


kaum Asy'ariah bahwa daya, pengetahuan, hayat, kemauan,
pendengaran penglihatan, dan sabda Tuhan adalah kekal. Menurut Al-
Ghazali, sifat-sifat ini tidak sama dengan esensi Tuhan, tetapi berwujud
dalam esensinya. Uraian-uraian ini juga membawa paham banyak yang
kekal. Untuk mengatasinya, kaum Asy'ariah mengatakan bahwa sifat-
sifat itu bukan Tuhan, melainkan dari Tuhan. Karena sifat-sifat bukan
dari Tuhan, adanya sifat-sifat tidak membawa pada paham banyak
kekal.9

7
Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr, 2008, hlm. 37.
8
C.A Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor I
ndonesia. 1991, hlm 67-68
9
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah Analisa dan
Perbandingan. Jakarta: UI Press, 1986. hlm 136
Paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhanlah yang mendorong
kaum Asy'ariah memilih penyelesaian di atas. "Sifat" mengandung arti
tetap dan kekal, sedangkan "keadaan mengandung arti berubah.
Selanjut- nya, sifat mengandung arti kuat, sedangkan keadaan
mengandung arti lemah. Oleh karena itu, perkataan bahwa Tuhan tidak
mempunyai sifat, tetapi hanya mempunyai keadaan, tidak segaris
dengan konsep kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Untuk
mempertahankan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, Tuhan harus
mempunyai sifat-sifat yang kekal.10

Asy'ariah sebagai aliran kalam tradisional yang memberikan daya


pada akal menolak paham Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani apabila
sifat jasmani dipandang sama dengan sifat manusia. Akan tetapi, ayat
ayat Al-Quran meskipun menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat
jasmani, tidak boleh ditakwilkan dan harus diterima sebagaimana
makna harfinya. Oleh karena itu, Tuhan dalam pandangan Asy'ariah
mempunyai mata, wajah, tangan, serta bersemayam di singgasana.
Akan tetapi, semua itu dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa
diketahui cara dan batas-Nya) 11

2.4 Sifat-sifat Allah menurut aliran Maturidiyah

Berkaitan dengan masalah sifat Tuhan, Al-Maturidi memiliki


persamaan dengan Al-Asy'ari. Seperti halnya Al-Asyari, ia berpendapat
bahwa Tuhan mempunyal sifat-sifat seperti sama, bashar, dan
sebagainya.12 Walaupun begitu, pengertian Al-Maturidi tentang sifat
Tuhan berbeda dengan Al-Asy'ari. Al-Asy'ari mengartikan sifat Tuhan
sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainkan melekat pada dzat itu.

Menurut Al-Maturidi, sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan


bukan pula lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu mulazamah (ada
bersama, baca: inheren) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun 'ain adz-
dzat wa la hiya ghairuhu). Menetapkan sifat bagi Allah tidak harus
membawa pada pengertian antropomorpisme karena sifat tidak
10
Harun Nasution,Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah Analisa dan Perbandinga
n. hlm 136
11
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam: Pemikiran Kalam. Jakarta: Perkasa. 1990
hlm 93-94
12
Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Madzahib Al-Islamiah, Kairo : Dar Al-Fikr, h
lm. 181-182.
berwujud yang tersendiri dari dzat, sehingga sifat tidak akan membawa
pada berbilangnya yang qadim (toaddud al-qudama).13

Aliran Maturidiah Bukhara berbeda dengan Asy'ariah. Sebagaimana


aliran lain, Maturidiah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan tidak mem-
punyai sifat-sifat jasmani. Ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan
Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani harus diberi takwil. Oleh karena
itu, menurut Al-Bazdawi, kata istaway harus dipahami dengan arti al-
istila'ala asy-syai'i wa al-qahr 'alaihi (menguasai sesuatu dan
memaksa- kannya). Demikian juga ayat-ayat yang menggambarkan
Tuhan mem- punyai dua mata dan dua tangan, bukanlah Tuhan
mempunyai anggota badan.14

Golongan Samarkand dalam hal ini tidak sepaham dengan


Mu'tazilah karena Al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah
Tuhan, melainkan tidak lain dari Tuhan. Maturidiah Samarkand
sependapat dengan Mu'tazilah dalam meng- hadapi ayat-ayat yang
memberi gambaran Tuhan bersifat dengan meng- hadapi jasmani ini.
Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka,
mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.15

2.4 Sifat-sifat Allah menurut aliran Salafiyah

Harun Nasution menganggap bahwa secara kronologis, salafiyah


bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal. Lalu, ajarannya dikembangkan
Imam Ibn Taimiah, disuburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul
Wahab, dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara Sporadis
Berikut pandangan-pandangan Ibn Taimiah tentang sifat-sifat
Allah16

13
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah Analisa dan
Perbandingan. hlm 135
14
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam: Pemikiran Kalam. hlm 94
15
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam: Pemikiran Kalam. hlm 93
16
Abdullah Yusuf, Pandangan Ulama tentang Ayat-ayat Mutasyabihat, Bandung : Si
nar Baru, 1993, hlm. 58-60.
a. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang la sendiri atau
Rasul-Nya menyifati. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
1) Sifat salbiah, yaitu qidam, baqa', mukhalafatu lil hawaditsi,
qiyamuhu bi nafsihi, dan wahdaniyah;
2) sifat ma'ani, yaitu qudrah, iradah, sama', bashar, hayat, ilmu, dan
kalam;
3) sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan Al-Quran dan Hadis
meskipun akal bertanya-tanya tentang maknanya), seperti
keterangan yang menyatakan bahwa Allah di langit; Allah di
atas 'Arasy; Allah turun ke langit dunia; Allah dilihat oleh orang
beriman di surga kelak; wajah, tangan, dan mata Allah.
4) sifat dhafiah, meng-idhafat-kan atau menyandarkan nama-nama
Allah pada alam makhluk, seperti rabb al-'alamin, khaliq al-
kaun, dan falik al-hubb wa an-nawa.
b. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau
Rasul- Nya sebutkan, seperti al-awwal, al-akhir, azh-zhahir, al-
bathin, al-'alim, al-qadir, al-hayy, al-qayyum, as-sami, dan al-
bashir.
c. Menerima sepenuhnya sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan:

1) tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki


lafaz (min ghair tahrif);
2) tidak menghilangkan pengertian lafaz (min ghair ta'thil);
3) tidak mengingkarinya (min ghair ilhad);
4) tidak menggambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran, hati
maupun dengan indra (min ghair takyif at-takyif);
5) tidak menyerupakan (apalagi menyamakan) sifat-sifat-Nya
dengan sifat-sifat makhluk-Nya (min ghair tamtsil rabb al-'alamin). Hal
ini disebabkan bahwa tiada sesuatu pun yang dapat me- nyamai-Nya,
bahkan yang menyerupal-Nya pun tidak ada.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, Ibn Taimiah tidak menyetujui
setiap penafsiran ayat-ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat-ayat atau
hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat Allah harus diterima dan
diartikan sebagaimana adanya, dengan catatan tidak men-tajsim-kan,
tidak menyerupakan-Nya
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Uraian diatas, maka bisa ditarik kesimpulan :


1. Menurut Pemahaman akan sifat-sifat Allah, Syiah mengakui
bahwa Zat dan Sifat-sifat Allah adalah identik. Sifat-sifat
bermakna menafikan pluralitas dalam Zat-Nya sebagai
keniscayaan akan keesaan-Nya

2. Mu'tazilah menolak konsep Allah memiliki sifat-sifat Menurut


Mu'tazilah, Sifat adalah sesuatu yang melekat. Sifat Bashir
(melihat), Sama' (mendengar), Qudrat (kuasa), dan seterusnya
itu bukanlah sifat, melainkan Dzatnya Allah itu sendiri.
Mu'tazilah juga berpendapat bahwa Al-Qur'an itu baru
(makhluk) karena Al-Qur'an adalah manifestasi Kalam Allah,
sedangkan Al-Qur'an itu sendiri terdiri dari rangkaian huruf-
huruf, kata, dan bahasa yang salah satunya mendahului yang
lain

3. Menurut Imam Al-Asy'ari, Allah mempunyai sifat karena


perbuatan-perbuatannya. Selain itu , Allah mengetahui,
menghendaki, berkuasa, dan sebagainya di samping mempunyai
pengetahuan, kemauan, dan daya. Al-Asy'ari lebih jauh
berpendapat bahwa Allah memiliki sifat-sifat (bertentangan
dengan Mu'tazilah).

4. Menurut Al-Maturidi, sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya


dan bukan pula lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu
mulazamah (ada bersama, baca: inheren) dzat tanpa terpisah
(innaha lam takun 'ain adz-dzat wa la hiya ghairuhu).
Menetapkan sifat bagi Allah tidak harus membawa pada
pengertian antropomorpisme karena sifat tidak berwujud yang
tersendiri dari dzat, sehingga sifat tidak akan membawa pada
berbilangnya yang qadim (toaddud al-qudama).

5. Menurut Aliran Salafiyyah, sifat Allah ditetapkan sebagai


berikut :

1) Sifat salbiah, yaitu qidam, baqa', mukhalafatu lil hawaditsi,


qiyamuhu bi nafsihi, dan wahdaniyah;
2) sifat ma'ani, yaitu qudrah, iradah, sama', bashar, hayat,
ilmu, dan kalam;
3) sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan Al-Quran dan
Hadis meskipun akal bertanya-tanya tentang maknanya),
seperti keterangan yang menyatakan bahwa Allah di langit;
Allah di atas 'Arasy; Allah turun ke langit dunia; Allah
dilihat oleh orang beriman di surga kelak; wajah, tangan, dan
mata Allah.
4) sifat dhafiah, meng-idhafat-kan atau menyandarkan nama-
nama Allah pada alam makhluk, seperti rabb al-'alamin,
khaliq al-kaun, dan falik al-hubb wa an-nawa.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh Al-Madzahib Al-Islamiah, Kairo : Dar


Al-Fikr.
Al-Asy'ari, Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam Terj. Rosihon A
nwar dan Taufiq Rahman, Bandung : Pustaka Setia, 2000, hlm. 204
Burhanuddin, Nunu. 2016. Ilmu Kalam, dari Tauhid Munuju Keadilan: I
lmu Kalam Tematik, Klasik, dan Kontemporer. Jakarta: Kencana
Ja’far Subhani. 2002. llahiyat Jilid I, Qum: Maktabah Tauhid,
Madjid, Nurcholish. 2008. Islam Doktrin dan Peradaban,. Jakarta :
Paramadina
Muhammad bin Abdul Al-Karim Asy-Syahrastani. 2005. Al-Milal wa
An-Nihal, Beirut: Dar Al-Ma'arifah
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah Analisa
dan Perbandingan. Jakarta: UI Press
Qadir, C.A. 1991. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Salman Ghaffari. 1957. Shiaism. Teheran : Haidari Press
Yusuf, Abdullah. 1993. Pandangan Ulama tentang Ayat-ayat Mutasyabi
hat, Bandung : Sinar Baru
Yusuf, Yunan. 1990. Alam Pikiran Islam: Pemikiran Kalam. Jakarta: Per
kasa.

Anda mungkin juga menyukai