Anda di halaman 1dari 13

ALIRAN JABARIYAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran dalam


Islam

OLEH:

Ananda Arifan (20123018)

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,,,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Maha suci Allah yang
telah mencurahkan segala karunia-Nya pada seluruh umat manusia. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta para sahabatnya, beliaulah sosok
yang telah memperbaiki buruknya peradaban manusia di zaman jahiliyah. Beliau juga sebagai
pemimpin umat islam yang wajib kita tiru dan ikuti ajarannya. Para sahabatnya, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT . Akhirnya penulisan tugas makalah ini
berhasil di selesaikan, penulis menyadari bahwa adanya kekurangan yang terjadi baik dalam
penulisan maupun kata-kata yang penulis uraikan dalam makalah ini. Dengan demikian, penulis
tetap mengharapkan kritik serta saran sebagai koreksian untuk mendapatkan pengalaman
pembuatan makalah yang lebih baik lagi. Penulis tetap bersyukur karna dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak dosen
pembimbing mata Paradigma Pemikiran dalam Islam.

Bukittinggi, 15 September 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Jabariah


B. Ajaran Penting Aliran Jabariah
C. Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu Kalam.
Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan kata-kata dalam
mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu
ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam atau
ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama. Mempelajari teologi akan
memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan.
Selanjutnya munculnya perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul
dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan
politik ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan
teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam bentuk praktis
maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran
kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada
umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada
para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada
peluang untuk memperdebatkannya.
Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal,
keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran,
yaitu Mu'tazilah, Syiah,Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya. Makalah
ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah. Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan
secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang
lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jabariah?
2. Siapa tokoh jabariah?
3. Apa saja ajaran penting aliran jabariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya aliran jabariah
2. Untuk mengetahui tokoh jabariah
3. Untuk mengetahui ajaran penting apa saja yang ada pada aliran jabariah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Jabariah


Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung pengertian memaksa.
Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang
mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah
adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah
menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah.
Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Jabariyah adalah aliran ilmu kalam yang kemunculannya terkait dengan perbuatan
manusia dan perbuatan Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta
tentunya mempunyai mehendak yang mutlak. Persoalannya, sampai dimanakah manusia
bergantung kepada kehendak dan kekuatan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalan hidupnya,
apakah manusia diberi kebebasan untuk mengatur hidupnya, ataukah manusia terikat pada
kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan? Persoalan inilah yang memunculkan lahirnya aliran
jabariah.
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah
bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi
diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan
dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan
bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang
sahih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia
ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak sebelum
agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari
terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh
hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta
keringnya udara.
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak
melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang
diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya
mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham
fatalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran sendiri
banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah,
diantaranya:
a. QS ash-Shaffat: 96
‫َوهللا َخلَقَ ُك ْم َو َما ت َ ْع َملُ ْى َن‬
Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
b. QS al-Anfal: 17
‫ي ْال ُمؤْ ِمنِيْهَ ِم ْنهُ بَآل ًء َح َسنًا إِ َّن هللاَ َس ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ْت إِذْ َر َمي‬
َ ‫ْت َولَ ِك َّه هللاَ َر َمى َو ِليُ ْب ِل‬ َ ‫فَلَ ْم ت َ ْقتُلُى هُ ْم َولَ ِك َّه هللاَ قَتَلَ ُه ْم َو َما َر َمي‬
Artinya: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-
lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
c. QS al-Insan: 30
‫َو َما تَشَآ ُءونَ ِإالَّ أ َ ْن يَشَآ َء هللاَ ِإ َّن هللاَ كَا نَ َع ِليْ ًما َح ِك ْي ًما‬
Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar juga dapat dilihat dalam beberapa
peristiwa sejarah:
a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari
kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
Abu Hurairah ra meriwatkan: Rasullullah SAW keluar menemui kami sementara kami sedang
berselisih dalam masalah takdir, kemudian beliau marah hingga wajahnya menjadi merah
seakan-akan pipinya seperti buah delima yang dibelah, lalu beliau bertanya.”Apakah kalian
diperintahkan seperti ini atau apakah aku diutus kepada kalian untuk masalah ini?
Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah lantaran perselisihan mereka
dalam perkara ini. Karena itu aku tekankan pada kalian untuk tidak berselisih dalam masalah
ini. (HR: Al-Tirmidzi)
b. Khalifah Umar bin al-Khathab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi,
pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar kemudian
marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar memberikan
dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan karena mencuri dan
hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
Jika paham jabariyah yang dibawa oleh jahm bin Safwan diatas dibandingkan dengan
paham jabariah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar, maka paham jabariah sebagaimana
yang dibawa oleh kedua orang yang disebut terakhir itu tidak lagi menggambarkan manusia
sebagai wayang. Dalam paham jabariah yang berakhir ini nampak bahwa diantara manusia dan
tuhan terdapat kerjasama dalam mewujudkan suatu perbuatan dan manusia tidak semata-mata
dipaksa dalam melaksanakan perbuatannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa manusia dalam paham jabariah adalah
sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, tidak
mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qadariyah. Seluruh
tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh tidak boleh lepas dari aturan, skenario dan
kehendak Allah SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia dalam perjalanan
hidupkan merupakan ketentuan Allah SWT.

B. Ajaran Penting Aliran Jabariah


Ajaran penting aliran jabariah adalah manusia sangat lemah, tidak berdaya, terikat dengan
kekuasaan mutlak tuhan. Seluruh tindakan dan perbuatan tidak boleh lepas dari aturan skenario
dan kehendak ALLAH SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia dalam
perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Namun ada kecenderungan bahwa
Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang absolut dan berbuat sekehendak-Nya.
Menurut Syahrastani aliran jabariah dalam menganalisa perbuatan manusia terdapat dua
pandangan yaitu:
1) Pandangan ekstrim yang disebut al-jabariah al-khalish, yaitu jabariah yang tidak
menetapkan perbuatan atau kekuasaan sedikitpun pada manusia. Sebagaiman yang telah
dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan
2) Pandangan moderat yang diberi istilah al-jabariah al-mutawasithah, yaitu jabariah yang
menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi qudrat tersebut tidak mempunyai efek atas
perbuatan. Pandangannya ini pelopornya adalah Husain Ibn Muhammad al-Najjar dan Dirar Ibn
„Amr.
Menurut Najjar dan Dirar bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik itu
perbuatan positif maupun negatif. Namun dalam melakukan perbuatan itu manusia manusia
mempunyai bahagiaan yaitu daya diciptakan dalam diri manusia mampu melakukan perbuatan
itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang
disebut kasb atau acuisition.

C. Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya


Menurut asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi 2 bagian,Ekstrim dan
Moderat. Doktrin Jabariyah Ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang dipaksakan
atas dirinya.
1. Tokoh Jabariyah Ekstrim
a. Jahm bin Shofwan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan,
bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da‟I yang fasih dan lincah ( orator). Ia menjabat
sebagai sekertaris haris bin Surais, seorang Mawali yang menentang pemerintah Bani
Umaiyah di Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan
Agama.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut :
1) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
2) Surga dan neraka tidak dikekal.
3) Iman adalah ma‟rifat atau membenarkan dalam hati.Dalam hal ini pendapatnya sama
dengan konsep iman yang diajukan kaum Murjiyah.
4) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan
dengan manusia seperti berbicara,mendengar,dan melihat.
5) Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat kelak.
b. Ja’ad bin dirham
Al-ja‟d adalah seorang Maulana bani Hakim, tiggal Di Damaskus. Dia dibesarkan
didalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula dipercaya untuk
mengajar di lingkungan pemerintah Bani umaiyah, tetapi setelah tampak pikiran –
pikirannya yang controversial, bani Umaiyah menolaknya.
Kemudian Al-ja‟ad lari ke kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransfer
pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebar luaskan. Dokterin pokok Ja‟ad secara
umum sama dengan pikiran Jahm.
Akhir hayat Ja‟ad bin Dirham mati dibunuh, konon ia disembelih langsung oleh Khalid bin
Abdullah Al-Qosri, Gubernur Iraq pada masa pemerintahan Bani Umayyah pada saat hari raya
Idul Adha.
Al Ghurabi menjelaskan beberapa pkok pikiran Ja‟ad bin Dirham sebagai berikut:
1) Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu sesuatu yang baru itu tidak dapat di sifatkan
kepada Allah.
2) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahkluk, seperti berbicara, melihat dan
mendengar.
3) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

2. Tokoh Jabariyah Moderat adalah sebagai berikut:


1. An- Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An- Najjar ( Wafat 230 H ). Para
pengikutnya disebut An-Najariyah Al-hasainiyah. Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
a) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian
atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut khasab dalam
teori Al-asy‟ary. Dengan demikian,Manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi
seperti wayang yang gerakannya tergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan
Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
b) Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat
2. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama
dengan husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang
digerakan dalang. Secara tegas, Dhirar mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat
ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia, tidak hanya
dilakukan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
Mengenai Ru‟yat Tuhan diakhirat, Dirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat
melalui indra ke enam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama jabariyah berasal dari Jabara yang mengandung arti memaksa. Aliran jabariyah
adalah suatu gerakan yang menentang aliran Qadariyah. Paham utamanya adalah bahwa
manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun
untuk bertindak,tidak bebas dalam mengerjakan sesuatu.
Allah lah yang menentukan sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan dikerjakannya,
yang dikehendaki oleh manusia ataupun tidak. Perbuatan-perbuatan manusia telah
ditentukan oleh semua Qada dan Qadar Tuhan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu diharapkan
adanya kritikan dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulisan masalah ini.
Dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khusunya kepada dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin, Nunu. 2016. Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan. Jawa Barat: Prenadamedia
Group

Nasir, K. A. (2010). Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, H. (1972). Teologi Islam. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia

Mulyono & Bashori. 2010. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. Malang: UIN Maliki Press. Nurdin, M.
Amin. 2014. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Amzah.Rusli,
Ris‟an. 2014. Teologi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yusuf, M. Yunan. Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam. Jakarta:Prenadamedia
Group.Matdawam,
M. Noor. 1995. Aqidah Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Lintasan Sejarah Dinamika Budaya
Manusia. Yogyakarta: Bina Karier.
Mahmud, Latief. 2006. Ilmu Kalam. Pamekasan: StainPress
Unknown. (2013, 10 20). Retrieved from Gudang Makalah:
http://pintumakalah.blogspot.com/2013/10/makalah-lengkap-aliranjabariyah.html

Anda mungkin juga menyukai