Anda di halaman 1dari 15

ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH

Syarifa1 Ahmad Syauki2 , dan Nur afifah3


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene
Email: adheipha161@gmail.com, ahmadsauki2003@gmail.com, nuraf33506@gmail.com

Dipresentasikan pada mata kuliah Akidah Akhlak 2 Kelas TP1/III STAIN Majene

Abstract:
This article describes the school of kalam science which focuses on the jabariyah and
qadariyah schools. The Jabariyah school is defined as compulsion in which humans are
only God's puppets and do not have the ability to carry out their desires, whereas the
Qadariyah school assumes that humans live according to their choices and efforts
without God's intervention. These two schools have existed since the existence of Islam
and then continued to develop and were believed by several groups of people and then
caused controversy due to differences in understanding the concept of divine destiny.

Keywords: jabariyah and qadariyah.

Abstrak:
Artikel ini menjabarkan mengenai aliran ilmu kalam yang berfokus pada aliran
jabariyah dan qadariyah. Aliran jabariyah didefinisikan sebagai keterpaksaan yang
dimana manusia hanya wayang tuhan tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
keinginannya, sedangkan pada aliran qadariyah menganggap bahwa manusia hidup
sesuai dengan pilihan dan usahanya tanpa campur tangan tuhan. Kedua aliran ini sudah
ada sejak adanya islam yang kemudian terus berkembang dan diyakini oleh beberapa
kelompok masyarakat lalu menimbulkan kontroversi akibat perbedannya dalam
memahami konsep takdir tuhan.

Kata Kunci: aliran jabariyah dan aliran qadariyah

PENDAHULUAN
Membahas tentang iman merupakan aspek yang utama dalam ajaran islam yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu pentingnya masalah iman ini didalam
ajaran islam, sehingga tampak jelas bahwa ini adalah misi yang pertama didakwahkan oleh Nabi.
Dalam periode mekkah ini, pembahasan akidah sangatlah lebih diperhatikan daripada
pembahasan syariat, sehingga pesan-pesan dari ayat al-quran yang turun pada periode ini adalah
ayat-ayat yang mengajak pada masalah keimanan. Beberapa masalah akidah yang menjadi
pembahasan pembicaraan didalam al-quran pada masa itu antara lain, iman kepada Allah dan
mengesakan- Nya, Allah juga memiliki sifat-sifat yang sangat sempurna, mengakui kerasulan
Nabi Muhammad dan rasul-rasul sebelumnya, mengimani malaikat-malaikat, kitab-kitab, hari
akhir, qada dan qadar.1

1
Arif Zamhari, “Konsep iman menurut imam Abu Hanifa, Cet I (Januari 2021), A-Empat, Serang h.59
Berbicara tentang aliran pemikiran didalam islam berarti berbicara juga mengenai ilmu
kalam. Didalam KBBI kalam diartikan sebagai perkataan atau kata (terutama bagi Allah).
Sedangkan menurut bahasa dalam pandangan tauhid adalah ilmu yang membicarakan atau
membahas mengenai masalah ketuhanan atau ketauhidan (mengesakan Allah). Ibnu Khaldun
mengartikan bahwa ilmu kalam adalah suatu ilmu yang didalamnya berisi berbagai alasan dalam
mempertahankan kepercayaan iman dengan memakai dalil-dalil yang berisi bantahan terhadap
orang yang menyimpang dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahlusunnah.
Maka dari itu ilmu kalam adalah sebutan dari sebagian ilmu yang menjadi landasan kepercayaan
atau keimanan dalam islam.2

Pada umumnya terdapat perbedaan dalam aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah,
iman terhadap rasul-rasul, malaikat-malaikat, hari kiamat, dan berbagai macam ajaran Nabi yang
mungkin tidak ada lagi hal yang dapat diperdebatkan. Misalnya mengenai keesaan Allah dan
kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, serta keadilan tuhan. Perbedaan itupun menjadi
sebab kemunculan berbagai macam aliran-aliran yaitu; Mu’tazilah, Syi’ah, Khawarij, Jabariyah
dan Qadariyah juga aliran-aliran lainnya3. Aliran dan pemahaman ini tidak terbentuk begitu saja,
melainkan ada sebabnya sehingga sangat penting untuk kita mengamati sejarah umum ataupun
sejarah islam secara subjektif karena dengan kita mempelajari peristiwa sejarah maka kita akan
mempelajari banyak hal dalam hidup.

METODE PENELITIAN

Metode artikel ini ditulis melalui pendekatan kualitatif yang berbasis kajian studi pustaka
(library research) untuk mengumpulkan data yang tersedia dari berbagai sumber dalam bentuk
dokumen, buku teks, artikel jurnal, situs internet dan semacamnya. Terkait dengan metode dan
pendekatan tersebut, penulis bermaksud mengumpulkan data dan menjabarkan tentang
pendalaman pemahaman tentang aliran jabariyah dan qadariyah.

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Aliran Jabariyah
Jabariyah dalam bahasa arab disebut jabara yang berarti memaksa, dalam definisi lain
dikenal sebagai pengharusan dalam melakukan sesuatu. Dalam bahasa inggris jabariyah dikenal
dengan istilah fatalism yang berarti perbuatan manusia itu telah ditentukan oleh qada dan qadar

2
Jamaluddin, Shabri Shaleh Anwar, “Ilmu kalam khazanah intelektual pemikiran dalam islam, Cet I (Januari
2020) h.2
3
Laessach M. Pakatuo, Mawaddah, Aljabariyah dan Alqadariyah; pengertian, latar belakang munculnya dan
pemikirannya VOL.1 NO.1 (2020): EDUCATION AND ISLAMIC STUDIES h.1
tuhan. Secara istilah al-jabr adalah perbuatan manusia yang disandarkan kepada Allah tanpa
adanya keterlibatan keinginan manusia.4 Dalam perspektif Syahrastani, jabariyah adalah konsep
yang secara radikal menolak praktik hamba dan dan menyerahkannya pada Allah.5 Paham ini
diyakini kalau segala perbuatan manusia itu telah disandarkan kepada Allah melalui qada dan
qadarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan manusia yang dikerjakannya tidak
berdasarkan kemauan manusia itu sendiri tetapi karena kehendak tuhan dan manusia tidak
mempunyai kebebasan berbuat karena tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
keinginannya.

Sejarah munculnya aliran jabariyah ini masih diperdebatkan tapi menurut beberapa
sejarahwan paham ini muncul bersamaan dengan aliran qadariyah yang timbul dari pemikiran
tersebut. Kenyataannya aliran ini sudah muncul pada zaman Rasulullah bahkan sebelum
peradaban islam terjadi, hal ini ditandai dengan munculnya salah satu pemikir islam yang
bernama Ahmad Amin yang mengatakan kehidupan bangsa arab yang tinggal didaerah gurun
pasir memberikan pengaruh terhadap pandangannya dalam menjalani kehidupan yang hanya
bergantung pada alam.

Selain itu dasar munculnya aliran ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu

1) ketika Rasulullah melarang untuk mendiskusikan tentang takdir oleh sahabatnya yang
diperdebatkan saat itu untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan kitab suci Allah
mengenai takdir.

2) Dikisahkan mengenai Umar bin Khattab yang pernah menangkap pencuri kemudian
ditanya mengenai alasannya mencuri dan jawaban dari pencuri itu adalah karena dia sudah
ditakdirkan oleh Allah sebagai seorang pencuri, kemudian Umar bin Khattab memberinya
dua hukuman atas perbuatannya yaitu karena perbuatan dosanya mencuri dan hukuman
atas pemahamannya yang keliru mengenai takdir Allah.

3) Seusai perang shiffin Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seorang lelaki tua mengenai qada
(ketetapan) Tuhan mengenai pahala dan hukuman. Orang tua itu bertanya “jika perjalanan
menuju perang shiffin terjadi karena takdir Allah, maka tidak ada pahala sebagai balasan”.
Kemudian Ali menjawab bahwa “qada dan qadar tuhan bukan suatu paksaan. Ada balasan
berupa pahala atau siksaan sebagai hasil perbuatan manusia. Jika qada dan qadar itu tuhan
itu wajib pahala dan hukumannya batal, maka janji dan ancaman Allah akan hilang dan
tidak ada kutukan Ilahi atas dosa atau pujian Ilahi bagi orang-orang baik.

Adapun penggerak dalam mencetus munculnya aliran ini adalah Al-Ja’d bin Dirham yang
4
Ramadhani, “Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah dan Perkembangannya,” 310.
5
Saputra, Amri, and Santalia, “PEMIKIRAN JABARIAH, QADARIAH DAN ASY’ARIAH,” 312.
kemudian pemikiran ini diwariskan kepada pengikutnya Jahm bin Shafwan di Khurasan. Jahm lah
yang menyebarkan aliran ini dengan terus menerus dan persisten. Mengenai latar belakang
sejarah munculnya diakibatkan oleh ajaran agama Yahudi yang bermadzhab Qurra dan agama
krsiten yang bermadzhab yacobit. Ada juga beberapa surah dalam alquran yang dijadikan
landasan munculnya aliran ini tanpa menggali lebih dalam mengenai makna atau tafsiran
mengenai ayat ini dengan merujuk pada sebab akibat turunnya ayat tersebut. 6 Adapun surah yang
dimaksud yaitu;

Qs. As-Saffat : 96

‫ َن‬٩٦ ‫لال َ لَخ ُ َ و َما ت‬


ُ ّٰ‫َ و ه‬
Terjemahan Kemenag 2019 ‫َق ك ْع َملُ ْو‬

‫ْم‬

96. Padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.”

Qs. Al-Anfal : 17

َۗ
١٧ ‫اب ۤا ُؤَنا ا ْْلَ َّولُ ْو َن‬
َ ٰ ‫َا َو‬
Terjemahan Kemenag 2019

17. Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”

Qs. Al-Insan : 30

٣٠ ٰ ‫ُ ِّ ُ ٰ ط ُ ك ْنُت ْم‬ َ َ َ ‫َ و َما‬


‫ك 'م س „ن ب قَ ْو ًما ط َن‬ ‫ك ن ع‬
Terjemahan Kemenag 2019
‫ِّغ‬ ‫ْل‬ ‫ْن‬ ‫ا لََنا َل‬
‫ْي‬ ‫ل‬ ْ ‫ْم‬ ‫ْي‬

30. (Sebenarnya,) kami sedikit pun tidak berkuasa terhadapmu (untuk menghalang-
halangimu), bahkan kamulah kaum yang melampaui batas.

Dalam konteks sosiologi, fatalism adalah sesuatu hal yang mengacu pada pandangan
bahwasanya individu-individu dalam masyarakat seringkali merasa bahwa keadaan mereka tidak
dapat diubah atau dikuasai oleh tindakan mereka sendiri, melainkan ditentukan beberapa faktor di
luar kendali mereka. Hubungan diantara fatalisme dan keadaan masyarakat mencerminkan
keselarasan dalam pemahaman bahwa dalam situasi seperti "kemiskinan struktural," masyarakat
menghadapi hambatan struktural yang sulit mereka ubah, dan seringkali percaya bahwa
perubahan tersebut hanya dapat datang dari kuasa ilahi, bukan tindakan manusia. Dalam hal ini,
sosiologi mempertimbangkan peran faktor-faktor struktural dan budaya dalam membentuk
pandangan fatalis

6
Ramadhani, Mukti, and Dahlan, “IMPLIKASI DOKTRIN QADARIYAH DAN JABARIYAH DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER SOSIAL,” 168.
masyarakat terhadap keadaan mereka. Dengan demikian, jabariyah menempatkan akal dalam
posisi lebih rendah, karena segala perbuatan dan pengaturan alam di bawah kekuasaan atau
kehendak tuhan. Oleh karena itu, pemikiran dalam segala aspek kehidupan tidak berkembang
bahkan berhenti sehingga menghasilkan cara pandang yang sempit dan tidak adanya pemikiran
mendalam.7

B. Pengertian dan Sejarah Aliran Qadariyah

Qadariyah diambil dari kata qadarah yang berarti memutuskan dan kemampuan serta
memiliki kekuatan. Menurut terminologi qadariyah yaitu suatu ajaran yang dipercayai kalau
semua tindakan manusia itu tidak ada campur tangan tuhan. Qadariyah adalah salah satu ajaran
yang memberikan pendalaman pada kebebasan dan kekuatan manusia dalam bertingkah laku.
Dalam aliran ini manusia dianggap memiliki qudrat ataupun kemampuan untuk melakukan
kehendaknya bahkan setiap orang adalah pencipta untuk segala perbuatannya, ia bisa melakukan
atau meninggalkan sesuatu dengan kemauannya sendiri.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran ini
berpendapat bahwa manusia bebas dalam melakukan apapun yang diinginkannya, bukan atas
kehendak ataupun adanya campur tangan tuhan.

Madzhab qadariyah muncul sekitar tahun 70H/689M dan tokoh utama madzhab qadariyah
adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimashqi. Ma’bad termasuk golongan tabi’in atau Nabi
generasi kedua, karena ia pernah menjadi murid Hasan Al-Bashri di bawah bimbingan Wasil Ibn
Ata’. Ghailan dulu tinggal di Damaskus, karena Ghailan jago dalam public speaking banyak
orang tertarik padanya. Kedua orang inilah yang menyebarkan gagasan qadariyah. Dua pemimpin
ini menyebarkan dan mempromosikan aliran qadariyah dikalangan masyarakat saat itu terutama
di wilayah irak dan iran. Ma’bad menyebarkan pemahamannya keseluruh irak dalam waktu yang
relatif singkat dan mencapai hasil yang sangat mengesankan sehingga banyak orang yang tertarik
dan terus memahaminya. Sedangkan Ghailan melanjutkan penyebarannya ke Sham yang dimana
perkembangannya cukup pesat seiring dengan terus menerusnya para pendukung dalam
menyebarkan aliran ideologi jabariyah di damaskus. Banyak pendukung ideologi ini hingga kedua
tokoh tersebut meninggal dan kemudian digantikan oleh pengikutnya.9

Menurut Harun Nasution pemikir islam, aliran qadariyah muncul karena adanya isu
perbuatan manusia, yang menggaris bawahi kebebasan manusia dalam mengelola dan mengatur
hidupnya. Berbeda dengan aliran jabariyah, qadariyah meyakini bahwa manusia adalah penguasa
dalam tindakannya, memiliki kemampuan untuk melakukan dan meninggalkan sesuatu sesuai

7
STAI DDI Pinrang and Samad, “PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF ALIRAN KALAM,” 78.
8
Susanti, “ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM,” 33.
9
Suhaimi, “Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman,” 111.
kehendaknya. Mereka meyakini bahwa manusia memiliki kontrol atas perbuatannya dan bukan
sekedar tunduk pada takdir dan ketetapan Ilahi.

Ibnu Thaimiyah menjelaskan asal-usul munculnya paham ini, menyatakan bahwa


qadariyah muncul sebelum jabariyah. Paham qadariyah muncul pada fase akhir periode sahabat,
ketika perdebatan seputar qadar atau ketetapan tuhan mencuat. Terkait penolakan terhadap konsep
qadar ini, ulama salaf dan imam secara tegas membantah pandangan kaum qadariyah dan
jabariyah, serta segala bentuk bid’ah yang berasal dari kedua kelompok tersebut.10 Dalam konteks
aliran ini dikenal dengan istilah free will dan free act. Ayat yang menjadi dasar bagi keyakinan ini
adalah Qs. Al- kahfi:29, Qs. Yunus:108, Qs. Al-insan: 3-4, Qs. Ar-Rad: 11.11

Qs. Al-Kahfi: 29

‫وا ْن‬
ِّ َ
‫ُس‬ ‫َن َنا َ َ ط‬ ‫َ ش ۤا َء َف ْلَي ْكف ْ َعت ِ ه‬ ‫َش ۤا َء فَ َّ و‬ ‫ُ ِ َّ ُ ك َْۗم‬ ‫وق ِّ ل‬
ُ َ
‫َرا ِّدق‬ ‫ًر ۙا اَ ح ِّب ِّه‬
‫ٍْۚ ر ِّاَنّٓا ا ْدَنا ّل ظ‬ ‫ُْلي ْؤ ِّم ْن َم‬ ‫ّق ّم ر فَ َم‬ ‫ا ْل‬
‫َه َۗا‬ ‫ا ْم‬ ‫ل ِّل‬ ‫ْن‬ ‫ْن‬ ‫ْن ِّب‬ ‫َح‬
‫ِّم‬ '
‫ْي‬
٢٩ ‫َ َّ ۗ َ و ُ م ْرتََفًقا‬ ‫ست ِّغ ْيثُ ْوا ُيَغاثُ ْوا بِّ َ اك ْل ِ ْ ش ِّوى ُ ج‬
َ ْ ‫َّي‬
Terjemahan Kemenag 2019 ‫س ش َ َس ۤا َء‬ ‫َم ۤا „ء ُم ْه ّل ا ْل ُو ْو ََۗه ِّبئ‬
‫ْت‬ ‫ال َرا‬ ‫ي‬
‫ب‬
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa
yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki
(kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-
orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan
(dengan meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih
yang menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang
paling jelek.

Qs. Yunus: 108

‫ِّ ح َو ًْل‬ َ ‫ٰ خ ِّل ِّد ْي َ ن َ ْل َي ْبغُ ْو‬


Terjemahan Kemenag 2019 ١٠٨ ‫َن ع‬ ‫ِّف ْي‬
‫ْن‬ ‫َها‬
‫َها‬

108. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.
Qs. Al-Insan: 3-4

٤ ‫ ْ ع َتدَْن ِّ ل ْل ٰك َ ِّ َ ْ َ َ س ِّع ْي ًرا‬٣ ‫َ ُكف ْو ًرا‬ َّ ‫ِّاَّنا َ هد َ َل َشا‬


‫ِّاَّنٓا َا ا ِّف ِّر ْي َن س س و غ ّو‬ ِّ‫ْي ٰنهُ ال ّس اِّ َّما ِّك ًرا وا‬
‫َا ٰل‬ ‫َّما‬ ‫ِّب‬
ٰ
‫ًَل‬ ‫ل َ۟ل‬ ‫ْي‬

Terjemahan Kemenag 2019

10
Pakatuwo and Mawaddah, “Al Jabariyah dan Al-Qadariyah; Pengertian, Latar Belakang Munculnya dan
Pemikirannya,” 3-4.
11
Ramadhani, Mukti, and Dahlan, “IMPLIKASI DOKTRIN QADARIYAH DAN JABARIYAH DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER SOSIAL,” 167.
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang
bersyukur dan ada pula yang sangat kufur.

4. Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan
api (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala).

Qs. Ar-Rad:
8
‫ِّ ع ْندَ ٗه ِّب ِّم‬ ‫َ و َما َت ُّ َش‬ َ ُ ‫َ لهّٰ ُال ي ْ ع َ ْ ُ ك ُّل َ و‬
٨ ‫ْقدَا „ر‬ ‫زدادُ َۗ َو ُك ل ْي‬
َ ْ ‫ض ا حا‬ ‫لَ ما ح اُ ْن ٰثى َما تَ ِّغ‬
‫„ء‬ ‫ْْلَ ْر ُم‬ ‫ْي‬ ‫ُم ت ِّم‬
‫ُل‬
Terjemahan Kemenag 2019

8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan apa yang berkurang
(tidak sempurna dalam) rahim dan apa yang bertambah. Segala sesuatu ada ketentuan di
sisi-Nya

C. Perbandingan Doktrin Jabariyah dan Qadariyah

1. Doktrin Jabariyah

Doktrin jabariyah mencakup banyak keyakinan, termasuk pandangan bahwa manusia


tidak memiliki kemampuan dan kemauan yang benar. Dalam kerangka ini, Jahm berpendapat
masyarakat tidak hanya kehilangan kemampuan untuk bertindak, namun juga kehilangan
kemauan dan pilihannya sendiri. Pandangan Jahm terhadap obsesi ini mungkin lebih menonjol
dibandingkan pemikirannya mengenai aspek lain seperti surga dan neraka, konsep keimanan,
pena tuhan, penolakan terhadap hakikat tuhan dan pandangan tuhan di akhirat. Salah satu pokok
ajaran ini adalah pemahaman bahwa iman adalah pencerahan atau pembelajaran hati. Dalam hal
ini, pandangan Jahm sejalan dengan konsep kaum murjiah. Mereka meyakini hakikat keimanan
terletak pada ilmu dan keyakinan dalam hati, bukan sekedar perbuatan.12

Doktrin jabariyah juga mencakup gagasan memandang firman tuhan sebagai sesuatu yang
diciptakan. Jahm mengajarkan bahwa alquran sebagai wahyu dari tuhan sebenarnya diciptakan
sebagai sesuatu yang baru (hadits). Selain itu, Jahm percaya bahwa tuhan tidak terlihat oleh
manusia di akhirat. Mengenai surga dan neraka, ajaran ini mengambil pandangan kontroversional
bahwa keduanya tidak kekal. Jahm menyatakan bahwa surga dan neraka akhirnya lenyap setelah
manusia menerima pahalanya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Jahm, surga dan
neraka adalah tempat yang bersifat sementara dan fana, bukan realitas yang kekal. 13

2. Doktrin Qadariyah
12
Rashion Anwar, “Ilmu Kalam” 67.
13
Taib Thakhir Abd. Mu’in “Ilmu Kalam”. 102
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam bukunya fajrul islam, beliau menyatakan tentang
beberapa doktrin aliran qadariyah bahwa orang yang berbuat dosa bukanlah kafir dan mukmin,
melainkan orang jahat dan orang fasik yang akan masuk neraka. Tuhan tidak menciptakan
perbuatan manusia, karena yang menciptakan perbuatannya sendiri adalah manusia. Maka
manusia mendapat pahala yang baik (surga) atas segala amal baiknya dan pahala yang buruk
(siksaan neraka) atas segala perbuatan buruknya sehingga berbuat dosa, maka Allah berhak
atasnya. Kaum qadariyah mengatakan bahwa tuhan itu esa dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat
yang kekal seperti ilmu, kekuasaan, kehidupan, pendengaran atau penglihatan, segala sesuatu yang
bukan hakikat-Nya. Menurut mereka, Allah swt maha mengetahui, maha kuasa, maha hidup, dan
mendengar. Qadariyah berkeyakinan, meskipun Allah belum menurunkan agama, namun hati
manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Sebab segala sesuatu
mempunyai kualitas yang menyebabkan baik atau buruk.14

Selain itu aliran ini memberikan pemahaman bahwa manusia itu memiliki kebebasan dan
kemandirian untuk memutuskan tindakan apa yang akan mereka ambil. Hal ini sepakat dengan
seseorang yang memiliki peran besar dalam penyebaran qadariyah yaitu Ghailan, menurut
Ghailan manusia mempunyai kekuatan untuk menentukan tindakannya sendiri. Manusia
sendirilah yang dengan kemauan dan usahanya sendiri melakukan perbuatan baik, untuk
melakukan atau menghindari perbuatan-perbuatan yang jahat dan bermanfaat.15

D. Menyikapi Perbedaan Jabariyah dan Qadariyah

Perbedaan jabariyah dan qadariyah merupakan perbedaan yang sudah lama ada dalam
sejarah islam. Bahkan perbedaan ini masih terlihat dikalangan umat islam saat ini. Ketika
menghadapi perbedaan ini penting untuk kita mempelajari secara mendalam agar tidak
mengintimidasi perbedaan keduanya dan bersikap toleran karena setiap orang memahami konteks
dan latar belakang sejarah munculnya kedua aliran ini agar lebih menghargai perbedaan dengan
tidak merasa benar dan menyalahkan, selain itu tidak terjebak pada perdebatan teologis yang
berkelanjutan dengan memfokuskan diri pada pendalaman ajaran agama islam.

KESIMPULAN

Dalam Islam, terdapat dua aliran pemikiran yang berbeda tentang kehendak dan kemampuan
manusia, yaitu Jabariyah dan Qadariyah. Aliran Jabariyah meyakini bahwa manusia tidak memiliki
kebebasan dalam menentukan perbuatannya. Segala perbuatan manusia telah ditentukan oleh Allah SWT.

14
https://an-nur.ac.id/aliran-qadariyah-pengertian-dasar-dan-doktrin-ajaran/ tgl 11-21-2023, pukul 14.46
15
Fatahurahman, Amri, and Fajri, “Ajaran Pokok, Sekte-Sekte dan Ajaran Masing-Masing (Al-Murji’ah, Al-
Mu’tazilah, Al-Khawarij, Al-Farabi, Al-Qadariyah dan Al-Jabariyah),” 9892.
Aliran ini berpendapat bahwa manusia hanyalah makhluk yang pasif dan tidak memiliki kehendak bebas.
Aliran Qadariyah meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan dalam menentukan perbuatannya.
Manusia memiliki kemampuan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu sesuai dengan keinginannya.
Aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan bertanggung jawab atas
perbuatannya. Perbedaan pandangan antara Jabariyah dan Qadariyah berdampak pada konsep tanggung
jawab manusia, moralitas, dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT.

Aliran Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak bertanggung jawab atas perbuatannya karena
perbuatannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Aliran ini juga berpendapat bahwa moralitas tidak
memiliki arti penting karena segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan oleh Allah SWT. Aliran
Qadariyah berpendapat bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya karena perbuatannya
ditentukan oleh kehendak bebas manusia. Aliran ini juga berpendapat bahwa moralitas memiliki arti
penting karena manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih perbuatan yang baik atau buruk.
Perdebatan antara Jabariyah dan Qadariyah telah berlangsung selama berabad-abad dan masih terus
berlanjut hingga saat ini.

REFERENSI

Al-Quran Kemenag.com

Amri, Faturrahman and Fajri, “Ajaran Pokok, Sekte-Sekte dan Ajaran Masing-Masing (Al-
Murji’ah, Al- Mu’tazilah, Al-Khawarij, Al-Farabi, Al-Qadariyah dan Al-Jabariyah)”,
Volume 05, No. 03, Maret-April 2023

Amri, Saputra and Santalia, “PEMIKIRAN JABARIAH, QADARIAH DAN ASY’ARIAH”, Vol.
2 No. 3 Desember 2022

Anwar Rashion, “Ilmu Kalam”

https://an-nur.ac.id/aliran-qadariyah-pengertian-dasar-dan-doktrin-ajaran/

Jamaluddin, Shabri Shaleh Anwar, “Ilmu kalam khazanah intelektual pemikiran dalam Islam”,
(Januari 2020), Indragiri Hilir

M. Pakatuo, Laessach Mawaddah,“Aljabariyah dan Alqadariyah”; pengertian, latar belakang


munculnya dan pemikirannya VOL.1 NO.1 (2020): EDUCATION AND ISLAMIC
STUDIES

Mukti, Ramadhani and Dahlan, “IMPLIKASI DOKTRIN QADARIYAH DAN JABARIYAH DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER SOSIAL,” Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Indonesia
Ramadhani, “Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah dan Perkembangannya”, Volume 4, No. 3 Juli –
September 2020

STAI DDI Pinrang and Samad, “PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF ALIRAN
KALAM,”.

Susanti, “ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM,” JurnalAd-Dirasah

Suhaimi, “Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman” Universitas Madura Pamekasan

Pakatuwo and Mawaddah, “Al Jabariyah dan Al-Qadariyah; Pengertian, Latar Belakang
Munculnya dan Pemikirannya,”.

Taib Thakhir Abd.Mu’in “Ilmu Kalam”

Anda mungkin juga menyukai