Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ALIRAN ILMU KALAM QODARIYAH”

Makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas matakuliah

“TAUHID DAN ILMU KALAM”

Dosen Pengampu : Ani nurul imtihanah, M.S.I

Oleh

Kelompok 7 :

1. Indah tri wahyuni (1804041080)


2. Tasya amara putri (1804041161)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TA. 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ aliran ilmu kalam qodariyah “. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam. Kami berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya untuk para mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Metro , 18 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ......................................................................1

Tujuan Masalah ...................................................................................1

Rumusan Masalah ...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Aliran Ilmu Kalam Qodariyah....................................................2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang.

Setelah Rasulullah Saw wafat muncul aliran-aliran ilmu kalam . Berbicara


masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang ilmu kalam.
Kalam secara harfiah berarti kata-kata. Dalam sejarah pemikiran Islam, terdapat
lebih dari satu aliran teologi yang berkembang. Secara teoritis perbedaan teologis
dikalangan umat islam tampak melalui perdebatan aliran aliran kalam yang
muncul tentang berbagai persoalan.Misalnya tentang kekuasaan Allah, kedudukan
wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai
macam aliran.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Qodariyah. Mencakup
didalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya
secara umum.

   B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari aliran qodariyah ?


2.      Bagaimana sejarah munculnya aliran qodariyah ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran qodariyah ?

     C.     Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui pengertian dari aliran qodariyah.


2.      Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran qodariyah.
3.      Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran qodariyah.
BAB II

PEMBAHASAN

   A.    Pengertian Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qadara yang
mengandung arti kemampuan dan kekuatan.  Adapun secara terminologi,
qodariyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia
tidak diintervensi oleh Allah SWT[1]. Kaum qadariyah adalah golongan islam
yang meyakini bahwa manusia mempunyai kekuasaan  mutlak dan kebebasan
untuk menentukan segala macam perbuatan sesuai dengan keinginannya tanpa ada
intervensi dari Tuhan. Manusia berbuat baik atas kehendak manusia itu sendiri.
Demikian pula, manusia berbuat jahat juga atas kehendak manusia itu sendiri[2]

Dalam hal ini Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qodariyah berasal
dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian manusia terpaksa
tunduk pada qadar Allah SWT.[3]

Menurut paham Qodariyah, manusia memiliki kemampuan dalam dirinya


untuk berbuat baik atau sebaliknya, karena ia memang diciptakan demikian.
Disamping itu dia mampu menerima beban tugas seberat apapun, karena sudah
disesuaikan dengannya, yaitu kemampuan yang terdapat dalam dirinya dan ia
rasakan keberadaannya.
Menurut mereka pula, iman cukup dengan pengenalan dan perbuatan tidak
termasuk dalam iman.

Aliran mereka yang lain adalah adalah tentang kemakhlukan Al-Qur’an.


Kalau ada yang mengakui bahwa al-Qur’an itu qadim, maka ia telah menjadi
syirik karena mengakui adanya (berbilangnya yang qadim) yakni Allah dan
firmanNya.[4]
B.     Sejarah Munculnya Aliran Qodariyah
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pengertian
qadariyah. Akhirnya berkesimpulan bahwa manusia adalah agen perbuatannya.
Seperti ayat-ayat berikut ini :

‫صير‬ َ ُ‫ا ْع َملُوا َما ِشْئتُ ْم ِإنَّهُ بِ َما تَ ْع َمل‬


ِ َ‫ون ب‬
Artinya: “Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki sesungguhnya Ia melihat apa
yang kamu perbuat”. (QS. Fush-Shilat : 40).

‫ص ْبتُ ْم ِم ْثلَ ْيهَا قُ ْلتُ ْم َأنَّى هَ َذا قُلْ هُ َو ِم ْن ِع ْن ِد‬


َ ‫صيبَةٌ قَ ْد َأ‬ َ ‫أ ََولَ َّما َأ‬
ِ ‫صابَ ْت ُك ْم ُم‬
ٌ‫َأ ْنفُ ِس ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدير‬
Artinya:
“dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-
musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya
(kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.Ali Imran :165)
 
‫ِإ َّن هَّللا َ ال يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم‬
Artinya:
            “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan [Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama
mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.] yang ada pada diri
mereka sendiri”. (QS.Ar-Ra’d :11)[5]
           
            Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an ini, mungkin kita berkesimpulan
bahwa pemikiran Qodariyah berasal dari internal agama Islam sendiri, yakni buah
pemahaman yang keliru terhadap ayat-ayat tersebut. Asumsi ini boleh jadi benar.
Tapi ada bukti yang menguatkan bahwa gagasan itu bukan berasal dari Islam.
Bukti pertama, Nabi Muhammad Saw pernah memberikan isyarat akan
kemunculan kaum Qodariyah yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat
Hudzaifah. Rasulullah Saw bersabda “Bagi tiap-tiap umat ada majusinya. Majusi
umat ini adalah mereka yang tidak percaya takdir. Kalau mereka mati, maka
janganlah menghampiri jenazahnya. Kalau mereka sakit, janganlah
menjenguknya. Mereka adalah partai atau golongan Dajjal dan Allah berhak
mengatakan mereka Dajjal” (H.R Abu Dawud)

Bukti kedua, Ibn Nabathah seperti dikutip Abu Zahrah dalam Syahru al-‘Uyun
mengatakan, “menurut satu keterangan, orang pertama yang mengangkat paham
Qodariyah adalah seorang laki-laki Irak yang beragama Nasrani. Ia masuk islam,
kemudian menjadi Nasrani lagi. Dari orang inilah, Ma’bad al-juhani dan Ghailan
mengambil pemikiran Qodariyah. Dari sini kita melihat pemikiran ini menyusup
kedalam Islam dan menarik minat kaum muslimin yang sebenarnya berasal dari
unsur asing yang dikemas dengan nama islam. Padahal sebenarnya menyimpan
pemikiran non-islam”[6]

C.     Tokoh-tokoh Qodariyah.

1.      Ma’bad Al-Jauhani.

Ma’bad Al-Jauhani berasal dari suku Juhuya. Ia telah mengambil pandangan-


pandangannya dari seorang Kristen Iraq yang bernama Susan yang memeluk
agama islam dan kemudian memeluk agama kriste kembali. Cerita ini bisa jadi
benar atau bisa jadi merupakan penemuan untuk tidak mempercayai golongan
Qodariyah.

Ma’bad Al-Jauhani berpandangan bahwa paling tidak, kebanyakan perbuatan


manusia adalah bebas, khususnya bagi orang-orang yang melakukan kesalahan
dan keraguan, karena itu ia menolak perbuatan salah yang dilakukan Bani
Ummayah ditentukan oleh Allah Swt.

Persoalan yang paling menarik mengenai Ma’bad adalah bahwa ia


memperoleh reputasi sebagai orang pertama yang mendiskusikan persoalan qodar
Allah Swt, meskipun kenyataannya sedikit sekali yang mengetahui tentang
dirinya.[7]
2.      Ghailan Ad-Dimasyqi

Nama lengkapnya adalah Abu Marwan Ghailan Ibnu Muslim Al-Qibti Ad-
Dimasyqi. Menurutnya manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, yakni
manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik., maupun
melakukan perbuatan-perbuatan jahatsemuanya atas kemauan dan dayanya
sendiri. Dalam paham ini manusia merdeka dalam perilakunya, ia berbuat baik
adalah atas kemauan dan kehendaknya sendiri., dan berbuat jahatpun atas
kemauan dan kehendaknya sendiri[8].

 Ayahnya adalah seorang yang dibebaskan oleh khalifah Usman dan dia
sendiri memiliki posisi sebagai sekertaris dalam administrasi pemerintahan
Umayyah di Damaskus.

Perlawanan Ghailan terhadap pemerintahan bani Umayyah pada awal masa


kekuasaan umar Bin abdul aziz II. Dikatakan bahwa ia telah menulis surat
terhadap khalifah dengan nada kritis, hal inilah yang mungkin mendorongnya
untuk membawa perubahan-perubahan tertentu. Umar Bin abdul
Aziz  menanyakan kepada Ghailan mengenai pandangannya dan mengingatkan
bahayanya. Umar juga mengingatkan orang lain untuk tidak meyakini doktrin
Ghailan mengenai qodar. [9]
BAB III

PENUTUP

     A.    KESIMPULAN

           Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qadara yang
mengandung arti kemampuan dan kekuatan.  Adapun secara terminologi,
qodariyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia
tidak diintervensi oleh Allah SWT

Sejarah munculnya aliran qodariyah


Aliran Qadariyah muncul bukan dari golongan orang islam.

Tokoh-tokoh Aliran Qodariyah.


1.         Ma’bad Al-Jauhani.
2.         Ghailan Ad-Dimasyqi
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah , Azizi. 2008. Aliran-aliran Teologi Islam. Kediri : Purna Siswa Aliyah

Munir , Ghazali. 2008. Ilmu Kalam : Pemikiran Dan Kehidupan, Semarang :


RaSAIL Media Group

Wiyani , Novan Arddy. 2013. Ilmu Kalam. Teras

Anda mungkin juga menyukai