Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TENTANG QADARIYAH”
Disusun Untuk memenuhi tugas Mata pelajaran Ilmu Kalam
dibina oleh : FATHORRASIK, S.Ag., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok :


1. Naslatul Kamila
2. Khalidatul Magfira
3. Lilis Yuliana
4. Inayatussoleha

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH


MADRSAH ALIYAH ALHIDAYAH
ARJASA SUMENEP
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Qadariyah dan Jabariyah” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Ilmu Kalam,
Dalam makalah ini, dijelaskan tentang sejarah berkembangnya aliran
qadariyah dan Jabariyah setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dan membahas
mengenai tokoh serta ajaran-ajaran yang dibawa oleh kedua aliran tersebut.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Tentu banyak sekali kekurangan dan kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan dalam penyusunan makalah ke depannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1. Latar Belakang......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3. Tujuan....................................................................................................................4
BAB  II PEMBAHASAN................................................................................................5
2.1. Aliran Qodariyah..................................................................................................5
2.2.  Asal-Usul Kemunculan Qadariyah.....................................................................6
2.3. Tantangan Untuk Faham Qodariyah..................................................................7
BAB III DOKTRIN – DOKTRIN ALIRAN QODARIYAH........................................8
Manusia Mempunyai Qudroh.....................................................................................8
Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir............................................................9
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................11
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................11
4.2.  Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang
dianut oleh masyarakat kita. Semua itu terjadi bukan karena beragamnya Islam
sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga
menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini.
Tak ayal sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan
pengikut paham lainnya.
Pengetahuan tentang paham-paham yang beredar di Indonesia umumnya
ataupun sekeliling kita. Khususnya, haruslah kita mampu mengetahuinya bukan
untuk mengendorkan iman kita tapi untuk menambah iman kita.
Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan kataqwaan yang mampu menyelamatkan
kita dan mampu membawa kita bertemu dengan Dzat yang selalu kita harapkan
untuk bertemu dengannya.<span class="fullpost">
1.2. Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dinamakan paham Qodariyah ?
2.    Kapan munculnya aliran Qodariyah dan siapa tokohnya ?
3.   Bagaimana doktrin-doktrin dari paham Qodariyah ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar bisa mengetahui dan
memahami paham Qodariyah dan menyebutkan pemikiran teologinya, sehingga
dapat dibedakan dengan aliran aliran yang lainnya.
BAB  II
PEMBAHASAN

2.1. Aliran Qodariyah


Qodariyah berasal dari bahasa arab, yaitu dari qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, Qodariyah
adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintrevensi
oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, dia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Qodariyah dipakai
untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan
manusia dalam mewujudkan perbuatannya.
Paham Qodariyah pada hakikatnya adalah sebagian dari paham
Mu’tazilah, karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah. Akan
tetapi paham ini dibicarakan dalam suatu pasal tersendiri, karena sepanjang
sejarah persoalan Qodariyah ini suatu soal yang besar juga, yang harus
diperhatikan.
Latar belakang timbulnya Qodariyah ini sebagai isyarat kebijaksanaan
politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Mereka mengatakan bahwa
Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang bersalah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus bebas menentukan
nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik atau yang buruk. Jika Allah
telah menentukan lebih dahulu nasib manusia, maka Allah itu dhalim. Karena itu
manusia harus merdeka atau ikthiar atas perbuatannya. Manusia harus mempunyai
kebebasan berkehendak. Orang-orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan
manusia itu hanyalah bergantung pada Qadar Allah saja, selamat atau celaka
seseorang itu telah ditentukan oleh Allah sebelumnya, pendapat itu adalah sesat.
Sebab pendapat tersebut berarti menentang keutamaan Allah dan berarti
menganggapnya pula yang menjadi sebab terjadinya kejahatan kejahatan.
Mustahil Allah melakukan kejahatan.
 2.2.  Asal-Usul Kemunculan Qadariyah
2.2.1. Pendapat Ahmad Amin
Kapan Qadariyah muncul dan siapa tokoh-tokohnya? Merupakan dua tema
yang masih diperdebatkan. Manurut Ahmad Amin, ada ahli teologi yang
mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan Oleh Ma’bad Al-Jauhani
dan Ghailan Ad-Dimasyqy.  Ma;bad adalah seorang taba’i yang dapat dipercaya
dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun Ghalian adalah seorang orator
berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Usman bin Affan.
2.2.2. Pendapat Ibnu Nabatah
Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyum, seperti dikutip Ahmad
Amin, memberi informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan faham
Qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama kristen kemudian beragama
islam dan balik lagi keagama kristen. Dari oranginilah Ma’bad dan Ghailan
mengambil faham ini. Orang Irak yang dimaksud sebagaimana dikatakan
Muhammad Ibnu Syu’ib yang memperoleh informasi dari Al Auza’i adalah
Susan.
2.2.3. Pendapat W. Montgomery
Sementara itu, W. Montgomery watt menemukan dokumen lain melalui
tulisan Hellmut Ritter dalam bahasa jerman yang dipublikasikan melaului majalah
Der Islam pada tahun 1933. Artikel ini menjelaskan bahwa faham Qadariyah
terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul malik olah Hasan
Al-Basri termasuk orang Qadariyah atau bukan. Hal ini memang menjadi
perdebatan, namun yang jelas, berdasarkan catatannya terdapat dalam kitab
Risalah ini ia percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas memilih antara
berbuat baik atau buruk.
Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi, menurut watt, adalah
penganut Qadariyah yang hidup setelah Hasan Al-Basri. Kalau dihubungkan
dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-I’tidal, seperti dikutip Ahmad
Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar pada Hasan Al-
Bashri, maka sangat mungkin faham Qadariyah ini mula-mula dikembangkan oleh
Hasan Al-Bashri, dengan demikian keterangan yang ditulis oleh ibn Nabatah
dalam Syahrul Al- Uyun bahwa fahan Qadariyah berasal dari orang irak kristen
yang masuk islam kemudian kembali lagi kekristen,adalah hasil rekayasa orang
yang tidak sependapat dengan faham ini agar orang-orang yang tidak tertarik
dengan pikiran Qadariyah. Lagipula menurut Kremer, seperti dikutip Ignaz
Goldziher , dikalangan gereja timur ketika itu terjadi perdebatan tenteng butir
doktrin Qadariyah yang mencekam pikiran para teologinya.
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariyah muncul, ada
baiknya jika meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan
untuk menentukannya. Para peniti sebelumnya pun belum sepakat mengenai hal
ini karena penganut Qadariyah ketika itu banyak sekali. Sebagian terdapat di irak
dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Bashri. Pendapat
ini di kuatkan oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama
tentang masalah ini adalah seorang kristen di irak yang telah masuk islam
pendapatnya itu diambil oleh Ma’bad dan Ghallian . sebagian lain berpendapat
bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh orang-orang yang
banyak dipekerjakan diistana-istana.
2.3. Tantangan Untuk Faham Qodariyah
Faham Qadariyah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu,
ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras ini. Pertama, seperti
pendapat Harun Nasution, karena masyarakat arab sebelum islam kelihatannya
dipengaruhi oleh faham fatalis. Kehidupan bangsa arab ketika itu serba sederhana
dan jauh dari pengetahuan. Mereka selalu terpaksa mengalah kepada keganasan
alam. Panas yang menyengat, serta tanah dan gunung yang gundul. Mereka
merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang
ditimbulkan oleh alam sekelilingnya.faham itu terus dianut kedatipun mereka
telah beragama islam, karena itu , ketika faham Qadariyah di kembangkan ,
mereka tidak dapat menerimanya, faham Qadariyah itu dianggap bertentangan
dengan doktrin islam.
Kedua tantangan dari pemerintah ketika itu. Tantangan itu sangat mungkin
terjadi karena para pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah. Ada
kemungkinan juga pejabat pemerintah menganggap gerakan faham Qadariyah
sebagai suatu usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis rakyat, yang
pada gilirannya mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang dianggap
tidak sesuai, dan bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.

BAB III
DOKTRIN – DOKTRIN ALIRAN QODARIYAH

Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal , pembahasan masalah Qadariyah


disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas. Ahmad Amin juga
menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah
sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah akibatnya, orang
menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama
percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan
tanpa campur tangan tuhan.
Manusia Mempunyai Qudroh
Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan
kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.
Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang
dimiliki manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat
Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak
berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan
berkurang, dapat hilang.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula
melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri. Salah
seorang pemuka Qadariyah yang lain , An-Nazzam , mengemukakan bahwa
manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala perbuatannya.
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat di pahami bahwa segala tingkah
laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan
pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya.
Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir
Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir
yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan bahwa
nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-
perbuatannya,manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan sejak
azali terhadap dirinya.Dalam faham Qadariyah,takdir itu ketentuan Allah yang di
ciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali,yaitu hukum
yang dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran baik
dengan balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan
neraka kelak di akhirat,itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri ,bukan akhir
Tuhan.Sungguh tidak pantas,manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang
dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah mailiki takdir yang tidak
dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali
mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak
mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian juga
manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu mambawa barang
beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang
kreatif, demikian pula anggota tubuh lainnya yang dapat berlatih sehingga dapat
tampil membuat sesuatu ,dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang
dapat dilatih terampil. Manusia dapat meniru apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia
juga dapat berenang di laut lepas. Demikian juga manusia juga dapat membuat
benda lain yang dapat membantunya membawa barang seberat barang yang
dibawa gajah. Bahkan lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah
kebebasan yang dimiliki manusia. Suatu hal yang benar-benar tidak sanggup
diketahui adalah sejauh mana kebebasan yang dimiliki manusia ? siapa yang
membatasi daya imajinasi manusia? Atau dengan pertanyaan lain, dimana batas
akhir kreativitas manusia?
Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak
ada alasan yang tepat untuk menyadarkan segala perbuatan manusia kepada
perbuatan tuhan. Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin
islam sendiri. Banyak ayat Al-Qur’an yang mendukung pendapat ini,

\
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
o    Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-
Jauhani.
o    Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat
menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan
kehendaknya itu.
4.2.  Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar Mahasiswa dapat lebih
mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam. Dan bahwasanya setiap
paham itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan nantinya
kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-
mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers
Abdul Razak, DR. M.Ag, Rosihon Anwar, DR. M.Ag. 2007.Ilmu
Kalam.Bandung.Pustaka Setia
Haris, Murtafi. Aqidah Islamiyah.
http://www.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai