Anda di halaman 1dari 16

Makalah tentang

JABARIYAH DAN QADARIYAH

Disusun

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan dengan judul “jabariyah dan qadariyah”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Langsa 25 November 2019

Penyusun

2i
DAFTAR ISI

KAT PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2    Rumusan Masalah....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1 Pengertian aliran Qodariyah.......................................................................2

2.2 Firqoh Qadariyah........................................................................................3

2.2.1  Sejarah Timbulnya.............................................................................3

2.3 Tantangan Untuk Faham Qodariyah...........................................................4

2.4 Ajaran dan perkembanganya......................................................................5

2.4.1 Manusia Mempunyai Qudroh ............................................................7

2.4.2 Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir.......................................7

2.5 Aliran Jabariyah..........................................................................................8

2.5.1 Pengertian Jabariyah...........................................................................8

2.5.2 Ajaran Jabariyah.................................................................................8

2.5.3Ciri-ciri Aliran Jabariyah.....................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................12

3.1 Kesimpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang
sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga menyebabkan
fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini. Oleh sebab itu
sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut paham
lainnya.
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang
dipahami pada umumnya. Di dalam ilmu kalam (teologi) terdapat lebih dari satu
aliran yang berkembang. Aliran-aliran tersebut memiliki paham yang berbeda.
Hal ini di sebabkan karena pemikiran para ulama yang bebeda-beda dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-quran. Ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa
manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan ada pula ayat yang
menunjukkan bahwa segala yang terjadi itu ditentukan oleh Allah, bukan
kewenangan manusia .
Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran yang bernama aliran Qadariyah
dan Jabariyah, yang mana kedua aliran ini memiliki paham yang sangat berbeda.
Di sini penulis akan membahas tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah.

1.2    Rumusan Masalah


1. Apakah yang dinamakan Aliran Qodariyah ?
2. Kapan munculnya aliran Qodariyah ?
3. Siapa pemimpin Aliran Qadariyah ?
4. Bagaimana  Ajaran dan Pengembangan aliran Qodariyah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian aliran Qodariyah


Qodariyah berasal dari bahasa arab, yaitu dari qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, Qodariyah
adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintrevensi
oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, dia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Qodariyah dipakai
untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan
manusia dalam mewujudkan perbuatannya.
Aliran Qodariyah pada hakikatnya adalah sebagian dari paham Mu’tazilah,
karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah. Akan tetapi paham ini
dibicarakan dalam suatu pasal tersendiri, karena sepanjang sejarah persoalan
Qodariyah ini suatu soal yang besar juga, yang harus diperhatikan.
Paham Qodariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyadarkan
segala perbuatan manusia kepada perbuatan tuhan.
Bayak ayat al Qur’an yang mendukung pendapat ini, Misalnya dalam surat Al-
Kahfi : 29

‫شا َء َف ْل َي ْكفُ ْر‬


َ ْ‫اء َف ْل ُيْؤ مِنْ َو َمن‬
َ ‫ش‬َ ْ‫َوقُ ِل ا ْل َح ُّق مِنْ َر ِّب ُك ْم ۖ َف َمن‬
Artinya : Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir"1.
Misalnya lagi dalam surat Ar-ra’d: 11:

‫اء ْنفُسِ ِه ْم‬ ٍ ‫هللا الَ ُي َغ ِّي ُر َم ِاب َق‬


َ ‫وم َح َّتىي ُي َغ ِّي ُروا َم ِاب‬ َ َّ‫ءاِن‬
Artinya: “Sesungguhnya alloh tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.

1
Rozak dan Rosihon. Ilmu Kalam. 161

2
Berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an ini, mungkin kita berkesimpulan
bahwa pemikiran kodariah berasal dari Internal agama islam sendiri,yakni buah
dari pemahaman yang keliru terhadap ayat-ayat tersebut. Asumsi ini bisa jadi
benar. Tapi, beberapa bukti menguatkan bahwa gagasan itu bukan berasal dari
Tuhan2.

2.2   Firqoh Qadariyah


2.2.1  Sejarah Timbulnya
Qadariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689M, dipimpin oleh
Ma’bad al juhni al-Bisri dan Ja’had bin Dirham, pada masa pemerintahan
Kholifah Abdul Malik bin Marwan(685-705M).
Latar belakang timbulnya Qodariyah ini sebagai isyarat kebijaksanaan
politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Apabila firqah jabariah
berpendapat bahwa Kholifah Bani umayah membunuh orang, hal itu karena
sudah ditakdirkan oleh Allah. Hal ini berarti murupakan topeng kekejamannya,
maka firqoh Qadariah mau membatasi qadar tersebut. Mereka mengatakan
bahwa Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang bersalah dan
memberi pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus bebas
menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik atau yang
buruk. Jika Allah telah menentukan lebih dahulu nasib manusia, maka Allah itu
dhalim. Karena itu manusia harus merdeka atau ikthiar atas perbuatannya.
Manusia harus mempunyai kebebasan berkehendak. Orang-orang yang
berpendapat bahwa amal perbuatan manusia itu hanyalah bergantung pada
Qadar Allah saja, selamat atau celaka seseorang itu telah ditentukan oleh Allah
sebelumnya, pendapat itu adalah sesat. Sebab pendapat tersebut berarti
menentang keutamaan Allah. Dan berarti menganggap-Nya yang menjadi
sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil Allah Swt melakukan
kejahatan.3

2
Kaisar, Aliran-aliran Teologi Islam. 147
3
Nasir, Pemikiran Kalam ( Teologi Islam ). 139

3
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariyah muncul, ada
baiknya jika meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan
kesulitan untuk menentukannya. Para peniti sebelumnya pun belum sepakat
mengenai hal ini karena penganut Qadariyah ketika itu banyak sekali. Sebagian
terdapat di irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan
Al-Bashri.
Pendapat ini di kuatkan oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan
pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang kristen di irak yang telah
masuk islam pendapatnya itu diambil oleh Ma’bad dan Ghallian . sebagian lain
berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh
orang-orang yang banyak dipekerjakan diistana-istana.

2.3  Tantangan Untuk Faham Qodariyah


Faham Qadariyah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu, ada
beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras ini. Pertama, seperti
pendapat Harun Nasution, karena masyarakat arab sebelum islam kelihatannya
dipengaruhi oleh faham fatalis. Kehidupan bangsa arab ketika itu serba sederhana
dan jauh dari pengetahuan.
Mereka selalu terpaksa mengalah kepada keganasan alam. Panas yang
menyengat, serta tanah dan gunung yang gundul. Mereka merasa dirinya lemah
dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alam
sekelilingnya.faham itu terus dianut kedatipun mereka telah beragama islam,
karena itu , ketika faham Qadariyah di kembangkan , mereka tidak dapat
menerimanya, faham Qadariyah itu dianggap bertentangan dengan doktrin islam.
Kedua tantangan dari pemerintah ketika itu. Tantangan itu sangat mungkin terjadi
karena para pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah. Ada kemungkinan
juga pejabat pemerintah menganggap gerakan faham Qadariyah sebagai suatu
usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis rakyat, yang pada gilirannya
mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang dianggap tidak sesuai, dan
bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.

4
2.4 Ajaran dan perkembanganya
Ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan
ajaran-ajaran qodariyah itu bukan ma’bad al-juhni. Ada seseorang penduduk negri
irak , yang mula-mula beragama kristen kemudian masuk islam namun akhirnya
kembali kekristen lagi.Dari orang inilh, ma’bad al juhni dan gailan al damasqi
memanggil pemikirannya.4
Di Damaskus, ajaran Qadariyah dikembangkan pula oleh Ja’ad Dirham
yang sekaligus juga sabagai penyebar paham Qadariyah. Akan tetapi, akhirnya dia
terbunuh pada tahun 105 H.
Ajaran pokok Qadariyah, sebagaimana dikemukakan Gailan adalah bahwa
manusia mempunyai kekuasaan atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah
yang melakukan perbuatan baik atau jelek atas kemauan serta kekuasaan serta
daya yang ada pada dirinya. Jadi, menurut paham ini manusia merdeka dalam
tingkah lakunya.
Dari prinsip-prinsip ini, paham Qadariyah menolak paham yang menyatakan
bahwa manusia dalam perbutan-perbuatannya hanya bertindak menurut nasibnya
yang telah ditentukan semenjak azali.
Untuk mendukung pendapat-pendapatnya , kaum Qadariyah mencari ayat-ayat Al-
Qur’an yang menggambarkan tentang kebebasan manusia, antara lain sebagai
berikut.
Tentang kebebasan menentukan iman atau kufur terdapat dalam Surat Al-Kahfi
Ayat 29 :
ّ ‫اء َف ْل َي ْكفُ ْر ِا َنااَ ْع َتدْ َنال‬
َ ‫ِلظلِ ِم ْينَ َن‬
‫ارا‬ َ ‫ش‬َ ْ‫شا َء َف ْل ُيْؤ مِنْ َو َمن‬
َ ْ‫َوقُل ُ ا ْل َح ُّق مِنْ َر ِّب ُك ْم َف َمن‬
Artinya; Katakanlah, “ kebenaran datang dari Tuhan kalian; barang siapa
suka beriman, berimanlah, barang siapa suka ingkar (kufur) maka ingkarlah”.
Kami telah siapkan neraka bagi yang zalim.5
Tentang kebebasan untuk memperoleh bimbingan arau penyesatan
tergambar dalam firman Allah Q.S Yunus; 108

4
Nasir, Pemikiran Kalam ( teologi islam ). 141
5
Nasrudin dkk, Teologi Islam Terapan. 130

5
ْ‫اء ُك ُم ا ْل َح ْق مِنْ َر ّب ُك ْم َف َم ِن اهْ َتدَ ى َف ِا َّن َما َي ْه َتدِى لِ َن ْفسِ ِه َو َمن‬
َ ‫اس َقدْ َج‬
ُ ‫قُلْ َيا َ ُّي َهاال َّن‬
‫ضل َّ َف ِا َّن َما َيضِ ل ُّ َع َل ْي َها َو َمااَ َن ِاب َو ِك ْي ٍل‬
َ .
Artinya : Katakanlah, wahai manusia! Telah datang kebenaran dari Tuhanmu.
Sesungguhnya (bimbingan itu) untuk dirinya sendiri dan barang siapa sesat maka
ia menyesatkan dirinya sendiri sendiri dan Aku bukanlh pengatur urusanmu.
Kebebasan melakukan dosa atau taat tampak dalam Q.S An-Nisa’ :111

َ ‫ه َع َلى َن ْفسِ ِه َو َكا َناهللاُ َعلِ ْي ًم‬7ُ ‫و َمنْ َّي ْكسِ ب ِا ْث ًما َف ِا َّنما َ َي ْكسِ ُب‬.
‫اح ِك ْي ًما‬ َ
Artinya: Barang siapa berbuat dosa maka sesungguhnya ia mengrjakan atas
tanggung jawabnya sendiri. Allah Maha tahu dan Maha bijaksana.
Kebebasan untuk bersyukur atau kufur setelah mendapat petunjuk sesuai firman
Allah Surat Al-Insan Ayat 3-4.

‫س ِع ْي ًرا‬ َ َ‫ ِا َّنااَ ْع َتدْ َنالِ ْل َكف ِِر ْين‬.‫شا ِك ْي ًر َاو ِا َّما َكفُ ْو ًرا‬
َ ‫س َلسِ اَل َواَل اَ ْغ َلاَل َّو‬ َ ‫س ِب ْيل َ ِا َّما‬
َّ ‫ ِا َّنا َه َد ْي َناهُ ال‬.
Artinya: Sesungguhnya kami telah menumjukinya ( manusia ) jalan yang lurus,
namun ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Sesungguhnya Kami telah
menyadiakan bagi orang-orang kafir rantai yang membelenggu dan neraka yang
menyala-nyala.6
Seperti telah disebut bahwa paham Qadariyah yang bertalian dengan soal
qada’ dan qadar pada mulanya datang dari luar islam, kemudian berkembang
dikalangan kaum muslim.7
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal , pembahasan masalah Qadariyah
disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas. Ahmad Amin juga
menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah
sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah akibatnya, orang
menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama
percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan
tanpa campur tangan tuhan.

6
Ibid. 131
7
Ibid. 132

6
2.4.1 Manusia Mempunyai Qudroh
Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan
kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.
Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat
Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal,
tidak berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses,
bertambah dan berkurang, dapat hilang.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula
melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri.
Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain , An-Nazzam , mengemukakan
bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala
perbuatannya.8
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat di pahami bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat.
  Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya.
2.4.2 Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir
Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir
yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan
bahwa nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-

8
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, (Jakarta:UI-
Press,1986), 33

7
perbuatannya,manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan
sejak azali terhadap dirinya.
Dalam faham Qadariyah,takdir itu ketentuan Allah yang di ciptakan-Nya
bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali,yaitu hukum yang dalam
istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran baik dengan
balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka
kelak di akhirat,itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri ,bukan akhir
Tuhan.Sungguh tidak pantas,manusia menerima siksaan atau tindakan salah
yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.9
ecara alamiah, sesungguhnya manusia telah mailiki takdir yang tidak dapat
diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali
mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak
mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian
juga manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu
membawa barang beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan
mempunyai daya pikir yang kreatif, demikian pula anggota tubuh lainnya yang
dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu ,dengan daya pikir yang
kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil. Manusia dapat meniru
apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia juga dapat berenang di laut lepas.
Demikian juga manusia juga dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat barang yang dibawa gajah. Bahkan
lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki
manusia. Suatu hal yang benar-benar tidak sanggup diketahui adalah sejauh
mana kebebasan yang dimiliki manusia ? siapa yang membatasi daya imajinasi
manusia? Atau dengan pertanyaan lain, dimana batas akhir kreativitas
manusia?10

9
Anwar, Ilmu Kalam, 73
10
Rozak , Ilmu Kalam, 161

8
2.5 Aliran Jabariyah
2.5.1 Pengertian Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT
Sedangkan menurut al-Syahrastani Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.11
Dalam istilah inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination,
yaitu paham yang menyatakan bahwasanya perbuatan manusia ditentukan sejak
semula oleh qada dan qadar Tuhan.12
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Jahm bin Sofwan.
Dalam aliran Jabariyah ini manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan
bebas sebagaimana dimiliki oleh paham Qadariyah.13

2.5.2 Ajaran Jabariyah


Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dikelompokan menjadi dua yaitu
ekstrim dan moderat diantara ajaran Jabariyah ekstrim adalah bahwa segala
perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya
sendiri, tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Sedangkan ajaran
Jabariyah moderat adalah bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik
perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di
dalamnya.

11
Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Alian-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Riyadl,
2006, hal. 55.
12
Abudin Nata, Ilmu Kalam, dan tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 40.
13
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 110.

9
Adapun tokoh Jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:
a. Jahm bin Showan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari
Khurasan, bertempat tinggal di Khufah. Sebagai seorang penganut dan
penyebar faham Jabariyah banyak usaha yang di lakukan Jahm yang
tersebar keberbagai tempat, seperti Tirmidz dan Balk. Adapun pendapatnya:
1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Kerena tidak ada yang kekal
selain Tuhan.
2. Surga dan neraka tidak kekal.
3. Imam adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
4. Kalam Tuhan adalah mkhluk. Allah mahasuci dari segala sifat dan
kesempurnaan dengan manusia yang seperti mendengar, berbicara,
melihat dan sebagainya.
b. Ja’ad bin Dirham
Ajaran pokok Ja’ad secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-
Ghuraby menjelaskan sebagai berikut:
1. Al- Qur’an itu adalah mahluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang
baru tidak dapat disifatkan kepada Allah.
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahklukNya. Seperti
melihat, mendengar, berbicara, dan sebagainya.
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Sedangkan tokoh-tokoh Jabariyah moderat adalah:


a. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. di antara
pendapat-pendapatnya adalah:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil
bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, An Najjar menyatakan
bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata
sehingga manusia dapat melihat Tuhan.

10
b. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin amr. Pendapatnya tentang perbuatan
manusia sama dengan Husain An-Najjar, yakni “manusia tidak hanya
merupakan wayang yang digerakkan dalang”, jadi maksudnya adalah manusia
itu mempunyai perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata di paksa
dalam melakukan perbuatannya. Secara tegas Dhirar mengatakan bahwa satu
perbuatan dapat di timbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya
perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh
manusia itu sendiri.14

2.5.3 Ciri-ciri Aliran Jabariyah


Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap
perbuatan yang baik maupun yang buruk semata Allah yang
menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk
ciptaanNya.
3. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah
bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah
semata.

14
http://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/09/aliran-qadariyah.html, di unduh pada tanggal 2
Februari, 2014.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT.
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Ja’ad Ibn Dirham.
Sedangkan Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-
Jauhani.
Menurut Asy-Syahratsani, ajaran Jabariyah dikelompokan menjadi dua
yaitu ekstrim dan moderat. Adapun tokoh ajaran Jabariyah ekstrim yaitu: Jahm bin
Shofwan, Ja’ad bin Dirham. Sedangkan tokoh Jabariyah moderat adalah: An-
Najjar, Adh-Dhirar.
Satu diantara ciri aliran Jabariyah yaitu, bahwa manusia tidak mempunyai
kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau
baik semata Allah semata yang menentukannya. Sedangkan ciri aliran Qadariyah
adalah Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka
perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya
sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.

Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang


amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak
melaksankan kehendaknya itu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Razak, DR. M.Ag, Rosihon Anwar, DR. M.Ag. 2007.Ilmu Kalam.
Bandung. Pustaka Setia
Abdullah, Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Riyadl, 2006.
Anwar, Rosihon, Abdul, Rozak, Ilmu Kalam, Bandunng: CV. Pustaka Setia, 2003.
Asmuni, Yusran H.M. Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
Harun Nasution. 1986. Teologi Islam. Aliran-aliran Sejarah Analisis
Perbandingan. UI-Press
Kaisar, Tim Karya Ilmiah, 2008. Aliran-aliran Teologi Islam. Kediri
Nashruddin dkk, Prof. Dr. 2003. Teologi Islam Tarapan. Solo. Pustaka Mandiri
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 1998.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2 011.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2001.
Nata, Abudin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers
Sahilun A.Nasir, Prof. DR. 2010. Pemikiran Kalam. Jakarta. Rajawali Pers

13

Anda mungkin juga menyukai