Disusun
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
2i
DAFTAR ISI
KAT PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
2.2.1 Sejarah Timbulnya.............................................................................3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rozak dan Rosihon. Ilmu Kalam. 161
2
Berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an ini, mungkin kita berkesimpulan
bahwa pemikiran kodariah berasal dari Internal agama islam sendiri,yakni buah
dari pemahaman yang keliru terhadap ayat-ayat tersebut. Asumsi ini bisa jadi
benar. Tapi, beberapa bukti menguatkan bahwa gagasan itu bukan berasal dari
Tuhan2.
2
Kaisar, Aliran-aliran Teologi Islam. 147
3
Nasir, Pemikiran Kalam ( Teologi Islam ). 139
3
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariyah muncul, ada
baiknya jika meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan
kesulitan untuk menentukannya. Para peniti sebelumnya pun belum sepakat
mengenai hal ini karena penganut Qadariyah ketika itu banyak sekali. Sebagian
terdapat di irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan
Al-Bashri.
Pendapat ini di kuatkan oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan
pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang kristen di irak yang telah
masuk islam pendapatnya itu diambil oleh Ma’bad dan Ghallian . sebagian lain
berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh
orang-orang yang banyak dipekerjakan diistana-istana.
4
2.4 Ajaran dan perkembanganya
Ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan
ajaran-ajaran qodariyah itu bukan ma’bad al-juhni. Ada seseorang penduduk negri
irak , yang mula-mula beragama kristen kemudian masuk islam namun akhirnya
kembali kekristen lagi.Dari orang inilh, ma’bad al juhni dan gailan al damasqi
memanggil pemikirannya.4
Di Damaskus, ajaran Qadariyah dikembangkan pula oleh Ja’ad Dirham
yang sekaligus juga sabagai penyebar paham Qadariyah. Akan tetapi, akhirnya dia
terbunuh pada tahun 105 H.
Ajaran pokok Qadariyah, sebagaimana dikemukakan Gailan adalah bahwa
manusia mempunyai kekuasaan atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah
yang melakukan perbuatan baik atau jelek atas kemauan serta kekuasaan serta
daya yang ada pada dirinya. Jadi, menurut paham ini manusia merdeka dalam
tingkah lakunya.
Dari prinsip-prinsip ini, paham Qadariyah menolak paham yang menyatakan
bahwa manusia dalam perbutan-perbuatannya hanya bertindak menurut nasibnya
yang telah ditentukan semenjak azali.
Untuk mendukung pendapat-pendapatnya , kaum Qadariyah mencari ayat-ayat Al-
Qur’an yang menggambarkan tentang kebebasan manusia, antara lain sebagai
berikut.
Tentang kebebasan menentukan iman atau kufur terdapat dalam Surat Al-Kahfi
Ayat 29 :
ّ اء َف ْل َي ْكفُ ْر ِا َنااَ ْع َتدْ َنال
َ ِلظلِ ِم ْينَ َن
ارا َ شَ ْشا َء َف ْل ُيْؤ مِنْ َو َمن
َ َْوقُل ُ ا ْل َح ُّق مِنْ َر ِّب ُك ْم َف َمن
Artinya; Katakanlah, “ kebenaran datang dari Tuhan kalian; barang siapa
suka beriman, berimanlah, barang siapa suka ingkar (kufur) maka ingkarlah”.
Kami telah siapkan neraka bagi yang zalim.5
Tentang kebebasan untuk memperoleh bimbingan arau penyesatan
tergambar dalam firman Allah Q.S Yunus; 108
4
Nasir, Pemikiran Kalam ( teologi islam ). 141
5
Nasrudin dkk, Teologi Islam Terapan. 130
5
ْاء ُك ُم ا ْل َح ْق مِنْ َر ّب ُك ْم َف َم ِن اهْ َتدَ ى َف ِا َّن َما َي ْه َتدِى لِ َن ْفسِ ِه َو َمن
َ اس َقدْ َج
ُ قُلْ َيا َ ُّي َهاال َّن
ضل َّ َف ِا َّن َما َيضِ ل ُّ َع َل ْي َها َو َمااَ َن ِاب َو ِك ْي ٍل
َ .
Artinya : Katakanlah, wahai manusia! Telah datang kebenaran dari Tuhanmu.
Sesungguhnya (bimbingan itu) untuk dirinya sendiri dan barang siapa sesat maka
ia menyesatkan dirinya sendiri sendiri dan Aku bukanlh pengatur urusanmu.
Kebebasan melakukan dosa atau taat tampak dalam Q.S An-Nisa’ :111
َ ه َع َلى َن ْفسِ ِه َو َكا َناهللاُ َعلِ ْي ًم7ُ و َمنْ َّي ْكسِ ب ِا ْث ًما َف ِا َّنما َ َي ْكسِ ُب.
اح ِك ْي ًما َ
Artinya: Barang siapa berbuat dosa maka sesungguhnya ia mengrjakan atas
tanggung jawabnya sendiri. Allah Maha tahu dan Maha bijaksana.
Kebebasan untuk bersyukur atau kufur setelah mendapat petunjuk sesuai firman
Allah Surat Al-Insan Ayat 3-4.
س ِع ْي ًرا َ َ ِا َّنااَ ْع َتدْ َنالِ ْل َكف ِِر ْين.شا ِك ْي ًر َاو ِا َّما َكفُ ْو ًرا
َ س َلسِ اَل َواَل اَ ْغ َلاَل َّو َ س ِب ْيل َ ِا َّما
َّ ِا َّنا َه َد ْي َناهُ ال.
Artinya: Sesungguhnya kami telah menumjukinya ( manusia ) jalan yang lurus,
namun ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Sesungguhnya Kami telah
menyadiakan bagi orang-orang kafir rantai yang membelenggu dan neraka yang
menyala-nyala.6
Seperti telah disebut bahwa paham Qadariyah yang bertalian dengan soal
qada’ dan qadar pada mulanya datang dari luar islam, kemudian berkembang
dikalangan kaum muslim.7
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal , pembahasan masalah Qadariyah
disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas. Ahmad Amin juga
menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah
sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah akibatnya, orang
menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama
percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan
tanpa campur tangan tuhan.
6
Ibid. 131
7
Ibid. 132
6
2.4.1 Manusia Mempunyai Qudroh
Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan
kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.
Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat
Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal,
tidak berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses,
bertambah dan berkurang, dapat hilang.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula
melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri.
Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain , An-Nazzam , mengemukakan
bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala
perbuatannya.8
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat di pahami bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat.
Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya.
2.4.2 Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir
Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir
yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan
bahwa nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-
8
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, (Jakarta:UI-
Press,1986), 33
7
perbuatannya,manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan
sejak azali terhadap dirinya.
Dalam faham Qadariyah,takdir itu ketentuan Allah yang di ciptakan-Nya
bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali,yaitu hukum yang dalam
istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran baik dengan
balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka
kelak di akhirat,itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri ,bukan akhir
Tuhan.Sungguh tidak pantas,manusia menerima siksaan atau tindakan salah
yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.9
ecara alamiah, sesungguhnya manusia telah mailiki takdir yang tidak dapat
diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali
mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak
mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian
juga manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu
membawa barang beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan
mempunyai daya pikir yang kreatif, demikian pula anggota tubuh lainnya yang
dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu ,dengan daya pikir yang
kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil. Manusia dapat meniru
apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia juga dapat berenang di laut lepas.
Demikian juga manusia juga dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat barang yang dibawa gajah. Bahkan
lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki
manusia. Suatu hal yang benar-benar tidak sanggup diketahui adalah sejauh
mana kebebasan yang dimiliki manusia ? siapa yang membatasi daya imajinasi
manusia? Atau dengan pertanyaan lain, dimana batas akhir kreativitas
manusia?10
9
Anwar, Ilmu Kalam, 73
10
Rozak , Ilmu Kalam, 161
8
2.5 Aliran Jabariyah
2.5.1 Pengertian Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT
Sedangkan menurut al-Syahrastani Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.11
Dalam istilah inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination,
yaitu paham yang menyatakan bahwasanya perbuatan manusia ditentukan sejak
semula oleh qada dan qadar Tuhan.12
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Jahm bin Sofwan.
Dalam aliran Jabariyah ini manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan
bebas sebagaimana dimiliki oleh paham Qadariyah.13
11
Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Alian-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Riyadl,
2006, hal. 55.
12
Abudin Nata, Ilmu Kalam, dan tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 40.
13
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 110.
9
Adapun tokoh Jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:
a. Jahm bin Showan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari
Khurasan, bertempat tinggal di Khufah. Sebagai seorang penganut dan
penyebar faham Jabariyah banyak usaha yang di lakukan Jahm yang
tersebar keberbagai tempat, seperti Tirmidz dan Balk. Adapun pendapatnya:
1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Kerena tidak ada yang kekal
selain Tuhan.
2. Surga dan neraka tidak kekal.
3. Imam adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
4. Kalam Tuhan adalah mkhluk. Allah mahasuci dari segala sifat dan
kesempurnaan dengan manusia yang seperti mendengar, berbicara,
melihat dan sebagainya.
b. Ja’ad bin Dirham
Ajaran pokok Ja’ad secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-
Ghuraby menjelaskan sebagai berikut:
1. Al- Qur’an itu adalah mahluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang
baru tidak dapat disifatkan kepada Allah.
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahklukNya. Seperti
melihat, mendengar, berbicara, dan sebagainya.
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
10
b. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin amr. Pendapatnya tentang perbuatan
manusia sama dengan Husain An-Najjar, yakni “manusia tidak hanya
merupakan wayang yang digerakkan dalang”, jadi maksudnya adalah manusia
itu mempunyai perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata di paksa
dalam melakukan perbuatannya. Secara tegas Dhirar mengatakan bahwa satu
perbuatan dapat di timbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya
perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh
manusia itu sendiri.14
14
http://kapanpunbisa.blogspot.com/2011/09/aliran-qadariyah.html, di unduh pada tanggal 2
Februari, 2014.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT.
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Ja’ad Ibn Dirham.
Sedangkan Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-
Jauhani.
Menurut Asy-Syahratsani, ajaran Jabariyah dikelompokan menjadi dua
yaitu ekstrim dan moderat. Adapun tokoh ajaran Jabariyah ekstrim yaitu: Jahm bin
Shofwan, Ja’ad bin Dirham. Sedangkan tokoh Jabariyah moderat adalah: An-
Najjar, Adh-Dhirar.
Satu diantara ciri aliran Jabariyah yaitu, bahwa manusia tidak mempunyai
kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau
baik semata Allah semata yang menentukannya. Sedangkan ciri aliran Qadariyah
adalah Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka
perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya
sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Razak, DR. M.Ag, Rosihon Anwar, DR. M.Ag. 2007.Ilmu Kalam.
Bandung. Pustaka Setia
Abdullah, Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Riyadl, 2006.
Anwar, Rosihon, Abdul, Rozak, Ilmu Kalam, Bandunng: CV. Pustaka Setia, 2003.
Asmuni, Yusran H.M. Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
Harun Nasution. 1986. Teologi Islam. Aliran-aliran Sejarah Analisis
Perbandingan. UI-Press
Kaisar, Tim Karya Ilmiah, 2008. Aliran-aliran Teologi Islam. Kediri
Nashruddin dkk, Prof. Dr. 2003. Teologi Islam Tarapan. Solo. Pustaka Mandiri
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 1998.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2 011.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2001.
Nata, Abudin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers
Sahilun A.Nasir, Prof. DR. 2010. Pemikiran Kalam. Jakarta. Rajawali Pers
13