Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................1
1.2. RUMUS MASLAH.....................................................................1
1.3. TUJUAN...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN TADRIS..................................................................2
2.2.TADRIS DALAM AL-QUR’AN........................................................2
BAB III PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN...............................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Agar kita dapat memahami arti tadris menurut Al-Qur’an dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah)
yang kamu membacanya?”(QS 68:37)
Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran orang-
orang kafir itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah. Tidak ada satu pun dari
kitab Allah yang menerangkan hal yang demikian itu. Ungkapan itu
2
dilontarkan kepada mereka dalam bentuk pertanyaan, "Apakah kamu, hai
orang-orang kafir, mempunyai suatu kitab yang diturunkan dari langit, yang
kamu terima dari nenek moyangmu kemudian kamu pelajari secara turun-
temurun, yang mengandung suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu.
Apakah kamu memiliki kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu
memilih apa yang kamu inginkan sesuai dengan kehendakmu."
ون َسي ُْغ َف ُر َل َنا َوِإ ^َ ُض ٰ َه َذا ٱَأْل ْد َن ٰى َو َيقُول َ ون َع َر ^َ ب َيْأ ُخ ُذ َ وا ْٱل ِك ٰ َت۟ ف م ِۢن َبعْ ِد ِه ْم َخ ْلفٌ َور ُث
ِ َ َف َخ َل
وا َع َلى ٱهَّلل ِ ِإاَّل ْٱل َح ۟ ُب َأن اَّل َيقُول ِ ن َيْأت ِِه ْم َع َرضٌ م ِّْثلُهُۥ َيْأ ُخ ُذوهُ ۚ َأ َل ْم يُْؤ َخ ْذ َع َلي ِْهم مِّي ٰ َث ُق ْٱل ِك ٰ َت
ونَ ُون ۗ َأ َفاَل َتعْ قِل َ ُوا َما فِي ِه ۗ َوٱل َّدا ُ^ر ٱ ْل َءاخ َِرةُ َخ ْي ٌر لِّلَّذ
َ ُِين َي َّتق ^۟ َّق َود ََرس
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang
mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan
berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka
harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya
(juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa
mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal
mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung
akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian
tidak mengerti?” (QS. 7:169)
Dalam ayat ini Allah menerangkan satu generasi dari Yahudi yang
menggantikan golongan bangsa Yahudi tersebut di atas. Mereka adalah
bangsa Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad yang mewarisi Taurat
dari nenek-moyang mereka dan menerima begitu saja segala apa yang
tercantum di dalamnya. Hukum halal dan haram, perintah dan larangan
dalam kitab itu mereka ketahui, tetapi mereka tidak mengamalkannya.
Mereka mengutamakan kepentingan duniawi dengan segala kemegahan
yang akan lenyap. Mereka mencari harta benda dengan usaha-usaha yang
lepas dari hukum moral dan agama, mengembangkan riba, makan suap,
pilih kasih dalam hukum dan lain sebagainya, karena mereka berpendapat
bahwa Allah kelak akan mengampuni dosa mereka. Orang-orang Yahudi itu
3
menganggap dirinya kekasih Allah dan bangsa pilihan. Anggapan demikian
hanyalah menyesatkan pikiran mereka. Oleh karena itu setiap ada
kesempatan untuk memperoleh keuntungan duniawi seperti uang suap, riba
dan sebagainya, tidaklah mereka sia-siakan.
4
Allah menerangkan bahwa Dia telah memberikan bukti-bukti kebenaran
secara berulang-ulang di dalam ayat-ayat-Nya dengan gaya bahasa yang
beraneka ragam dengan maksud agar dapat memberikan keyakinan yang
penuh kepada seluruh manusia dan untuk menghilangkan keragu-raguan,
serta memberikan daya tarik kepada mereka agar mereka dapat menerima
kebenaran itu dengan penuh kesadaran, dan untuk memberikan alasan
kepada kaum Muslimin dalam menghadapi bantahan orang-orang musyrik.
Karena orang-orang musyrik mendustakan ayat-ayat Allah dengan
mengatakan Nabi Muhammad mempelajari ayat-ayat itu dari orang lain atau
menghafal berita-berita dari orang-orang yang terdahulu.
Kaum musyrik Mekah tidak punya dasar apa pun untuk pembenaran
agama nenek moyang mereka dengan menolak kerasulan Nabi Muhammad
dan menuduh Al-Qur’an sebagai sihir, karena Kami tidak pernah memberikan
kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca, dan Kami tidak pernah
mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan kepada mereka sebelum
engkau diutus kepada mereka.
Allah membantah tuduhan kaum kafir Mekah itu dengan dua alasan.
Pertama, agama syirik dari nenek moyang mereka itu tidaklah berdasar suatu
kitab suci dari Allah; dan kedua, agama itu tidak diajarkan oleh nabi-Nya.
Agama yang benar haruslah mempunyai kitab suci sebagai landasan ajaran,
karena pikiran manusia tidak terjamin kebenarannya.
Agama syirik nenek moyang kaum kafir Mekah itu tidak mempunyai
dasar kitab suci dan tidak diajarkan seorang nabi dari Allah. Oleh karena itu,
agama tersebut salah, dan mereka tidak patut mengikuti agama yang salah
itu. Agama yang benar adalah Islam karena berdasarkan wahyu dari Allah
yaitu Al-Qur'an dan disampaikan oleh seorang nabi yaitu Muhammad saw.
Mereka seyogyanya menerima agama yang dibawa Nabi Muhammad
tersebut.
5
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ternyata sejak 14 abad lalu Al-Qur’an telah mengajarkan kita berbagai
ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu tentang perbintangan,
penerbangan, ilmu tentang alam, pendidikan dll. Hanya kita manusia yang
kurang antusias untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut dan tidak mau
mendalami apa yang telah di berikan Allah pada manusia lewat Al-Qur’an.
Makalah ini telah menguraikan beberap pembahasan yang cukup
menarik dalam Al-Quran seperti makna Tadris dalam Al-Qur’an, tadris secara
etimolog berarti belajar. Banyak sekali suruhan-suruhan yang menyuruh
manusia untuk belajar termasuk pada 3 sub bahasan di makalah ini.Ternyata
setelah di telaah dan teliti belajar yang dimaksud Al-Qur’an bukan Cuma
sekedar belajar melainkan belajar dengan makna yang lebih luas dan lebih
dalam lagi. Belajar dengar arti membaca, baik membaca yang tersurat atau
membaca literatur-literatur, danmembaca yang tersirat atau yang tidak
kasatmata, serta belajar dari sejarah belajar kesuksesa-kesuksesan masa lalu
dan juga kegagalan-kegagalan masa lalu.
Demikian lah isi makalah ini semoga makalh ini dapat menambah
wawasan pembaca juga penulis dan kita semua mendapat keberkahan dari
Allah. Atas segala kesalahan pembaca juga penulis dan kita semua mendapat
keberkahan dari Allah. Atas segala kesalahan dan kekurangan makalah ini
kami berharap kritik dan saran pembaca serta dosen pembimbing.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://kalam.sindonews.com/ayat/169/7/al-araf-ayat-169
https://kalam.sindonews.com/ayat/105/6/al-anam-ayat-105
https://kalam.sindonews.com/ayat/44/34/saba-ayat-44
https://tafsirweb.com/11125-surat-al-qalam-ayat-37.html