Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

PENGERTIAN TADRIS DALAM AL-QUR’AN


Dosen Pengampu: Dr. Dian Cita Sari

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


ANGGOTA:
Muhammad Insan Gemilang(201220290)
Wina Andriani(201220310)
Mira Rosalinda(201220310)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN STS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH


SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini gunamemenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Tafsir Ayat Tarbawih, dengan judul: “PENGERTIAN TADRIS DALAM AL-
QUR’AN”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk sarana masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kemi berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................1
1.2. RUMUS MASLAH.....................................................................1
1.3. TUJUAN...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN TADRIS..................................................................2
2.2.TADRIS DALAM AL-QUR’AN........................................................2
BAB III PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN...............................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah ffirman Allah SWT. Yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad SAW. Secara bertahap melalui perantara malaikat
Jibril, didalamnya berisi tentang berbagai macam ilmu-lmu ketauhidan,
syariat, aqidah, muamalah dan ilmu-ilmu yang lain, Al-Qur’an
merupakan kitab penyempurna dari tiga kitab yang diturunkan Allah
SWT. Kepada nabi-nabi sebelumnya yaitu Taurat, Injil dan Zabur, ciri
Bahasa Al-Qur’an adalah global atau masih bersifat umum, Oleh
karenanya dalam memahami Al-Qur’an dibutuhkan penafsiran secara
mendalam. Penafsiran Al-Qur’an yang pertama kali dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Kemudian berlanjut pada masa sahabat-sahabat
nabi di teruskan oleh tabiin, didalam Al-Qur’an akan banyak dijumpai
ayat-ayat yang menyebutkan tentang Pengertian Tadris, kata-kata ilmu
tercatat muncul sebanyak 80 kali, yang tersebar dalam 37 surah. Dalam
makalah ini kami akan mencoba menyampaikan beberapa ayat yang
menyajikan tentang Pengertian Tadris Dalam Al-Qur’an, yang telah
kami dapat.

1.2. Rumus Masalah


a. Pengertian Tadris
b. Tadris dalam Al-Qur’an

1.3. Tujuan
Agar kita dapat memahami arti tadris menurut Al-Qur’an dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN TADRIS


Tadris dari akar kata daras – darras, artinya pengajaran, adalah upaya
menyiapkan murid (mutadaris) agar dapat membaca, mempelajari dan
mengakaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan,
menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkapkan
dan mendiskusikan makna yang terkandung didalamnya sehingga mutadrris
mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridho Allah (definisi secara luas
dan formal). Al-Juzairi memakai tadarrsu dengan membaca dan menjamin
agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu. Menurut Rusiadi dalam tadris
tersirat adanya mudarris. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan-
durusan-dirasatan yang artinya terhapus, hilang bekasnya, mengahapus,
melatih dan mempelajar. Artinya guru adalah orang yang berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau
memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan peserta didik sesuai
dengan bakat dan minatnya. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan
intelektual dan informasi serta memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya
secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya Tadris adalah suatu bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh mudarris untuk membacakan dan menyebutkan suatu kepada
mutadarris (murid) dengan berulang-ulang dan sering.

2.2. PENGERTIAN TADRIS MENURUT AL-QUR’AN


1.QS. Al Qalam ayat 37

َ ‫َأ ْم َل ُك ْم ِك ٰ َتبٌ فِي ِه َت ْد ُرس‬


‫ُون‬

Artinya: “Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah)
yang kamu membacanya?”(QS 68:37)
Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran orang-
orang kafir itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah. Tidak ada satu pun dari
kitab Allah yang menerangkan hal yang demikian itu. Ungkapan itu

2
dilontarkan kepada mereka dalam bentuk pertanyaan, "Apakah kamu, hai
orang-orang kafir, mempunyai suatu kitab yang diturunkan dari langit, yang
kamu terima dari nenek moyangmu kemudian kamu pelajari secara turun-
temurun, yang mengandung suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu.
Apakah kamu memiliki kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu
memilih apa yang kamu inginkan sesuai dengan kehendakmu."

Ayat ini dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya. Biasanya kalimat


tanya bermaksud untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi
kalimat tanya di sini untuk mengingkari dan menyatakan kejelekan suatu
perbuatan. Seakan-akan Allah menyatakan kepada orang-orang kafir bahwa
tidak ada suatu pun wahyu-Nya yang menyatakan demikian. Ucapan mereka
itu adalah ucapan yang mereka ada-adakan dan cara mengada-adakan yang
demikian itu adalah cara yang tidak terpuji.

2. QS. Al a’raaf ayat 169

‫ون َسي ُْغ َف ُر َل َنا َوِإ‬ ^َ ُ‫ض ٰ َه َذا ٱَأْل ْد َن ٰى َو َيقُول‬ َ ‫ون َع َر‬ ^َ ‫ب َيْأ ُخ ُذ‬ َ ‫وا ْٱل ِك ٰ َت‬۟ ‫ف م ِۢن َبعْ ِد ِه ْم َخ ْلفٌ َور ُث‬
ِ َ ‫َف َخ َل‬
‫وا َع َلى ٱهَّلل ِ ِإاَّل ْٱل َح‬ ۟ ُ‫ب َأن اَّل َيقُول‬ ِ ‫ن َيْأت ِِه ْم َع َرضٌ م ِّْثلُهُۥ َيْأ ُخ ُذوهُ ۚ َأ َل ْم يُْؤ َخ ْذ َع َلي ِْهم مِّي ٰ َث ُق ْٱل ِك ٰ َت‬
‫ون‬َ ُ‫ون ۗ َأ َفاَل َتعْ قِل‬ َ ‫ُوا َما فِي ِه ۗ َوٱل َّدا ُ^ر ٱ ْل َءاخ َِرةُ َخ ْي ٌر لِّلَّذ‬
َ ُ‫ِين َي َّتق‬ ^۟ ‫َّق َود ََرس‬
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang
mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan
berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka
harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya
(juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa
mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal
mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung
akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian
tidak mengerti?” (QS. 7:169)
Dalam ayat ini Allah menerangkan satu generasi dari Yahudi yang
menggantikan golongan bangsa Yahudi tersebut di atas. Mereka adalah
bangsa Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad yang mewarisi Taurat
dari nenek-moyang mereka dan menerima begitu saja segala apa yang
tercantum di dalamnya. Hukum halal dan haram, perintah dan larangan
dalam kitab itu mereka ketahui, tetapi mereka tidak mengamalkannya.
Mereka mengutamakan kepentingan duniawi dengan segala kemegahan
yang akan lenyap. Mereka mencari harta benda dengan usaha-usaha yang
lepas dari hukum moral dan agama, mengembangkan riba, makan suap,
pilih kasih dalam hukum dan lain sebagainya, karena mereka berpendapat
bahwa Allah kelak akan mengampuni dosa mereka. Orang-orang Yahudi itu

3
menganggap dirinya kekasih Allah dan bangsa pilihan. Anggapan demikian
hanyalah menyesatkan pikiran mereka. Oleh karena itu setiap ada
kesempatan untuk memperoleh keuntungan duniawi seperti uang suap, riba
dan sebagainya, tidaklah mereka sia-siakan.

Allah menegaskan kesalahan pendapat dan anggapan mereka yang


berkepanjangan dalam kesesatan dan tenggelam dalam nafsu kebendaan.
Allah mengungkapkan adanya ikatan perjanjian antara mereka dengan Allah
yang tercantum dalam Taurat, bahwa mereka tidak akan mengatakan
terhadap Allah kecuali kebenaran. Tetapi mereka memutarbalikkan isi
Taurat, karena didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan
duniawi, padahal mereka telah memahami dengan baik isi Taurat itu dan
sadar akan kesalahan perbuatan itu. Seharusnya mereka lebih
mengutamakan kepentingan ukhrawi dengan berbuat sesuai dengan
petunjuk Allah dan Taurat daripada keuntungan duniawi. Bagi orang yang
takwa, kebahagiaan akhirat lebih baik daripada kebahagiaan duniawi yang
terbatas itu. Mengapa mereka tidak merenungkan halyangdemikian?

Ayat ini menjelaskan bahwa kecenderungan kepada materi dan hidup


kebendaan, merupakan faktor yang menyebabkan kecurangan orang Yahudi
sebagai suatu bangsa yang punya negara. Karena kecintaan yang besar
kepada kehidupan duniawi, mereka kehilangan petunjuk agama serta kering
dalam kehidupan kerohanian.

3. QS. Al An’am ayat 105


َ ‫ت َولِ ُن َب ِّي َنهُۥ لِ َق ْو ٍم َيعْ َلم‬
‫ُون‬ ۟ ُ‫ت َولِ َيقُول‬
َ ْ‫وا د ََرس‬ ِ ‫صرِّ فُ ٱ ْل َءا ٰ َي‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫ك ُن‬
Artinya: “Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-
orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik
mengatakan: "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)", dan
supaya Kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang
mengetahui.
Setelah mengingatkan tugas Nabi Muhammad, kelompok ayat ini
ditutup dengan pernyataan Allah sebagai berikut. Dan demikianlah Kami
menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat sebagai bukti-bukti kekuasaan Kami,
baik berupa fenomena yang tergelar di alam semesta maupun yang tertulis di
dalam Al-Qur'an, agar orang beriman dapat meraih petunjuk. Hal tersebut
mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan, "Engkau telah mempelajari
ayat-ayat itu dari Ahli Kitab atau siapa pun." Dan hal itu juga bertujuan agar
Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.

4
Allah menerangkan bahwa Dia telah memberikan bukti-bukti kebenaran
secara berulang-ulang di dalam ayat-ayat-Nya dengan gaya bahasa yang
beraneka ragam dengan maksud agar dapat memberikan keyakinan yang
penuh kepada seluruh manusia dan untuk menghilangkan keragu-raguan,
serta memberikan daya tarik kepada mereka agar mereka dapat menerima
kebenaran itu dengan penuh kesadaran, dan untuk memberikan alasan
kepada kaum Muslimin dalam menghadapi bantahan orang-orang musyrik.
Karena orang-orang musyrik mendustakan ayat-ayat Allah dengan
mengatakan Nabi Muhammad mempelajari ayat-ayat itu dari orang lain atau
menghafal berita-berita dari orang-orang yang terdahulu.

4. Qs. As-saba ayat 44


ٍ ‫ك مِن َّنذ‬
‫ِير‬ ٍ ‫َو َمٓا َءا َت ْي ٰ َنهُم مِّن ُك ُت‬
َ ‫ب َي ْد ُرسُو َن َها ۖ َو َمٓا َأرْ َس ْل َنٓا ِإ َلي ِْه ْم َق ْب َل‬
Artinya: “Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang
mereka baca dan Kami tidak pernah mengutus seorang pemberi peringatan
kepada mereka sebelum engkau (Muhammad).” (QS. 34:44)

Kaum musyrik Mekah tidak punya dasar apa pun untuk pembenaran
agama nenek moyang mereka dengan menolak kerasulan Nabi Muhammad
dan menuduh Al-Qur’an sebagai sihir, karena Kami tidak pernah memberikan
kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca, dan Kami tidak pernah
mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan kepada mereka sebelum
engkau diutus kepada mereka.

Allah membantah tuduhan kaum kafir Mekah itu dengan dua alasan.
Pertama, agama syirik dari nenek moyang mereka itu tidaklah berdasar suatu
kitab suci dari Allah; dan kedua, agama itu tidak diajarkan oleh nabi-Nya.
Agama yang benar haruslah mempunyai kitab suci sebagai landasan ajaran,
karena pikiran manusia tidak terjamin kebenarannya.
Agama syirik nenek moyang kaum kafir Mekah itu tidak mempunyai
dasar kitab suci dan tidak diajarkan seorang nabi dari Allah. Oleh karena itu,
agama tersebut salah, dan mereka tidak patut mengikuti agama yang salah
itu. Agama yang benar adalah Islam karena berdasarkan wahyu dari Allah
yaitu Al-Qur'an dan disampaikan oleh seorang nabi yaitu Muhammad saw.
Mereka seyogyanya menerima agama yang dibawa Nabi Muhammad
tersebut.

5
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ternyata sejak 14 abad lalu Al-Qur’an telah mengajarkan kita berbagai
ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu tentang perbintangan,
penerbangan, ilmu tentang alam, pendidikan dll. Hanya kita manusia yang
kurang antusias untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut dan tidak mau
mendalami apa yang telah di berikan Allah pada manusia lewat Al-Qur’an.
Makalah ini telah menguraikan beberap pembahasan yang cukup
menarik dalam Al-Quran seperti makna Tadris dalam Al-Qur’an, tadris secara
etimolog berarti belajar. Banyak sekali suruhan-suruhan yang menyuruh
manusia untuk belajar termasuk pada 3 sub bahasan di makalah ini.Ternyata
setelah di telaah dan teliti belajar yang dimaksud Al-Qur’an bukan Cuma
sekedar belajar melainkan belajar dengan makna yang lebih luas dan lebih
dalam lagi. Belajar dengar arti membaca, baik membaca yang tersurat atau
membaca literatur-literatur, danmembaca yang tersirat atau yang tidak
kasatmata, serta belajar dari sejarah belajar kesuksesa-kesuksesan masa lalu
dan juga kegagalan-kegagalan masa lalu.
Demikian lah isi makalah ini semoga makalh ini dapat menambah
wawasan pembaca juga penulis dan kita semua mendapat keberkahan dari
Allah. Atas segala kesalahan pembaca juga penulis dan kita semua mendapat
keberkahan dari Allah. Atas segala kesalahan dan kekurangan makalah ini
kami berharap kritik dan saran pembaca serta dosen pembimbing.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://kalam.sindonews.com/ayat/169/7/al-araf-ayat-169
https://kalam.sindonews.com/ayat/105/6/al-anam-ayat-105
https://kalam.sindonews.com/ayat/44/34/saba-ayat-44
https://tafsirweb.com/11125-surat-al-qalam-ayat-37.html

Anda mungkin juga menyukai