Anda di halaman 1dari 13

WAWASAN KOMUNIKASI DALAM AL QUR’AN

“Ayat Ayat Al Qur’an Berkenaan Dengan Penyaringan Informasi”

Dosen pengampu :

Ali Syahbana Siregar, M.Sos.

Disusun oleh :
Aditya Rahmad Tanjung (2030100025)
Kusmi Randa Gultom (2030100022)

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD AD-DARY
T.A.2023.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah singkat ini tepat pada waktunya. Judul makalah ini adalah " Ayat
Ayat Al Qur’an Berkenaan Dengan Penyaringan Informasi ".

Kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada dosen pengampuh
yang membimbing kami melalui esai singkat ini. Juga, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
mereka yang telah membantu kami.

Kami menyadari bahwa pada saat penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun semoga makalah singkat ini dapat menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

31 Maret 2023, Padangsidimpuan

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 2
C. TUJUAN MASALAH ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Q.S AN NISA AYAT 94 ................................................................................................. 3


B. Q.S AL HUJURAT AYAT 6 ........................................................................................... 4
C. Q.S AL HUJURAT AYAT 12 .......................................................................................... 5
D. Q.S YUSUF AYAT 27-28 ................................................................................................ 6
E. Q.S AL A’RAF AYAT 21-22........................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................................. 9
B. SARAN ............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-quran adalah sumbernya bagian integral dari akidah, ibadah, etika dan hukum. Dan
sunnah menggunakan otoritas lain setelah itu. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk jalan yang
terbaik baik bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan dalam hidup mereka.
Itu berarti tugas yang paling penting. 1

Media merupakan salah satu unsur penting dalam komunikasi. Menurut para ahli,
komunikasi memiliki lima unsur utama, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek2.
Sekarang banyak situs web yang setiap detik mampu menyodorkan informasi beraneka ragam.
Perusahaan media yang semula hanya memproduksi koran cetak, sekarang pun sudah banyak
yang memiliki media online. Bahkan tidak sedikit media-media online baru yang bermunculan,
tanpa memproduksi versi cetak.

Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap
tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi dengan bahasa nonverbal.3

Al-Qur’an telah menegaskan, bahwa ia adalah kitab yang diturunkan Allah untuk menjadi
petunjuk bagi umat manusia, dan penjelas terhadap segala sesuatu, serta sebagai pembeda antara
kebatilan dan kebenaran (QS. al-Baqarah [2]: 185). Sebagai petunjuk umat manusia, banyak
informasi dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan prilaku dan pergaulan hidup manusia.4

Begitu pula, Al-Qur’an juga memberikan penjelasan tentang bagaimana memilih,


menverifikasi dan merespon informasi. Hal ini ditegaskan oleh M. Quraish Shihab dalam tafsir
Al-Misbah sewaktu menjelaskan surat Al-Hujurat ayat 6 dan surat an-Nur ayat 11 dan 12, yang

1
Subhi al-Salih, Ulum al-Hadith wa Mustalahuhu, (Beirut: Dar Al-Ilm li al-Malayin, 19997), Hlm.146.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet. ke-12, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), Hlm 10.
3
Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009),
Hlm 46
4
Munawir Kholil, Al-Qur’an Dari Masa Ke Masa, CV. Ramdhani, Semarang: 1999 Hlm 75.

1
merekam tentang berita bohong, yang pada disebarkan orang munafik guna menghancurkan
keluarga Nabi Muhammad.5

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman penjelasan Q.S AN NISA AYAT 94?
2. Bagaiman penjelasan Q.S AL HUJURAT AYAT 6?
3. Bagaiman penjelasan Q.S AL HUJURAT AYAT 12?
4. Bagaiman penjelasan Q.S YUSUF AYAT 27-28?
5. Bagaiman penjelasan Q.S AL A’RAF AYAT 21-22?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui penjesan dari Q.S AN NISA AYAT 94
2. Untuk mengetahui penjesan dari Q.S AL HUJURAT AYAT 6
3. Untuk mengetahui penjesan dari Q.S AL HUJURAT AYAT 12
4. Untuk mengetahui penjesan dari Q.S YUSUF AYAT 27-28
5. Untuk mengetahui penjesan dari Q.S AL A’RAF AYAT 21-22

5
M. Quraish Shihab , Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur`an, cet. ke-1, Volume 10,
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 1423/2002. Hlm 26

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Q.S AN NISA AYAT 94

ً ْ ُ َ ْ َ َ ٰ ‫َ َ َﱠ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ٰ َ ْ ُ ُ ﱠ‬ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َٰ َْ ‫َ ﱡ َ ﱠ‬
‫م‬
ۚ‫اﷲ ف بينوا و تقولوا ِلمن ال ٓ ِا كم السلم لست مؤ ِ ا‬ ِ ‫يايها ا ِ ام وٓا ِاذا بتم ِ س ِ ي ِل‬

ْ ُ ‫ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ َﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ َ ُ ْ َ ْ ّ ْ ُْ ُ َ ٰ َ ٌَْ َ ُ َ َ َ ْ َ َْ‫ﱡ‬ ٰ َْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ


ۗ‫اﷲ مغا ِنم ك ِث ةۗ كذ ِ ك ك تم ِمن قبل فمن اﷲ كم ف بينوا‬ ِ ‫وة ا اۖف ِعند‬ ِ ‫ت تغون عرض ا ي‬
َ َ ُ َْ َ َ َ َ ‫ﱠ‬
‫اﷲ ن ِبما تع َمل ْون خ ِب ْ ً ا‬ ‫ِان‬

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah,
bertabayunlah (carilah kejelasan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan salam kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya)
dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang
banyak. Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya
kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

PENJELASAN

Ayat ini diturunkan dalam konteks insiden tertentu yang terjadi selama Perang Uhud.
Beberapa orang Muslim secara keliru telah membunuh Muslim lainnya, dan hal ini
menyebabkan kebingungan dan kesusahan yang besar di antara orang-orang beriman. Beberapa
orang munafik mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menyebarkan rumor dan menabur
benih keraguan di antara umat Islam.

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menyelidiki


kebenaran berita yang mereka dengar sebelum menerimanya sebagai kebenaran. Mereka tidak
boleh cepat menghakimi atau menuduh orang lain, terutama jika itu didasarkan pada rumor
atau kabar angin. Mereka juga tidak boleh menolak salam dari seseorang yang mereka curigai
bukan seorang mukmin sejati, karena hal ini merupakan tanda kemunafikan dan keinginan
untuk mendapatkan keuntungan duniawi.

Lebih jauh lagi, Allah mengingatkan orang-orang beriman bahwa mereka sendiri pernah
berada dalam situasi yang sama sebelum Allah membimbing mereka kepada kebenaran. Oleh
karena itu, mereka harus bersabar dan berusaha memahami situasi sebelum membuat penilaian
atau mengambil tindakan apa pun.

3
Secara keseluruhan, ayat ini menekankan pentingnya mencari ilmu, berhati-hati dalam
membuat penilaian, dan menghindari kemunafikan dan keinginan untuk mendapatkan
keuntungan duniawi.6

B. Q.S AL HUJURAT AYAT 6

ُْ َ َ ٰ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َ َ ً ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ُ ‫َ ﱡ َ ﱠ ْ َ ٰ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ٌ َ َ َ َ َﱠ‬
‫َما فعلت ْم‬ ِ ‫يايها ا ِ ام وٓا ِان اۤءكم ف‬
‫اسقۢ ِب ب ٍا ف بينوٓا ان ت ِص بوا قوماۢ ِ ها ٍ فتص ِبحوا‬

َْ ٰ
‫ن ِد ِم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita
penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”

PENJELASAN

Ayat ini ditujukan kepada orang-orang beriman dan menasihati mereka untuk berhati-
hati dan memverifikasi informasi yang mereka terima sebelum mengambil tindakan apa pun
berdasarkan informasi tersebut. Kata "fasik" di sini merujuk kepada seseorang yang tidak
mengikuti aturan dan pedoman yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya (saw).

Ayat ini mengajarkan kita pelajaran penting tentang pentingnya memverifikasi


informasi dan tidak langsung mengambil kesimpulan berdasarkan rumor atau desas-desus.
Dalam konteks waktu ketika ayat ini diturunkan, ayat ini secara khusus mengacu pada situasi di
mana seseorang datang dengan berita tentang suku atau kelompok tertentu. Orang-orang
beriman diperintahkan untuk menyelidiki masalah ini dan memverifikasi kebenarannya
sebelum mengambil tindakan apa pun yang berpotensi merugikan orang yang tidak bersalah.

Secara umum, ayat ini mengajarkan kita pentingnya mencari pengetahuan dan
memverifikasi informasi sebelum mengambil tindakan apa pun. Ayat ini juga mengingatkan
kita akan bahaya bertindak atas dasar ketidaktahuan dan pentingnya menghindari tindakan yang
dapat disesali.7

6
M. Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2007). Hlm 373

7
M. Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2007) Hlm 475

4
C. Q.S AL HUJURAT AYAT 12

ً ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ََ َ ْ ‫ﱠ ْ َ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ َ ْ ُ ٰ َْ ‫َ َ ﱠ‬
ۗ‫يايﱡها ا ِ ا َم وا اج ِن ُب ْوا ك ِث ْ ً ا ِّم َن الظ ِّنۖ ِان َبعض الظ ِّن ِاث ٌم ﱠو ﱠس ُس ْوا َو َيغ ْبﱠبعضك ْم َبعضا‬
َ َ َ ْ َ ُ َ َ
ٌ ‫اﷲ َتﱠو‬
ٌ‫اب ﱠرح ْيم‬ َ ‫ا ُ ﱡب ا َ ُدك ْم ا ْن ﱠيأ ُ َ ْ َم اخ ْيه َم ْ ًتا َفكر ْه ُت ُم ْو ُه َوﱠات ُقوا‬
َ ‫اﷲۗاﱠن‬
ِ ِ ۗ ِ ِ ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian


prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah!
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

PENJELASAN

Dalam ayat ini, Allah berbicara kepada orang-orang beriman dan menasihati mereka
untuk tidak berburuk sangka terhadap satu sama lain. Frasa "banyak berburuk sangka"
mengacu pada kecurigaan yang berlebihan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain tanpa
alasan yang sah. Allah mengingatkan kita bahwa asumsi negatif seperti itu tidak hanya berdosa
tetapi juga dapat menyebabkan perilaku yang merugikan orang lain.

Ayat ini juga melarang memata-matai dan menggunjing, yang keduanya dianggap
sebagai dosa besar dalam Islam. Memata-matai berarti mengintip urusan pribadi seseorang dan
melanggar privasinya, sedangkan menggunjing berarti berbicara negatif tentang seseorang di
belakangnya. Allah membandingkan perilaku tersebut dengan tindakan memakan daging
saudaranya yang telah meninggal, menekankan betapa menjijikkan dan kejamnya tindakan
tersebut.

Secara keseluruhan, ayat ini mengajarkan kita pentingnya menghindari asumsi negatif
dan perilaku yang merugikan orang lain, dan sebaliknya mendorong kita untuk
mengembangkan budaya saling menghormati, saling percaya, dan saling menyayangi. Ayat ini
juga mengingatkan kita akan pengampunan dan belas kasihan Allah, dan mendorong kita untuk
bertobat atas kesalahan dan perbuatan buruk di masa lalu.8

8
M. Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2007) Hlm 487

5
D. Q.S YUSUF AYAT 27-28

ٗ‫ُ َ َ ﱠ‬ ‫َ َﱠ ٰ َ َ ٗ ُ ﱠ‬ َْ ُ ْ َ َ َ ُ ‫ْ َ َ َ ُ ٗ ُﱠ‬
‫فلما َرا ق ِم ْيصه قد ِم ْن د ُب ٍر قال ِانه ِم ْن‬ ‫َواِ ن ن ق ِم ْيصه قد ِم ْن د ُب ٍر فكذ َبت َوه َو ِم َن الص ِد ِق‬
ُ َ ُ َ
ٌ‫ك ْيدكﱠنۗاﱠن ك ْي َدكﱠن َعظ ْيم‬
ِ ِ ِ

27. “Jika bajunya koyak di bagian belakang, perempuan itulah yang berdusta dan dia (Yusuf)
termasuk orang-orang yang jujur.” 28. Maka, ketika melihat bajunya (Yusuf) koyak di bagian
belakang, dia (suami perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu (hai
kaum wanita). Tipu dayamu benar-benar hebat.”

PENJELASAN

Ayat-ayat ini menggambarkan doa Nabi Yusuf kepada Allah ketika ia berada di penjara
di Mesir. Pada ayat pertama, Yusuf mengungkapkan keinginannya untuk tetap tinggal di
penjara daripada terjerumus ke dalam godaan istri Aziz (gubernur) yang telah mencoba
merayunya. Yusuf meminta kepada Allah untuk melindunginya dari godaan tersebut dan
memalingkan rencana orang-orang yang menuduhnya melakukan kesalahan.

Pada ayat kedua, Yusuf memohon kepada Allah untuk melindunginya dari para
penjahat yang juga dipenjara bersamanya. Dia meminta kepada Allah agar tidak membiarkan
mereka menggodanya atau menyakitinya dengan cara apa pun.

Ayat-ayat ini mengajarkan kita pentingnya mencari perlindungan dan pertolongan dari
Allah di saat-saat sulit dan penuh godaan. Doa Yusuf juga menunjukkan keimanan dan
kepercayaannya yang mendalam terhadap bimbingan dan perlindungan Allah, bahkan dalam
keadaan yang paling sulit sekalipun.

Lebih jauh lagi, ayat-ayat ini menunjukkan karakter dan integritas Yusuf, karena ia
tetap teguh dalam imannya dan menolak untuk berkompromi dengan nilai-nilai dan prinsip-
prinsipnya, bahkan dalam menghadapi godaan dan tekanan yang besar.9

9
M. Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2007). Hlm 415

6
E. Q.S AL A’RAF AYAT 21-22

َ َ َ َ ُ ُ ٰ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ‫َ َ ُ َ ُ ُ ْ َ َﱠ َ َ ﱠ‬ َ َ ُ َ ّ َ ُ
َْ َ
‫اس َمهمآ ِاِ ْ كما ل ِمن الن ِص ِح ۙ فدلىهما ِبغرو ٍرۚ فلما ذاقا الشجرة بدت لهما سوءتهما وط ِفقا‬ َ ‫َو َق‬

‫ْ َﱠ َ َ ٰ ُ َ َ ﱡ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ﱠ َ َ َ َ ُ ْ ﱠ ُ َ ﱠ ﱠ‬
َ‫الش ْي ٰطن‬ َ ‫ﱠ‬ ْ َ ََْ ٰ ْ َ
‫ِصف ِن لي ِهما ِمن ور ِق ا ن ِةۗونادىهما ربهمآ الم انهكما عن ِت كما الشجر ِة واقل كمآ ِان‬
َ
ٌْ ‫ُ َ َ ُ ﱞ ﱡ‬
‫كما دو م ِب‬

“21. Ia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-
benar termasuk para pemberi nasihat.” 22. Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu
daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya
auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka
menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah
mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?.”

PENJELASAN

Dalam ayat-ayat ini, Setan (Iblis) menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah
pohon terlarang di Taman Eden. Dia mencoba meyakinkan mereka bahwa jika mereka makan
dari pohon itu, mereka akan menjadi seperti malaikat atau abadi, dan bahwa Allah
merahasiakan pengetahuan ini dari mereka karena cemburu. Setan juga bersumpah kepada
mereka bahwa ia memberikan nasihat yang tulus kepada mereka.

Ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang sifat tipu daya setan dan upayanya untuk
menyesatkan manusia. Setan sering menggunakan janji-janji palsu dan taktik manipulatif untuk
memikat orang menjauh dari jalan kebenaran dan menuju dosa dan ketidaktaatan. Dia bahkan
mungkin tampak tulus dan menawarkan pembenaran yang tampaknya logis untuk tindakannya.

Lebih jauh lagi, ayat-ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya mengikuti perintah
Allah dan menghindari godaan yang dapat menyesatkan kita. Allah telah memberi kita
petunjuk yang jelas melalui Al-Quran dan ajaran Nabi (saw), dan merupakan tanggung jawab
kita untuk mengikutinya dan menghindari jatuh ke dalam perangkap Setan. Secara keseluruhan,
ayat-ayat ini berfungsi sebagai peringatan terhadap bahaya godaan dan penipuan, dan

7
mendorong kita untuk berlindung kepada Allah dan mengandalkan bimbingan dan
perlindungan-Nya.10

10
M. Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2007). Hlm 362

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada ayat ayat tadi telah dijelaskan bahwa setiap muslim harus menekankan pentingnya
mencari ilmu, berhati-hati dalam membuat penilaian, dan menghindari kemunafikan dan
keinginan untuk mendapatkan keuntungan duniawi. menghindari asumsi negatif dan perilaku
yang merugikan orang lain, dan sebaliknya mendorong kita untuk mengembangkan budaya
saling menghormati, saling percaya, dan saling menyayangi

Selain itu juga sebagai peringatan terhadap bahaya godaan dan penipuan, dan mendorong
kita untuk berlindung kepada allah dan mengandalkan bimbingan dan perlindungan-nya.

B. SARAN

Tentu saja pasti terdapat kejanggalan dalam penulisan makalah kami ini, diharapkan
kepada para pembaca agar memberikan kritiknya yang tentunya dapat membangun. Semoga para
pembaca dapat memahami isi makalah kami ini dan mengamalkannya dikehidupan sehari hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Komala, Lukiati, 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya
Padjadjaran,

Kholil, Munawir, 2009. Al-Qur’an Dari Masa Ke Masa, Semarang: CV. Ramdhani.

Effendy, Onong Uchjana, 1999. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet. ke-12, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

al-Salih, Subhi, 1997. Ulum al-Hadith wa Mustalahuhu, Beirut: Dar Al-Ilm li al-Malayin.

Shihab, M. Quraish, 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur`an, cet. ke-1,
Volume 10, Jakarta: Penerbit Lentera Hati.

10

Anda mungkin juga menyukai