PEWAHYUAN AL-QUR’AN
(Definisi, Tahap-tahap, Proses, Hikmah)
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Pewahyuan Al-Qur’an” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Study Al-Qur’an. Saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memdukung makalah ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penulis
9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penulis .............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
A. Pengertian Wahyu ..................................................................................................................... 6
KESIMPULAN………………………………………………………………………………….12
PENUTUP……………………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….14
9
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang diperuntukkan bagi ummat manusia pada zamannya, Allah
SWT. Menurunkan Al-Quran tentunya mempunyai tujuan yang tiada lain dan tiada
bukan untuk menuntun, membimbing serta mengatur kehidupan manusia.
Al-Qur’an juga merupakan hidayah Allah yang melengkapi segala aspek
kehidupan manusia. Sumber paling utama dalam Islam adalah al-Qur’an, yang
merupakan sumber pokok bagi aqidah, ibadah, etika, dan hukum. al-Qur’an merupakan
sumber primer karena tidak lepas dari apa yang dikandung oleh alQur’an itu sendiri. Di
dalam al-Qur’an sendiri di jelaskan bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan segala
kebutuhan manusia demi kelangsungan hidupnya. Meskipun al-Qur’an itu bukanlah ilmu
pengetahuan dan bukan pula ilmu filsafat. Akan tetapi didalamnya terkandung
pembicaraan-pembicaraan yang penuh isyarat untuk ilmu pengetahuan dan ilmu
kefilsafatan. Sejak pertama kali di turunkan, alQur’an telah merubah arah dan paradigma
bangsa Arab dan manusia pada umumnya. Berbagai sisi kehidupan manusia mengalami
pergeseran arah yang lebih baik dengan hadirnya Al-Qur’an. Hal ini merupakan salah
satu pengaruh ajaran dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam alQur’an. Sementara
itu, ada yang mengatakan bahwa semua ilmu dan pengetahuan yang ada di dunia dan
akhirat sudah terangkum semua di dalam alQur’an. Dalam al-Qur’an Allah Swt.
berfirman, “… barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir.” (Q.S. alMa’idah/5:44). Ayat tersebut mendorong
manusia, terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan al-Qur’an sebagai sumber
hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa pun yang tidak menjadikannya
sebagai sumber hukum untuk memutuskan perkara, maka manusia dianggap tidak
beriman. Hukum-hukum Allah Swt. Yang tercantum di dalam al-Qur’an sesungguhnya
dimaksudkan untuk kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia itu sendiri. Allah Swt.
sebagai Pencipta manusia dan alam semesta Maha Mengetahui terhadap apa yang
diperlukan agar manusia hidup damai, aman, dan sentosa.
9
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian wahyu
2. Perbedaan proses pewahyuan Al-Qur’an dengan wahyu yang lain.
3. Bagaimana tahap dan perioderisasi pewahyuan Al-Qur’an
4. Hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur
C. TUJUAN PENULIS
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih
memahami kandungan serta dapat mengimplementasikan firman-firmann yang
diturunkan AllahS WT. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah
wawasan agar lebih mengetahui bagaimana proses, tahapan serta hikmah dari
diturunkannya Al-Quran. Selain itu penulisan makalah ini ditujukan pula untuk
memenuhi tugas mata kuliah Study Al-Quran.
BAB II PEMBAHASAN
9
A. PENGERTIAN WAHYU
Wahyu terambil dari akar kata waha-yahi-wahyan.yang
secara harfiah berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan,
dan kitab. Al-Qur'an sendiri yang di dalamnya tersebut 77 kali kata wahyu--
kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fiil)-menggunakan kata wahyu untuk
beberapa pengertian. Di antaranya:
1. Wahyu dalam arti ilham (insting atau intuisi) seperti dalam ayat:
ش ْو ۙ َن ِ ك ِالَى ال َّنحْ ِل اَ ِن ا َّت ِخذِيْ م َِن ْال ِج َب
ُ ال ُبي ُْو ًتا َّوم َِن ال َّش َج ِر َو ِممَّا َيعْ ِر َ َواَ ْو ٰحى َر ُّب
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon dan di tempat-tempat yang dibuat manusia". (QS AI-Nahl
[16]:68)
ِ َواَ ْو َح ْي َنٓا ا ٰ ِٓلى اُ ِّم م ُْو ٰ ٓسى اَنْ اَرْ ضِ ِع ْي ۚ ِه َفا َِذا ِخ ْف
ت َعلَ ْي ِه َفا َ ْلقِ ْي ِه فِى ْال َي ِّم َواَل َت َخافِيْ َواَل َتحْ َزن ِۚيْ ِا َّنا َر ۤاد ُّْوهُ ِالَيْكِ َو َجاعِ لُ ْوهُ م َِن ْالمُرْ َسلِي َْن
"Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas
(keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung).
Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti
mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.”"
(QS Al-Qashshash [28]:7)
"Janganlah kamu memakan sesuatu dari (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak
disebut nama Allah. Perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan
9
benar-benar selalu membisiki kawan-kawannya agar mereka membantahmu. Jika kamu
menuruti mereka, sesungguhnya kamu benar-benar musyrik." (S A-An'2rn [6]:121)
"Lalu, (Zakaria) keluar dari mihrab menuju kaumnya lalu dia memberi isyarat kepada
mereka agar bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang."(
Maryam [19]:11)
Al-Wahyu selanjutnya mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan
cepat. Tetapi, kata wahyu dalam istilah teknis sehari-hari lebih banyak digunakan dalam
arti ajaran Allah yang disarmpaikan dengan cepat dan rahasia kepada para nabi dan rasul.
Menurut Syekh Muhammad Abduh: Wahyu adalah pengetahuan yang didapat seseorang
pada dirinya sendiri dengankeyakinan yang penuh, bahwa perngetahuan itu datang
(berasal) dariAllah SWT baik (peryampaiannya itu) melalui perantara ataupun tidak
Pengertian senada, dikemukakan al-Sayyid Rasyid Ridha yang mem-
formulasikan wahyu dengan "Suatu ilmu yang dikhususkan untuk para nabi engan tidak
mereka usahakan dan tidak mereka pelajari. Wahyu ialah suatu pengetahuan yang
mereka peroleh dalam dirinya dengan tidak berijtihad (lebih dahulu) yang disertai oleh
suatu pengetahuan yang timbul dengan sendirinya dan diyakini bahwa yang
mencampakkan wahyu ke dalam jiwa mereka ialah Allah Yang Maha Kuasa. Pendeknya,
wahyu itu bukanlah suatu pengetahuan yang dapat dicari apalagi direkayasa; melainkan
datang dengan sendirinya sebagai pengetahuan yang Allah berikan kepada orang-orang
tertentu yang kemudian disebut dengan nabi dan/atau rasul-Nya.1
1
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, S. H, M. A., M. M, ULUMUL QURAN (Bandung, PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2011) h. 83-87
9
B. PERBEDAAN PROSES PEWAHYUAN AL-QURAN DENGAN WAHYU LAIN
Iman pada kitab-kitab Allah merupakan sebagian dari rukun iman yang enam. Mulai dari
kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran. Allah Swt. berfirman dalam Qs. An-Nisa (4) :136,
ۤ
ب الَّ ِذيْٓ اَ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِاهّٰلل ِ َو َم ٰل ِٕى َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه
ِ ب الَّ ِذيْ نَ َّز َل ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت
هّٰلل
ِ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت
ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا
َ ض َّل َ َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد
Wahai orang-orang yang beriman! tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.( Qs. An-Nisa
(4) :136,)
Maksudnya, orang yang mengingkari atau tidak mempercayai salah satu kitab yang
empat, maka orang tersebut tidak bisa disebut sebagai orang yang beriman. Bahkan dalam ayat
tersebut dikatakan orang yang sangat tersesat dan sangat jauh. Jauh di sini dimaksudkan jauh
dari kebenaran (lihat Tafsir Jalalain, juz 1/hal.90).
Jadi, sebagai umat Islam, selain harus iman pada Al-Quran, kita juga dituntut untuk
beriman kepada kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran.Terlepas dari itu, kita juga perlu tahu
tentang perbedaan cara turunnya Al-Quran dengan kitab yang lain. Namun, tahu terhadap
perbedaan ini bukanlah termasuk syarat dari keimanan kita terhadap kutubullah. Hanya saja kita
sebagai orang yang haus ilmu pengetahuan hendaknya mengetahuinya.
Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menggunakan kata nazzala untuk Al-Quran dan anzala
untuk kitab Taurat dan Zabur. Dalam Tafsir Jalalalin, Juz 1/hal. 46, Imam Jalaluddin Al-Mahalli
menyebutkan bahwa perbedaan penggunaan kosa kata tersebut bukanlah tanpa faidah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dengan kata anzala berarti kitab tersebut diturunkan dalam satu
kali. Artinya full satu kitab. Misalkan kitab Taurat dan Zabur. Adapun kata nazzala
menunjukkan bahwa kitab yang diturunkan adalah turun secara berangsur-angsur. Artinya tidak
turun secara sekaligus.
9
Satu-satunya kitab yang masuk kategori ini adalah Al-Quran sebagaimana yang telah kita
ketahui. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al-Isra (17) : 106,
Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat sebelumnya. Akan tetapi cara turunnya Al-
Quran memang ada dua versi. Pertama, secara keseluruhan (anzala). Dalam artian dari Surat Al-
Fatihah sampai An-Nas turun sekaligus dalam satu waktu. Al-Quran turun secara keseluruhan
dari lauh mahfudz ke baitul izzah (langit dunia), pada malam lailatul qodar. Kedua, secara
berangsur-angsur (nazzala). Yakni dari langit dunia ke bumi; Nabi Muhammad Saw. dalam masa
22 tahun lebih.2
2
https://Academia.co.
9
C. TAHAP DAN PERIODERISASI PEWAHYUAN AL-QURAN
Pada proses pewahyuan, ada tahapan tahapan yang dilalui terlebih dahulu,
sebelum Al-Quran itu sampai kepada ummat Nabi Muhammad, adapun tahapan tahapan
tersebut yaitu sebagai berikut:
3
Www.hijup.com/magazine/
9
D. HIKMAH DITURUNANNYA AL-QURAN SECARA BERANGSUR-
ANGSUR
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran secara berangsur-angsur tentunya
memiliki hikmah tersendiri, adapun diantara hikmah-hikmah tersebut ialah:
1. Menguatkan hati Nabi Muhammd SAW. Dalam menyampaikan
dakwahnya.
Pada saat Nabi Muhammad dan para sahabat berdakwah era
Makkiyah kerapkali mendapatkan banyak penentang, dijauhi bahkan
dicemooh dan disiksa.
Sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah yang artinya:
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur
dan benar).”
(QS. al-Furqan :32)
2. Menentang orang-orang kafir yang mendustakan Al-Quran
Pada dasarnya tujuan kaum musyrik ingin sekali melemahkan
Nabi Muhammad SAW dalam dorongan berdakwah, sehingga berbagai
cara akan dilakukan oleh kaum Kafir. Seperti memberikan pertanyaan-
pertanyaan sulit dan tidak masuk akal, seperti hari kiamat yang
dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi
Muhammad SAW. Maka turunnya wahyu yang secara berangsur-angsur
itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, namun bisa juga menantang
mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur-an. Kemudian
ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka hal itu
sekaligus merupakan salah satu mu`jizat Al-Qur-an yang datang dari
Allah Subhanahu wa ta’ala.4
4
Drhttps://zakat.or.id/
9
PENUTUP DAN KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Wahyu terambil dari akar kata waha-yahi-wahyan.yang secara harfiah berarti suara, api,
kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab. Al-Qur'an sendiri yang di
dalamnya tersebut 77 kali kata wahyu kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fiil)-
menggunakan kata wahyu untuk beberapa pengertian.
2. Sebagai umat Islam, selain harus iman pada Al-Quran, kita juga dituntut untuk beriman
kepada kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran.Terlepas dari itu, kita juga perlu tahu
tentang perbedaan cara turunnya Al-Quran dengan kitab yang lain. Namun, tahu terhadap
perbedaan ini bukanlah termasuk syarat dari keimanan kita terhadap kutubullah. Hanya
saja kita sebagai orang yang haus ilmu pengetahuan hendaknya mengetahuinya. Allah
Swt. berfirman dalam Qs. Ali Imron (3) : 3-4,
Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menggunakan kata nazzala untuk Al-Quran dan anzala
untuk kitab Taurat dan Zabur. Dalam Tafsir Jalalalin, Juz 1/hal. 46, Imam Jalaluddin Al-Mahalli
menyebutkan bahwa perbedaan penggunaan kosa kata tersebut bukanlah tanpa faidah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dengan kata anzala berarti kitab tersebut diturunkan dalam satu
kali. Artinya full satu kitab. Misalkan kitab Taurat dan Zabur. Adapun kata nazzala
menunjukkan bahwa kitab yang diturunkan adalah turun secara berangsur-angsur. Artinya tidak
turun secara sekaligus.
3. Rahasia yang terkandung dalam penurunan Al-Quran secara sekaligus dari lauhul mahfuz
ke Baitul Izzah (Langit Dunia), dikemukakan oleh Abu Syamah dalam kitabnya
Mursyidul Wajizu, Yaitu “menyataan keagungan dan kemuliaan penerimanya, yaitu Nabi
Muhammad SAW, melalui cara pemberitahuan kepada penghuni langit yang tujuh bahwa
itab terakhir yang aan diturunan epada Rasul penutup dari ummat pilihan, sungguh telah
diambang pintu dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya”
4. Pada dasarnya tujuan kaum musyrik ingin sekali melemahkan Nabi Muhammad SAW
dalam dorongan berdakwah, sehingga berbagai cara akan dilakukan oleh kaum Kafir.
Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit dan tidak masuk akal, seperti hari
9
kiamat yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi
Muhammad SAW. Maka turunnya wahyu yang secara berangsur-angsur itu tidak saja
menjawab pertanyaan itu, namun bisa juga menantang mereka untuk membuat sesuatu
yang serupa dengan Al-Qur-an. Kemudian ketika mereka tidak mampu memenuhi
tantangan itu, maka hal itu sekaligus merupakan salah satu mu`jizat Al-Qur-an yang
datang dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
B. PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat diterima serta dapat memberikan
manfaat bagi teman-teman sekelas.
Salam hormat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
9
DAFTAR PUSTAKA
9
9