Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MACAM-MACAM TAUHID
Dosen Pengampu : SUDIRMAN M.A

Disusun Oleh:
Kelompok 4
AULIA
(2320203861206008)

DEA ANANDA ABDULLAH


(2320203861206009)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN PAREPARE
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “macam-macam tauhid”
ini tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Sudirman M.A. selaku dosen mata kuliah Ilmu Akidah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sudirman M.A. selaku dosen mata kuliah Ilmu
Akidah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Parepare,3 Oktober 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................................

C. Tujuan Masalah .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................

A. Pengertian tauhid ..............................................................................................

B. Jenis-jenis Tauhid .............................................................................................

C. Perbedaan perbedaan dari tiga macam tauhid ..................................................

D. Keterkaitan antara Jenis-jenis Tauhid ..............................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tauhid secara bahasa adalah beriman kepada Allah SWT dan tidak
menyekutukanNya, atau meniadakan dzat ketuhanan dari semua yang terbayang dalam
pikiran dan terkhayal dalam sangkaan dan pikiran. Tauhid adalah akar kata dari Wahhada.
Adapun secara istilah tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT dalam keTuhanan,
memurnikan Ibadah hanya kepada-Nya, dan menetapkan asma' dan sifat, dan ahlussunnah
menafsirkan Tauhid sebagai meniadakan tasybih (perumpamaan) dan ta'thil (meniadakan).
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar tauhidnya,
maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar,
akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang
akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. mengesakan
Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-
Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah merupakan hal pokok yang harus
dilakukan seorang pendidik. Seorang muslim harus menekankan bahwa setiap langkah
manusia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Penerapan konsep tersebut adalah dengan
berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Tauhid rububiyah terkait dengan
perbuatan Allah subhanahu wata’ala, hanya Dia satu-satunya pencipta, pemelihara dan
pemilik alam semesta ini. Kemudian tauhid asma wa sifat terkait dengan nama-nama Allah
yang maha indah dan sifat-sifat Allah yang maha sempurna, tidak memiliki cacat dan
kekurangan sedikit pun. Sedangkan Tauhid uluhiyah terkait dengan bagaimana kita
mengesakan Allah subhanahu wata’ala dalam ibadah, hanya Allah yang berhak untuk
diibadahi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dari Tauhid?
2. Apa Saja Jenis-jenis Tauhid?
3. Apa Perbedaan Tauhid Al-Rububiyyah, Tauhid Al-Asma Wa Al-Sifat, dan Tauhid
Uluhiyah?
4.Bagaimana keterkaitan antara Tauhid Al-Rububiyyah, Tauhid Al-Asma, dan Tauhid
Uluhiyah?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan definisi tauhid.
2. Menjelaskan jenis-jenis tauhid.
3. Menjelaskan perbedaan dari tiga macam tauhid.
4. Menjelaskan keterkaitan dari tiga macam tauhid.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Tauhid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah kata benda yang
memiliki arti ke-Esaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Kata Tauhid terdiri
dari perkataan “Theos” artinya Tuhan, dan “logos” yang berarti ilmu (science, study,
discourse). Jadi theologi berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Definisi theologi
yang diberikan oleh para ahli-ahli ilmu agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: The
discipline which concernsGod (or the Divine Reality) and God‟s relation to the world (Tauhid
ialah pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta). Kata tauhid berasal
dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhadaa ‫ دحو ودحاوي‬yuwahhidu Secara etimologi,
tauhid berarti keesaan. Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah adalah Esa, Tunggal
(Satu). Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa
Indonesia, yaitu “keesaan Allah” mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah,
mengesakan Allah.” Secara istilah syar‟i tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal
mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selainnya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat al-
ulya baginya dan mensucikanya dari kekurangan dan cacat.
Tauhid secara bahasa adalah beriman kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-
Nya, atau meniadakan dzat ketuhanan dari semua yang terbayang dalam pikiran dan terkhayal
dalam sangkaan dan pikiran. Tauhid adalah akar kata dari Wahhada. Adapun secara istilah
tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT dalam keTuhanan, memurnikan Ibadah hanya
kepada-Nya, dan menetapkan asma' dan sifat, dan ahlussunnah menafsirkan Tauhid
sebagai meniadakan tasybih (perumpamaan) dan ta'thil (meniadakan).
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi
setiap muslim memperlajarinya. Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa
pencipta alam semesta ini adalah Allah; bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional
tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan menetapkan asma' dan sifat, dan
ahlussunnah menafsirkan Tauhid sebagai meniadakan tasybih
(perumpamaan) dan ta'thil (meniadakan). Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid
dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim memperlajarinya. Tauhid bukan
sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah; bukan
sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan
wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma‟ dan Sifat-Nya.Iblis
mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah bahkan mengakui keesaan dan kemaha-kuasaan
Allah dengan meminta kepada Allah melalui Asma‟ dan Sifat-Nya. Kaum jahiliyah kuno
yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan
Penguasa alam semesta ini adalah Allah. (Lihat Al Qur‟an: 38: 82, 31: 25, 23: 84-89).
Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah.

B. Jenis-jenis Tauhid
Tauhid merupakan hak Allah yang harus ditunaikan seorang hamba, islam seseorang
tidaklah sempurna bila tidak bertauhid. Tauhid terbagi menjadi dua yaitu: Yang
pertama Tauhid Ma’rifat dan Itsbat (pengenalan dan pendapatan). Yaitu yang berkaitan
dengan dzat Allah azza wa jalla, nama-nama, dan sifat-sifatnya serta perbuatan. Dan
jenis tauhid ini terbagi menjadi dua kembali:
Tauhid Rububiyah Dan ulama menjelaskan definisi dari jenis tauhid ini dengan
berbagai ungkapan, semisal apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 'Dan
tauhid Rububiyah itu ialah (menyakini) tidak ada pencipta selain Allah Shubhanhahu wa
ta’alla. (Karena) tidak mungkin ada suatu apapun yang lepas dari - Nya, dalam hal
penciptaan suatu benda atau urusan, bahkan bila Dia menghendaki pasti terjadi, dan
bila tidak menghendaki maka tidak mungkin terjadi. Seorang ulama yang bernama Safarini
menyebutkan, "Tauhid rububiyah yakni bahwa tidak ada pencipta, tidak ada pemberi rizki,
tidak ada yang menghidupkan, tidak ada yang mematikan, tidak ada yang mengadakan
sesuatu yang tadinya tidak ada melainkan hanya Allah ta'ala". Dan berkata Syaikh
Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahab, didalam penjelasan tentang makna
tauhid rububiyah tersebut, "Yaitu menetapkan bahwa Allah ta'ala adalah Rabb segala sesuatu,
dan yang menguasainya, menciptakan serta memberinya rizki. Bahwasannya Allah
Shubhanahu wa ta’alla saja yang menghidupkan dan mematikan, memberi manfaat dan mara
bahaya, yang tunggal dalam mengabulkan do'a tatkala terkena musibah yang bagi-Nya telah
mendustakan tauhidnya, dan barang siapa yang menyerupakan pencipta dan memisalkan
dengan makhluk maka penyerupaan dan permisalan yang diberikan tadi telah membatalkan
tauhidnya. Dan diantara dalil-dalil yang menunjukan tentang tauhid ini ialah firman Allah
ta'ala: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan -Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya)". (QS al-Baqarah: 255). Jenis Kedua dari macam-
macam tauhid ialah Tauhid Thalab dan Qashd (Tuntutan dan Tujuan), yang sering
diartikan dengan mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dari perilaku hamba, atau biasa
juga di ungkapkan dengan tauhid uluhiyah, yaitu mengetahui serta mengakui bahwasannya
Allah azza wa jalla pemilik hak uluhiyah dan peribadatan atas seluruh makhluk -Nya,
dan mengesakan Allah ta'ala dengan ibadah dan mengikhlaskan agama hanya untuk -Nya
semata. Kata Uluhiyah diambil dari akar kata illah yang berarti yang disembah dan
yang dita‟ati. Kata ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang batil.
Pengertian tauhid uluhiyah dalam terminologi syari‟at Islam sebenarnya tidak keluar dari
kedua makna tersebut. Maka definisinya adalah: “Mengesakan Allah dalam ibadah dan
ketaatan. Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti sholat, puasa, zakat, haji, nazar,
menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya itu dilakukan
adalah bahwa kita melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti
ketaatan dan semata-mata untuk mencari ridha Allah. Oleh sebab itu, realisasi yang benar dari
tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar: pertama, memberikan semua bentuk
ibadah hanya kepada Allah Swt. Tanpa adanya sekutu yang lain. Kedua, hendaklah semua
ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya seperti
melakukan maksiat. Dan jenis tauhid ini merupakan perkara prioritas yang diemban oleh
tugas-tugas kerasulan yang harus disampaikan pada umatnya, dan dengan sebab ini pula
terjadilah perdebatan, dan di syari'atkan jihad, dengan sebab ini manusia dan jin diciptakan,
diturunkan kitab, di utusnya para rasul, dan dengan sebab tauhid ini pula manusia
terkelompok menjadi golongan yang celaka dan golongan yang berbahagia, serta
diciptakannya surga dan neraka.
Sebagaimana terkandung didalam surat al-Kafirun. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyebutkan:
َْٰٓ َْٰٓ َْٰٓ َْٰٓ ‫ٰٰٓا‬
ْ ‫ُْلق َاُّهَي يْ َ ن ُو ر ٰف ك ال ْل ُْ ُدب َعا َامْ َ ن ُو ُدب َعت َْلوْ ُم ت َناَْ ن ُو د ٰب عْٰٓ َامْ ُ ُدب َعا َْلوْ َاَناْ د بَاع َّامْ ُّم ت َد َبع َْل وْ ُم ت َن اَْ ن‬
‫ُو د ٰب عْٰٓ َامْ ُ ُدب َعاْ ُم َك لْ ُم ُك ن ي دَْ ي َلوْ ن ي د‬
Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS al-
Kafirun: 1-6). Dengan ini menjadi jelas akan batilnya persangkaan sebagian ahli kalam yang
menyatakan bahwa puncak ketauhidan adalah ketika menyatakan bahwa Allah
Shubhanahu wa ta’alla adalah Esa di dalam Dzatnya yang tidak memiliki bagian untuknya,
demikian pula Esa dalam sifat-sifatnya yang tidak ada satupun yang menyerupainya, Esa
dalam perbuatannya yang tidak ada sekutu baginya. Dari uraian panjang diatas, maka
menjadi jelas bagi kita bahwa tauhid terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Tauhid
Rububiyah. 2) Tauhid Asma wa Shifat. Dan kedua jenis tauhid ini berkaitan dengan ilmu dan
pengetahuan. 3) Tauhid Uluhiyah atau tauhid Ibadah. Yang diungkapkan oleh sebagian
ulama dengan nama Tauhid Thalab dan Qashd (Tuntutan dan tujuan).

C. Perbedaan perbedaan dari tiga macam tauhid


Perbedaan pertama yaitu dari pengertian tauhid itu sendiri masing-masing. Tauhid
rububiyah terkait dengan perbuatan Allah subhanahu wata’ala, hanya Dia satu-satunya
pencipta, pemelihara dan pemilik alam semesta ini. Hanya dia satu-satunya yang berkuasa
melakukan apa saja di alam semesta ini pada segenap isinya. Kemudian tauhid asma
wa sifat terkait dengan nama-nama Allah yang maha indah dan sifat-sifat Allah yang
maha sempurna, tidak memiliki cacat dan kekurangan sedikit pun. Sedangkan Tauhid
uluhiyah terkait dengan bagaimana kita mengesakan Allah SWT dalam ibadah, hanya dia
yang berhak diibadahi. tindakan yang merugikan diri sendiri, orang lain, lembaga di
mana seseorang bekerja, bahkan masyarakat dan negara. Salah satu wujud implementasi
dari keyakinan tauhid adalah lahirnya perilaku jujur baik dalam pikiran, sikap, ucapan,
maupun tindakan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jujur adalah karakter diri yang secara universal telah diterima sebagai karakter luhur
dan dikendaki oleh setiap manusia. Jujur juga merupakan potensi 3 dasar manusia
sebagai bagian dari fitrah penciptaan dirinya selaku makhluk Allah yang memiliki kedudukan
tertinggi diantara makhluk-makhluk Allah yang lain. Jujur adalah akhlak utama yang
diajarkan oleh Islam, bahkan menjadi salah satu akhlak kepribadian Rasulullah
Muhammad SAW, dan setiap mukmin diperintahkan untuk menepati kejujuran sebagai
jalan menuju kebajikan dan surga. Sebaliknya bohong dan berbohong adalah lawan dari
jujur dan berbuat jujur yang akan menyeret manusia pada perbuatan melampaui batas yang
ditetapkan oleh Allah, dan menjerumuskan manusia ke neraka. Jujur adalah implementasi
dari kepercayaan tauhid, yang meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui setiap
perbuatan, betapapun perbuatan itu dapat disembunyikan dari pandangan sesama makhluk.
Dan Nabi Muhammad SAW dengan sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah adalah teladan
terbaik bagi manusia. Dalam konteks ekonomi, tauhid mengajarkan adanya keharusan
setiap kegiatan ekonomi bersumber dari ajaran Allah, dilakukan dengan cara yang sesuai
syariat islam sebagai bentuk rasa ketaqwaan kepada Allah. Sebagai contoh dengan
diterapkannya sistem ekonomi islam dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
bangsa yang hingga saat ini belum dapat diselesaikan maka, diharapkan keadaan
ekonomi bangsa ini dapat menjadi semakin baik, serta meujudkan masyarakat adil
makmur, rakyatnya hidup dengan tenteram, damai dan berkecukupan.

D. Keterkaitan antara Jenis-jenis Tauhid


Hubungan antara manusia dengan tuhannya akan diterima jika dibangun di atas keimanan
yang murni hanya kepada Allah dengan tiga sifat dari sifat-sifat Tuhan; Al-Rububiyyah, Al
Asma wa Sifat, dan Al-Uluhiyyah. Allah adalah Rabb segala sesuatu, Dia juga penguasa
atas manusia. Dia juga satu-satunya yang 10 pantas disembah manusia. Segala sesuatu
diciptakan untuk-Nya, menjadi hamba yang dimiliki-Nya. Maka diperintahkanlah bagi orang
yang minta pelindungan agar membaca isti’azah (permohonan perlindungan) dengan tiga
sifat ini.
Komitmen berkeyakinan haruslah didasarkan atas tauhid kepada Allah semata, karena
hal inilah dasar dari keimanan, bahkan ia mencakup semua rukun iman lainnya. Hamid al-
Basyuni pernah mengatakan: “Iman kepada Allah merupakan dasar aqidah dan
porosnya, ia juga merupakan dasar dari akidah lainnya, seperti beriman kepada hari akhir,
beriman kepada kitab suci, beriman kepada nabi dan rasul, serta lainnya. Iman kepada
Allah juga dasar lahirnya komitmen menjalankan ajaran agama, bagi dari ajaran ibadah,
akhlak, maupun aturan dan hukum.
Tatkala seseorang berkomitmen dalam keyakinannya kepada tauhid, ia telah
membebaskan dirinya dari komitmen-komitmen lainnya, sehingga ia mulai menapaki
jalannya menuju kebahagiaan. Banyak orang mencari kebahagiaan dengan modal yang
beragam, ada yang mencarinya dengan ilmu, ada juga dengan harta, ada juga dengan
kekuasaan, bahkan ada pula dengan ketenaran dan popularitas, tetapi tetap saja yang
paling berbahagia adalah yang memiliki komitmen untuk bertauhid dan beriman. Iman itu
tempatnya dalam hati. Hati yang beriman meraih kebahagiaan yang berlanjut dalam segala
kondisi dan situasi, hingga ia kembali menghadap Tuhannya.
Disaat seseorang telah berkomitmen dengan ketiga jenis tauhid yang telah dijelaskan di
atas, akan tampak pada dirinya tanda-tanda terealisasinya kesehatan jiwa dalam
hubungannya dengan Tuhannya. Orang yang bertauhid meyakini bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang menimpa seseorang, baik bentuknya nikmat maupun musibah, kecuali itu semua
dalam kuasa dan kehendak Allah dan ilmu-Nya. Disaat seseorang telah berkomitmen dengan
ketiga jenis tauhid yang telah dijelaskan di atas, akan tampak pada dirinya tanda-tanda
terealisasinya kesehatan jiwa dalam hubungannya dengan Tuhannyatelah diwajibkan kepada
hamba untuk mengetahuinya,agar terjauh dari segala fitnah dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT dalam keTuhanan, memurnikan ibadah
hanya kepada-Nya, dan menetapkan asma’ dan sifat, dan ahlisunnah menafsirkan Tauhid
sebagai: meniadakan tasybih (perumpamaan) dan ta’thil (meniadakan).
2. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan
keyakinan bahwa Dialah atu-satunya Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam
semesta.
3. Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf
(takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), taubat, minta pertolongan,
menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya.
4. Tauhid Asma’ Wa Shifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya,
sebagaimanayang diterapkan dalam Al-Qur’an dan Sunah Rasul-Nya. Maka barang siapa
yang mengingkari nama-anam-nya dan sifat-sifat-Nya atau menemani Allah dan
menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-nya.

B. Saran
Pembaca yang budiman, seiring selesainya penyusunan makalah mengenai macam-macam
tauhid, penulis menyarankan agar pembaca untuk tidak merasa puas dengan makalah yang
penulis buat. Maka dari itu, penulis mengharapkan pembaca untuk mencari referensi lain guna
memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan
tauhid asma’ wash-shifat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Saidul. 2019. EKSISTENSI KAJIAN TAUHID DALAM KEILMUAN ISLAM. Majalah
Ilmu Pengetauan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, (22)1, 71-83.
Bisyron Muhtar, 13913068. (2018). KONSEP PENDIDIKAN AQIDAH TAUHID
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER JUJUR DAN SIKAP ANTI KORUPSI
(PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL HADĪD AYAT 1 – 6) [Universitas Islam
Indonesia].
Latif, Nasrul. 2018. “EKONOMI ISLAM SEBAGAI BENTUK IMPLEMENTASI TAUHID
UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL MAKMUR.” Nasrul Latif.
Susetyaningrum, Evita Ratna. 2021. “NILAI-NILAI TAUHID DALAM KITAB
JAWĀHIRUL AL-KALĀMIYYAH KARYA SYEKH ṬOHIR BIN ṢOLEH AL-JAZĀIRY
DAN RELEVANSINYA DALAM MATERI AKIDAH AKHLAK KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH.”
Bakar, Abu, and Muhammad Zakaria. 2014. Macam-Macam Tauhid.
Abdul Wahab, Ibn Muhammad. 2004. Kitab Tauhid.

Anda mungkin juga menyukai