Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“FAKTOR KAIDAH DALAM PERUBAHAN PRILAKU BERAGAMA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Jiwa Belajar

Disusun Oleh :

M. Diki Zafar Sidiq

M. Asyraf Rafsanjani

Nur Rizka Alfarizi

Farhan Nasrullah Al-fatah

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ISLAM ASY-SYUKRIYYAH 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ilmu Jiwa Belajar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pemahaman tentang Faktor Kaidah Dalam Perubahan
Prilaku Beragama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ust. Amsari Djapen, M.Pd
selaku dosen pengampu mata Ilmu Jiwa Belajar ,yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Sifat-sifat Asasi Pendidik...............................................................................5
B. Kaidah-kaidah pokok dalam Pendidikan Anak................................................8
BAB III..................................................................................................................16
KESIMPULAN......................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam, dengan kaidah-kaidahnya yang yuriprudentif universal, prinsif-


prinsif edukatif yang kekal, telah meletakkan pokok dan metode dalam
mengembangkan personalitas anak. Perkembangan ini meliputi akidah, moral,
fisikal, mental, spiritual dan social.

Pokok dan metode ini seperti kita lihat adalah prinsif-prinsif yang jelas,
mudah dilaksanakan, bermaksud baik,. Jika para pendidik menggunakan dalam
membentuk generasi, mendidik bangsa dan masyarakat yang lebih baik dari
sebelumnya. Generasi baru berubah menjadi generasi yang tidak seperti
sebelumnya. Mereka akan mencapai kekuatan aqidah, keluhuran akhlak, kekuatan
jasmani, kematangan akal. Dengan demikian kejayaan dan kemuliaan orang-
orang terdahulu akan kembali dan sejarah kebenaran nenek moyang kita yang
salah akan terulang.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka kami dapat menentukan rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa sifat-sifat hak asasi pendidik yang mempengaruhi prubahan prilaku


beragama?
2. Bagaimana kaidah-kaidah pokok agama dalam pendidikan anak?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat-sifat Asasi Pendidik

1. Ikhlas (tulus hati)

Pendidik hendaknya membebaskan niatnya, semata-mata untuk Allah


dalam seluruh pekerjaan edicatifnya, baik secara perintah, larangan, nasihat
pengawasan atau hukuman.

Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan adalah sebagian dari asas iman dan
keharusan islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan secara
ikhlas. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Bayinnah ayat 5:

‫َو َم ٓا ُأِم ُر ٓو ْا ِإاَّل ِلَيۡع ُبُدوْا ٱَهَّلل ُم ۡخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن ُح َنَفٓاَء َو ُيِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو ُيۡؤ ُتوْا‬

‫ٱلَّز َكٰو َۚة َو َٰذ ِلَك ِد يُن ٱۡل َقِّيَم ِة‬


Terjemahan:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan (dengan ikhlas) kepadanya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan
yang demikian itulah agama yang lurus

Rasulullah saw, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dau dan An-
Nasa’i: “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak menerima amal perbuatan,
kecuali yang dikerjakan secara tulus, semata-mata untuknya, yang dengan
perbuatan itu mengharapkan ke-ridhaan Allah”.

Karenanya, hendaklah pendidik memurnikan niatnya dan bermaksud


mendapatkan keridhaan Allah semata dalam setiap amal perbuatan yang
dikerjakan, agar diterima oleh Allah, dicintai anak-anak dan muridnya. Di
samping itu, apa yang dinasehatkan bisa membekas pada diri mereka.
2. Takwa

Dari sifat terpenting yang harus dimiliki pendidik adalah takwa, yang
didefinisakan oleh para ulama sebagai ,”Allah tidak melihat kamu mengerjakan
apa yang dia larang, meninggalakan apa yang dia perintahkan”.

Atau seperti yang dikatan ulama lain, “menjaga diri dari adzab Allah dengan
mengerjakan amal saleh, dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-
sembunyi atau terang-terangan”.

Kedua definisi pada prinsipnya sama, yaitu menjaga diri dari adzab Allah
dengan merasakan muraqabah Allah. Bahwa Allah senantiasa mengawasi
perbuatanya. Juga senantiasa berjalan pada metode yang telah digariskan allah,
baik secara sembunyi atau terang-terangan, dan berusaha semaksimal mungkin
untuk membebasakan yang halal dan menjauhi yang haram.

Banyak Ayat Al-Quran yang memerintahakan dan mengajurkan untuk bertakwa


salah satunya Q.S. Al Imran ayat 102:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َح َّق ُتٰق ىِتٖه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َاْنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬

Terjemahan:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”.

Juga tersebut dalam hadits rasulullah saw yang diriwayatkan Ahmad, Al-Hakim
dan At-Timidzi dari Anas Ra. Bahwa rasululullah bersabda: “takwalah kepada
Allah dimana saja kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik,
niscaya akan menghapuskannya, dan gaulilah orang-orang dengan budi pekerti
yang baik”
Pendidik, sudah barang tentu termasuk orang yang terkenah perintah di
atas, di samping orang yang harus melaksanakannya. Sebab pendidik adalah
teladan panutan yang akan diikuti dan ditiru, di samping penanggung jawab
pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan ajaran islam.

3. Ilmu Pengetahuan

Sesuatu yang telah disepakati bersama adalah, bahwa pendidik harus


memiliki ilmu pengetahuan perihal pokok-pokok pendidikan yang dibawa oleh
syariat islam, menguasai hukum-hukum halal dan haram, menguasai prinsip-
prinsip etika islam, memahami secara global peraturan-peraturan islam dan
kaidah-kaidah syariat islam. Karena dengan mengetahui semua ini, pendidik akan
menjadi seorang alim yang bijak, meletakan segala sesuatu pada tempat yang
sebenarnya, mendidik anak pada pokok-pokok dan persyaratannya, mendidik dan
memperbaiki dengan berpijak pada dasar-dasar kokoh dari ajaran-ajaran Al-
Quran, dan petunjuk Muhammad saw.

Pendidik hendaknya membekali dirinya dengan segala ilmu pengetahuan


yang bermanfaat dengan metode-metode pendidikan yang sesuai, untuk mendidik
generasi muslim.

4. Santun

Dari sifat-sifat pokok yang menolong keberhasilan pendidik dalam tugas


pendidikannya, disamping tanggung jawabnya membentuk dan memperbaiki,
adalah sifat santun, yang dengan sifat itu sang anak akan tertarik pada
pendidiknya. Dengan kesantunan pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlak
yang terpuji, dan terjauh dari perangai tercela.

Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raaf ayat 199:

‫ُخ ِذ ٱۡل َع ۡف َو َو ۡأ ُم ۡر ِبٱۡل ُع ۡر ِف َو َأۡع ِر ۡض َع ِن ٱۡل َٰج ِهِليَن‬


Terjemahan:

“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.

Dan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas:”Rasulullah saw, berkata
kepada Asyaj ‘Abdu ‘I-Qais, “sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang
disenangi Allah: kesantunan dan ketabahan”. (H.R. Muslim).

Karenanya, pendidik hendaknya menghiasi dirinya dengan santun, lemah lembut


dan tabah. Jika dalam upaya mendidik umatnya menginginkan kebaikan dan
perbaikan, petunjuk generasi muslim dan perbaikan anak-anaknya.

5. Rasa tanggung jawab

Hal lain yang harus diketahui pendidik dan diresapkan dalam perasaannya,
adalah rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak, baik segi iman,
perangai, pembentukan jasmani dan ruhaninya, mempersiapkan mental dan
sosialnya. Rasa tanggung jawab ini selamanya akan mendorong secara
kesaluruhannya dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan
dan mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.

Bertitik tolak dari perintah ini, wajib bagi setiap pedidik mu’min, berakal sehat,
dan bijakn untuk menunaikan tanggung jawab ini sesempurna mungkin, dengan
kesadaran bahwa Allah akan murkah bila menyia-nyiakannya, dan azab jahannam
adalah balasannya.

B. Kaidah-kaidah pokok dalam Pendidikan Anak

Kaidah-kaidah pokok dalam pendidikan anak berpusat dalam dua akidah yaitu
Kaidah Ikatan dan Kaidah Peringatan.

1. Kaidah Ikatan

Di bawah ini akan dijelaskan bermacam ikatan yang akan memberikan kabaikan
pada anak:
a. Ikatan Akidah

Pendidik harus menanamkan pada jiwa anak hakekat rukun iman. Dan suatu hal
yang tidak diragukan, bahwa jika kita menanam secara dalam hakekat iman
kepada Allah pada diri anak dan kita berusaha terus menjalin ikatan anatara
dengan akidah ketuhanan, maka Insyaallah sang anak akan tumbuh mempunyai
rasa muraqabah Allah.

b. Ikatan Ruhani

Yang dimaksud dengan ikatan ruhani adalah, jiwa anak hendaknya mempunyai
sifat kejernihan dan penuh cahaya, penuh iman dan keikhlasan.

Islam mempunyai metode dalam mengingat seorang muslim dengan bermacam-


macam ikatan ruhani agar selamanya ia berada dalam kejernihan dan cahaya
ruhani, metode yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Mengikat anak dengan ibadah

2. Mengikat anak dengan Al-Quran

3. Mengikat anak dengan rumah-rumah Allah

4. Mengikat anak dengan dzikir kepada Allah

5. Mengikat anak dengan pekerjaan-pekerjaan sunat

6. Mengikat anak dengan Rasa Muraqabah Allah Ta’ala

c. Ikatan Pikiran

Ikatan pikiran adalah terjalinnya ikatan antara seorang muslim sejak kecil hingga
dewasa dan tua dengan peraturan:

1. Islam sebagai agama

2. Al-quran sebagai undang-undang dan yurisprudensi

3. Ilmu-ilmu syariah sebagai metode dan hukum


4. Sejarah islam sebagai ruh dan teladan

5. Etos islam sebagai kultur dan kebudayaan

d. Ikatan Sosial

Yang dimaksud mengikat anak dari segi sosialnya yaitu pendidik hendaknya
berusaha sesuai dengan kemampuannya dalam upaya mengikat anak sejak kecil
dengan memahami segala sesuatu, dengan milleu sosial yang bersih dan sesuai.

Millieu tersebut dapat terealisasikan dalam tiga ikatan:

1. Ikatan anak dengan pembimbing

2. Ikatan anak dengan teman yang baik

3. Ikatan anak dengan dakwah

e. Ikatan Olahraga

Faktor yang dapat melahirkan manfaat, yang telah diletakan oleh islam dalam
upaya mendidik individu-individu masyarakat yang berhubungan dengan
jasmani, membentuk kesehatannya dalam mengisis waktu kosong dengan aktifitas
jihad, latihan militer, dan olahraga.

Ini semua karena Islam dengan prinsip-prinsip yang toleran, ajaran-ajaran yang
luhur, menghimpun dalam satu waktu antara kesungguhan dan hiburan yang sehat,
menghubungkan antara kebutuhan ruhani dan kebutuhan jasmani. Islam
memperhatikan jasmani dan perbaikan ruhani secara bersam-sama.

Pada dasarnya hubungan (ikatan) olahraga untuk anak tidak akan memberikan
buah yang diharapkan, tidak membawa kepada tujuan yang dicari, kecuali jika ia
mengikuti metode yang telah ditentukan islam, yaitu Mengadakan keseimbangan
dan Mensucikan niat.

2. Kaidah Peringatan

Berikut ini peringatan-peringatan yang terpenting:


a. Peringatan Dari Kemurtadan

Yang dimaksud kemurtadan adalah meninggalkan agma Islam, agama yang


diridhai Allah untuknya, lalu memeluk agama lain, atau akidah lain yang
bertentangan dengan syariat Islam.

b. Peringatan Terhadap Kekufuran

Yang dimaksud kekufuran adalah pengingkaran terhadap Dzat Tuhan,


pengingkaran terhadap syariat samawi yang dibawa oleh para nabi, dan menolak
setiap keutmaan dan nilai-nilai yang bersumber pada wahyu Ilahi.

Kekufuran, meski termasuk dalam pengertian kemurtadan, tetapi lebih buruk dan
bahaya terhadap individu dan masyarakat, dibanding dengan kemurtadan lain,
seperti menganut Yahudi, Nasrani, atau Brahmana. Ini semua karena kekufuruan
mematikan perasaan tanggung jawab dalam diri seseorang dan menghancurkan
spritual keimanan kepada yang gaib dan sifat-sifat budi pekerti yang tetap.

c. Peringatan Terhadap Permainan Yang Diharamkan

Islam, dengan syariatnya yang luhur dan prinsip-prinsipnya yang bijak,


mengharamkan kepada para pemeluknya beberapa macam hiburan dan permainan
karena berbahaya sangat besar terhadap moral individu, ekonomi masyarakat,
eksistensi negara, kehormatan bangsa dan keteguhan keluarga.

Berikut ini berberapa macam permainan yang yang diharamkan, agar kita menjadi
waspada dan menjadikan sebagai peringatan untuk dijauhi:

1. Permainan dengan meja (backgammon dan tricktrack)

2. Mendengar Lagu dan Musik

3. Melihat Film (Biskop), Sandiwara dan Televisi

4. Main Judi

Macam-macam (permainan) halal yang disyariatkan islam:

1. Lomba Lari (marathon)


2. Gulat

3. Main Panah

4. Main Tombak

5. Menunggang Kuda

6. Memburu

7. Main Catur

Islam mengharamkan beberapa bentuk permainan, karena didalamnya terdapat


bahaya besar yang mengancam moral, individu, dan masyarakat.

d. Peringatan, Jangan Mengikut Secara Membabibuta

Sikap seperti ini harus dijauhkan anak, karena beberapa hal:

1. Mengikut secara membabibuta merupakan ciri kekalahan ruhani dan kejiwaan,


kehilangan kepercayan diri, bahkan didalamnya terdapat gejala mencairnya
kepribadian, kehilangan personaliatas (identitas), tenggelam dalam kecintaan
kepada orang yang dicintai dan dijadikan panutan.
2. Mengikut secara membabibuta seringkali mendorong lahirnya fitnah (cobaan
dan kekacauan) kehidupan dunia dan gejala-gejala yang tampak.
3. Mengikut secara membabibuta dalam hal moral yang rusak mengakibatkan
pelakunya terjerumus kedalam kehidupan yang rusak dan menyimpang dari
kebenaran.
4. Mengikut secara membabibuta dapat menghancurkan umat dan bangsa,
bahkan menghilangkan karakteristik eksistensinya, menghilangkan faktor
kelanggengan dan kemuliaannya karena umat tersebut menitijalan kufur dan
durhaka.
5. Mengikut secara membabibuta, membuat orang-orang yang terbawa arus
kebiasaan, mode pakaian dan moral asing, lalai dari kewajiban agama dan
tanggung jawab sosialnya, bahkan menghambat roda pembangunan ekonomi
dan peradaban maju kedepan.
6. Mengikut secara membabibuta merupakan faktor terbesar dalam melemahkan
ingatan, menghancurkan kepribadian, dekadensi moral, membunuh kelakian,
tersebarluasnya penyakit, mencabut akar kemuliaan dan sikap menahan diri
dari perbuatan dosa, menyebabkan lepas kontrolnya gharizah dan kebebsan
hawa nafsu.

e. Peringatan Dari Tempat Jahat

Islam mengarahkan kepada para ayah agar memilihkan untuk anak-anaknya teman
yang baik agar dapat mengambil akhlak yang baik, etika yang tinggi dan
kebiasaan utama.

Bahkan islam juga mengarahkan mereka agar juga memperingatkan anak-anaknya


dari bergaul dengan oranga-orang jahat, sehingga anak tersebut tidak
terperangakap dalam kejahatan dan kesesatan mereka.

f. Peringatan Dari Dekadensi Moral

Banyak gejala-gejala yang sangat membahayakan yang banyak terdapat pada


anak-anak, dalam masalah ini, pendidik harus memperhatikan dan
memperingatkannya. Gejala-gejala tersebut antaralain yaitu:

Dalam tanggung jawab pendidikan moral:

1. Gejala Dusta

2. Gejala Mencuri

3. Gejala Sumpah Serapah dan Mengecam

4. Gejala Dekadensi Moral

Dalam tanggung jawab pendidikan jasmani:

1. Gejala merokok

2. Gejala masturbasi

3. Gejala minuman memabukan dan obat bius


4. Gejala zina dan homoseks

Jika para pendidik tidak memberikan peringatan, pengawasan dan nasihat kepada
mereka, maka tidak diragukan, anak-anak akan terjerumus ke jurang kenistaan
yang paling dalam.

g. Peringatan Dari Sesuatu Yang Haram

Satu segi peringatan yang harus diperhatikan pendidik, adalah peringatan dari
sesuatu yang haram. Haram, seperti batasan yang diberikan ulama ushul, adalah
yang diminta oleh syariat untuk meninggalkan sama sekali, dan bagi yang tidak
meniggalakannya disediakan hukuman Allah di akherat, atau hukuman syariat di
dunia. Seperti membunuh, zina, minum minuman yang memabukan, main judi,
memakan harta anak yatim, curang dalam ukuran dan timbangan.

Berikut beberapa hal yang diharamkan, semoga menjadi pelajaran yang dapat kita
sampaikan kepada anak-anak kita:

1. Makanan dan minuman yang haram

· Bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih selain atas nama
Allah, hewan tercekik, yang dipukul, jatuh, ditanduk, diterkam binatang buas,
kecuali jika sempat menyembelihnya, dan binatang yang disembeli untuk berhala.

· Daging keledai peliharaan, binatang buas bertaring, dan burung yang


mempunyai kuku atau cakar.

· Bintang yang disembelih bukan dengan cara yang disyariatkan islam.

· Minum minuman keras yang memabukan, dan menggunaka obat bius.

2. Pakaian dan perhiasan haram

· Emas dan sutera ( diharamkan kepada laki-laki)

· Penampilan yang tidak wajar

· Baju kemasyhuran dan kesombongan, haram untuk di pakai

· Merubah ciptaan Allah adalah haram


· Mencukur jenggot

· Bejana-bejana emas dan perak

· Gambar dan patung

3. Kepercayaan jahiliyah yang haram

· Haram membenarkan dukun

· Haram mengundi nasib dengan anak panah

· Sihir diharamkan dalam islam

· Haram menggantungkan jimat

· Haram bersikap pesimis

4. Mencari kehidupan (nafkah) yang haram

· Menjual segala sesuatu yang diharamkan

· Menjual barang yang tidak dapat dipegang dan diraba

· Menjual berdasarkan menipu dan mempermainkan harga

· Menjual berdasarkan menimbun (monopoli)

· Menjual dengan cara menipu

· Jual beli barang curian dan barang rampasan

· Mencari harta dengan riba dan judi

5. Tradisi jahiliyah yang haram

· Mencapai kemenangan suku

· Membanggakan keturunan

· Meratapi orang mati


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah kami teliti, maka kami dapat simpulkan bahwa, Keberhasilan dalam
pendidikan sangat bergantung pada seorang pendidik, hal ini yang menuntut
seorang pendidik harus memiliki Sifat-sifat hak asasi sebagai seorang pendidik
yang akan menjadi teladan bagi anak atau peserta didik.

Agar pendidikan terhadap anak berhasil, Pendidikan harus sesuai atau


berlandaskan pada kaidah-kaidah yang ditetapkan dan dianjurkan dalam islam,
baik yang berkaitan dengan hubungan terhadap Tuhan maupun yang bekaitan
dengan hubungan terhadap manusia.

B. Saran

Demikianlah makalah kami, semoga dapat menjadi rujukan bagi kita semua
seorang pendidik, semoga kita semua sebagai seorang pendidik berhasil
memberikan pendidikan yang baik terahadap anak. Amin

Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Ulwan Nashih, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid II,
Semarang: Asy-syifa, 1993.

Anda mungkin juga menyukai