Disusun Oleh :
M. Asyraf Rafsanjani
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ilmu Jiwa Belajar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pemahaman tentang Faktor Kaidah Dalam Perubahan
Prilaku Beragama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ust. Amsari Djapen, M.Pd
selaku dosen pengampu mata Ilmu Jiwa Belajar ,yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Sifat-sifat Asasi Pendidik...............................................................................5
B. Kaidah-kaidah pokok dalam Pendidikan Anak................................................8
BAB III..................................................................................................................16
KESIMPULAN......................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pokok dan metode ini seperti kita lihat adalah prinsif-prinsif yang jelas,
mudah dilaksanakan, bermaksud baik,. Jika para pendidik menggunakan dalam
membentuk generasi, mendidik bangsa dan masyarakat yang lebih baik dari
sebelumnya. Generasi baru berubah menjadi generasi yang tidak seperti
sebelumnya. Mereka akan mencapai kekuatan aqidah, keluhuran akhlak, kekuatan
jasmani, kematangan akal. Dengan demikian kejayaan dan kemuliaan orang-
orang terdahulu akan kembali dan sejarah kebenaran nenek moyang kita yang
salah akan terulang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka kami dapat menentukan rumusan masalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan adalah sebagian dari asas iman dan
keharusan islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan secara
ikhlas. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Bayinnah ayat 5:
َو َم ٓا ُأِم ُر ٓو ْا ِإاَّل ِلَيۡع ُبُدوْا ٱَهَّلل ُم ۡخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن ُح َنَفٓاَء َو ُيِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو ُيۡؤ ُتوْا
Rasulullah saw, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dau dan An-
Nasa’i: “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak menerima amal perbuatan,
kecuali yang dikerjakan secara tulus, semata-mata untuknya, yang dengan
perbuatan itu mengharapkan ke-ridhaan Allah”.
Dari sifat terpenting yang harus dimiliki pendidik adalah takwa, yang
didefinisakan oleh para ulama sebagai ,”Allah tidak melihat kamu mengerjakan
apa yang dia larang, meninggalakan apa yang dia perintahkan”.
Atau seperti yang dikatan ulama lain, “menjaga diri dari adzab Allah dengan
mengerjakan amal saleh, dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-
sembunyi atau terang-terangan”.
Kedua definisi pada prinsipnya sama, yaitu menjaga diri dari adzab Allah
dengan merasakan muraqabah Allah. Bahwa Allah senantiasa mengawasi
perbuatanya. Juga senantiasa berjalan pada metode yang telah digariskan allah,
baik secara sembunyi atau terang-terangan, dan berusaha semaksimal mungkin
untuk membebasakan yang halal dan menjauhi yang haram.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َح َّق ُتٰق ىِتٖه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َاْنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن
Terjemahan:
Juga tersebut dalam hadits rasulullah saw yang diriwayatkan Ahmad, Al-Hakim
dan At-Timidzi dari Anas Ra. Bahwa rasululullah bersabda: “takwalah kepada
Allah dimana saja kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik,
niscaya akan menghapuskannya, dan gaulilah orang-orang dengan budi pekerti
yang baik”
Pendidik, sudah barang tentu termasuk orang yang terkenah perintah di
atas, di samping orang yang harus melaksanakannya. Sebab pendidik adalah
teladan panutan yang akan diikuti dan ditiru, di samping penanggung jawab
pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan ajaran islam.
3. Ilmu Pengetahuan
4. Santun
“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.
Dan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas:”Rasulullah saw, berkata
kepada Asyaj ‘Abdu ‘I-Qais, “sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang
disenangi Allah: kesantunan dan ketabahan”. (H.R. Muslim).
Hal lain yang harus diketahui pendidik dan diresapkan dalam perasaannya,
adalah rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak, baik segi iman,
perangai, pembentukan jasmani dan ruhaninya, mempersiapkan mental dan
sosialnya. Rasa tanggung jawab ini selamanya akan mendorong secara
kesaluruhannya dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan
dan mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.
Bertitik tolak dari perintah ini, wajib bagi setiap pedidik mu’min, berakal sehat,
dan bijakn untuk menunaikan tanggung jawab ini sesempurna mungkin, dengan
kesadaran bahwa Allah akan murkah bila menyia-nyiakannya, dan azab jahannam
adalah balasannya.
Kaidah-kaidah pokok dalam pendidikan anak berpusat dalam dua akidah yaitu
Kaidah Ikatan dan Kaidah Peringatan.
1. Kaidah Ikatan
Di bawah ini akan dijelaskan bermacam ikatan yang akan memberikan kabaikan
pada anak:
a. Ikatan Akidah
Pendidik harus menanamkan pada jiwa anak hakekat rukun iman. Dan suatu hal
yang tidak diragukan, bahwa jika kita menanam secara dalam hakekat iman
kepada Allah pada diri anak dan kita berusaha terus menjalin ikatan anatara
dengan akidah ketuhanan, maka Insyaallah sang anak akan tumbuh mempunyai
rasa muraqabah Allah.
b. Ikatan Ruhani
Yang dimaksud dengan ikatan ruhani adalah, jiwa anak hendaknya mempunyai
sifat kejernihan dan penuh cahaya, penuh iman dan keikhlasan.
c. Ikatan Pikiran
Ikatan pikiran adalah terjalinnya ikatan antara seorang muslim sejak kecil hingga
dewasa dan tua dengan peraturan:
d. Ikatan Sosial
Yang dimaksud mengikat anak dari segi sosialnya yaitu pendidik hendaknya
berusaha sesuai dengan kemampuannya dalam upaya mengikat anak sejak kecil
dengan memahami segala sesuatu, dengan milleu sosial yang bersih dan sesuai.
e. Ikatan Olahraga
Faktor yang dapat melahirkan manfaat, yang telah diletakan oleh islam dalam
upaya mendidik individu-individu masyarakat yang berhubungan dengan
jasmani, membentuk kesehatannya dalam mengisis waktu kosong dengan aktifitas
jihad, latihan militer, dan olahraga.
Ini semua karena Islam dengan prinsip-prinsip yang toleran, ajaran-ajaran yang
luhur, menghimpun dalam satu waktu antara kesungguhan dan hiburan yang sehat,
menghubungkan antara kebutuhan ruhani dan kebutuhan jasmani. Islam
memperhatikan jasmani dan perbaikan ruhani secara bersam-sama.
Pada dasarnya hubungan (ikatan) olahraga untuk anak tidak akan memberikan
buah yang diharapkan, tidak membawa kepada tujuan yang dicari, kecuali jika ia
mengikuti metode yang telah ditentukan islam, yaitu Mengadakan keseimbangan
dan Mensucikan niat.
2. Kaidah Peringatan
Kekufuran, meski termasuk dalam pengertian kemurtadan, tetapi lebih buruk dan
bahaya terhadap individu dan masyarakat, dibanding dengan kemurtadan lain,
seperti menganut Yahudi, Nasrani, atau Brahmana. Ini semua karena kekufuruan
mematikan perasaan tanggung jawab dalam diri seseorang dan menghancurkan
spritual keimanan kepada yang gaib dan sifat-sifat budi pekerti yang tetap.
Berikut ini berberapa macam permainan yang yang diharamkan, agar kita menjadi
waspada dan menjadikan sebagai peringatan untuk dijauhi:
4. Main Judi
3. Main Panah
4. Main Tombak
5. Menunggang Kuda
6. Memburu
7. Main Catur
Islam mengarahkan kepada para ayah agar memilihkan untuk anak-anaknya teman
yang baik agar dapat mengambil akhlak yang baik, etika yang tinggi dan
kebiasaan utama.
1. Gejala Dusta
2. Gejala Mencuri
1. Gejala merokok
2. Gejala masturbasi
Jika para pendidik tidak memberikan peringatan, pengawasan dan nasihat kepada
mereka, maka tidak diragukan, anak-anak akan terjerumus ke jurang kenistaan
yang paling dalam.
Satu segi peringatan yang harus diperhatikan pendidik, adalah peringatan dari
sesuatu yang haram. Haram, seperti batasan yang diberikan ulama ushul, adalah
yang diminta oleh syariat untuk meninggalkan sama sekali, dan bagi yang tidak
meniggalakannya disediakan hukuman Allah di akherat, atau hukuman syariat di
dunia. Seperti membunuh, zina, minum minuman yang memabukan, main judi,
memakan harta anak yatim, curang dalam ukuran dan timbangan.
Berikut beberapa hal yang diharamkan, semoga menjadi pelajaran yang dapat kita
sampaikan kepada anak-anak kita:
· Bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih selain atas nama
Allah, hewan tercekik, yang dipukul, jatuh, ditanduk, diterkam binatang buas,
kecuali jika sempat menyembelihnya, dan binatang yang disembeli untuk berhala.
· Membanggakan keturunan
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah kami teliti, maka kami dapat simpulkan bahwa, Keberhasilan dalam
pendidikan sangat bergantung pada seorang pendidik, hal ini yang menuntut
seorang pendidik harus memiliki Sifat-sifat hak asasi sebagai seorang pendidik
yang akan menjadi teladan bagi anak atau peserta didik.
B. Saran
Demikianlah makalah kami, semoga dapat menjadi rujukan bagi kita semua
seorang pendidik, semoga kita semua sebagai seorang pendidik berhasil
memberikan pendidikan yang baik terahadap anak. Amin
Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Ulwan Nashih, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid II,
Semarang: Asy-syifa, 1993.