Anda di halaman 1dari 11

SIYASAH DALAM TAKARAN SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM

Fiqih Jinayah dan Siyasah


Dosen Pengampu : Dr. H Sutisna, M.A

Disusun Oleh :
Bariratun Nadrah (211105010275)
Nadya Safiri (211105010279)
Zidni Kurnia (211105010287)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023
Kata pengantar
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat serta hidayah-
Nya, sehingga berkat pertolongan dari Allah SWT kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Siyasah dalam takaran sisitem pemerintahan Islam “ Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Jinayah dan Siyasah.
Kami selaku pemakalah meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi
menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat bermanfaat. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan dan juga penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan
dengan baik tanpa bentuan serta dukungan dari Bapak Dr.H.Sutisna, M.A selaku dosen mata
kuliah Fiqh Jinayah dan Siyasah serta semua pihak yang membantu dan kami mengucapkan
terimakasih kepada pak dosen telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat belajar untuk
memahaminya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua untuk
memahami dan juga mengamalkan ilmu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Siyasah .................................................................................................................... 6
B. prinsip-prinsip siyasah dalam islam ....................................................................................... 7
C. Sistem Pemerintahan dalam Islam ............................................................................................. 8
BAB III ............................................................................................................................................. 10
PENUTUP......................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 10
B. Saran....................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siyasah dalam konteks sistem pemerintahan Islam merujuk pada tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau pemimpin Muslim untuk
menjalankan urusan negara dan mengelola masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam. Siyasah dalam takaran sistem pemerintahan Islam dapat ditelusuri
ke zaman Rasulullah Muhammad SAW dan para khalifah yang mengikuti
setelahnya. Pada masa Rasulullah, beliau bukan hanya seorang pemimpin agama,
tetapi juga pemimpin politik dan negarawan.
Rasulullah mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum,
perdagangan, pertahanan, dan hubungan dengan negara-negara lain. Beliau juga
membentuk sebuah negara yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam, dengan
menerapkan hukum-hukum yang diwahyukan kepada-Nya. Setelah wafatnya
Rasulullah, para khalifah mengambil peran kepemimpinan dan melanjutkan
tradisi pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Mereka menggunakan Siyasah untuk mengatur masyarakat dan mengambil
keputusan yang berdasarkan pada ajaran Islam. Para khalifah mengembangkan
lembaga-lembaga pemerintahan seperti pengadilan, birokrasi, dan sistem
keuangan yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Selama sejarah Islam, konsep
Siyasah terus berkembang dengan adanya berbagai kerajaan dan dinasti Islam di
berbagai belahan dunia. Contohnya adalah Kekhalifahan Abbasiyah, Kesultanan
Utsmaniyah, dan berbagai kerajaan Islam lainnya. Masing-masing pemerintahan
ini mengembangkan sistem pemerintahan yang didasarkan pada hukum Islam dan
prinsip-prinsip keadilan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian siyasah ?


2. Bagaimana prinsip siyasah dalam islam ?
3. Bagaimana sistem pemerintahan dalam islam ?
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian siyasah.


2. Untuk mengetahui prinsip siyasah dalam islam.
3. Untuk mengetahui sistem pemerintahan dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Siyasah
Kata siyasah yang merupakan bentuk masdar atau kata benda
abstrak dari kata sasa, ( ‫ ) سا س – يسو س – سيا سة‬memiliki
banyak makna yaitu mengemudi, mengendalikan, pengendali, cara
pengendalian. Sasa juga berarti mengatur, mengurus dan
memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuat kebijakan.
Selain itu, siyasah juga dapat diartikan administrasi dan
manajemen.
Secara termonologi, Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan bahwa Siyasah adalah pengaturan
perundangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur
keadaan. Sementara Louis Ma‟luf memberikan batasan bahwa Siyasah adalah membuat
maslahat manusia dengan membimbing mereka ke jalan keselamatan. Sedangkan Ibn Manzhur
mendefenisikan Siyasah sebagai mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang
mengantarkan manusia kepada kemaslahatan. Sedangkan di dalam Al-Munjid disebutkan,
siyasah adalah membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan yang
menyelamatkan. Siyasah juga berarti ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam
negeri dan luar negeri, serta kemasyarakatan, yakni mengatur kehidupan atas dasar keadilan
dan istiqomah.
Berdasarkan beberapa arti di atas, maka dapat dikatakan bahwa siyasah berarti
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan. Karena dalam penyelenggaraan negara itu
sudah pasti ada unsur mengendalikan, mengatur, memerintah, mengurus, mengelolah,
melaksanakan administrasi, dan membuat kebijaksanaan dalam hubungannya dengan
kehidupan masyarakat. Siyasah yang didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadis Nabi dikenal
dengan istilah Siyasah syar'iyyah yakni Siyasah yang dihasilkan oleh pemikiran manusia yang
berdasarkan etika, agama, dan moral dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum syari‟at
dalam mengatur hidup manusia bermasyarakat dan bernegara. Siyasah syar'iyyah disebut juga
politik ketatanegaraan yang bersifat syar‟i.
Firman Allah dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang
berkaitan dengan konsep politik atau siyasah. Di antaranya adalah
ayat-ayat yang berkaitan dengan sistem undang-undang, peraturan
dan sistem syura dalam pemerintahan. Misalnya, yang berkaitan
dengan perundang-undangan, Allah Swt. menjelaskan bahwa
manusia yang tidak melaksanakan hukuman sebagaimana yang telah ditetapkan adalah kafir,
zalim, dan fasiq. Oleh karena itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Allah memerintahkan
orang-orang yang beriman supaya mengikuti dasar perundang-undangan yang telah ditetapkan
oleh Allah Swt.1

1
Heni Aprilia, PERAN MEDIA MASSA ONLINE TERHADAP PILIHAN POLITIK MAHASISWA DALAM PILPRES 2019
PERSPEKTIF SIYASAH,2020,Lampung
B. Prinsip-Prinsip Siyasah Dalam Islam

Prinsip dasar sistem pemerintahan dalam Islam dikenal sebagai "siyasah


shar'iyyah" atau "siyasah syar'iyyah", yang berarti "kebijakan syariah" atau
"politik berdasarkan hukum Islam". Prinsip-prinsip ini didasarkan pada ajaran-
ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah (ajaran Nabi
Muhammad).
Meskipun tidak ada satu model tunggal untuk sistem pemerintahan dalam Islam,
terdapat beberapa prinsip umum yang dapat diidentifikasi. Berikut adalah
beberapa prinsip dasar yang sering dibahas dalam konteks sistem pemerintahan
Islam:
1. Kedaulatan Allah (Hakimiyah): Pemerintahan dalam Islam mengakui
bahwa Allah adalah pemilik mutlak segala kekuasaan dan kedaulatan.
Tidak ada yang berhak untuk menggantikan atau menetapkan hukum di
atas hukum Allah.
2. Hukum Syariah: Sistem pemerintahan Islam berlandaskan hukum syariah,
yaitu aturan-aturan yang ditemukan dalam Al-Quran dan Sunnah. Hukum
syariah mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk urusan
pemerintahan, hukum pidana, perdata, dan etika.
3. Keadilan: Prinsip keadilan merupakan pijakan utama dalam sistem
pemerintahan Islam. Para pemimpin diharapkan untuk bertindak adil dan
memastikan perlakuan yang adil bagi semua warga negara, tanpa
memandang ras, agama, atau status sosial.
4. Konsultasi (Syura): Sistem pemerintahan Islam mendorong keterlibatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan politik melalui mekanisme
konsultasi atau syura. Para pemimpin diharapkan untuk memperhatikan
pendapat dan masukan dari berbagai pihak sebelum mengambil keputusan
penting.
5. Kepemimpinan yang baik: Para pemimpin dalam sistem pemerintahan
Islam diharapkan untuk memenuhi kualifikasi moral dan keagamaan
tertentu. Mereka harus bertanggung jawab secara moral, jujur, adil, dan
mampu memimpin dengan bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
6. Perlindungan hak asasi manusia: Islam menganjurkan perlindungan hak
asasi manusia yang mendasar. Setiap individu memiliki hak-hak yang
harus dihormati, termasuk hak atas hidup, kebebasan berpendapat, agama,
keadilan, dan keamanan.
Penting untuk dicatat bahwa interpretasi dan implementasi sistem pemerintahan
Islam dapat bervariasi di berbagai negara dan konteks sejarah yang berbeda.
Terdapat berbagai model pemerintahan Islam yang telah dikembangkan
sepanjang sejarah, seperti khilafah (kepemimpinan Islam), sistem republik Islam,
dan monarki konstitusional yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

C. Sistem Pemerintahan Dalam Islam


Menurut Hasan al-Banna sebagaimana dikutip oleh Muhammad Abdul Qadir Abu Faris,
pemerintahan Islam adalah pemerintah yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang
beragama Islam, melaksanakan kewajibankewajiban agama Islam dan tidak melakukan
maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajaran-ajaran agama Islam
Sistem pemerintahan yang pernah dipraktikkan dalam Islam sangat terkait dengan kondisi
konstektual yang dialami oleh masing-masing-umat. Dalam rentang waktu yang sangat
panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, umat Islam pernah mempraktekkan beberapa
sistem pemerintahan yang meliputi sistem pemerintahan khilafah (khilafah berdasarkan syura
dan khilafah monarki), imamah, monarki dan demokrasi.
Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial, sehingga kekhalifahan
Islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Ikatan yang mempersatukan kekhalifahan adalah
Islam sebagai agama. Pada intinya, khilafah merupakan kepemimpinan umum yang mengurusi
agama dan kenegaraan sebagai wakil dari Nabi Saw. Dalam bahasa Ibn Khaldun, kekhalifahan
adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-
hukum syariat Islam dan memikul da'wah Islam ke seluruh dunia. Menegakkan khilafah adalah
kewajiban bagi semua kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Menjalankan kewajiban yang
demikian itu, sama dengan menjalankan kewajiban yang diwajibkan Allah atas semua kaum
muslimin. Melalaikan berdirinya kekhalifahan merupakan maksiat (kedurhakaan) yang disiksa
Allah dengan siksaan yang paling pedih.
Berdasarkan ijma' sahabat, wajib hukumnya mendirikan kekhalifahan. Setelah Rasulullah
wafat, mereka bersepakat untuk mendirikan kekhalifahan bagi Abu Bakar, kemudian Umar,
Usman, dan Ali, sesudah masing-masing dari ketiganya wafat. Para sahabat telah bersepakat
sepanjang hidup mereka atas kewajiban mendirikan kekhalifahan, meski mereka berbeda
pendapat tentang orang yang akan dipilih sebagai khalifah, tetap mereka tidak berbeda
pendapat secara mutlak mengenai berdirinya kekhalifahan. Oleh karena itu, kekhalifahan
(khilafah) adalah penegak agama dan sebagai pengatur soal-soal duniawi dipandang dari segi
agama.
Jabatan ini merupakan pengganti Nabi Muhammad Saw, dengan tugas yang sama, yakni
mempertahankan agama dan menjalankan kepemimpinan dunia. Lembaga ini disebut khilafah
(kekhalifahan). Orang yang menjalankan tugas itu disebut khalifah. Tentang penamaan
khalifah Allah masih sering muncul pertentangan. Sebagian orang membolehkannya,
berdasarkan kekhalifahan universal yang diperuntukkan seluruh anak Adam, yang dikandung
dalam firman Allah: "Sesungguhnya Dia menciptakan mereka sebagai khalifah-khalifah".
Jumhur ulama melarang memberi nama demikian, karena menurut mereka ayat tersebut tidak
bermaksud begitu. Lagi pula, Abu Bakar menolak ketika beliau dipanggil dengan nama
tersebut. "Saya bukan khalifah Allah, tapi khalifah Rasulullah"
Dalam hubungannya dengan sub judul ini, maka pemerintahan yang dimaksud yaitu
pemerintahan dalam perspektif Islam yang tentunya pembahasan dengan menengok
pemerintahan di masa Nabi Muhammad Saw (negara Madinah). Sehubungan dengan itu,
menurut Mohammed S. Elwa bahwa siapa saja terlibat dalam sebuah riset tentang prinsip-
prinsip sistem politik Islam dan sejarahnya, maka harus menerima kenyataan bahwa Rasulullah
Saw adalah yang pertama kali membentuk pemerintahan Islam sesudah hijrah dari Mekkah ke
Madinah.2
Sebagaimana diketahui bahwa masa kenabian adalah masa yang pertama dari sejarah Islam,
dan semenjak Rasulullah memulai dakwahnya sampai beliau wafat yang dinamakan masa itu
dengan masa kenabian atau masa wahyu, mengingat ciri-ciri yang membedakannya dari masa-
masa yang lain, adalah masa yang ideal, yang di masa itulah puncak berwujudnya keagungan
Islam. Masa kenabian itu, terbagi kepada dua periode yang dipisahkan oleh hijrah. Dalam pada
itu tidak ada di antara kedua fase itu perbedaan yang tegas bahkan periode yang pertama, adalah
sebagai perintis jalan bagi yang kedua.
Praktek pemerintahan yang dilakukan Muhammad SAW sebagai Kepala Negara tampak pada
pelaksanaan tugas-tugas yang tidak terpusat pada diri beliau. Dalam piagam Madinah beliau
diakui sebagai pemimpin tertinggi, yang berarti pemegang kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Tapi walaupun pada masa itu orang belum mengenal teori pemisahan atau pembagian
kekuasaan, namun dalam prakteknya beliau mendelegasikan tugastugas eksekutif dan yudikatif
kepada para sahabat yang dianggap cakap dan mampu.3

2
Mohammed S. Elwa, Sistem Politik dalam Pemerintahan Islam, Terj. Anshori Thayib, Surabaya PT Bina Ilmu,
1983, hlm. 19
3
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.
97.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari siyasah dalam takaran sistem pemerintahan Islam adalah sebagai berikut:
1. Siyasah dalam sistem pemerintahan Islam mencakup pengaturan dan manajemen
urusan negara berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam.
2. Tujuan utama siyasah dalam pemerintahan Islam adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan umum dan menjaga keadilan sosial.
3. Sistem pemerintahan Islam berdasarkan siyasah mengedepankan prinsip-prinsip
seperti keadilan, kebijakan yang adil, partisipasi masyarakat, konsultasi, dan
akuntabilitas pemerintah.
4. Dalam pemerintahan Islam, siyasah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Al-
Quran dan Hadis sebagai sumber hukum utama.
5. Siyasah juga mempertimbangkan maslahat dan mafsadat (manfaat dan kerugian)
dalam pengambilan keputusan pemerintah.
6. Sistem pemerintahan Islam melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan, baik melalui musyawarah atau pemilihan umum.
7. Pemerintahan Islam juga menekankan pada akuntabilitas, di mana pemimpin harus
bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka kepada rakyat.
8. Siyasah dalam pemerintahan Islam mendorong pemimpin untuk mengedepankan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan.
9. Siyasah juga menekankan pada hukum yang adil dan penegakan hukum yang tegas
untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
10. Kesimpulannya, siyasah dalam takaran sistem pemerintahan Islam menekankan pada
prinsip-prinsip syariah, keadilan sosial, partisipasi masyarakat, dan akuntabilitas
pemerintah dalam upaya mewujudkan kemaslahatan umum.
B. Saran
Makalah yang kami buat ini belumlah sempurna, untuk itu, saran dankritikan dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini. Semoga
makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqih Politik Hasan al-Banna

Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam

https://chat.openai.com/?model=text-davinci-002-render-sha

Mohammed S. Elwa, Sistem Politik dalam Pemerintahan Islam, Terj. Anshori Thayib, Surabaya

J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah dan Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai